Anda di halaman 1dari 92

REQUIREMENT ORTODONSIA

PASIEN 1
Dewi Sartieka Putri
G4B019003

DPJP: drg. Fani Tuti Handayani, M.Med.Ed., Sp. Ort


PENILAIAN 1
ACC KASUS, PENCETAKAN, FOTO IO-EO
ACC KASUS
Nama : Dewi Sartieka Putri
Usia : 25 tahun
Alamat : Purwokerto Utara

Relasi Molar
Kanan : Kelas I Kiri : Kelas I

Relasi Caninus
Kanan : Kelas I Kiri : Kelas I

Overjet :
4 mm pada gigi 11
2 mm pada gigi 21

Overbite : 2 mm

Maloklusi Klasifikasi Angle kelas I tipe 1


dan 2
FOTO PENCETAKAN NEGATIF
Nama : Dewi Sartieka Putri
Usia : 25 tahun
Alamat : Purwokerto Utara

Rahang Atas Rahang Bawah


FOTO PENCETAKAN POSITIF
Nama : Dewi Sartieka Putri
Usia : 25 tahun
Alamat : Purwokerto Utara

Typodont Model Studi Model Kerja Model Diskusi


Nama : Dewi Sartieka Putri
FOTO INTRAORAL
Usia : 25 tahun
Alamat : Purwokerto Utara
Nama : Dewi Sartieka Putri
Usia
Alamat
: 25 tahun
: Purwokerto Utara FOTO EKSTRAORAL
Trichion (Tr)
Trichion (Tr)

Glabella (Gl)
Glabella (Gl)
Glabella (Gl)

15 mm 15 mm

30 mm 28 mm
Subnasal
Subnasal
Lip contour
| atas (Lca)

Lip contour
bawah(Lcb)
Pogonion (Pog) Pogonion (Pog)
Pogonion (Pog)

Foto Frontal Foto Frontal Foto Lateral


Jenis Foto: Foto arah frontal dengan keadaan pasien rest position. Jenis Foto: Foto arah frontal dengan keadaaan pasien oklusi
Tujuan : Melihat kesimetrisan wajah dengan garis median. sentrik, membuka mulut, dan tersenyum. Jenis Foto: Foto pasien dengan keadaan
Titik orientasi: Tujuan: Melihat kesesuaian midline gigi insisivus rahang atas posisi pasien menghadap ke kiri.
- Garis midline dari titik trichion-glabella-subnasal-pogonion dengan midline wajah Tujuan: Melihat profil wajah.
- Upper line (Garis interpupil) dari titik tengah pupil kanan dan kiri Titik orientasi: Titik orientasi:
- Lower line (Garis byzygomatic) dari titik zygomatic kanan dan kiri - Garis midline gigi garis tengah antara insisivus rahang atas. - Titik glabella. titik Lca, titik Lcb, titik Pog
Hasil analisis: Jarak dari titik tengah pupil kanan ke garis midline - Garis midline wajah dari titik Trichion-Glabella-Subnasal- Garis :
sebesar 15 mm dan jarak dari titik tengah pupil kiri ke garis midline Pogonion - Gl-Lca ; Gl-Pog ; Pog-Lcb
yaitu 15 mm. Jarak dari titik zygomatic kanan ke garis midline yaitu Hasil analisis: Garis midline gigi insisivus rahang atas segaris Hasil analisis: Titik pertemuan antara Lca-
30 mm dan jarak dari titik zygomatic kiri ke garis midline yaitu 28 mm. dengan midline wajah Lcb terletak di depan garis Glabella-Pogonion
Kesimpulan: Wajah simetris. Kesimpulan: Midline gigi insisivus rahang atas segaris dengan Kesimpulan: Profil wajah cembung
midline wajah
Penilaian 1 (Acc Kasus, Pencetakan, Foto EO-IO)
Nilai: 77
Tanggal: 04 Maret 2022

drg. Fani Tuti Handayani, M.Med.Ed., Sp. Ort


NIP. 19811107 200801 2 012
PENILAIAN 2
SEFALOMETRI
SEFALOGRAM TRACING
TRACING
TITIK SEFALOMETRI
ANALISIS STEINER

Analisis Normal Pasien Interpretasi


SNA 820 890 Maksila prognati
SNB 800 860 Mandibula prognati
ANB 20 30 Relasi skeletal maksila mandibula kelas
Skeletal II
Go-Gn SN 320 220 Sudut mandibula counterclockwise
Occ SN 14 0 100 Sudut oklusal kecil
Pg NB 2 mm 1 mm Posisi dagu mundur / menton retrusi
I RA NA 220 300 Gigi I RA protrusi
I RA NA 4 mm 4 mm Gigi I RA normal

I RB NB 250 250 Gigi I RB normal


Dental
I RB NB 4 mm 7 mm Gigi I RB proposisi
I RA I 1310 1200 Sudut interinsisal protrusi
RB
ANALISIS DOWNS
Analisis Normal Pasien Interpretasi

Facial Angle 87,80 930 Facial angle prognati


Angle of 00 70 Sudut convexity cembung
Convexity
AB Plane -4,60 -70 Relasi skeletal maksila mandibula kelas
Skeletal II
FMPA 21,90 240 Sudut mandibula clockwise artinya
hyperdivergen
Y axis 59,40 570 Pola pertumbuhan mandibula horizontal
growth pattern
Occ-FHP 9.30 100 Sudut oklusal besar
I RA- I RB 135,40 1200 Sudut interinsisal protrusi

I RB 14,50 250 Gigi I RB protrusi


Dental Occ (-90)
I RB Go 1,40 20 Gigi I RB protrusi
Me (-90)
I RA A 2,7 mm 8 mm Gigi I RA proposisi
Pog
KESIMPULAN
Analisis Steiner yang tidak normal Analisis Down yang tidak normal

1. SNA : Maksila prognati 1. Facial angle : Prognati


2. SNB : Mandibula prognati 2. Angle of convexity : Cembung
3. ANB : Relasi skeletal maksila mandibula kelas II 3. AB Plane : Relasi skeletal maksila mandibula kelas II
4. Go-Gn SN : Sudut mandibula counterclockwise 4. FMPA : Sudut mandibular clockwise (hyperdivergen)
5. Occ Sn : Sudut oklusal kecil 5. Y axis : Pola pertumbuhan mandibular horizontal
6. Pg Nb : Posisi dagu mundur / menton retrusi growth pattern
7. I RA NA : Gigi I RA protrusi 6. Occ FHP : Sudut oklusal besar
8. I RA NA : Gigi I RA normal 7. I RA- I RB : Sudut interinsisal protrusi
9. I RB NB : Gigi I RB normal 8. I RB Occ : Gigi I RB protrusi
10. I RB NB : Gigi I RB proposisi 9. I RB Go Me : Gigi I RB protrusi
11. I RA I RB : Sudut interinsisal protrusi 10. I RA A Pog : Gigi I RA proposisi

Kesimpulan

Relasi skeletal maksila dan mandibula kelas II Steiner dan Downs


Relasi dental interinsisal protrusi (Steiner dan Downs)
Penilaian 2 (Sefalometri)
Nilai : 79
Tanggal: 06 April 2022

drg. Fani Tuti Handayani, M.Med.Ed., Sp. Ort


NIP. 19811107 200801 2 012
PENILAIAN 3
DISKUSI STATUS
Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Objektif: Ekstra oral
Panjang Kepala
Lebar Kepala

Eurion Eurion
Glabella Opistho
cranion

Brakisephali Mesosephali Dolicosephali Alat yang digunakan:


Spreading caliper
81-85,4 76-80,9 <75,9
Kepala pendek dan lebar Kepala rata-rata Kepala panjang dan sempit
Pemeriksaan Objektif: Ekstra oral
Lebar byzigomatic

Nasion

Gnation

Alat yang
digunakan:
Sliding caliper

Hipereuriprosop Euriprosop Mesoprosop Leptoprosop Hipereuriprosop


<78,9 79-83,9 84-97,9 <88-92,9 >93
Sangat lebar Lebar Bulat Panjang Sangat panjang
Pemeriksaan Objektif: Ekstra oral

Analisis Graber
Cembung (koveks): titik Lca-Lcb berada di depan
garis Gl-Pog.
Lurus (straight): titik Lca-Lcb berada tepat pada
garis Gl-Pog.
Cekung (konkaf): titik Lca-Lcb berada di belakang
garis Gl-Pog
Jenis Foto: Foto pasien dengan keadaan
posisi pasien menghadap ke kiri.
Tujuan: Melihat profil wajah.
Titik orientasi:
- Titik glabella. titik Lca, titik Lcb, titik Pog
Garis :
- Gl-Lca ; Gl-Pog ; Pog-Lcb
Hasil analisis: Titik pertemuan antara Lca-
Lcb terletak di depan garis Glabella-Pogonion
Kesimpulan: Profil wajah cembung
Pemeriksaan Objektif: Ekstra oral

Trichion
Upper third
Glabella

Middle third
Subnasal

Lower third
Proporsi Vertikal Muka Menton
Wajah dibagi 3
1/3 muka atas : dari trichion ke glabella.
1/3 muka tengah : dari glabella ke subnasal.
1/3 muka bawah : dari subnasal ke menton

3,1 3,4 4,3 3,4 3,1


Pemeriksaan Objektif: Ekstra oral

Proporsi Horizontal Muka


Wajah dibagi 5
Jarak helical kanan ke lateral canthus kanan
Jarak lateral canthus kanan ke medial canthus kanan.
Jarak medial cathus kanan dan kiri.
Jarak median canthus kanan ke lateral canthus kiri.
Jarak lateral canthus kiri ke helical kiri.

3,1 3,4 4,3 3,4 3,1


Pemeriksaan Objektif TRACING

Garis simon (Bidang Orbita)

Pada keadaan normal akan melewati 1/3 distal caninus rahang atas
kanan dan kiri.
Pada rahang bawah akan melewati daerah interdental gigi kaninus dan
premolar pertama.
Jika bidang lebih ke distal dari posisi normal maka maksila atau
mandibular pasien protusif.
Jika bidang lebih ke mesial dari posisi normal maka maksila atau
mandibular pasien retrusif.
Pemeriksaan Objektif

Auskultasi
Untuk mengetahui suara yang tidak normal saat pembukaan dan penutupan
mandibular seperti clicking atau krepitasi.
Palpasi
Untuk mengetahui ada tidaknya rasa sakit pada otot dan sendi. Palpasi dilakukan
saat pasien diinstrusikan untuk membuka dan menutup mulut.
Pergerakan
Untuk mengetahui apakah ada kesulitan/keterbatasan saat mandibular digerakkan.
Deviasi
Deviasi adalah adanya perubahan midline selama pembukaan yang akan hilang
dengan pembukaan yang terus dilakukan (kembali ke midline).
Tonus Otot Bibir
Tujuan: untuk mengetahui tonus otot orbicularis otot.
Pemeriksaan: dilakukan dengan menggunakan kaca mulut yang diletakkan di dasar bibir atas/bawah kemudian
pasien diinstrusikan untuk menelan ludah. Rasakan ketegangan ototnya.
Fonetik
Pemeriksaan fonetik dengan menginstruksikan pasien untuk menyebut huruf R dan S.
Tonus Otot Mastikasi
Pemeriksaan dilakukan dengan menempelkan kedua telapak tangan pada pipi pasien dan pasien diinstruksikan
untuk melakukan gerakan pengunyahan, kemudian rasakan ketegangan otot masseter.
Pemeriksaan Bibir
Kompeten: Bibir menutup atau berkontak pada saat istirahat.
Inkompeten: Bibir tidak berkontak pada posisi otot istirahat dan akan menutup jika otot berkontraksi.
Lingual
Besar/ makroglosia: Lidah menutupi dasar mulut sampai
dengan menutupi oklusal gigi rahang bawah dalam
keadaan relaks dan adanya bercak pada lateral lidah
karena adanya tekanan permukaan lingual mahkota gigi
dan gigi secara general renggang
Kecil/mikroglosia : Lidah tidak menutupi dasar mulut.

OHI-S
Interpretasi hasil OHI-S: Palatum
Baik : 0,0-1,2 Dilihat dengan menggunakan kaca mulut
Sedang : 1,3-3,0 nomor 3.
Buruk : 3,1-6,0 Rendah: < ½ kaca mulut.
Sedang: ½ kaca mulut.
Pola Atrisi
Pola atrisi adalah permukaan oklusal gigi yang datar
Tinggi: > ½ kaca mulut.
atau rata karena faktor pemakaian atau oleh
kebiasaan buruk sehingga menyebabkan bentuk
wajah menjadi lebih pendek dan fungsi pengunyahan
terganggu.
Kondisi keausan gigi dibandingkan dengan usia
pasien. Kondisi tidak normal jika terjadi pengikisan
pada insisal dan oklusal gigi.
Pemeriksaan Objektif
Gingiva
Dilihat kondisi ada tidaknya inflamasi, stipling yang
hilang, resesi gingiva, dan hipertropi.

Mukosa
Dilihat ada tidaknya inflamasi dan lesi
abnormal.

Frenulum
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat posisi perlekatan (insersio) pada marginal gingiva serta ketebalannya.
Cara melihat dengan melakukan blanch test yaitu pada frenulum labialis dengan menarik bibir atas ke superior,
jika mukosa pucat maka frenulum tinggi yang dapat menimbulkan diastema insisivus sentral atas dan
mengganggu perlekatan alat orto.

Tonsil
Tonsil normal terletak tersembunyi di balik pilar tonsil.
Keadaan Lokal Intraoral

Overbite: Relasi normal dari arah vertikal atau Jarak vertikal dari insisal gigi insisivus rahang
atas ke insisal gigi insisivus rahang bawah.
Overjet : Relasi normal dari arah sagital atau jarak horizontal dari dari insisal gigi insisivus
rahang atas ke insisal gigi insisivus rahang bawah.
Crossbite:
- Anterior: Kesalahan relasi sagital.
- Posterior: Kesalahan relasi transversal
Keadaan Lokal Intraoral

Free way space


Free way space jarak interoklusal (occlusal
clearance) pada saat mandibular dalam
keadaan istirahat (rest position).
Free way space diukur pada subnasal ke
pogonion dengan rumus DVF-DFO.
Nilai normal: 2-3 mm
Free way space
Path of closure
Path of closure merupakan gerakan mandibular dari
posisi istirahat menuju ke oklusi sentrik.
Dikatakan tidak normal jika terdapat deviasi atau
displacement mandibula.

TMJ
Dikatakan tidak normal jika teraba krepitasi saat palpasi
dibagian luar meatus acustinus externus atau terdapat bunyi
pada saat membuka dan menutup mulut yang berarti
adanya pola pergerakan yang tidak normal yang disebut
kliking.
Setengah elips
Kaki lengkung berbentuk garis lengkung konvergen ke posterior
TRACING
ditandai posisi M2 berbelok ke arah midline, puncak lengkung
merupakan garis lngkung (curved0.
Parabola
Posisi gigi dar P1 sampai M2 kanan dan kiri berbentuk garis lurus
divergen ke posterior dengan M2 merupakan terusan kaki
lengkung, C-C berbentuk garis lengkung.
U Form
Kaki lengkung merupakan garis lurussejajar ke posterior, puncak
lengkung merupakan garis lengkung.
V form
Puncak lengkung merupakan garis lurus devergen ke posterior,
puncak lengkung merupakan garis menyudut ke anterior ditandai
dengan posisi I2 merupakan terusan kaki lengkung lurus
konvergen ke anterior.
Trapezoid
Kaki lengkung merupakan garis lurus devergen ke posterior dan
puncak lengkung merupakan garis datar di anterior dari gigi C-C
Palatal bite: excessive overjet atau tepi insisal gigi anterior RB
mengenai palatum.
Deep bite: Bertambahnya nilai relasi vertikal.
Open bite : Tidak adanya overlap dari arah vertikal atau tidak
berkontaknya gigi rahang atas dan rahang bawah.
Edge to edge bite: Berkontaknya insisal gigi insisivus rahang atas
dan rahang bawah.
Cross bite anterior: Kesalahan relasi sagital. Keadaan dimana gigi
insisiv RA terdapat di lingual gigi insisiv RB.
Cross bite posterior: Kesalahan relasi transversal. Keadaan
Alat yang dapat digunakan:
dimana tonjol bukal gigi posterior RA terdapat pada fossa sentral Symmetograph atau
gigi posterior RB transparent ruller grid
Scissor bite: Gigi posterior RA lebih ke lingual tonjol lingual gigi
posterior RB sehingga tidak tidak terjadi kontak.
Neutroklusi Distoklusi Mesioklusi
Foto intraoral dari Foto intraoral dari Foto intraoral dari
lateral kanan anterior lateral kiri

Relasi M1 permanen neutroklusi yaitu posisi Relasi M1 permanen neutroklusi yaitu


cups mesiobukal M1 rahang atas berada pada posisi cups mesiobukal M1 rahang atas
bukal groove M1 rahang bawah. Posisi
Midline rahang atas segaris berada pada bukal groove M1 rahang
caninus rahang atas berada diantara caninus dengan rahang bawah bawah. Posisi caninus rahang atas berada
dan premolar 1 rahang bawah. diantara caninus dan premolar 1 rahang
bawah.
Rahang Atas Rahang Bawah
Penilaian 3 (Diskusi Status)
Nilai: 71
Tanggal : 11 April 2022

drg. Fani Tuti Handayani, M.Med.Ed., Sp. Ort


NIP. 19811107 200801 2 012
PENILAIAN 4
ANALISIS
Analisis Model Studi
Arch Length Discrepancy (Diskrepansi Panjang Lengkung)

Mengetahui perbedaan panjang lengkung rahang dengan panjang Menghitung panjang lengkung gigi
lengkung gigi sehingga diketahui selisihnya agar dapat ditentukan Menjumlahkan lebar mesiodistal 12 gigi
indikasi perawatannya. dari distal M1 kanan sampai distal M1 kiri.

Menghitung diskrepansi
Arch Length Discrepancy (ALD) =
Panjang lengkung rahang-panjang lengkung gigi

Interpretasi
Alat: Sliding Jika hasilnya:
caliper
Prosedur Perhitungan (+) : Kelebihan ruang sehingga dilakukan
pemanfaatan ruang.
Menentukan panjang lengkung rahang (-): Kekurangan ruang sehingga dibutuhkan
pencarian ruang.
Analisis Lundstrom
Membagi lengkung rahang menjadi 6 segmen, diukur dari M1-P2, Macam Perawatan Kekurangan Ruang
P1-C, I2-I1 pada regio kanan dan kiri kemudian dihitung tiap segmen 0-4 mm : Non ekstraksi
5-9 mm : Grey area (slicing, expansi, ekstraksi)
dengan titik pengukuran pada puncak tulang alveolar menggunakan
> 9 mm : Ekstraksi
jangka sorong, lalu dijumlahkan.
Analisis Model Studi

Arch Length Discrepancy (ALD)

Kondisi pada pasien


Rahang atas hasilnya (-) atau kekurangan ruang sebesar 0,5 mm, maka dibutuhkan
pencarian ruang.
Rahang bawah hasilnya (+) atau kelebihan ruang sebesar 0,6 mm, maka dibutuhkan
pemanfaatan ruang.
Analisis Model Studi
Metode Pont Mengukur jarak interpremolar 1 dan intermolar 1
sebenarnya
Tujuan Jarak inter P1: Titik terdistal cekung mesial gigi P1
kanan ke kiri
Membandingkan lebar lengkung ideal berdasarkan Jarak inter M1: Pit mesial okusal M1 kanan ke kiri
Metode Pont yang diprediksi dengan ukuran
mesiodistal 4 gigi insisivus rahang atas terhadap lebar Hitung diskrepansi
lengkung gigi pasien/keadaan sebenarnya. Diskrepansi = Jarak Inter P / M yang sebenarnya
Jarak inter P/M ideal

Alat: Interpretasi
Sliding caliper
Jika nilai
- 0 : Normal
- Negatif (-) : Nilai inter P/M pengukuran < perhitungan
Prosedur Perhitungan Kontraksi Sebagian atau seluruh lengkung gigi
mendekati bidang midsagital
Menentukan jumlah gigi prediktor (4 insisivus RA) - Positif (+): Nilai inter P/M pengukuran > perhitungan
Lebar mesiodistal gigi inisisivus diukur dan dijumlahkan. Distraksi Sebagian atau seluruh lengkung gigi
menjauhi bidang mid sagital
Menghitung lebar lengkung gigi P1-P1 dan M1-M1 ideal
Rumus perhitungan: Derajat kontraksi/distraksi
Inter P1: Jumlah mesiodistal 11,12,21,22 x 100 = - Ringan : < 5 mm.
80 - Sedang : 5-10 mm
Inter M1: Jumlah mesiodistal 11,12,21,22 x 100 = - Berat : > 10 mm
64
Analisis Model Studi

Metode Pont
Analisis Model Studi
Metode Howes Mengukur indeks fossa canina (lengkung rahang)
Titik acuan: Struktur pada maksila yaitu cekung
Untuk membandingkan lebar lengkung gigi dan lengkung terdalam di lateral kanan dan kiri.
basal terhadap panjang lengkung gigi dengan menggunakan Indeks FC = Jarak inter fossa canina x 100%
prediktor lebar mesiodistal gigi M1-M1. Mengetahui: Jumlah lebar mesiodistal M1-M1
-Indeks P: perbandingan lebar gigi terhadap panjang lengkung
gigi Interpretasi
-Indeks FC: perbandingan lebar lengkung basal terhadap
panjang lengkung gigi. Indeks P1
-Perbandingan indeks P dan indeks FC: untuk memperbaiki - Jika < 43% : Kurang
inklinasi gigi posterior. - Jika 43%: Cukup
- Jika > 43% : Lebih
Indeks fossa canina
- Jika < 37 % : Lengkung basal terlalu kecil
untuk menampung gigi geligi (Indikasi
Alat: Sliding
ekstraksi)
caliper
- Jika 37-44%: Indikasi ekstraksi atau ekspansi
- Jika > 44% : Indikasi ekspansi
Prosedur Perhitungan
Menghitung jumlah lebar mesiodistal terbesar 12 gigi dari distal M1-distal Perbandingan indeks P1 dan FC
M1 RA menggunakan jangka sorong - Indeks fossa canina > indeks P1 gigi
Mengukur indeks premolar posterior regio premolar menyempit
(Konvergen).
Titik acuan: bagian dalam puncak cusp bukal premolar, diukur dari P1
- Indeks fossa canina < indeks P1 gigi
kanan ke P1 kiri.
posterior di regio premolar melebar
Indeks P1 = Jarak P1-P1 x 100%
(Divergen)
Jumlah lebar mesiodistal M1-M1
Analisis Model Studi

Metode Howes

Keterangan: Lebar lengkung gigi


untuk menampung panjang gigi
geligi kurang (<43%)

Keterangan: Lebar lengkung gigi


untuk menampung panjang gigi
geligi berlebih (>44%)

Kondisi pada pasien


Diperlukan perluasan ekspansi lateral karena gigi posterior regio premolar mengalami
penyempitan atau konvergen.
Analisis Model Studi
Metode Korkhaus
Membandingkan atau mengetahui tinggi lengkung gigi pasien dan Bandingkan tinggi
tinggi lengkung yang ideal menurut perhitungan Korkhaus. lengkung gigi yang
Perhitungan dilakukan dengan mengukur mesiodistal keempat didapat dari pengukuran Tabel Korkhaus
gigi insisivus rahang atas sebagai prediktor. pada model dengan
tinggi lengkung ideal
(lebar mesiodistal Incisivus Korkhaus
Alat : Orthocross atau keempat gigi insisivus 27 16
sliding caliper dan 27,5 16,3
rahang atas sesuai
penggaris. 28 16,5
dengan tabel Korkhaus.) 28,5 16,8
29 17
Menghitung diskrepansi 29,5 17,3

Prosedur Perhitungan Diskrepansi = (Jarak I- 30 17,5


30,5 17,8
inter P tabel Korkhaus)
31 18
Menjumlahkan lebar mesiodistal 4 gigi insisivus rahang atas (Jarak insisivus inter P
31,5 18,3
(gigi 12-11-21-22) kemudian dimasukkan dalam tabel Korkhaus. pengukuran) 32 18,5
Penggaris diletakkan pada titik terdistal dari cekung mesial gigi P1 32,5 18,8
33 19
kanan dan kiri.
33,5 19,3
Letakkan ujung pangkal sliding caliper pada permukaan labial 34 19,5
pada insisal insisivus sentral kanan dan kiri atau interdental gigi, 34,5 19,8
sliding caliper digeser membuka sehingga penunjuk pangkal 35 20
pegangan menyentuh penggaris, maka diperoleh tinggi 35,5 20,5
36 21
lengkung gigi sebenarnya.
Analisis Model Studi

Metode Korkhaus

Interpretasi

Nilai (+) : Retroklinasi insisivus rahang atas


Nilai (-) : Proklinasi insisivus rahang atas.
Nilai 0 : Normal.
Analisis Model Studi

Metode Bolton (Tooth Size Discrepancy)


Interpretasi
Mengetahui keserasian atau keharmonisan ukuran
gigi rahang bawah terhadap ukuran gigi rahang atas Penilaian rasio anterior
pada region anterior dan keseluruhan. Ukuran gigi anterior RA berlebih < 77,2% ±
1,65< Ukuran gigi anterior RB berlebih

< 77,2% : Kelebihan anterior rahang atas


Alat : Sliding caliper > 77,2% : Kelebihan anterior rahang bawah

Penilaian rasio keseluruhan


Ukuran gigi anterior RA berlebih < 91,3% ± 1,91
< ukuran gigi anterior RB berlebih
Prosedur Perhitungan
Menghitung rasio anterior < 91,3% Kelebihan ukuran gigi rahang atas
Rasio anterior = Jumlah mesiodistal 6 gigi anterior RB x 100% > 91,3% Kelebihan ukuran gigi rahang bawah
Jumlah mesiodistal 6 gigi anterior RA

Menghitung keseluruhan
Rasio keseluruhan = Jumlah mesiodistal 12 gigi RB x 100%
Jumlah mesiodistal 12 gigi RA
Analisis Model Studi

Metode Bolton
(Tooth Size
Discrepancy)

Kondisi pada pasien


Rasio anterior sebesar 81,40% lebih dari 77,2% ± 1,65 yang berarti ukuran anterior rahang bawah
berlebih terhadap anterior rahang atas.
Rasio keseluruhan sebesar 93,10% lebih dari 91% ± 1 ,91 yang berarti ukuran keseluruhan gigi
harmonis
Penilaian 4 (Analisis)
Nilai: 80
Tanggal : 20 April 2022

drg. Fani Tuti Handayani, M.Med.Ed., Sp. Ort


NIP. 19811107 200801 2 012
PENILAIAN 5
RESUME DIAGNOSIS, RENCANA PERAWATAN
DAN DESAIN PERANTI
Resume Pemeriksaan

Keadaan Umum:
Baik, termotivasi dan Faktor etiologi yang
kooperatif, OH baik, dan DHE mengganggu perawatan:
telah dilakukan. Tidak ada

Mouth preparation yang Pertimbangan lain yang


diperlukan: harus diperhatikan:
Scaling USS rahang atas Tidak ada.
dan rahang bawah
Resume Analisis

Hasil analisis sefalometri: Hasil analisis fotometri Ekstra Oral:

Diasumsikan dalam rentang 1. Wajah simetris.


normal yaitu Relasi Skeletal 2. Midline gigi segaris dengan midline
Kelas I. wajah.
3. Profil wajah cembung (titik
pertemuan antara Lca dan Lcb
terletak di depan garis Glabela-
Pogonion).
Resume Diagnosis

1. Klasifikasi Angle Kelainan dalam arah sagital


Klasifikasi Angle kelas I tipe 1 dan 2 Merupakan kelainan dalam arah antero-posterior yang dapat
2. Kelainan arah sagital dilihat dari lateral pasien seperti kelainan crossbite, overjet,
relasi C, dan relasi M
Overjet 4 mm pada gigi 11
3. Kelainan arah transversal Kelainan dalam arah transversal
Tidak ada Merupakan kelainan dalam arah lateral kanan dan kiri yang
4. Kelainan arah vertikal dapat dilihat dari arah frontal pasien seperti kelainan
Tidak ada transversal, crossbite posterior, dan pergeseran garis midline.
5. Sefalometri
Kelainan dalam arah vertikal
Relasi skeletal maksila dan
Merupakan kelainan dalam arah superior-inferior yang dapat
mandibula kelas I (Steiner dan dilihat dari arah frontal pasien seperti open bite, deep bite, ede
Down) to edge bite.
Relasi dental interinsisal normal
(Steiner dan down)
6. Profil
Cembung
Resume Analisis

ALD Pont

RA= -0,5 mm LLG Inter P : Kontraksi (-2,81)


RB= +0,6 mm LLG Inter M: Kontraksi (-6,51)

Howes Korkhaus Bolton

LLG/PLG = 42,67% TLG: TSD Anterior:


LLB/PLG= 52,47% Protraksi -0,6 mm Ukuran gigi anterior RB berlebih
IP<IFC
(Konvergen) TSD Total
Ukuran keseluruhan gigi harmonis
Foto Typodont

Foto Oklusal RA

Foto Oklusi (Frontal)

Foto Oklusal RB
Rencana Perawatan
Rahang Atas: Rahang Bawah:
Diastem 12-13 = 0,5 mm Diastem 31-41 = 0,5 mm
1. Mouth Preparation 1. Mouth Preparation Diastem 32-33 = 0,5 mm
Scaling USS Scaling USS
2. Pencarian ruang 2. Pencarian ruang
Diperlukan ruang sebesar 0,5 mm dan dilakukan pencarian ruang Terdapat kelebihan ruang sebesar 0,6 mm, terdapat diastem sebesar
menggunakan ekspansi lateral non-paralel simetris (ekspansi radial) 1,0 mm dan dilakukan pemanfaatan ruang, profil muka cembung.
sebanyak 2x putaran menghasilkan ruang 0,5 mm, profil muka cembung. 3. Koreksi gigi anterior
3. Koreksi gigi anterior Distalisasi gigi 32 sebesar 0,4 mm menggunakan kantilever tunggal
Distalisasi gigi 12 sebesar 0,4 mm menggunakan kantilever tunggal (diastem 0,5 mm sisi distal gigi 32, sehingga didapatkan ruang sisi
(diastem 0,5 mm sisi distal gigi 12, sehingga didapatkan ruang sisi mesial 0,4 mm dan sisi distal 0,1 mm).
distal 0,1 mm dan sisi mesial 0,4 mm). Mesialisasi gigi 41 sebesar 0,2 mm menggunakan kantilever
Mesialisasi gigi 21 sebesar 0,2 mm menggunakan kantilever tunggal tunggal (sisa ruang di midline 0,5 mm dan sisi distal 0,2 mm)
(midline 0,3 mm dan sisi distal 0,2 mm). Distalisasi gigi 31 sebesar 0,2 mm menggunakan kantilever
Terdapat ruangan pada mesial gigi 11 sebesar 0,3 mm dan distal 11 tunggal (diastem 0,5 mm sisi mesial gigi 31, sehingga didapatkan
sebesar 0,4 mm (0,3 mm di mesial untuk retraksi gigi 11 dan 0,1 mm ruang midline 0,7 mm dan sisi distal 0,2 mm).
di distal untuk retraksi gigi 12). Mesialisasi gigi 42 sebesar 0,1 mm menggunakan kantilever tunggal
Mesialisasi gigi 22 sebesar 0,1 mm menggunakan kantilever tunggal, (sisa ruang di mesial 0,1 mm, didapatkan ruang sisi distal 0,1 mm).
(didapatkan ruang sisi mesial sebesar 0,1 mm dan sisi distal sebesar Koreksi labioversi gigi 31 dan 41 sebesar 0,2 mm (sisa ruang di
0,1 mm). distal 32,31, 41,42 dan midline sebesar 0,1 mm) menggunakan
Koreksi rotasi gigi 22 menggunakan kantilever ganda (ruang mesial labial bow aktif dengan U loop pada gigi 34 dan 44.
0,1 mm dan ruang distal 0,1 mm). Retraksi gigi anterior pada gigi 32-42 menggunakan labial bow aktif
Koreksi labioversi gigi 12, 11, 21 dengan melakukan retraksi dengan U loop pada gigi 34 dan 44.
menggunakan labial bow aktif dengan U loop pada gigi 14 dan 24. 4. Evaluasi pergerakan gigi
4. Evaluasi pergerakan gigi 5. Mempertahankan posisi gigi yang telah dikoreksi dengan
5. Mempertahankan posisi gigi yang telah dikoreksi dengan menggunakan retainer Hawley
menggunakan retainer Hawley
Desain Alat Ortodontik
#Set 1 Labial Bow
Rahang atas dan rahang bawah (pasif/retentive)
berfungsi untuk tahanan terhadap perubahan letak
1. Komponen aktif : piranti lepasan. Klamer yang digunakan 0,7 mm.
- Expansion screw lateral non paralel
Sekrup Ekspansi
simetris. Fungsi : Melebarkan lengkung gigi ke arah lateral
2. Komponen retentif : sehingga didapatkan ruangan.
- Labial bow pada gigi 13-23 Aktivasi dillakukan dengan pemutaran dengan kunci
- Adam clasp pada gigi 16 dan 26 yang tersedia sesuai arah perputaran yang ditandai
3. Base plate : dengan anak panah. Pemutaran dilakukan didalam
rongga mulut.
Plat akrilik dengan peninggian 1/3 servikal
Sekrup diputar ¼ lingkaran sebanyak satu kali yang
palatal gigi anterior akan menghasilkan gerakan 0,18-0,25 mm.
4. Anchorage
Gigi 16 dan 26 Kantilever Tunggal
Rahang bawah: Kantilever tunggal pada gigi 32 ke arah
1. Komponen aktif : distal serta gigi 41 ke arah mesial dengan kawat
diameter 0,5 mm
- Kantilever tunggal pada gigi 32 kawat SS
Fungsi: menggerakkan gigi ke arah mesial /distal.
diameter 0,5 mm ke arah distal Cara aktivasi: menekan koil dengan tang pipih bulat
- Kantilever tunggal pada gigi 41 kawat SS sehingga pegas bergerak ke arah yag diinginkan.
diameter 0,5 mm ke arah mesial
2. Komponen retentif : Adam Clasp
- Labial bow pada gigi 34-44 Fungsi : Penjangkaran sehingga dapat menahan gigi
yang tidak dilakukan pergerakan sehingga
- Adam clasp pada gigi 36 dan 46
memungkinkan gigi yang digerakkan dapat bergerak.
3. Base plate : Klamer yang digunakan yaitu 0,7 mm pada gigi 16, 26,
Plat akrilik, tanpa peninggian 36, dan 46.
4. Anchorage
Gigi 36 dan 46
Desain Alat Ortodontik
#Set 2 Labial Bow
Rahang atas (pasif/retentive) berfungsi untuk
1. Komponen aktif : tahanan terhadap perubahan letak piranti
- Kantilever tunggal pada gigi 12 kawat SS lepasan. Klamer yang digunakan 0,7 mm.
diameter 0,5 ke arah distal Rahang bawah (aktif) berfungsi untuk
- Kantilever tunggal pada gigi 21 dan 22 kawat meretraksi gigi 31 dan 41 ke arah lingual serta
SS diameter 0,5 ke arah mesial meratakan gigi anterior sesuai lengkung gigi.
2. Komponen retentif : Diameter kawat yang digunakan 0,7 mm.
- Labial bow pada gigi 13-23
- Adam clasp pada gigi 16 dan 26 Kantilever Tunggal
3. Base plate : Rahang atas: Kantilever tunggal pada gigi 11, 21
Plat akrilik, tanpa peninggian dan 22 dengan kawat SS diameter 0,5 mm ke arah
4. Anchorage mesial.
Gigi 16 dan 26 Rahang bawah: Kantilever tunggal pada gigi 31 ke
arah distal serta gigi 42 ke arah mesial dengan
kawat SS diameter 0,5 mm
1. Komponen aktif : Cara aktivasi: menekan koil dengan tang pipih
- Kantilever tunggal pada gigi 31 kawat SS bulat sehingga pegas bergerak ke arah yag
diameter 0,5 mm ke arah distal diinginkan.
- Kantilever tunggal pada gigi 42 kawat SS Fungsi: menggerakkan gigi ke arah mesial /distal.
diameter 0,5 mm ke arah mesial
- Labial bow aktif pada gigi 34-44 Adam Clasp
2. Komponen retentif : Fungsi : Penjangkaran sehingga dapat menahan
- Adam clasp pada gigi 36 dan 46 gigi yang tidak dilakukan pergerakan sehingga
3. Base plate : memungkinkan gigi yang digerakkan dapat
Plat akrilik, tanpa peninggian bergerak.
4. Anchorage Klamer yang digunakan yaitu 0,7 mm pada gigi 16,
Gigi 36 dan 46 26, 36, dan 46.
Desain Alat Ortodontik
Labial Bow
#Set 3 Rahang atas (aktif dan retentive) berfungsi untuk untuk
menahan terhadap perubahan letak piranti lepasan.
Klamer yang digunakan 0,7 mm.
1. Komponen aktif :
- Kantilever ganda pada gigi 22 kawat SS Kantilever Ganda
diameter 0,5 ke arah labial Rahang atas: Kantilever ganda pada gigi 22 kawat SS
- Labial bow aktif pada gigi 14-24 diameter 0,5 mm ke arah labial.
2. Komponen retentif : Fungsi: Untuk protraksi gigi ke arah labial.
- Adam clasp pada gigi 16 dan 26 Cara aktivasi: Membuka dua koil maksimal 2 mm
menggunakan tang pipih-bulat, dengan cara memutar
3. Base plate :
koil yang jauh dengan gigi berlawanan arah jarum jam,
Plat akrilik, tanpa peninggian
kemudian koil yang dekat gigi diputar searah jarum jam.
4. Anchorage
Gigi 16 dan 26 Adam Clasp
Fungsi : Penjangkaran sehingga dapat menahan gigi
yang tidak dilakukan pergerakan sehingga
memungkinkan gigi yang digerakkan dapat bergerak.
1. Komponen aktif : Hawley retainer Klamer yang digunakan yaitu 0,7 mm pada gigi 16, 26,
36, dan 46.
2. Komponen retentif :
- Labial bow pada gigi 33-43 Hawley Retainer Rahang Bawah
- Adam clasp pada gigi 36 dan 46 Berfungsi untuk mempertahankan posisi gigi yang telah
3. Base plate : dikoreksi agar tetap stabil dalam terjadinya reorganisasi atau
Plat akrilik, tanpa peninggian perbaikan jaringan periodontal. Retainer Hawley digunakan
4. Anchorage karena memiliki sejumlah keuntungan seperti desain
Gigi 36 dan 46 sederhana kuat dan kokoh. Komponennya terdiri dari
komponen pasif yaitu labial bow pada gigi 33-43 serta
komponen retentif yaitu adam clasp diid gigi 36 dan 46.
Desain Alat Ortodontik
#Set 4
Hawley Retainer Rahang Atas
Berfungsi untuk mempertahankan posisi gigi yang
1. Komponen aktif :
telah dikoreksi agar tetap stabil dalam terjadinya
Hawley retainer reorganisasi atau perbaikan jaringan periodontal.
2. Komponen retentif : Retainer Hawley digunakan karena memiliki sejumlah
- Labial bow U loop pada gigi 13-23 keuntungan seperti desain sederhana kuat dan
- Adam clasp pada gigi 16 dan 26 kokoh.
3. Base plate :
Plat akrilik, tanpa peninggian Komponennya terdiri dari:
4. Anchorage 1. Komponen pasif
Gigi 16 dan 26 Labial bow U loop pada gigi 13-23 dengan
menggunakan kawat ss diameter 0, 7 mm
sebagai tahanan terhadap perubahan letak piranti
lepasan.
2. Komponen retentif
Adam clasp dari klamer 0,7 mm pada gigi 16 dan
26, plat akrilik sebagai penahan komponen dan
meneruskan kekuatan dari komponen aktif ke
penjangkaran, menghalangi pergeseran gigi yang
tidak diinginkan, dan melindungi pegas palatal.
Plat akrilik pada piranti orto lepasan dibuat setipis
mungkin namun ettap kuat. Ketebalannya 1
malam model (2mm) digunakan 24 jam selama 1
tahun dan dilepas pada saat makan dan
berolahraga berat.
Penilaian 5 (Rencana Perawatan)
Nilai: 79
Tanggal : 10 Mei 2022

drg. Fani Tuti Handayani, M.Med.Ed., Sp. Ort


NIP. 19811107 200801 2 012
PENILAIAN 6
ACC PIRANTI
Acc Klamer
#Set 1
Acc Klamer
#Set 1
Penilaian 6 (Acc kawat)
Nilai: 80
Tanggal : 14 Mei 2022

drg. Fani Tuti Handayani, M.Med.Ed., Sp. Ort


NIP. 19811107 200801 2 012
Rencana Processing

Pengiriman Paket Model : 11 Mei 2022


Nama Lab : Rama Dental
Alamat Lab : Sokaraja
Rencana alat akan diterima: 23 Mei 2022
PENILAIAN 7
INSERSI PIRANTI
ACC Piranti
Insersi
Hari/Tanggal: Selasa, 07 Juni 2022

Foto Oklusi Sebelum Foto Oklusi Sesudah


(Frontal) (Frontal)
Insersi
Hari/Tanggal: Selasa, 07 Juni 2022

Foto Oklusal Sebelum Foto Oklusal Sesudah


Sebelum Insersi

1. Pastikan desain piranti alat ortodonsi lepasan sudah


benar
2. Pastikan tidak ada bekas malam yang menempel,
dibersihkan
3. Pastikan ketebalan plat alat ortodonsi lepasan merata
4. Pastikan permukaan plat halus dan tidak ada tepian plat
yang tajam dan kasar
5. Periksa clasp dan spring jika ada yang terdistorsi selama
fabrikasi, trimming dan polishing
6. Pemeriksaan rongga mulut pasien, apabila terdapat
kelainan dan eluhan, insersi ditunda hingga kelainan dan
keluhan hilang.
Sesudah Insersi

1. Inspeksi pada rongga mulut pasien dengan bantuan kaca mulut untuk cek
adaptasi, melihat apakah terdapat area mukosa yang tertekan atau timbul
perdarahan. Cek adaptasi juga dengan menanyakan kepada pasien apabila
terdapat nyeri setelah dipasangkan piranti. Jika terdapat keluhan piranti
diperbaiki, jika tidak berarti kondisi piranti sudah baik.
2. Cek retensi dengan menggunakan sonde pada komponen retentif. Cek retensi
pada labial bow dengan menggerakkan sonde ke arah oklusal secara perlahan
pada kawat horizontal, sedangkan pada adam clasp dengan menggerakkan
sonde ke arah oklusal secara perlahan pada cross bar. Cek retensi ditambah
dengan menginstruksikan pasien seperti menutup bibir, menggerakkan lidah,
dan melafalkan huruf U dan I. Jika piranti terlepas maka retensi piranti tidak
ada sehingga dilakukan perbaikan, namun piranti tetap dalam rahang untuk
menunjukkan kondisi retensi piranti baik.
3. Cek oklusi dengan menginstruksikan pasien untuk menggigit, serta tanyakan
kepada pasien apabila terdapat rasa mengganjal setelah mencoba menggigit.
Jika terdapat keluhan maka piranti diperbaiki, jika tidak berarti kondisi piranti
sudah baik.
Instruksi Pasien Post-Insersi

1. Berikan edukasi kepada pasien tentang cara memasang dan melepas piranti yang baik dan benar.
2. Instruksikan pasien untuk menggunakan alat setiap waktu kecuali pada saat makan dan ingin
membersihkan, saat tidak digunakan piranti disimpan pada wadah tertutup dalam keadaan kering.
Jangan disimpan dalam gulungan tissue atau kertas sebab bisa terbuang
3. Pasien diinstruksikan untuk menjaga piranti, jangan sampai jatuh sebab bisa pecah atau patah
4. Instruksikan pasien untuk menjaga kebersihan piranti dengan sikat gigi berbulu halus dan bilas air
mengalir saat sebelum tidur dan setelah makan
5. Konsumsi makanan lembut dan menghindari makanan keras
6. Komunikasikan kepada pasien bahwa pasien kemungkinan akan merasakan rasa tidak nyaman,
berbau plastik, air liur berlebih, sakit ringan, kesulitan menelan dan berbicara pada saat menggunakan
piranti selama 2 hari pertama, sehingga perlu adaptasi.
7. Setelah menginsersikan alat ke dalam rongga mulut pasien, pastikan tidak ada area kemerahan, pucat
atau area tajam yang menyebabkan rasa sakit alat yang mengganjal sehingga dapat mengganggu
kenyamanan pasien. Pasien diminta untuk beradaptasi dan latihan bicara dengan alat piranti selama 1
minggu, baru kemudian dilakukan evaluasi apabila tidak ada keluhan maka akan dilakukan tahapan
aktivasi untuk pergerakan gigi pertama pada kunjungan selanjutnya.
8. Berikan edukasi kepada pasien untuk tidak memainkan piranti menggunakan lidah.
9. Informasikan pasien untuk datang kontrol sesuai waktu yang ditentukan oleh operator
10. Informasikan kepada pasien apabila terdapat keluhan atau apabila alat rusak dapat segera
menghubungi operator
Lembar ACC Insersi
Hari/Tanggal: Selasa, 07 Juni 2022

Waktu: 11.30-13.00 WIB Try-in Plat RA-RB:


Oklusi baik, klamer maupun plat tidak mengganggu
oklusi ketika try-in plat RA-RB
1. Pemeriksaan:
Alat: Ketebalan plat merata, tidak ada tepian yang tajam
atau menonjol di permukaan piranti dan sesuai desain Insersi:
piranti. 1. Piranti pasif
Pasien: Pasien datang ke tempat praktek tanpa keluhan 2. Pasien telah dilatih untuk memasang dan melepas
dengan kondisi ekstraoral baik, kondisi intraoral baik, alat dengan benar
dan oral hygiene baik. 3. Pasien telah diberikan instruksi untuk pemeliharaan
plat orto
4. OH pasien baik
2. Try-in Plat Rahang Atas: 5. Jadwal kontrol pasien 1 minggu pada tanggal 14 Juni
Adaptasi: Adaptasi baik, plat dan tepi plat halus, tidak ada 2022.
daerah pucat atau kemerahan hingga menyebabkan rasa sakit
Retensi: Retensi baik
Penilaian Insersi: 82
Oklusi: Plat RA tidak mengganggu oklusi

Tanda tangan DPJP


3. Try-in Plat Rahang Bawah:
Adaptasi: Adaptasi baik, plat dan tepi plat halus, tidak ada
daerah pucat atau kemerahan hingga menyebabkan rasa sakit
Retensi: Retensi baik drg. Fani Tuti Handayani, M.Med.Ed., Sp. Ort
Oklusi: Plat RB tidak mengganggu oklusi NIP. 19811107 200801 2 012
Rencana Perawatan

Aktivasi eskpansi lateral sebanyak 2 kali gerakan, 1/4 putaran sebesar 0,25
mm sehingga menghasilkan ruang 0,5 mm.

Aktivasi finger spring pada gigi 32 dan 41 mengecilkan koil agar lengan aktif
menghasilkan defleksi sebesar 1/3 lebar mesiodistal gigi.
Penilaian 7 (Insersi)
Nilai: 82
Tanggal : 7 Juni 2022

drg. Fani Tuti Handayani, M.Med.Ed., Sp. Ort


NIP. 19811107 200801 2 012
PENILAIAN 8
ACC KONTROL
#Set 1
#Set 1
Kontrol 1
Hari/ Tanggal: 15 Juni 2022
Real Time : 13 Juni 2022 (Pukul 08.00)
1. Pemeriksaan Pasien: Pasien datang ke tempat praktek dengan keluhan setelah
pemakaian alat 1 minggu. Kondisi umum baik. Kondisi ekstraoral baik, tidak terdapat
pembangkakan atau asimetris. Kondisi intraoral terdapat sariawan, kemerahan,
namun tidak ada pembengkakan. Oral hygiene baik.

2. Evaluasi:
Plat RA: Adaptasi, retensi, dan oklusi baik.
Plat RB: Adaptasi, retensi, dan oklusi baik.
Hasil kontrol sebelumnya: Kondisi plat baik, tidak ada plat yang
menekan, tidak ada tepian yang tajam, kebersihan plat baik.

3. Tata Laksana
Observasi: Kondisi ulserasi
Medikasi: Triamcinolon acetonide 0,1 %, vitamin B
Edukasi: Menjaga oral hygiene, istirahat yang cukup, menjaga pola makan sehat. Tanggal ACC: 29 Juni 2022
Tanda tangan DPJP
Alat tidak digunakan untuk sementara baik RA dan RB , menunggu penyembuhan
dari ulserasi.
Kontrol minggu depan tanggal 24 Agustus 2022
drg. Fani Tuti Handayani, M.Med.Ed., Sp. Ort
NIP. 19811107 200801 2 012
#Set 1
Kontrol 2
Hari/ Tanggal: 22 Juni 2022
Real Time : 14 Juni 2022 (Pukul 14.00)
1. Pemeriksaan Pasien: Pasien datang ke tempat praktek tanpa keluhan setelah
pemakaian alat 1 minggu. Kondisi umum baik. Kondisi ekstraoral baik, tidak terdapat
pembangkakan atau asimetris. Kondisi intraoral baik, kondisi sariawan sudah
sembuh, tidak ada lesi kemerahan maupun pembengkakan. Oral hygiene baik.

2. Evaluasi:
Plat RA: -
Plat RB: -
Hasil kontrol sebelumnya: Lesi ulser pada bibir bawah dilakukan medikasi.

3. Tata Laksana
Observasi: -
Medikasi: -
Aktivasi:
RA: Aktivasi eskpansi lateral sebanyak 1 kali gerakan searah anak panah, 1/4 Tanggal ACC: 12 Juni 2022
putaran sebesar 0,25 mm Tanda tangan DPJP
RB: Aktivasi finger spring pada gigi 32 dan 41 menekan koil agar lengan aktif
menghasilkan defleksi sebesar 1/3 lebar mesiodistal gigi.

drg. Fani Tuti Handayani, M.Med.Ed., Sp. Ort


NIP. 19811107 200801 2 012
Insersi Aktivasi Setelah Aktivasi

Foto Alat Aktif


#Set 1
Kontrol 3
Hari/ Tanggal: 29 Juni 2022
Real Time : 14 Juni 2022 (Pukul 15.00)
1. Pemeriksaan Pasien: Pasien datang ke tempat praktek tanpa keluhan setelah
pemakaian alat 1 minggu. Kondisi umum baik. Kondisi ekstraoral baik, tidak
terdapat pembangkakan atau asimetris. Kondisi intraoral baik, tidak terdapat
sariawan, kemerahan maupun pembengkakan. Oral hygiene baik.

2. Evaluasi:
Plat RA: Adaptasi, retensi, dan oklusi baik.
Plat RB: Adaptasi, retensi, dan oklusi baik.
Hasil kontrol sebelumnya:
RA: Terdapat ruangan 0,25 mm diantara gigi 11 dan 21
RB: Terdapat ruangan di gigi 32 (mesial: 0,4 mm, distal 0,1 mm), gigi 41 (midline
0,5 mm, distal 0,2 mm), ruangan telah terbentuk sesuai desain perawatan #set 1

3. Tata Laksana
Observasi: -
Medikasi: - Tanggal ACC:
Aktivasi: Tanda tangan DPJP
RA: Aktivasi eskpansi lateral sebanyak 1 kali gerakan, 1/4 putaran sebesar 0,25
mm
RB: Piranti RB tetap digunakan secara pasif
drg. Fani Tuti Handayani, M.Med.Ed., Sp. Ort
NIP. 19811107 200801 2 012
Insersi Aktivasi Setelah Aktivasi

Foto Alat Aktif


#Set 1
Kontrol 4
Hari/ Tanggal: 8 Juli 2022
Real Time : 14 Juli 2022
1. Pemeriksaan Pasien: Pasien datang ke tempat praktek tanpa keluhan setelah
pemakaian alat 1 minggu. Kondisi umum baik. Kondisi ekstraoral baik, tidak
terdapat pembangkakan atau asimetris. Kondisi intraoral baik, tidak terdapat
sariawan, kemerahan maupun pembengkakan. Oral hygiene baik.

2. Evaluasi:
Plat RA: Adaptasi, retensi, dan oklusi baik.
Plat RB: Adaptasi, retensi, dan oklusi baik.
Hasil kontrol sebelumnya:
RA: Terdapat ruangan 0,5 mm diantara gigi 11 dan 21, ruangan telah terbentuk
sesuai desain perawatan #set 1
RB: Ruangan telah terbentuk sesuai desain perawatan #set 1

3. Tata Laksana
Observasi: -
Tanggal ACC:
Medikasi: -
Tanda tangan DPJP
Pencetakan RA dan RB. Pembuatan bite record untuk piranti set#2 RA
RB
Alat digunakan dalam keadaan pasif sesuai kontrol terakhir baik RA maupun
RB. Instruksikan kepada pasien untuk tetap memakai alat sambil menunggu
drg. Fani Tuti Handayani, M.Med.Ed., Sp. Ort
piranti set#2 selesai dibuat.
NIP. 19811107 200801 2 012
ACC Cetakan RA RB Selesai #Set 1
Foto Oklusal RA

Foto Oklusi + CBR Foto Oklusal RB


(Frontal)
Foto Sebelum dan Sesudah #Set 1
Desain Piranti
#Set 2
1. Komponen aktif :
- Kantilever tunggal pada gigi 12 kawat SS
diameter 0,5 ke arah distal
- Kantilever tunggal pada gigi 21 dan 22 kawat
SS diameter 0,5 ke arah mesial
2. Komponen retentif :
- Labial bow pada gigi 13-23
- Adam clasp pada gigi 16 dan 26
3. Base plate :
Plat akrilik, tanpa peninggian
4. Anchorage
Gigi 16 dan 26

1. Komponen aktif :
- Kantilever tunggal pada gigi 31 kawat SS
diameter 0,5 mm ke arah distal
- Kantilever tunggal pada gigi 42 kawat SS
diameter 0,5 mm ke arah mesial
- Labial bow aktif pada gigi 34-44
2. Komponen retentif :
- Adam clasp pada gigi 36 dan 46
3. Base plate :
Plat akrilik, tanpa peninggian
4. Anchorage
Gigi 36 dan 46
Pembahasan

Catatan Aktivasi

1. Ekspansi screw
Aktivasi dengan cara melakukan putaran searah anak panah, setiap kontrol dilakukan sebesar 1/4 putaran atau
90° menghasilkan ruang sebesar 0,25 mm.
Aktivasi pemutaran sekrup ekspansi dilakukan di rongga mulut.
Perlu diperhatikan saat aktivasi: pastikan kawat labial bow tidak menekan labial gigi.

2. Kantilever tunggal
Aktivasi dengan cara menekan koil dengan tang pipih bulat sehingga pegas bergerak ke arah yang diinginkan.
Perlu diperhatikan saat aktivasi: Dilakukan pengurangan plat akrilik pada bagian gigi yang akan digerakkan agar
gigi dapat bergerak setelah di aktivasi.
Syarat defleksi kawat: 1/3 mesiodistal gigi, farce optimal: 25-60 gr
Periode aktivasi berikutnya harus memperhatikan sisa defleksi.

3. Kantilever ganda
Aktivasi menggunakan tang pipih-bulat, dengan cara memutar koil yang jauh dengan gigi berlawanan arah jarum
jam, kemudian koil yang dekat gigi diputar searah jarum jam. Apabila gigi yang ingin didorong satu sisi maka
dilakukan aktivasi pada koil sisi yang menjauhi/sebelahnya, apabila 2 sisi ingin didorong dilakukan aktivasi koil
pada kedua sisinya bergantian.
Tekanan yang diperbolehkan sebesar 1-2 mm
Perlu diperhatikan saat aktivasi: pastikan kawat labial bow tidak menghalangi gigi yang akan di dorong.
Pembahasan

Catatan Aktivasi

4. Labial bow
Aktivasi dilakukan pada U loop dengan cara menekan U loop menggunakan tang pipih bulat, tekanan yang
diperbolehkan adalah 1-2 mm,
Syarat posisi labial bow saat insersi tidak terlalu menekan labial gigi dan jaraknya tidak terlalu jauh dari labial gigi,
karena dapat menyebabkan trauma mukosa labial
Perlu diperhatikan saat aktivasi: kurangi bagian palatal/lingual/area verkeilung plat akrilik saat aktiivasi
Penilaian 8 (Kontrol)
Nilai:
Tanggal : 2022

drg. Fani Tuti Handayani, M.Med.Ed., Sp. Ort


NIP. 19811107 200801 2 012

Anda mungkin juga menyukai