Skor Nilai:
Journal Developmental Biology
NIM : 4213141017
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami dalam menyelesaikan tugas Critical Journal
Review, sehingga tugas Critical Journal Review ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Dra. Adriana Lbn Gaol, M.Kes.
selaku dosen pengampu mata kuliah Propesi Pendidikan yang telah membimbing.
Dan didalam tugas Critical Journal Review ini akan menjelaskan perbandingan antara
dua jurnal yang akan di review.
Selaku manusia biasa, saya menyadari bahwa dalam Critical Journal Review
ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran serta bimbingan dari dosen demi penyempurnaan dimasa yang akan
datang. Kami berharap Critical Journal Review ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Nurhasanah Hrp
NIM. 4213141017
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Kesimpulan................................................................................................................................. 9
B. Rekomendasi.............................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 10
LAMPIRAN .............................................................................................................................. 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
C. Manfaat CJR
1. Sebagai pemenuhan salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Hewan.
2. Sebagai rekomendasi untuk pembaca dalam menentukan sumber bacaan
yang lebih relevan.
3. Meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan penulis.
D. Identitas Jurnal
Jurnal Utama
1.Judul Jurnal : Blastula stage specification of avian neural crest
2. Nama Jurnal : Journal Developmental Biology
1
3. Pengarang Jurnal : Maneeshi S. Prasad, Eileen Uribe-Querol, Jonathan
Marquez, Stephanie Vadasz, Nathan Yardley, Patrick B.
Shelar, Rebekah M. Charney, Martín I. García-Castro.
4. Penerbit : ScienceDirect
5. Bahasa : Inggris
6. Edisi :1
7. Tahun : 2020
8. Volume & Halaman: Vol 458, Halaman 64-74
Jurnal Pembanding
2
BAB II
Jurnal Utama
Neural crest specification at blastula stage does not require cell-cell contact
mediated signaling and is contingent on continued β-catenin activity. According to the
model of sequential segregation of plasticity, pluripotent epiblast cells differentiate
and give rise to the three germ layers, endoderm, mesoderm, and ectoderm, each with
a distinct potential restricted in comparison to their progenitor. In turn, each of the
germ layers differentiate into progenitors with progressively more restricted
potential, ultimately generating the specific cell types that constitute the building
blocks of the vertebrate body. A recognized exception is the primordial germ cell
3
lineage, which arises independently from gastrulation. Classic models of NC
formation suggest that NC arises from the ectoderm, and therefore, one would expect
them to be devoid of mesoderm and endoderm associated potential. However, NC
generated ectomesenchymal derivatives encompass ectoderm and mesoderm
capacities, and thus represent a difficult paradigm. Efforts to resolve this issue
include the suggestion that the NC constitute a fourth germ layer, and a recent model
proposing that NC retains stemness markers and the same potential as pluripotent
stem cells. Our work presented in this report points to a model of blastula stage
specification of NC as a segregated population of cells distinct from other cell fates.
Jurnal Pembanding
4
2 di bagian kutub yang terlihat kurang jelas. Menurut Renita et al., (2016), bahwa fase
morula ditandai dengan sel membelah secara melintang dan mulai terbentuk formasi
lapisan kedua secara samar pada kutub anima. Fase morula berakhir apabila
pembelahan sel sudah menghasilkan blastomer yang ukuran sama tetapi lebih kecil.
Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodisk kecil membentuk dua lapis sel.
Fase blastula, Fase blastula pada perlakuan C dan D terjadi pada menit ke 170
sampai 230 dan pada perlakuan A dan B terjadi pada menit ke 230 sampai 350. Ciri
fase blastula yaitu pada lapisan kedua telur lebih memadat dibanding dengan fase
morula. Menurut Renita et al., (2016), pada akhir fase blastula, sel-sel blastoderma
akan terdiri dari neural, epidermal, notochordal, mesodermal serta endodermal yang
merupakan bakal pembentuk organ-organ. Ukuran sel dalam fase blastula terlihat
semakin kecil dan menipis. Daerah sekeliling sel terlihat seperti cincin dengan bagian
tengah kosong. Menurut Ardhariansyah et al., (2017), bahwa fase blastula terjadi saat
embrio terus melakukan pembelahan sel untuk berkembang menjadi blastula, yaitu
ditandai dengan terbentuknya rongga kosong. Selama stadia blastula, blastomer
membelah beberapa kali membentuk blastomer-blastomer dengan ukuran yang
makin kecil, sehingga tempat pada stadia morula blastomer semula padat akan
terbentuk ruangan kosong yang disebut blastosul yang ditutupi oleh blastoderm dan
pada sisi luar terdapat epiblast. Antara blastosul dan blastoderm dipisahkan oleh
hypoblast primer.
Fase gastrula Fase gastrula pada perlakuan C dan D terjadi pada menit ke 290
sampai 350, sedangkan perlakuan B di menit 410 dan perlakuan A di menit 410
sampai 470. Fase gastrula ditandai dengan pada awal fase ini blastoderma menutupi
hampir seluruh kuning telur. Bagian yang tidak menutupi kuning telur dinamakan
blastopor. Menurut Nawir et al., (2016), bahwa stadium gastrula pada ikan diawali
dengan penebalan di tepi luar blastodik, sehingga terbentuk suatu lingkaran
berbentuk seperti cincin yang di sebut cincin kecambah (germ ring). Cincin kecambah
posterior yang lebih tebal disebut perisai cincin kecambah (embryonic shield).
Perubahan ciri pada fase gastrula terlihat jelas yaitu adanya pergerakan sel yang
memutar. Fase gastrula merupakan awal mula terbentuknya organ-organ larva ikan
tawes. Menurut Farida et al., (2016), bahwa pada awal fase ini blastoderma menutupi
5
hampir seluruh kuning telur. Bagian yang tidak menutupi kuning telur dinamakan
blastopor. Jaringan luar embrio terus berkembang mengelilingi kuning telur. Setelah
jaringan menutupi seluruh kuning telur terbentuklah perisai embrio pada kutub
anima. Perisai embrio yang berada pada kutub anima akan berkembang menjadi
tulang belakang. Akhir dari proses gastrulasi apabila kuning telur sudah tertutup
lapisan sel (perisai embrio). Bersamaan dengan selesainya proses gastrulasi
sebenarnya sudah dimulai awal pembentukan organ-organ.
6
BAB III
PEMBAHASAN
Kelebihan: Pada aspek tata bahasa jurnal ini cukup baik, karena jurnal
menggunakan bahasa yang baku serta mudah dipahami, serta pada setiap
kutipan yang dikutip selalu disertai dengan sumber kutipan yang diberi
warna biru sehingga mudah dibedakan, untuk ukuran font dan sepasi sudah
sangat baik.
Jurnal Pembanding
1. Dari aspek ruang lingkup isi Jurnal:
Kelebihan: Pada isi jurnal terdapat penjelasan mengenai perkembangan
embrio (Embriogenesis) disertai tahap-tahap perkembangan embriogenesis
dimulai dari fase cleavage (pembelahan sel), morula, blastula (pembentukan
blastoderm), gastrula, dalam jurnal juga terdapat gambar-gambar hasil
mikroskop mengenai tahap-tahap perkembangan embriogenesis dengan
sempel ikan tawes. Dan kutipan yang diambil cukup relevan.
7
Kekurangan: Dalam jurnal ini cukup pembahasan mengenai blastula namun
hanya pada hewas pisces (ikan).
Kelebihan: Pada aspek tata bahasa jurnal ini cukup baik, karena jurnal
menggunakan bahasa yang baku serta mudah dipahami, serta pada setiap
kutipan yang dikutip selalu disertai dengan sumber kutipan, disetiap kata
ilmiah dibuat italic, untuk ukuran font dan sepasi sudah sangat baik.
8
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menganalisa jurnal utama serta membandingkannya dengan
jurnal pembanding maka kedua jurnal ini cukup baik karena membahas
mengenai fase blastula pada embrio ayam bahwa saraf pusat terbentuk atau
muncul dari ektoderm dan juga embrio pisces (ikan) menjelaskan bahwa ,
pada akhir fase blastula, sel-sel blastoderma akan terdiri dari neural, epidermal,
notochordal, mesodermal serta endodermal yang merupakan bakal pembentuk
organ-organ. Kedua jurnal juga memiliki tata bahasa yang baik dan baku, dengan
ukuran dan font yang tepat, dan menyertakan sumber dari setiap kutipan.
Namun disamping banyaknya kelebihan yang ditulis, sebuah karya tulis
tidak akan lepas dari kekurangan, kekurangannya adalah masih kurang
banyaknya pembahasan blastula pada jurnal utama dan juga terdapat kesalahan
huruf baca pada jurnal pembanding. Namun secara keseluruhan jurnal ini cukup
bagus digunakan sebagai bahan bacaan.
B. Rekomendasi
Kedua jurnal ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi untuk pembaca
untuk dijadikan sebagai bahan bacaan mengenai blastula pada embrio ayam
dijurnal utama dan mengenai tahap-tahap perkembangan pada pisces (ikan)
dijurnal pembanding, karena isi jurnal yang cukup relevan baik.
9
DAFTAR PUSTAKA
Alfath, Z., Basuki, F., & Nugroho, R. A. (2020). PENGARUH TINGKAT KEPADATAN
TELUR YANG BERBEDA TERHADAP EMBRIOGENESIS, LAMA WAKTU
PENETASAN DAN DERAJAT PENETASAN TELUR IKAN TAWES (Barbonymus
gonionotus). Sains Akuakultur Tropis. https://doi.org/10.14710/sat.v4i2.4643
Prasad, M. S., Uribe-Querol, E., Marquez, J., Vadasz, S., Yardley, N., Shelar, P. B.,
Charney, R. M., & García-Castro, M. I. (2020). Blastula stage specification of avian
neural crest. Developmental Biology.
https://doi.org/10.1016/j.ydbio.2019.10.007
10
LAMPIRAN
Jurnal Utama
Jurnal Pembanding
11