LAPORAN KASUS
Oleh :
Megalusi Arianti Lumban gaol Kristiani Marbun
Nenny siregar Mercyria Batee
Nita Priska Sirait Nita Pratama Sianipar
Nur hidayati Harahap Putri Nababan
Nurhayati Marbun Rara Amalia zahra
Pebriana pane
Penawati Aritonang
Pinensia sihombing
Pretty situmorang
Priscila sinaga
Ramaya Br Pelawi
Rapma sartika siburian
Rotua Octora Yanti Marpaun
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah” ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ...DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN :
PNEUMONIA DI RUANG ....RS MURNI TEGUH MEMORIAL HOSPITAL”, dengan tepat
pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah
ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen
pembimbing, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini di
harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para
pembaca. Kami juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, dorongan dan doa.
Tidak lupa pula kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini,
di karenakan banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.
Kelompok
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Defenisi
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun parasit, dimana pulmonary alveolus (alveoli),
organ yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer, mengalami peradangan dan
terisi oleh cairan (shaleh, 2013).
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung
kemampuan menyerap oksigen menjadi berkurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel
tubuh tidak bekerja. Inilah penyebab penderita pneumonia dapat meninggal, selain dari
penyebaran infeksi ke seluruh tubuh (Misnadiarly, 2008).
1.2 Etiologi
Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya adalah bakteri.
umumnya adalah Respiratory Syncytial Virus, rhinovirus, Herpes Simplex Virus, Severe
a. Bakteri
1) Typical organisme
a) Streptococcus pneumonia
komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%, sedangkan pada pneumonia
b) Staphylococcus aureus
Bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan obat secara intravena
(intravena drug abusers) memungkan infeksi kuman ini menyebar secara hematogen
dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paru- paru. Apabila suatu organ telah
terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis dan
pembentukan abses.
Terhirup
Compliance paru
Masuk ke alveoli
Cairan menekan
Resiko Hipovolemia syaraf frenikus
Konsolidasi cairan sputum Konsolidasi cairan
di jalan nafas sputum di lambung
Nyeri Akut
Bersihan Jalan Nafas Tidak Asam lambung Mual & muntah
Efektif Defisit
Nutrisi
(Sumber: (Mansjoer & Suriadi dan rita Y, 2006) dan (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017)).
1.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik
non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak
darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih
suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan
fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas,
takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak
menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan ronki(Nursalam, 2016).
a. Ronki
b. Demam tidak setabil
c. Leukositosis
d. Infiltrat
e. Nafas
f. Batuk
g. Sputum produktif
h. Sesak
1.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula
ditemukanleukopenia.
b. Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran
radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air bronchogram,
penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.
c. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk
mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen polisakarida
pneumokokkus.
d. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial
karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis
respiratorik.
1.7 Pemeriksaan fisik
1.8 Penatalaksanaan
a. Keperawatan
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat, bisa diberikan antibiotic
per-oral, dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan dan penderita
dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru lainnya, harus
dirawat dan antibiotic diberikan melalui infuse. Mungkin perlu diberikan
oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu napas mekanik. Kebanyakan
penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya
membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan :
1. Oksigen 1-2 L / menit
2. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra vena)
dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
4. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feding drip.
5. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
6. Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa dan elektrolit.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
b. Medis
Obat –obatan pasien
1.9 Komplikasi