Anda di halaman 1dari 3

Tugas 3

Silakan kerjakan Tugas 3 di bawah ini. Pastikan jawaban Anda tidak duplikasi
dengan teman-teman Anda

1. Galih menggadaikan tanahnya (menjual gadai) kepada Niko pada tahun 2017,
seharga Rp 59.100.000,00. Harga ini setara dengan 100 gram emas pada tahun
2017 (harga emas Rp 591.000,00 pergram). Setelah 3 tahun (tahun 2020) Galih
mau menebus kembali tanahnya. Pada tahun 2020 harga emas Rp 918.000,00
pergram.

Pertanyaan :

Berikan analisis saudara mengenai biaya tebusan gadai tanah adatnya !

2. Menurut Soerjono Soekanto, gadai atau yang disebut dengan jual gadai adalah
suatu perbuatan pemindahan hak atas tanah kepada pihak lain yang dilakukan
secara terang dan tunai sedemikian rupa sehingga pihak yang melakukan
pemindahan hak mempunyai hak untuk menebus kembali tanah tersebut. Namun
kadangkala pihak pemberi gadai mengalami kesulitan untuk melakukan
penebusan terhadap tanah yang telah digadai.

Pertanyaan :

Berikan analisis saudara mengenai langkah-langkah yang harus diambil oleh


pemberi gadai jika nantinya gadai tanah tidak bisa ditebus.!

Jawab!

1. Galih menggadaikan tanahnya (menjual gadai) kepada Niko pada tahun 2017, seharga
Rp 59.100.000,00. Harga ini setara dengan 100 gram emas pada tahun 2017 (harga
emas Rp 591.000,00 pergram). Setelah 3 tahun (tahun 2020) Galih mau menebus
kembali tanahnya. Pada tahun 2020 harga emas Rp 918.000,00 pergram.
Sehingga rumus untuk mengetahui jumlah uang tebusan yang harus dibayar oleh
Galih menjadi:
(7 + 1 ⁄ 2) – 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑔𝑎𝑑𝑎𝑖 × ( 𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑎𝑑𝑎𝑖 + 1 ⁄ 2 𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑎𝑑𝑎𝑖 )
7
Selisih uang gadai (harga emas) dari tahun 2017 sampai 2020:

= ( 100 × Rp918.000.00) – Rp59.100.000.00 = Rp32.700.000,00

Selisih ini ditanggung berdua antara Galih dan Niko

1⁄ selisih uang gadai = 1⁄ × Rp32.700.000,00 = Rp. 16.350.000,00


2 2

Jadi jumlah uang tebusan yang harus dibayar oleh Galih:

(7+ 1⁄2 )−3 ×(𝑅𝑝59.100.000+𝑅𝑝16.350.000)


= Rp18.953.571
7

2. Mengenai waktu gadai, objek gadai, harga gadai (nilai atas objek gadai), serta
kesepakatan-kesepakatan lainnya antara para pihak dituangkan dalam sebuah
perjanjian gadai tanah yang bersifat tertulis.
Upaya masa tenggang waktu penebusan kembali tanah yang dijadikan sebagai objek
gadai telah berakhir, pemberi gadai (pemilik tanah) setiap waktu dapat saja
menggunakan hak tebusnya meskipun masa perjanjian telah lama berakhir, hak tebus
ini tidak akan hilang karena kadaluwarsa atau dengan kata lain akan tetap ada.
(Soerjano Soekanto, 2003:192)
Langkah lain yang dapat menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah tidak
dapat ditebusnya tanah yang merupakan objek gadai oleh pemilik adalah penerima
gadai dapat menggadaikan kembali (mengalih gadaikan) tanah tersebut kepada pihak
lain dengan ataupun tanpa persetujuan si pemilik tanah (pemberi gadai), hal tersebut
dapat terjadi apabila penerima gadai dalam keadaan sangat memerlukan uang
sedangkan si pemberi gadai belum mampu untuk menggunakan hak tebusnya karena
belum mempunyai uang misalnya. Langkah lainnya adalah dengan menjual tanah yang
dijadikan sebagai objek gadai tersebut kepada si penerima gadai ataupun kepada pihak
lainnya (Subekti, 1991:15)
Dengan demikian apabila pemilik tanah (pemberi gadai) belum mampu menebus
kembali tanah yang merupakan objek gadai sedangkan waktu penebusannya telah
lewat, maka tanah tersebut tidak bisa langsung menjadi milik si penerima gadai secara
otomatis, karena perlu diadakannya suatu transaksi lagi seperti uraian diatas. Namun
apabila tanah yang menjadi objek gadai dijual oleh pemberi gadai kepada pihak lain,
maka hasil dari penjualan tersebut digunakan untuk mengembalikan uang milik
penerima gadai dan kelebihan dari hasil penjualan dikembalikan pada pemilik (pemberi
gadai).

Sumber:

BMP Hukum Adat (HKUM4204), Universitas Terbuka

Soerjono Soekanto. 2003. Hukum Adat Indonesia. Raja Grafindo Persada. Jakarta,.

Subekti. 1991. Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia. Citra Aditya Bakti
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai