Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HAMBATAN INTERAKSI SOSIAL

DI BANGSAL TERATAI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Jiwa Tahap Profesi
Program Studi Ilmu Keperawatan

Disusun oleh:
RUDY SIGIT K
17/421006/KU/20191

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
HAMBATAN INTERAKSI SOSIAL

1. Definisi
Hambatan interaksi sosial adalah keadaan seorang individu, berpartisipasi dalam
perubahan sosial yang kualitasnya berlebihan, kekurangan, atau kualitasnya tidak efektif.

2. Rentang Respon Sosial

Respon Adaptif Respon Maladaptif

 Solitut  Kesepian  Manipulasi


 Otonomi  Menarik diri  Impulsif
 Kebersamaan  Ketergantungan  Narkisme
 Saling
ketergantungan

Gambar Rentang Respon Sosial (Stuart and Sundeen, 1998)


Keterangan dari rentang respon sosial:
a. Solitut (Menyendiri)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenung apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara untuk menentukan langkahnya.
b. Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan
dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan (Mutualisme)
Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal.
d. Saling Ketergantungan (Interdependent)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut mampu untuk
saling memberi dan menerima.
e. Kesepian
Kondisi seseorang merasa sendiri, sepi, tidak adanya perhatian dengan orang lain atau
lingkungannya.
f. Menarik Diri
Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan orang lain
atau lingkungannya.
g. Ketergantungan (Dependent)
Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang lain.
h. Manipulasi
Individu berinteraksi dengan diri sendiri atau pada tujuan bukan berorientasi pada
orang lain. tidak dapat dekat dengan orang lain.
i. Impulsif
Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu. Mempunyai penilaian
yang buruk tidak dapat diandalkan.
j. Narkisme
Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian individu akan
marah jika orang lain tidak mendukungnya.

3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


a. Faktor Predisposisi
1) Individu sendiri
Penyebab yang diketemukan bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh dapat di
turunkan oleh orang tuanya. Penyebab yang lama diketahui bahwa gangguan atau
seperti trauma kepala, encepalitis, neoplasma dan lain-lain, menyebabkan
gangguan kepribadian.
2) Lingkungan, dapat berasal dari:
a) Orang tua atau saudara: sikap orang tua yang paling penting bagi
perkembangan kepribadian misal, ibu yang neurotik atau psikotik tidak dapat
mengadakan hubungan antara orang tua dan anaknya dengan baik, orang tua
seperti ini bersifat menolak pada anaknya.
b) Orang lain dalam rumah: dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian
anak, contoh nenek yang memanjakan cucunya.
c) Keadaan ekonomi: gangguan ekonomi lebih sering di dapatkan dari golongan
sosial tinggi dan rendah.
3) Riwayat gangguan jiwa sebelumnya
4) Riwayat pengobatan sebelumnya
5) Riwayat keluarga
6) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
b. Faktor Presipitasi
1) Kesehatan: gizi buruk, kurang tidur, irama sirkardian tidak seimbang dan
keletihan
2) Lingkungan: lingkungan yang penuh kritik, kehilangan kemandirian dalam
kehidupan, kesukaran interpersonal, gangguan dalam hubungan interpersonal,
isolasi sosial dan dukungan sosial yang kurang, tekanan pekerjaan, kemiskinan
dan stigmatisasi
3) Sikap atau perilaku: konsep diri rendah, kurang percaya diri, kehiolangan motivasi
menggunakan ketrampilan, demoralisasi, tidak mampu memenuhi kebutuhan
spiritual, ketrampilan social kurang, perilaku agresif, perilaku kekerasan,
penatalaksanaan pengobatan kurang dan penatalaksanaan gejala yang kurang.

4. Tanda dan Gejala


a. Cara berpikir autistik, regresi
Klien mengakui ketidakmampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain
atau lingkungan sekitar secara wajar dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak
sesuai dengan realistik, klien menarik diri. Komunikasi verbal dan non verbal
menurun, perilaku stereotipi, mekanisme ketergantungan jiwa bertambah tidak
semangat lagi.
b. Katatonik
Segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya tetapi tidak memberi reaksi pada saat itu.
c. Katatonik Stupor
Klien menunjukkan gejala negatif yaitu menolak secara aktif terhadap semua
pengaruh yang bertujuan merubah sikap dan tingkah laku.
d. Katatonik eksitasi
Klien menunujukkan sikap tubuh tertentu dalam waktu yang lama.
e. Tidak dapat mengendalikan tingkah laku, padahal seharusnya dapat dikoreksi dengan
adanya pengaruh realitas.
f. Tidak mampu membedakan simbol yang biasa digunakan oleh masyarakat dengan
benda yang disimbolkan sendiri oleh pasien.

5. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Perlu ditegakkan sejarah sosial dimana perlindungan atau batas-batas antara
identifikasi, kebisaan berhubungan dengan yang lain. Faktor fisiologi, psikologi dan
sosial budaya adalah pencetus ketidakmampuan individu untuk berkembang dan
memelihara hubungan dengan orang lain.
a. Data subyektif : meliputi ekspresi perasaan sendiri, tidak ada keinginan untuk kontak
dengan sesama, kehilangan orang yang dekat, memiliki tameng untuk berhubungan
dengan orang lain, perubahan dalam rencana hidup dan support system yang adekuat.
b. Data obyektif : berfokus pada pembatasan fisik, ketidakmampuan dan issue di
masyarakat.
c. Faktor pengkajian yang mempengaruhi hubungan interaksi sosial :
1) Faktor Prediposisi
a) Faktor tumbuh kembang: kasus perkembangan terganggu misal : saat klien
masih kecil terlalu dibebani oleh orang tuanya.
b) Faktor komunikasi dalam keluarga: komunikasi tidak jelas, ekspresi emosi
meningkat dan pola asuh keluarga.
c) Faktor sosial budaya dan biologis: isolasi sosial dan otak skizofrenia.
2) Faktor Presipitasi
a) Struktur sosial budaya: keluarga yang labil, perpisahan dengan orang yang
terdekat, perceraian
b) Hipotesa Virus
c) Stres Psikologis
d) Adanya kecemasan berat
3) Faktor Perilaku
a) Tingkah laku yang berhubungan dengan curiga: tidak percaya pada orang lain,
bermusuhan, mengisolasi diri, paranoid.
b) Tingkah laku yang berhubungan dengan ketergantungan: asertif kurang, harga
diri turun, motivasi menurun.
c) Tingkah laku yang berhubungan dengan body image: percobaan bubuh diri,
tidak tahan sendiri, depresi, prestasi menurun.

Disamping itu juga, penenemuan karakteristik:


a. Data fisik atau ketrampilan mental atau perubahan status kesehatan.
b. Kurang perhatian dan aktivitas untuk tahap pertumbuhan mental dan usia.
c. Sedih atau apek dangkal.
d. Tidak adanya support/ dukungan dari orang lain (keluarga, teman atau kelompok
sosial).
e. Menarik diri dan ketidakmampuan atau gangguan dalam komunikasi.
f. Ketidakmampuan mengekspresikan atau kehilangan tujuan hidup.
g. Tingkah laku sulit menerima orang lain.
h. Tidak ada kontak mata.
i. Menyendiri.
j. Isolasi dalam tingkah laku pilihan.
k. Ketidakmampuan mengekspresikan perasaan kesendirian dengan orang lain.
l. Ekspresi menjadi “berbeda” dan ketidak mampuan untuk bertemu dengan yang lain.
m. Gangguan dalam situasi sosial.

6. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri.
b. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan persepsi atau kognitif.
7. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Hambatan interaksi sosial Satelah dilakukan tindakan asuhan 1.Modifikasi perilaku: ketrampilan sosial
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam a. Bantu pasien mengidentifikasi masalah
gangguan konsep diri. diharapkan terjadi peningkatan dari kurangnya ketrampilan sosial.
dalam: b. Dukung pasien untuk
- Ketrampilan Sosial memverbalisasikan perasaannya
- Suport sosial berkaitan dengan masalah interpersonal.
c. Bantu pasien mengidentifikasi hasil
yang diinginkan dalam hubungan
interpersonal atau situasi yang
problematik.
d. Bantu pasien mengidentifikasi
kemungkinan tindakan dan konsekuensi
dari hubungan interpersonal/ sosialnya.
e. Identifikasi ketrampilan sosial yang
spesifik yang akan menjadi fokus
training.
f. Bantu pasien mengidentifikasi step
tingkah laku untuk mencapai
ketrampilan sosial.
g. Sediakan model yang menunjukkan step
tingkah laku dalam konteks situasi yang
berarti bagi pasien.
h. Bantu pasien bermain peran dalam step
tingkah laku.
i. Sediakan umpan balik (penghargaan
atau reward) bagi pasien jika pasien
mampu menunjukkan ketrampilan
sosial yang ditargetkan.
j. Dukung pasien dan orang lain yang
signifikan untuk mengevaluasi hasil dari
interaksi sosial, memberikan reward
pada diri sendiri untuk hasil yang positif
dan penyelesaian masalah yang hasilnya
masih kurang dari yang diharapkan.

2.Suport sosial
a. Dukung pengembangan keterlibatan
dalam hubungan yang telah terbina.
b. Mengajak berbicara hal-hal yang
sederhana.
c. Meningkatkan kesabaran dalam
mengembangkan hubungan. Misalnya
saat pasien menolak minum obat,
perawat tetap sabar.
d. Meningkatkan hubungan dengan orang
yang mempunyai ketertarikan dan
tujuan yang sama.
e. Dukung aktifitas sosial dan komunitas.
Misal ada kunjungan pada pasien
perawat mengijinkan asal masih wajar,
jaga ketenangan di rumah sakit, selama
kunjungan itu mempunyai efek
terapeutik pada pasien.
f. Dukung pasien untuk membagi masalah
yang dimiliki dengan orang lain. Misal
meminta pasien untuk menceritakan apa
yang dirasakan dan penyebab terjadi
perasaannya itu.
g. Dukung kejujuran dalam hal
menunjukkan jati diri pasien pada orang
lain.
h. Dukung ketertarikan baru secara
menyeluruh. Misal mengenalkan pasien
pada aktifitas baru dan memfasilitasi
jika pasien merasa tertarik.
i. Memberikan umpan balik tentang
kemajuan dalam perawatan mengenai
penampilan personal atau aktifitas lain.
j. Bantu pasien meningkatkan kesadaran
mengenai kekuatan dan batasan dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Misal
bantu pasien mehami kekuatannya
dalam berkomunikasi dan batasan-
batasan yang dapat diterima dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
k. Gunakan bermain peran untuk
mempraktekkan peningkatan
ketrampilan dan teknik
komunikasi.misal perawat memberi
contoh cara dan teknik komunikasi dan
memberi kesempatan pasien
mempraktekkan dalam situasi yang
aman (misal drama).
l. Sediakan model peran yang
mengekspresikan marah dengan cara
yang tepat. Misal perawat memberi
contoh cara menyalurkan marah dengan
tepat misal dengan teknik konfrontasi.
m. Konfrontasi mengenai kerusakan
penilaian oleh pasien dengan cara yang
tepat. Misal pasien mengira orang lain
yang pendiam dianggap mengacuhkan
dirinya, maka perawat mengkonfrontasi
penilaian tersebut sehingga pasien
mempunyai alternatif penilain yang
diharapkan tidak membuat pasien tidak
nyaman dengan adanya kerusakan
penilaian tersebut.
n. Meminta dan mengharapkan
komunikasi nonverbal. Misal dengan
perkataan, “apabila anda mau
berbincang-bincang dengan saya
mungkin kita akan menemukan masalah
yang mengganggu pikiran anda”.
o. Berikan umpan balik positif pada saat
pasien mampu memahami hal lain.
p. Dukung pasien untuk merubah
lingkungan, misal dengan jalan-jalan.
q. Memfasilitasi masukan dari pasien dan
perencanaan dan aktifitas di masa
depan. Misal, “menurut anda, aktifitas
apa yang akan anda lakukan ke depan”.
r. Dukung rencana grup kecil untuk
aktifitas spesial. Misal rekreasi, diskusi
bersama.

2 Harga diri rendah kronis Satelah dilakukan tindakan asuhan Self esteem enhancement (Peningkatan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam harga diri)
koping individu tidak diharapkan terjadi peningkatan a. Monitor pernyataan harga diri pasien
efektif. dalam: b. Menentukan lokus kontrols
- Harga diri c. Menentukan percaya diri pasien menurut
pandangan pasien
d. Mendukung pasien untuk mengidentifikasi
kekuatan
e. Memperkuat kekuatan pribadi yang
dikenal pasien
f. Menyediakan pengalaman yang
meningkatkan otonomi pasien dengan tepat
g. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
respon positif dari orang lain
h. Menahan diri dari kritik negatif
i. Tunjukkan kepercayaan mengenai
kemampuan pasien untuk mengatasi situasi
j. Membantu menentukan tujuan yang
realistik untuk mencapai harga diri yang
lebih tinggi
k. Membantu pasien untuk menerima
ketergantungan pada orang lain, dengan
tepat
l. Membantu pasien untuk memeriksa
kembali persepsi negatif tentang diri
m. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
pengaruh dari kelompok terhadap harga
diri
n. Mengksplorasi prestasi keberhasilan yang
sebelumnya dicapai
o. Mengeksplorasi alasan untuk mengkritik
diri atau merasa bersalah
p. Mendukung pasien untuk mengevaluasi
perilakunya
q. Berikan penghargaan terhadap kemajuan
yang dicapai untuk mencapai tujuan
r. Memfasilitasi lingkungan dan aktifitas
yang akan meningkatkan harga diri
s. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
pentingnya budaya, agama, ras, gender dan
usia pada harga diri
t. Memonitor frekuensi dari verbalisasi hal
yang negatif terhadap diri

3 Defisit perawatan diri Satelah dilakukan tindakan asuhan Self-care assistance (bantuan perawatan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam diri)
gangguan persepsi atau diharapkan terjadi peningkatan a. Memonitor kemampuan pasien untuk
kognitif. dalam: kemandirian perawatan diri
- Kebutuhan ADL terpenuhi b. Memonitor kebutuhan pasien untuk
perlengkapan adaptif untuk kebersihan
personal, berpakaian grooming, toileting,
dan makan
c. Menyediakan kebutuhan yang dibutuhkan
personal (misalnya deodoran, sikat gigi
dan sabun mandi)
d. Menyediakan bantuan sampai pasien
mampu secara penuh melakukan
perawatan diri
e. Membantu pasien menerima kebutuhan
ketergantungan
f. Menggunakan pengulangan konsisten dari
kesehatan rutinitas sebagai alat untuk
menetapkan aktifitas
g. Mendukung pasien untuk melakukan
aktifitas normal dari kehidupan sehari-hari
untuk tingkat dari kemampuan
h. Mendukung kemandirian, tapi intervensi
pada saat pasien tidak dapat melakukan
kegiatan
i. Mengajarkan orang tua atau keluarga
untuk mendukung kemandirian, untuk
mengintervensi hanya pada saat pasien
tidak dapat melakukan
j. Menetapkan rutinitas untuk aktifitas
perawatan diri
k. Mempertimbangkan usia dari pasien
dengan mendukung aktifitas perawatan diri
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., Wagner, C. M. 2013. Nursing


Interventions Classification (NIC) 6th Edition.USA: Elsevier Mosby.

Herdman, T. H., Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blakwell.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th Edition. SA: Elsevier Mosby.

Nasution, M. L. 2014. Gangguan alam Perasaan: Menarik Diri. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dapat diakses di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3580/1/keperawatan-mahnum.pdf

Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai