MO II
SKELETAL ETIOLOGI
DENTAL
Overjet besar
Insisif maksila protrusif
Crowding pada mandibula
TINJAUAN LITERATUR
Hubungan M1 Kanan Hubungan M1 Kiri Hubungan C Kanan Hubungan C Kiri Hubungan Insisif
Kelas III Kelas III Kelas III Kelas I Kelas III
PEMERIKSAAN INTRAORAL
Hubungan M1 Kanan Hubungan M1 Kiri Hubungan C Kanan Hubungan C Kiri Hubungan Insisif
Kelas III Kelas III Kelas III Kelas I Kelas III
PEMERIKSAAN INTRAORAL
Hubungan M1 Kanan Hubungan M1 Kiri Hubungan C Kanan Hubungan C Kiri Hubungan Insisif
Kelas III Kelas III Kelas III Kelas I Kelas III
PEMERIKSAAN INTRAORAL
Overjet
Crossbite gigi 11,12, 22,
16,26 0,5 mm (distal 21) -1 (gigi
22)
Gerakan buka tutup mulut – Sliding ke kiri kemudian Kembali ke kanan (slightly zig zag)
Interocclusal clearance 2 mm
Mean T0 Keterangan
PARAMETER SKELETAL (VERTIKAL)
Y- axis 60o ± 6o 55o Arah pertumbuhan mandibula
Normal
Go angle 123o ± 7o 133o Arah pertumbuhan 1/3 muka
bawah >Normal
SN-MP 32o ± 3o 39o Pertumbuhan vertikal muka bagian
tengan dan bawah
>Normal
MMPA 27o ± 5o 29o Pertumbuhan vertikal muka bawah
Normal
LAFH 55% ± 2 58,4 Ketinggian muka bawah anterior
65 mm % >Normal
ANALISIS SEFALOMETRI
Mean T0 Keterangan
PARAMETER DENTAL
Interincis 135o ± 10o 127o Hubungan I atas terhadap I
al Angle bawah Protrusif
UI – PP 109o ± 6o 126o Inklinasi I atas terhadap bidang
maksila Protrusif
UI – SN 104o ± 6o 118o Inklinasi I atas tehadap basis
kranii Protrusif
UI – NA 4 ± 2 mm 9 mm Posisi I atas terhadap maksila
Protrusif
UI – Apg 4 ± 2 mm 10 Posisi I atas terhadap profil
mm Protrusif
LI – MP 90o ± 4o 90o Inklinasi I bawah terhadap bidang
mandibula Normal
LI – Apg 2 ± 2 mm 8 mm Posisi I bawah terhadap profil
Protrusif
Mean T0 Keterangan
PARAMETER JARINGAN LUNAK
Bibir atas E- 1 mm 2 Posisi bibir didepan E-line
line mm
Bibir bawah -2 mm 3 Posisi bibir didepan E-line
E-line mm
ANALISIS PANORAMIK
KESIMPULAN PANORAMIK
Pasien pria usia 25 tahun datang dengan keluhan gigi geligi atas terasa tidak rapi. Tipe wajah mesofasial, seimbang,
dan simetris. Pola skeletal kelas III dengan hubungan RB terhadap RA Prognati. Profil skeletal lurus, dengan
pertumbuhan vertikal muka bawah lebih dari normal. Inklinasi dan posisi insisif atas terhadap maksila dan mandibula
protrusif sedangkan inklinasi insisif rahang bawah terhadap mandibula dalam batas normal. Posisi bibir atas dan
bawah berada di depan E line.
Hubungan insisif kelas III dengan overjet 0,5 mm pada gigi 21-41, overbite 0,5 mm. Hubungan molar kanan dan kiri
kelas III, sedangkan hubungan kaninus kanan kelas III dan kiri kelas I. Midline lengkung gigi atas miring ke kiri 0,5 mm
dan lengkung gigi bawah lurus. Terdapat gigi 11, 12, 22, 16 dan 26 crossbite. Berdasarkan analisis kebutuhan ruang,
kasus tidak membutuhkan ekstraksi
DAFTAR MASALAH & SASARAN PERAWATAN
Perbaikan
hubungan
insisif, kaninus,
Melakukan dan molar
protraksi untuk
menghasilkan
overjet positif
Koreksi
crowding,
crossbite dan
midline
TAHAPAN
TAHAPANPERAWATAN
PERAWATAN
TWIN BLOCK
• Bracket pre-adjusted edgewise slot
0.22, tube pada first molars dan
second molars
• Bypass gigi 22 (OCS pasif)
• Peninggian gigit posterior
• Wire Niti .014
TAHAPAN
TAHAPANPERAWATAN
PERAWATAN
TWIN BLOCK
• Bracket pre-adjusted edgewise slot
0.22, tube pada first molars dan
second molars
• Bypass gigi 22 (OCS pasif)
• Peninggian gigit posterior
• Wire Niti .014
TAHAPAN
TAHAPANPERAWATAN
PERAWATAN
BONDING
• Bracket damon slot 0.22, tube pada
first molars
• Wire Niti .014
PROGRESS PERAWATAN
PROGRESS PERAWATAN AKTIVASI FORSUS INTRAORAL
PROGRESS PERAWATAN AKTIVASI FORSUS INTRAORAL
PROGRESS PERAWATAN
PERAWATAN
• Crowding terkoreksi
• Overjet positif
• Overbite bertambah
• Bentuk lengkung RA yang
berbentuk segitiga → Oval, RB
yang berbentuk omega → oval
EKSTRAORAL
Sebelum
SUPERIMPOSE SEBELUM DAN 12 BULAN PERAWATAN Setelah 12 bulan
SUPERIMPOSE SEBELUM DAN 12 BULAN PERAWATAN Sebelum
Setelah 12 bulan
SEFALOMETRI SEBELUM & SETELAH 12 BULAN PERAWATAN
Mean Sebelum Sesudah 12 bulan Mean Sebelum Sesudah 12 bulan
PARAMETER SKELETAL (HORIZONTAL) PARAMETER DENTAL
Interincisal 135o ± 10o 127o 125o
SNA 81o ± 3o 88o 88o
Angle
SNB 78o ± 3o 88o 88o UI – PP 109o ± 6o 126o 128o
ANB 3o ± 2o 0o 0o UI – SN 104o ± 6o 118o 121o
F : 0 (±2o) UI – NA 4 ± 2 mm 9 mm 11 mm
The Wits
M : -1 (±2o)
-3 mm -3 mm
Facial UI – Apg 4 ± 2 mm 10 mm 10 mm
87 ± 3
o o
94 o
94 o
Angle
LI – MP 90o ± 4o 90o 88o
Angle of
Convexity 0o ± 10o 1o 1o
Pg-NB 4 ± 2mm 2 mm 2 mm LI – Apg 2 ± 2 mm 8 mm 8 mm
PARAMETER SKELETAL (VERTIKAL) LI – NB 2 ± 2 mm 9 mm 9 mmm
Y- axis 60o ± 6o 55o 56o PARAMETER JARINGAN LUNAK
Go angle 123o ± 7o 133o Bibir atas E- line +2mm +1 mm
133o
SN-MP 32o ± 3o 39o Bibir bawah E-line +3mm +2 mm
39 o
Jaringan lunak:
• Nasolabial angle 90o → 92o
• Angle of convexity 4o→ 4o
• E Line :
• Bibir atas : +2mm → +1 mm
• Bibir bawah : +3mm → +2 mm
Tidak terdapat perubahan secara skeletal maupun jaringan lunak yang signifikan, baik secara horizontal maupun
secara vertikal
ETIOLOGI
LAPORAN KASUS
Tidak terdapat perubahan secara skeletal maupun jaringan lunak yang signifikan, baik secara horizontal maupun
secara vertikal
EKSTRAORAL
LAPORAN KASUS
Jaringan lunak:
• Nasolabial angle 90o → 92o
• Angle of convexity 4o→ 4o
• E Line :
• Bibir atas : +2mm → +1 mm
• Bibir bawah : +3mm → +2 mm
Tidak terdapat perubahan secara skeletal maupun jaringan lunak yang signifikan, baik secara horizontal maupun
secara vertikal
EKSTRAORAL
LAPORAN KASUS
Jaringan lunak:
• Nasolabial angle 90o → 92o
• Angle of convexity 4o→ 4o
• E Line :
• Bibir atas : +2mm → +1 mm
• Bibir bawah : +3mm → +2 mm
Tidak terdapat perubahan secara skeletal maupun jaringan lunak yang signifikan, baik secara horizontal maupun
secara vertikal
INTRAORAL
LAPORAN KASUS
Jaringan lunak:
• Nasolabial angle 90o → 92o
• Angle of convexity 4o→ 4o
• E Line :
• Bibir atas : +2mm → +1 mm
• Bibir bawah : +3mm → +2 mm
Tidak terdapat perubahan secara skeletal maupun jaringan lunak yang signifikan, baik secara horizontal maupun
secara vertikal
INTRAORAL
LAPORAN KASUS
• Pada perawatan kelas III yang ringan, umumnya pendekatan yang dipilih adalah dengan melakukan proklinasi dari anterior insisif
atas untuk mengimbangi pertumbuhan dari mandibula.
• Pada pada laporan kasus ini, kombinasi antar protraksi anterior serta reduksi interproksimal pada regio I berhasil mengoreksi kasus
maloklusi kelas III yang disertai gigitan silang pada anterior disertai dengan gigi berjejal pada rahang atas. Hasil akhir perawatan
pada pasien ini menunjukkan adanya protraksi dari insisif rahang atas yang melewati batasan ideal, namun hal ini masih dapat
ditoleransi, terlebih dengan adanya kompensasi dari jaringan lunak yang masih lurus sehingga tidak mempengaruhi penampilan
ektraoral pasien.
• Pada pasien ini terdapat peningkatan estetika senyum pasien, terkoreksinya gigitan silang anterior, deviasi midline, serta hubungan
posterior yang membaik dengan terkoreksinya malposisi pada gigi 16 dan 26. Selain itu, hubungan yang ideal dari kaninus dan
molar juga tercapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan perawatan pada pasien ini tercapai, namun proses finishing masih
harus dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
1. Evolution of Class III treatment in orthodontics - American Journal of Orthodontics and 10. Al Duliamy MJ. Orthodontic Treatment of Class I Malocclusion with Sever Crowding
Dentofacial Orthopedics. Accessed October 3, 2023. https://www.ajodo.org/article/S0889- without Extraction of any Sound Erupted Tooth ‐ A Case Report. Gen Med Open Access.
5406(15)00525-9/fulltext 2015;03(02). doi:10.4172/2327-5146.1000173
2. Mitchell L. An Introduction to Orthodontics. OUP Oxford; 2013.p 13-15 11. Cobourne MT, DiBiase AT. Handbook of Orthodontics. Elsevier Health Sciences;
3. Al-Gunaid TH, Arifin R, Narmada IB, Tarman KE. Perspectives of Indonesian 2010.p 20-21
Orthodontists on the Ideal Orthodontic Treatment Time. Clin Cosmet Investig Dent. 12. Graber LW, Vanarsdall RL, Vig KWL, Huang GJ. Orthodontics - E-Book: Current
2020;12:351-357. doi:10.2147/CCIDE.S263852 Principles and Techniques. Elsevier Health Sciences; 2016. p 229-230
4. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary Orthodontics - E-Book. Elsevier Health 13. Macauley D, Garvey T, Dowling A, Fleming G. Using Little’s Irregularity Index in
Sciences; 2014. p 151-157, 451 orthodontics: Outdated and inaccurate? J Dent. 2012;40:1127-1133.
5. Hassan R, Ak R. Occlusion, malocclusion and method of measurements - an overview. In: ; doi:10.1016/j.jdent.2012.09.010
2007. Accessed August 13, 2023. https://www.semanticscholar.org/paper/Occlusion%2C- 14. An Overview of the Peer Assessment Rating (Par) Index for Primary Dental Care
malocclusion-and-method-of-measurements-Hassan-Ak/ Practitioners - James Ij Green, 2016. Accessed October 3, 2023.
6b35b578a88f93797f4b5bc7eab9532984636b86 https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1308/205016816820209460?journalCode=prda
6. Arif AN, Rasheed TA, Ali AJ. Dental crowding and its relationship to tooth size and arch 15. Cangialosi TJ, Riolo ML, Owens SE, et al. The ABO discrepancy index: a measure of
dimensions. Published online 2014. case complexity. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2004;125(3):270-278.
7. McIntyre GT. Treatment planning in Class III malocclusion. Dent Update. 2004;31(1):13- doi:10.1016/j.ajodo.2004.01.005
20. doi:10.12968/denu.2004.31.1.13 16. McLaughlin RP, Bennett JC, Trevisi H. Systemized Orthodontic Treatment
8. Yashwant AV, Rajasekaran UB, Xavier HR, James L, Joseph B. Camouflage Treatment of Mechanics. Mosby; 2001.p 219-232
Skeletal Class III Malocclusion with Anterior Crossbite in Adults: A Case Series. 2019;7(1). 17. Burns NR, Musich DR, Martin C, Razmus T, Gunel E, Ngan P. Class III camouflage
9. Monika F, Widayati R. Class III Malocclusion Camouflage Treatment Using a treatment: What are the limits? Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2010;137(1):9.e1-9.e13.
Conventional Orthodontic Appliance in a Non-Growing Patient. J Dent Indones. doi:10.1016/j.ajodo.2009.05.017
2023;30(1):48-51. doi:10.14693/jdi.v30i1.1467
TERIMA KASIH
Kekurangan