Anda di halaman 1dari 16

MATERI

PESANTREN RAMADHAN
MAN 1 METRO

TAHUN 1444 H/2023 M


TOHAROH (BERSUCI)

Wudlu

Syarat Wudlu
(1) Islam
(2) Mumayyiz, yaitu dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk
(3) Memakai air yang suci dan menyucikan
(4) Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit, seperti getah dan kuteks (cat kuku)
(5) Tidak berhadas besar, seperti haid dan nifas.

Rukun wudhu ada 6 (enam) yaitu :


(1) Niat, yaitu niat dalam hati untuk berwudhu menghilangkan hadats. Waktu niat adalah
bersamaan dengan membasuh muka. Adapun niat wudhu adalah sebagai berikut :
“Aku berniat melaksanakan wudhu untuk menghilangkan hadats kecil wajib karena Allah ta’ala.
(2) Membasuh muka dari tumbuhnya rambut sebelah atas hingga ke dagu, dari telinga kanan
sampai telinga kiri,
(3) Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
(4) Mengusap sebgian kepala, mulai dari kening sampai ketengkuk.
(5) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki (mata kaki ikut dibasuh)
(6) Tertib atau urut, yakni melaksanakan wudhu sesuai dengan urutannya dan bersambung.

Sunnah wudhu merupakan hal-hal yang dianjurkan untuk dilkukan saat wudhu. Perbuatn yang
apabila
dilakukan, mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa.
Sunnah-sunnah wudhu
(1)Membaca basmalah saat memulai wudhu
(2) Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan
(3) Berkumur-kumur
(4) Menghiru air kedalam hidung dan mengeluarkannya lagi
(5) Mengusap seluruh kepala
(6) Mengusap dua daun telinga (luar dan dalam)
(7) Membasuh tiap-tiap anggota sebanyak 3 kali
(8) Menyilang-nyilang anak jari kedua tangan dan anak jari kedua kaki.
(9) Mendahulukan anggota yang kanan dari anggota yang kiri.
(10) Wudhu dilakukan tanpa pertolongan orang lain, kecuali dalam keadaan terpaksa (sakit)
(11) Pembasuhan anggota wudhu dilakukan secara berturut-turut (tidak menunggu keringnya
satu anggota badan, baru membasuh anggota badan yang lain)
(12) Menggosok anggota wudhu agar lebih bersih
(13) Menjaga agar percikan air tidak kembali kebaadan
(14) Tidak bercakap-caka saat berwudhu kecuaali terpaksa.
(15) Berdo’a sesudah selesai berwudhu .

Yang menyebabkan batalnya wudhu seseorang jika mengalami salah satu hal berikut ini
(1)Keluar sesuatu dari salah satu kedua jalan (kubul dan dubur)
(2)Hilangnya akal, baik karena tidur, mabuk, gila atau pingsan.
(3)Berentuhan kulit antara pria dan wanita yang sudah dewasa dan keduanya bukan mahram
(4)Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan tanpa penghalang. Baik kemaluan sendiri
maupun kemaluan orang lain dengan telapak tangan.
Tata cara wudhu :

1. Membaca niat
2. Membasuh telapak tangan hingga ke sela-sela jari sebanyak 3 kali
3. Berkumur 3 kali
4. Membersihkan lubang hidung dengan cara menghirup air ke dalam hidung untuk
kemudian mengeluarkannya lagi sebanyak 3 kali
5. Membasuh muka dari ujung kepala tumbuhnya rambut hingga bawah dagu sebanyak 3
kali
6. Membasuh kedua tangan hingga siku sebanyak 3 kali
7. Mengusap kepala 3 kali
8. Mengusap kedua telinga secara bersamaan sebanyak 3 kali
9. Mencuci kaki sampai mata kaki ataupun betis diikuti dengan jari-jari kaki di sela-selai
dengan jari tangan sebanyak 3 kali
10. Lalu dilanjutkan dengan doa setelah wudhu

Catatan : Untuk mengusap rambut kepala bisa satu kali (sesuai keyakinan yang diikuti)

TAYAMUM

Sebab-Sebab Diperbolehkan Tayamum


1. Kelangkaan air, baik secara kasat mata maupun secara syara‘.
Contoh: Kelangkaan air secara kasat mata dalam keadaan bepergian dan benar-benar tidak ada
air, sedangkan kelangkaan air secara syara‘ misalnya air yang ada hanya mencukupi untuk
kebutuhan minum.
2. Jauhnya air yang tersedia, yang keberadaannya diperkirakan di atas jarak 2,5 kilometer.
Artinya, jika dimungkinkan ada air tetapi di atas jarak tersebut, maka diperbolehkan
bertayamum.
3. Sulitnya menggunakan air, baik secara kasat mata maupun secara syara‘.
Contoh: Sulit secara kasat mata misalnya airnya dekat, tetapi tidak bisa dijangkau karena ada
musuh, karena binatang buas, karena dipenjara, dan seterusnya.
Contoh: Sulit menggunakan air secara syara‘ misalnya karena khawatir akan datang penyakit,
takut penyakitnya semakin kambuh, atau takut lama sembuhnya.

Ketentuan Khusus Tayamum


Berbeda dengan wudhu, tayamum memiliki ketentuan-ketentu khusus, sebagai
berikut:
1. Harus dilakukan setelah masuk waktu shalat.
2. Jika disebabkan oleh kelangkaan air, maka harus dibuktikan setelah melakukan pencarian dan
pencarian tersebut dilakukan setelah masuk waktu shalat.
3. Tanah yang dipergunakan harus yang murni tidak bercampur dengan barang lain seperti
tepung, suci, bersih, lembut, kering, dan berdebu.
4. Tayamum hanya sebagai pengganti wudhu dan mandi besar, bukan pengganti menghilangkan
najis.
5. Sebelum melakukan tayaum, jika memiliki najis harus disucikan terlebih dahulu.
6. Tayamum hanya bisa dipergunakan untuk satu kali shalat wajib. Boleh menggunakan
tayamum untuk shalat wajib, disusul shalat sunat, shalat jenazah atau membaca Al-Quran.
7. Meskipun pengganti, tayamum berbeda dengan wudhu. Jika wudhu memiliki enam
ketentuan wajib, maka tayamum hanya memiliki empat rukun: (1) niat dalam hati, (2)
mengusap wajah, (3) mengusap kedua tangan, dan (4) berurutan.
8. Tayamum menjadi batal disebabkan oleh perkara-perkara yang juga membatalkan
wudhu.
9. Oleh karena salah sebabnya adalah kelangkaan air, maka tayamum akan menjadi batal
ketika menemukan air sebelum shalat dilaksanakan.
Tata cara tayamum :

1. Siapkan tanah atau debu yang masih dalam kondisi bersih. Debu yang berada di tembok,
kaca, atau tempat lain yang dirasa bersih juga diperbolehkan oleh para ulama.
2. Letakkan kedua telapak tangan pada debu, dengan posisi jari-jari kedua telapak tangan
dirapatkan. Ketika melakukan tayamum disunahkan untuk menghadap kiblat
3. Lalu ucapkan bismillah ketika tangan masih diletakkan pada tembok atau pasir.
4. Selanjutnya usap kedua telapak tangan pada seluruh bagian wajah.
5. Kemudian usap bagian tangan namun sebelum itu lepaskan perhiasan yang ada di tangan
kemudian letakkan kembali telapak tangan pada debu dan kali ini jari tangan
direnggangkan.
6. Lalu tengadahkan kedua telapak tangan dengan posisi telapak tangan kanan di atas tangan
kiri. Kemudian rapatkan jari-jari tangan, dan usahakan ujung jari kanan tidak keluar dari
telunjuk jari kiri, atau telunjuk kanan bertemu dengan telunjuk kiri.
7. Lalu usap lengan kanan hingga ke siku dengan menggunakan tangan kanan kemudian
putar tangan kanan untuk diusapkan juga sisi lengan kanan yang lain, dan telapak tangan
mengusap dari siku hingga dipertemukan kembali jempol kiri mengusap jempol kanan.
Demikian juga dilakukan pada bagian tangan kiri.
8. Selanjutnya pertemukan kedua telapak tangan dan usap bagian antara jari-jari.

Mandi Wajib (Janabah)

Mandi junub berbeda dengan mandi biasa. Mandi ini memiliki tata cara atau rukun yang harus
dipenuhi agar suci dari hadas dan bisa menjalankan ibadah secara sah.

Mandi junub merupakan bentuk membersihkan atau menyucikan diri dari hadas besar dengan
cara meratakan seluruh air ke semua bagian tubuh. Mandi junub ini sifatnya wajib bagi seorang
muslim yang berakal sehat.

Setidaknya terdapat 4 kondisi yang mewajibkan seseorang untuk melakukan mandi junub, yakni:

Ejakulasi atau keluar air mani


Berhubungan suami-istri
Wanita usai masa setelah haid
Berhentinya darah nifas

Allah berfirman dalam QS. An-Nisa: 43 yang menyuruh Muslim untuk mandi wajib jika dalam
keadaan junub

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu
dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu saja, hingga kamu mandi."

"Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu
telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun."

Tata Cara Mandi Junub

Mandi junub dilakukan untuk membersihkan dan menyucikan diri dari hadas besar. Mandi junub
harus diawali dengan membaca doa niat.
Niat yang dibaca ketika mandi wajib setelah berhubungan intim
"Nawaitul ghusla liraf'il hadatsil akbari minal janabati fardhan lillahi ta'ala."

Artinya: "Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari
jinabah, fardu karena Allah Ta'ala."

Niat yang dibaca ketika mandi wajib setelah nifas dan haid

Jika hadas besar pada perempuan disebabkan karena keluarnya darah dari organ intim setelah
melahirkan atau nifas, maka niat mandi wajib yang harus dibaca adalah sebagai berikut:

"Nawaitu ghusla liraf'il hadatsil akbar minan nifasi fardhan lillahi ta'ala."

Artinya: "Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari
nifas, fardu karena Allah Ta'ala."

Setelah membaca niat, dilanjutkan dengan tata cara mandi wajib atau junub. Langkahnya sama
baik untuk laki-laki maupun perempuan.

Tata cara mandi wajib sesuai tuntunan Rasulullah SAW

Awali membaca niat mandi wajib. Membaca doa niat sebelum mandi junub hukumnya wajib
sebab bacaan niat yang membedakan antara mandi wajib dan mandi biasa. Anda bisa membaca
niat mandi wajib tanpa perlu melafalkan atau cukup di dalam hati.

Sesuai sunnah Rasulullah, cuci tangan atau basuh tangan kiri dan kanan sebanyak 3 kali agar
bersih dan terhindar dari najis.

Membersihkan kemaluan dan bagian tubuh lain yang dianggap kotor atau tersembunyi
menggunakan tangan kiri, seperti dubur, ketiak, pusar, hingga sela-sela jari kaki.

Mengulangi mencuci kedua tangan. Setelah membersihkan bagian tubuh yang kotor dan
tersembunyi, tangan perlu dicuci ulang dengan dibilas air langsung atau dicuci dengan sabun
baru dibilas.

Lanjutkan berwudu seperti tata cara wudu saat hendak melakukan salat.

Membasuh rambut dan kepala dengan jari-jari basah yang sudah dicelup ke air.

Mengguyur kepala sebanyak tiga kali hingga seluruh bagian kepala dan kulit basah oleh air.

Setelah itu, siram tubuh secara merata dengan mengguyurnya dari ujung rambut hingga ujung
kaki, dimulai dari bagian kanan terlebih dahulu kemudian bagian kiri.

Saat melakukan rangkaian tata cara mandi wajib, pastikan juga lipatan kulit atau area mana saja
dari tubuh yang tersembunyi ikut dibersihkan.

Tata cara mandi junub bagi wanita setelah haid dan nifas, serta pria secara umum sebenarnya
sama saja. Perbedaannya hanya pada doa niat yang harus dibaca sebelum melakukan mandi
wajib.

Selain itu, tata cara mandi junub ini penting karena ada bagian tubuh yang harus diperhatikan
dan benar-benar dibersihkan. Oleh sebab itu, pastikan membersihkan seluruh bagian tubuh
sampai ke seluruh daerah lipatan kulit ketika mandi junub.
SHOLAT

Tata Cara Sholat

Rukun salat yakni:

 Berdiri bagi yang masih mampu


 Mengucapkan niat di dalam hati
 Mengucapkan takbiratul ihram (takbir pertama)
 Membaca surat Al-Fatihah di setiap rakaat
 Rukuk dan tumakninah
 Membaca iktidal setelah rukuk dan tumakninah
 Menjalani sujud 2 kali
 Duduk di antara dua sujud
 Duduk tasyahud akhir
 Membaca doa tasyahud akhir
 Membaca selawat Nabi Muhammad SAW saat tasyahud akhir
 Salam pertama
 Tertib melakukan rukun salat secara berurutan

Tata Cara Salat 5 Waktu dan Doanya

Berikut tata cara salat dan doa yang benar sesuai urutannya

1. Takbiratul Ihram

Takbiratul ihram, yaitu membaca Allâhu Akbar saat memulai salat. Gerakan ini adalah
tata cara salat yang paling awal dan wajib dilakukan. Dengan takbiratul ihram, berarti
umat Islam sudah benar-benar masuk dalam salat.
Jadi, apa yang sebenarnya boleh dilakukan sebelum salat, seperti makan dan minum
misalnya, saat itu sudah tak boleh lagi.
Cara melakukan takbiratul ihram adalah dengan mengangkat dua tangan sejajar dengan
telinga dan mengucapkan, “Allâhu Akbar".
Bersamaan dengan takbiratul ihram, bacalah niat salat 5 waktu bahasa Arab atau dengan
latin.

2. Membaca Doa Iftitah

Usai mengucapkan takbir pertama, maka lipat tangan di dada, tepatnya pada area yang
mendekati hati.

Do’a Iftitah ada beberapa diantaranya :


3. Membaca Surat Al-Fatihah

Tata cara salat yang selanjutnya adalah membaca surat Al-Fatihah. Membaca surat
tersebut hukumnya wajib pada setiap rakaat salat, Bila tidak bisa maka membaca ayat apa
pun dalam surat dalam Al-Qur'an yang diketahuinya
4. Membaca Surah/ Ayat Al Qur’an

Surah pendek dibaca pada dua rakaat pertama. Untuk rakaat berikutnya, hanya perlu
membaca Al-Fatihah saja.

Contoh Surat/Ayat Al Qur’an :

5. Rukuk dan Itidal

Dalam tata cara salat yang benar, mesti melakukan rukuk setelah selesai membaca Al-
Fatihah dan surat/Ayat Al Qur’an.

Ketika rukuk, Moms atau Dads harus sambil membaca:

ِّ ِّ‫َر ب ِّ َى الْ عَظ‬


َ‫يم َو ب ِّ َح ْم ِّد ِّه سُ بْ َح ان‬

"Subhâna rabbiyal ‘adhîmi wa bihamdihi,"

Artinya: "Maha suci Tuhanku yang maha agung dengan segala pujian-Nya” sebanyak 3
kali.

Setelah selesai rukuk, Moms bisa melakukan gerakan itidal dengan membaca:

‫َّللا ُ لِّ َم نْ سَ ِّم َع‬


‫َح ِّم دَ هُ ه‬

“Sami’alloohu liman hamidah“.

Artinya: "Semoga Allah mengabulkan panjatan doa hamba yang memuji-Nya."

Bacaan tersebut diucapkan sekaligus mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga dan
berdiri tegak.
6. Sujud dan Duduk di Antara Dua Sujud

Setelah itidal, yakni sujud. Sujud adalah posisi yang dilakukan dengan meletakkan kedua
telapak tangan dan menempelkan dahi serta hidung pada sajadah.

Sujud sering dianggap sebagai bagian penting dalam tata cara salat 5 waktu.

Ketika sujud, bacaan salat lengkap latin yang perlu dicapkan 'dalam hati', yaitu:

ْ َ ‫اْل‬
‫ع لَى‬ ْ ‫س ُ بْ َح انَ َر ب ِّ َى‬

“Subhâna rabbiyal a’la wa bihamdihi,”

Artinya: "Mahasuci Tuhanku yang Mahatinggi dengan segala pujian-Nya.” Dibaca


sebanyak 3 kali.

Setelah sujud, atau bisa melakukan gerakan duduk di antara dua sujud.

Bagian dari tata cara salat yang satu ini dilakukan sambil membaca doa berikut:

"Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aafinii wa'fu 'annii ."

Artinya: "Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, perbaikilah keadaanku, tinggikanlah
derajatku, berilah rezeki dan petunjuk untukku."

7. Tasyahud Awal

Gerakan salat tasyahud awal dilakukan saat rakaat kedua pada salat Zuhur, Asar, Magrib
dan Isya.

Ini juga merupakan tata cara salat yang tidak boleh dilewatkan, lho.

Sambil melakukan duduk tasyahud awal, bisa membaca doa berikut:

Atau membaca :

“Attahiyyatul mubarakaatus salawatut tayyibatu lillah. Assalamu alaika ayyuhan


nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh.

Assalamu alaina wa ala ibadillahis salihin. Asyhadu alla ilaha illallah. Wa asyhadu anna
Muhammadar rasulullah."

Artinya: "Segala penghormatan, keberkahan, selawat dan kebaikan hanya bagi Allah.

Semoga salam sejahtera selalu tercurahkan kepadamu wahai Nabi, demikian pula rahmat
Allah dan berkahNya dan semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada kami dan
hamba-hamba Allah yang saleh.
Aku bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
utusan Allah," (HR. Muslim).

8. Tasyahud Akhir

Sebelum mengucapkan salam, harus melakukan tasyahud akhir.

Gerakan ini merupakan tata cara salat yang tidak boleh sampai dilewatkan oleh umat
Muslim.

Membaca doa berikut saat berada dalam posisi tasyahud akhir:

Atau membaca :

9. Salam
TATA CARA MENGURUS JENAZAH
TAJHIZUL MAYIT (MENGURUSI MAYYIT)

Memandikan Jenazah

Mengkafani Jenazah

PENGURUSAN

JENAZAH Mensholatkan Jenazah

Menguburkan Jenazah

Proses Pengurusan Jenazah

Istilah jenazah berasal dari bahasa Arab, yang berarti mayat dan dapat pula berarti usungan
beserta mayatnya. Seorang muslim yang telah meninggal dunia harus segera diurus, tidak boleh
ditunda-tunda kecuali terdapat hal-hal yang memaksa, seperti menunggu visum dokter, menunggu
keluarga dekatnya dan lain sebagainya.

Mengurus jenazah hukumnya fardlu kifayah, artinya jika dalam suatu daerah terdapat orang yang
meninggal dunia, maka orang Islam di daerah tersebut wajib mengurus jenazahnya. Namun jika
tidak seorangpun di daerah tersebut melaksanakan-nya, semua orang Islam di daerah tersebut
berdosa. Dasar hukum yang menjelaskan pentingnya merawat jenazah sebagaimana hadits nabi
berikut, yang artinya :

“ Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi SAW., ia berkata : “ segerakanlah urusan jenazah, jika ia
orang baik, maka itulah yang sebaik-baiknya yang kamu segerakan, dan jika bukan orang baik,
maka itulah orang yang seburuk-buruknya yang kamu buang ke kuburnya dari pundak kamu,
yaitu memasukkannya kedalam liang lahat ( HR. Bukhari Muslim ).

Kewajiban orang Islam terhadap saudaranya yang telah meninggal dunia adalah :

a. Memandikan Jenazah
Memandikan jenazah adalah membersihkan dan mensucikan tubuh mayat dari segala kotoran
dan najis yang melekat di badannya. Jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki, jenazah
perempuan dimandikan oleh perempuan, kecuali suami istri atau muhrimnya.

Ketentuan dan tata cara memandikan jenazah :

1) Syarat Jenazah yang dimandikan :


a) Beragama Islam
b) Tubuh / anggota badan masih ada
c) Jenazah tersebut bukan mati syahid ( dunia akhirat )
2) Yang berhak memandikan jenazah
a) Jenazah laki-laki yang memandikan laki-laki dan sebaliknya kecuali suami atau istri.
b) Jika tidak ada suami/istri atau mahram maka jenazah ditayamumkan.
c) Jika ada beberapa orang yang berhak maka diutamakan keluarga terdekat dengan
jenazah.
3) Cara memandikan jenazah
a) Ambil kain penutup dan gantikan dengan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak
kelihatan.
b) Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
c) Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.
d) Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya
perlahan-lahan jika jenazah tidak hamil.
e) Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir ke arah kepala.
f) Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok
giginya, dan bersihkan hidungnya. Kemudian, wudlukan seperti wudlu untuk sholat.
g) Siramkan air ke tubuh yang sebelah kanan dahulu. Kemudian ke sebelah kirinya.
h) Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan
wangi-wangian.
i) Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya.
j) Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya, itulah yang
wajib. Sunnah mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.
k) Jika keluar najis dari jenazah itu setelah dimandikan dari badannya, wajib dibuang dan
dimandikan kembali. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak perlu untuk diulang
mandinya, tetapi cukup untuk membuang najisnya saja.
l) Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain atau handuk sehingga tidak
membasahi kafannya.
m) Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung
alkohol. Pemberian wewangian untuk jenazah sebaiknya menggunakan kapur barus.

b. Mengafani jenazah
Mengafani jenazah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah SAW bersabda :

‫اِذ َا َكفَنَ ا َ َحدك ْم فَ ْليحْ سِن َكفَنَه‬


Artinya :“ Bilamana seseorang diantara kamu mengafani (jenazah) saudaranya (sesama
muslim) hendaklah melakukan dengan baik”. (HR. Muslim).

1) Ketentuan:
a) Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh.
b) Kain kafan hendaklah berwarnah putih.
c) Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedangkan perempuan lima lapis.
d) Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian.
e) Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah.
2) Cara mengafani jenazah laki-laki
a) Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas.
Sebaiknya masing-masing helai diberi kapur barus.
b) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain kafan
memanjang lalu ditaburi dengan wangi-wangian.
c) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah
kiri. Selanjutnya, lakukan selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
e) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya dibawah kain kafan tiga atau lima
ikatan. Lepaskan ikatan setelah dibaringkan di liang lahat.
f) Jika kain kafan tidak cukup menutupi seluruh badan jenazah, tutupkanlah bagian
auratnya. Bagian kaki yang terbuka boleh ditutup dengan rerumputan atau daun kayu
atau kertas dan semisalnya. Jika tidak ada kain kafan kecuali sekadar untuk menutup
auratnya saja, tutuplah dengan apa saja yang ada. Jika banyak jenazah dan kain
kafannya sedikit, boleh dikafankan dua atau tiga orang dalam satu kain kafan.
Kemudian, kuburkan dalam satu liang lahat, sebagaimana dilakukan terhadap syuhada’
dalam perang uhud.

3) Cara mengkafani jenazah perempuan


Kain kafan perempuan terdiri atas lima lembar kain kafan putih, yaitu:

a) Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh badannya yang lebih lebar.
b) Lembar kedua untuk kerudung kepala.
c) Lembar ketiga untuk baju kurung.
d) Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga kaki.
e) Lembar kelima untuk pinggul dan pahanya.
Mengafani jenazah perempuan sebagai berikut:

a) Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan
tertib. Kemudian angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di
atas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.
b) Tutup lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
c) Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
d) Pakaikan sarung ( cukup disobek saja, tidak di jahit )
e) Pakaikan baju kurungnya (cukup disobek saja, tidak di jahit )
f) Dandanilah rambutnya tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
g) Pakaikan penutup kepalanya ( kerudung )
h) Membungkusnya dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung
kain kiri dan kanan lalu digulung ke dalam. Setelah itu, ikat dengan sobekan pinggir
kain kafan yang setelahnya telah disiapkan di bagian bawah kain kafan, tiga atau lima
ikatan, dan dilepaskan ikatannya setelah diletakkan di dalam liang lahat. Setelah itu,
siap untuk di sholatkan.
c. Menshalatkan Jenazah
Islam sangat mengedepankan persaudaraan sehingga sekalipun salah satu kerabat kita sudah
meninggal dunia dan sudah dikuburkan akan tetapi nilia persaudaraan itu masih bisa dirasakan
diantaranya perintah agar orang-orang Islam yang masih hidup memohonkan ampun dan rahmat
kepada Allah SWT bagi yang telah meninggal dunia.

Dasar hukum shalat jenazah adalah :

َ ‫صلُّ ْو‬
‫علَى َم ْو ت َك ْم‬ َ
Artinya: Shalatkanlah orang-orang yang
meninggal dunia antaramu”.(HR Ibnu Majah)
Semua syarat wajib dan syarat sahnya shalat
fardlu menjadi syarat dalam shalat janazah,
kecuali waktu shalat.

Setelah berdiri kemudian mulai shalat dengan urutan : takbiratul ihram dan niat, membaca surat Al
Fatihah, takbir kedua membaca shalawat atas Nabi, takbir ketiga membaca do’a untuk si mayat, takbir
keempat membaca do’a kemudian mengucap salam.

Adapun tata cara pelaksanaannya adalah:

1) Niat dalam hati


Jenazah laki-laki:

ِ ‫ض اْل ِكفَا َي ِة ِ ه‬
‫َلِل تَ َعالَى‬ ِ ‫ص ِِّلى َعلَى َهذَا اْل َم ِِّي‬
ٍ ‫ت اَ ْر َب َع نَ ْك ِبي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ‫ا‬

Jenazah Perempuan:

ِ ‫ض اْل ِكفَايَ ِة ِ ه‬
‫َلِل تَ َعالَى‬ ٍ ‫ص ِلِّى َعلَى هَ ِذ ِه اْل َم ِِّيتَ ِة ا َ ْربَ َع نَ ْك ِبي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ‫ا‬
Jenazah Ghaib:

ِ ‫ض اْل ِكفَايَ ِة ِ ه‬
‫َلِل تَعَالَى‬ ِ ِ‫ت اْلغَائ‬
ٍ ‫ب (فالَ ْن) اَ ْربَ َع نَ ْكبِي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ‫ص ِلِّى‬
ِ ِِّ‫علَى اْل َمي‬ َ ‫ا‬
2) Membaca Surat Alfatihah
3) Membaca Shalawat Nabi
4) Membaca doa setelah takbir ke 3
ْ ‫اَللهه هم ا ْغ ِف ْر لَه َو‬
‫ار َح ْمه َو َعا ِف ِه َواعْف َع ْنه‬

5) Membaca do ‘a setelah takbir ke 4


‫اَللهه هم الَ تَ ْح ِر ْمنا َ اَ ْج َره َوالَ ت َ ْفتِنا َ بَ ْعدَه َوا ْغ ِف ْر لَنا َ َولَه‬

d. Menguburkan Jenazah
Setelah disholatkan, jenazah segera dikuburkan. Jenazah sebaiknya dipikul oleh empat orang
jamaah. Ibnu Mas’ud berkata :

ُّ ‫س ِري ِْر كله َها فَإ ِ نهه ِمنَ ال‬


‫س هن ِة‬ ِ ‫َم ِن ا ِت ِّ َب َع َجنَزَ ة ً فَ ْل َيحْ ِم ْل ِب َج َوا ِن‬
‫ب ال ه‬
Artinya :“Barang siapa mengantar jenazah hendaknya mereka ia ikut memikul pada setiap sisi
usungan karena perbuatan demikian termasuk sunah”.(HR Ibnu Majah) .

Sebelum proses penguburan sebaiknya lubang kubur dipersiapkan terlebih dahulu, dengan
kedalaman minimal 2 meter agar bau tubuh yang membusuk tidak tercium ke atas dan untuk
menjaga kehormatannya sebagai manusia. Selanjutnya, secara perlahan jenazah dimasukkan ke
dalam kubur di tempatkan pada lubang lahat, dengan dimiringkan ke arah kiblat. Selanjutnya, tali
pengikat jenazah bagian kepala dan kaki dibuka agar menyentuh tanah langsung.

Agar posisi jenazah tidak berubah, sebaiknya diberi ganjalan dengan bulatan tanah atau bulatan
tanah kecil. Selanjutnya, lubang tanah ditutup dengan kayu atau bambu sehingga waktu
penimbunan tubuh jenazah tidak terkena dengan tanah.

Adapun peragaan cara mengubur jenazah dengan mengikuti petunjuk berikut :

1) Turunlah tiga orang ke liang lahat guna menerima jenazah. Ada yang menerima jenazah pada
bagian kepala, bagian tengah, dan bagian kaki.
2) Angkatlah jenazah pelan-pelan. Orang yang berada di atas liang lahat berrtugas mengangkat
jenazah. Ada yang memegangi kepala, perut dan kaki.
3) Masukkan jenazah dari arah kaki kubur atau dari samping kubur (mana yang mudah).
4) Taruhkan jenazah di liang lahat dan menghadap kiblat.
5) Berilah penyangga dengan tanah secukupnya agar jenazah tetap miring. Penyangga
diletakkan pada bagian kepala dan punggung serta paha.
6) Kenakan pipi kanan jenazah dengan tanah. Oleh karena itu, lepaskan tali pocong, kain kafan
dilonggarkan dibagian kepala agar mudah ditarik untuk meletakkan pipi mengenai tanah.
7) Tutuplah liang lahat dengan papan kayu atau yang lain. Hal itu dimaksudkan agar apabila
ditimbun, badan jenazah tidak terhimpit dengan timbunan.
8) Timbunlah pelan-pelan liang lahat sampai selesai. Maksudnya, agar penutup liang lahat tidak
patah. Timbunan ditinggikan dari tanah sekitarnya agar tidak tergenang air apabila tergenang
hujan.
9) Berilah tanda dari kayu atau batu.
10) Doakan si mayit dan keluarga yang ditinggalkannya

Anda mungkin juga menyukai