Anda di halaman 1dari 68

RESUME TUTORIAL E

SKENARIO 5: PENTINGNYA PENGGUNAAN APD PETANI


BLOK 14: AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS

Disusun Oleh:
Linda Setefani 182010101101
Siti Zahra Arfiani 192010101016
Florence Marianty W.P. 192010101049
Maulida Putri Syarifani 192010101084
Leony Agnes Savira W. 192010101095
Claudya Seline Diana Putri 192010101098
Rizka Amalia Zamroni 192010101103
Rachel Firda Azzuri 192010101105
Arfina Safira 192010101117
Betzy Riani Kesuma 192010101125
Adelia Kusumaningrum 192010101133
Marsha Zahra Adyanda B. 192010101164

Dosen Tutor Pembimbing:


Dr. dr. M. Ihwan N., M.Sc

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
SKENARIO 5: PENTINGNYA PENGGUNAAN APD PETANI

A. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Pestisida
Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 07/PERMENTAN/SR. 140/2/2007
mendefenisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain serta jasad
renik dan virus yang dipergunakan untuk :
1) Memberantas atau mencegah hama-hama tanaman, bagian-bagian
tanaman atau hasil-hasil pertanian.
2) Memberantas rerumputan.
3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak
diinginkan.
4) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman, tidak termasuk pupuk.
5) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
piaraan dan ternak.
6) Memberantas dan mencegah hama-hama air.
7) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
8) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu
dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.
2. Green Tobacco Sickness
Green Tobacco Sickness adalah gangguan Kesehatan akibat keracunan nikotin
pada tembakau terutama tembakau yang basah akibat hujan, embun, atau
keringat. Gejala berupa mual muntah pusing, sakit kepala, dll

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja APD yang perlu digunakan petani?
Alat pelindung diri sangat diperlukan oleh petani atau pekerja dalam
mengaplikasikan pestsida. Jenis dan fungsi APD sebagai berikut:
a. Pakaian pelindung Untuk melindungi badan dari paparan pestisida, kita
harus menggunakan pakaian pelindung yang terdiri dari:
- Baju lengan panjang
Baju lengan panjang tidak boleh memiliki lipatan-lipatan terlalu
banyak, jika perlu tidak diberikan kantong pada bagian depan dan
kerah leher harus diikat atau setidaknya menutupi bagian leher.
- Celana panjang
Celana panjang tidak boleh ada lipatan, karena lipatan lipatan itu
akan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya partikel-partikel dari
pestisida.
- Pakaian terusan
Merupakan pakaian dengan model tangan panjang dan menutupi
seluruh tubuh, praktis dan lebih khusus.
b. Alat Pelindung Tangan
Alat pelindung tangan merupakan alat yang paling banyak digunakan
karena kecelakaan pada tangan adalah yang paling banyak dari seluruh
kecelakaan yang terjadi ditempat kerja. Pekerja harus memakai alat
pelindung tangan ketika terdapat kemungkinan terjadinya kecelakaan
seperti luka pada tangan karena benda-benda keras, luka gores, terkena
bahan kimia berbahaya dan juga luka sengatan serangga. Bila pekerja
menangani pestisida yang mempunyai konsentrasi yang tinggi (high
concentration) maka diperlukan sarung tangan yang digunakan yaitu
sarung tangan yang terbuat dari bahan karet yang panjang hingga
menutupi bagian pergelangan tangan. Hal ini bertujuan untuk
melindungi tangan dari percikan pestisida yang terbang akibat
hembusan angin.
c. Alat Pelindung Kepala
Untuk mencegah masuknya racun melalui kulit kepala, maka
diperlukan topi penutup kepala. Beberapa persyaratan topi yang perlu
diperhatikan adalah:
 Topi harus terbuat dari bahan yang kedap cairan dan tidak
terbuat dari kain atau kulit.
 Topi yang digunakan sedapat mungkin dapat melindungi
bagian-bagian kepala (Tengkuk, mulut, mata, dan muka). Oleh
karena itu topi harus berpinggiran lebar.
 Topi yang dipergunakan tidak menyebabkan keadaan tidak
nyaman bila dipakai dibawah terik matahari.
d. Alat Pelindung Kaki
Sepatu boot sangat penting bila pekerja penyemprot pestisida yang
berbentuk debu atau jenis residual. Sepatu boot dapat terbuat dari
neoprene. Sepatu pelindung dan boot harus dapat menahan kebocoran.
Ketika bekerja ditempat yang mengandung aliran listrik, maka harus
menggunakan sepatu tanpa logam yang dapat menghantarkan aliran
listrik. Jika bekerja ditempat biasa semacam persawahan maka harus
menggunakan sepatu yang tidak mudah tergelincir, sepatu yang terbuat
dari karet ketika bekerja dengan bahan kimia.
e. Alat Pelindung Wajah
Pelindung wajah merupakan suatu pelindung yang terbuat dari bahan
transparan yang anti api dan terikat menggantung pada kepala juga
dapat dengan mudah untuk dinaikkan maupun diturunkan di depan
wajah. Alat tersebut ringan dan dapat digunakan untuk bekerja
menyemprot pestisida. Pelindung wajah berguna dari penetrasi
pestisida. Masker adalah sebuah alat yang digunakan untuk menutupi
hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot)
untuk mencegah terjadinya penularan penyakit infeksi melalui saluran
pernapasan. Biasanya masker terbuat dari bahan yang anti air, sehingga
wajah tidak terkena percikan partikel-partikel dari pestisida
Masker merupakan alat pelindung pernapasan berfungsi memberikan
perlindungan organ pernapasan akibat pencemaran udara oleh faktor
kimia seperti debu, asap, gas beracun, dan sebagainya. Penggunaan
masker secara umum yaitu untuk mencegah terhirupnya zat-zat
polutan, debu, bakteri, bahkan virus yang mungkin dapat
mengakibatkan penyakit infeksi saluran pernapasan.
f. Alat Pelindung Telinga
Hilangnya pendengaran adalah kejadian umum ditempat kerja dan
sering tidak dihiraukan karena gangguan itu tidak menimbulkan luka.
Alat pelindung telinga bekerja sebagai penghalang antara bising
dengan telinga dalam. Alat pelindung telinga dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
- Sumbat telinga (ear Plug)
Sumbat telinga memberikan perlindungan paling efektif karena
langsung dimasukkan kedalam telinga.
- Tutup telinga (ear muff)
Alat ini dipakai diluar telinga dan penutupnya terbuat dari spons
untuk membuat perlindungan yang baik.
Berdasarkan Permenkes No.258 /Menkes /Per/III/ 1992 tentang persyaratan
pengelolaan pestisida, untuk perlengkapan pelindung yang minimal harus
digunakan berdasarkan jenis pekerjaan dan klasifikasi pestisida khusus
penyemprotan di luar gedung dengan klasifikasi pestisida yaitu:
- Pestisida yang sangat berbahaya sekali: sepatu boot, baju terusan
lengan panjang dan celana panjang, topi, pelindung muka, masker,
dan sarung tangan.
- Pestisida yang sangat berbahaya: sepatu kanvas, baju terusan
lengan panjang dan celan panjang, topi dan masker.
- Pestisida yang berbahaya: sepatu kanvas, baju terusan lengan
panjang dan celan panjang, topi dan masker
- Pestisida yang cukup berbahaya: sepatu kanvas, baju terusan
lengan panjang dan celana panjang, topi.

2. Bagaimana APD dapat melindungi diri petani saat bekerja?


APD terdiri dari yaitu, APD kepala, APD badan sampai kaki, sarung tangan,
sepatu, APD pernapasan.
- APD kepala bisa berupa helm atau topi.
- APD badan sampai kaki ini berupa baju dan celana panjang, bisa juga
celemek yang tahan air. Yang mana berfungsi untuk menghindari paparan
bahan kimia agar tidak mengenai kulit.
- Sarung tangan, selain untuk melindungi diri dari terik matahari, ini juga
berfungsi agar kulit tidak mengenai bahan kimia, atau terpapar fungi, dan
parasit di pertanian.
- Sepatu, biasanya di pertanian digunakan sepatu boots yang berfungsi agar
kaki tidak terpapar fungi, dan parasit di tanah.
- APD pernapasan berupa masker yang digunakan agar bahan-bahan kimia
tidak terhirup secara langsung.

3. Mengapa pestisida termasuk kontaminasi bahan kimia?


Karena Pestisida merupakan golongan bahan kimia yang umum digunakan
untuk membasmi hama dan gulma atau tanaman penganggu. Selain itu
pestisida juga meracuni manusia dengan mekanisme :
- Mempengaruhi kerja enzim dan hormon. Pestisida tergolong sebagai
endocrine disrupting chemicals (EDCs), yaitu bahan kimia yang dapat
mengganggu sintesis, sekresi, transport, metabolisme, pengikatan dan
eliminasi hormon-hormon dalam tubuh yang berfungsi menjaga
homeostasis, reproduksi dan proses tumbuh kembang
- Merusak jaringan. Masuknya pestisida menginduksi produksi serotonin
dan histamin, hormon ini memicu reaksi alergi dan dapat menimbulkan
senyawa baru yang lebih toksik

4. Apa saja jenis pestisida yang digunakan petani?


● Insektisida
Merupakan pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga dan
merupakan golongan terbesar pada pestisida. Insektisida dibagi lagi
menjadi beberapa berdasarkan kandungan kimianya.
❖ Organoklorin
❖ Organofosfat
❖ Karbamat
❖ Piretroid
● Herbidisa
Merupakan pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman tanaman
liar yang mengganggu atau gulma. Herbisida dibagi lagi menjadi beberapa
berdasarkan kandungan kimianya.
❖ Klorofenoksi
❖ Herbisida biperidil
❖ Herbisida lainnya
● Fungisida
Merupakan pestisida yang digunakan untuk membasmi jamur. Fungisida
dibagi lagi menjadi beberapa berdasarkan kandungan kimianya.
❖ Senyawa merkuri
❖ Senyawa dikarboksimida
❖ Derivat ftalimida
❖ Senyawa aromatik
● Rodentisida
Merupakan pestisida yang digunakan untuk membasmi binatang pengerat
seperti tikus, dll. Rodentisida dibagi lagi menjadi beberapa berdasarkan
kandungan kimianya.
❖ Tiourea
❖ Natrium fluoroasetat
❖ Rodentisida lainnya
5. Mengapa petani menggunakan system cover blanket system dalam
penggunaan pestisida? Bagaimana efek penggunaan cover blanket
system?
Para petani cenderung menerapkan cara cover blanket system yaitu ada
ataupun tidak adanya hama, tanaman tetap disemprot dengan pestisida. Cara
ini dilakukan oleh petani karena anggapan semakin sering diberi pestisida,
maka serangan hama dapat dikendalikan dan hasil produksi pertanian
meningkat.
Selain itu, para petani sering meningkatan dosis pestisida dikarenakan
adanya ledakan penyakit pada tanaman dan biasanya petani menakar dosis
pestisida dengan tutup kemasan pestisida atau dengan sendok makan tanpa
menggunakan alat takar yang benar. Kemudian, apabila intensitas serangan
hama penyakit tinggi, maka kegiatan penyemprotan dilakukan setiap hari.
Maka dari itu, hal tersebut yang menyebabkan petani dan pestisida menjadi
sulit untuk dipisahkan.
Efek penggunaan cover blanket system = Penggunaan pestisida secara
tidak rasional
● Pestisida dapat mencemari tanah, air, rumput, udara, dan vegetasi
lainnya termasuk organisme non target.
● Selain membunuh serangga atau gulma, pestisida (insektisida) dapat
menjadi racun bagi sejumlah organisme lain termasuk burung, ikan,
serangga bermanfaat, dan tanaman non-target. Insektisida umumnya
merupakan kelas pestisida yang paling beracun, tetapi herbisida juga
dapat menimbulkan risiko bagi organisme non-target.
● penggunaan pestisida kimia yang berlebihan akan mengakibatkan:
○ Resurgensi (meningkatnya reproduksi hama);
○ Timbulnya hama sekunder;
○ Resisten (hama/penyakit menjadi kebal terhadap racun
pestisida);
○ Berkurangnya musuh alami;
○ Residu racun yang ditinggalkan dapat menyebabkan penyakit
pada tubuh manusia, terutama pada perempuan yang bekerja
disektor pertanian.
● Dampak melalui komoditas pangan Residu pestisida

6. Pestisida dapat terhirup akibat cara penyemprotan yang salah, apa


dampaknya bagi kesehatan petani?
Disamping manfaatnya, pestisida juga berpotensi juga meracuni dan
membasmi makhluk hidup lainnya, termasuk tanaman dan serangga yang
berguna, binatang serta manusia. Hal ini dikarenakan kebanyakan bahan aktif
dalam pestisida tidak memiliki efek toksisitas yang spesifik, sehingga
mempengaruhi baik organisme target, non target, manusia maupun lingkungan
dan ekosistem secara keseluruhan. Selain itu pengunaan pestisida yang tidak
tepat juga dapat meningkatkan efek toksisitas bagi kesehatan manusia. Berikut
efek pestisida bagi kesehatan manusia :
a. Mempengaruhi kerja enzim dan hormon. Bahan racun yang masuk
kedalam tubuh dapat menonaktifkan aktivator sehingga enzim atau
hormon tidak dapat bekerja. Pestisida tergolong sebagai endocrine
disrupting chemicals (EDCs), yaitu bahan kimia yang dapat
mengganggu sintesis, sekresi, transport, metabolisme, pengikatan dan
eliminasi hormon-hormon dalam tubuh yang berfungsi menjaga
homeostasis, reproduksi dan proses tumbuh kembang.
b. Merusak jaringan. Masuknya pestisida menginduksi produksi serotonin
dan histamin, hormon ini memicu reaksi alergi dan dapat menimbulkan
senyawa baru yang lebih toksik. selain itu jenis pestisida juga berbeda
pengaruhnya bagi tubuh manusia seperti :
Jika hal ini terjadi dalam waktu singkat (baru beberapa hari) hal ini
akan menyebabkan partikel-partikel pestisida akan terakumulasi di dalam
tubuh petani. Apabila hal ini sudah berlangsung cukup lama (beberapa minggu
, bulan hingga tahun dan bukan satu kali penggunaan) maka akan terjadi
keracunan pestisida. Keracunan pestisida ini butuh waktu sekitar 5-30 tahun
atau lebih untuk menimbulkan penyakit.Semakin sering terpapar pestisida
yang berlangsung terus menerus dapat menyebabkan keracunan pestisida akut
dan kronis. Pekerjaan yang menyebabkan terjadinya kontaminasi lewat saluran
pernafasan umumnya pekerjaan yang terkait dengan penyemprotan lahan
pertanian, fogging atau alat pembasmi serangga domestik
Keracunan pestisida karena partikel pestisida terhisap lewat hidung
merupakan yang terbanyak kedua sesudah kontaminasi kulit. Gas dan partikel
semprotan yang sangat halus (misalnya, kabut asap dari fogging)dapat masuk
kedalam paru-paru, sedangkan partikel yang lebih besar akan menempel di
selaput lendir hidung atau di kerongkongan.
Bahaya penghirupan pestisida lewat saluran pernapasan juga
dipengaruhi oleh LD 50 pestisida yang terhirup dan ukuran partikel dan
bentuk fisik pestisida. Pestisida berbentuk gas yang masuk ke dalam paru-paru
dan sangat berbahaya. Partikel atau droplet yang berukuran kurang dari 10
mikron dapat mencapai paru-paru, namun droplet yang berukuran lebih dari
50 mikron mungkin tidak mencapai paru-paru, tetapi dapat menimbulkan
gangguan pada selaput lendir hidung dan kerongkongan. Toksisitas
droplet/gas pestisida yang terhisap ditentukan oleh konsentrasinya di dalam
ruangan atau di udara, lamanya paparan dan kondisi fisik individu yang
terpapar.
Salah satu efek pestisida terhadap sistem respiratori akan terjadinya kerusakan
paru-paru. Orang yang terpapar oleh pestisida bisa mengalami batuk yang
tidak juga sembuh, atau merasa sesak di dada Ini semua merupakan gejala
penyakit bronkitis, asma, atau penyakit paru-paru lainnya Kerusakan paru-
paru yang sudah berlangsung lama dapat mengarah pada kanker paru-paru Jika
Anda mempunyai tanda-tanda kerusakan paru-paru, berhentilah merokok!
Merokok akan memperburuk penyakit paru-paru.

7. Bagaimana dampak residu pestisida terhadap lingkungan dan


masyarakat terutama petani?
a. Dampak langsung pada manusia
Residu pestisida dapat mengganggu endokrin karena bisa
menimbulkan efek buruk yaitu dengan cara meniru atau melawan
hormon alami dalam tubuh. Sistem endokrin merupakan suatu sistem
pengaturan yang penting dalam berkoordinasi dengan sistem saraf
pusat untuk mengatur pertumbuhan dan metabolisme manusia.
Pestisida, misal pestisida golongan organoklorin dapat mengganggu
sintesis, sekresi, penyimpanan, pelepasan dan pengangkutan hormon
dengan berikatan pada reseptor hormon endokrin dan mengganggu
fungsi normal sistem endokrin. Salah satu hormon yang dikeluarkan
oleh sistem endokrin adalah hormon tiroid. Insektisida organoklorin
yang mengandung ion Cl akan kompetitif dengan ion iodium yang
berfungsi untuk pembentukan hormon tiroid. Oleh karena Cl memiliki
daya ikat yang lebih kuat dibandingkan ion I, maka hormon tiroid
berupa T3 dan T4 tidak dapat terbentuk.
b. Dampak melalui komoditas pangan/makanan
Residu yang sampai kepada manusia dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung. Makanan yang mengandung residu pestisida
jika dikonsumsi dalam jangka panjang akan menimbulkan gangguan
kesehatan. Pada tingkat yang ekstrim, residu pestisida dapat
menyebabkan kematian. Sedang pada kadar yang lebih rendah, residu
pestisida ini menyebabkan sakit perut dan muntah. Gejala keracunan
akut pada manusia akibat konsumsi residu pestisida adalah paraestesia,
tremor, sakit kepala, keletihan, perut mual, dan muntah. Efek
keracunan kronis yang terjadi pada manusia akibat konsumsi residu
pestisida adalah kerusakan sel-sel hati, ginjal, sistem saraf,
sistemimunitas, dan sistem reproduksi. Penggunaan pestisida yang
berlebihan menyebabkan residu yang tinggi pada produk hasil
pertanian. Residu pestisida pada produk pertanian dapat menimbulkan
gangguan kesehatan bagi konsumen. Residu pestisida bersifat
akumulatif pada tubuh dan terdistribusi melalui rantai makanan dengan
kecenderungan konsumen yang menempati piramida makanan tertinggi
(manusia) yang terdistribusi lebih banyak residu pestisida
c. Dampak terhadap lingkungan
Residu pestisida dapat mencemari tanah, air, rumput, dan vegetasi
lainnya. Selain membunuh serangga atau gulma, residu pestisida dapat
menjadi racun bagi sejumlah organisme lain termasuk burung, ikan,
serangga , dan juga tanaman non-target. Insektisida umumnya
merupakan kelas pestisida yang paling beracun, tetapi herbisida juga
dapat menimbulkan risiko bagi organisme non-target.

8. Bagaimana tembakau dapat menyebabkan green Tobacco Sickness?


Pencegahan

- Mengganti baju setiap kali ke ladang dan pulang dari ladang. Baju
yang telah dipakai selama bekerja di lahan tembakau selalu dicuci
bersih
- Memakai APD kedap air : pelindung kepala, masker, baju lengan
panjang kedap air, celemek, sarung tangan, celana panjang, sepatu boot
- Tidak kontak langsung dengan tembakau
- Cuci tangan setelah menyentuh daun tembakau dengan air mengalir
dan sabun sebelum melakukan aktivitas lain
- Segera mandi setelah pulang dari ladang tembakau
Jika keluhan GTS muncul maka segera hentikan aktivitas pekerjaan dan
hindari kontak dengan daun tembakau, membersihkan badan/mandi,
mengganti baju kerja dengan baju bersih, istirahat, bila keluhan berlanjut
segera ke puskesmas atau faskes lainnya
Apa yang dapat dilakukan untuk pencegahan GTS ? yaitu penyebarluasan
informasi tentang pencegahan GTS
- Penyuluh pertanian dan kader kesehatan : menyebarkan informasi
tentang bahaya GTS dan memberikan pemahaman tentang pentingnya
penggunaan APD
- Kelompok masyarakat peduli kesehatan : melakukan advokasi kepada
pemilik lahan perkebunan tembakau untuk menyediakan APD untuk
petani dan pekerja
- Tokoh kelompok tani : berperan sebagai role model untuk penggunaan
APD
- Petugas kesehatan : menyebarluaskan informasi tentang bahaya GTS,
pentingnya APD, serta melakukan deteksi dini GTS dan melakukan
penanganan terhadap petani yang mengalami gangguan kesehatan GTS

9. Bagaimana dampak gigitan serangga atau ular di tempat kerja petani?


Bagaimana penanganannya?
Efek Gigitan Ular
1. Ular tidak berbisa
● Luka robek
● Nyeri
● Jika tidak ditangani bisa menyebabkan infeksi sekunder
2. Ulat berbisa (memiliki venom) Snake Bite Envenoming
● Reaksi Lokal

● Reaksi Sistemik
Bagaimana Tatalaksananya
1. Ular tidak berbisa ⇒ Debridement
2. Ular berbisa
First Aid
Gigitan Serangga
Gigitan atau sengatan serangga seperti lebah, tomcat, tungau, dan lain-lain
dapat menimbulkan suatu alergi ataupun penyakit yang lebih parah jika tidak
ditangani dan diobati dengan benar. Serangga beracun → menyengat →
toksin. Sedangkan serangga yang tidak beracun → menggigit, menghisap
darah, menusuk. Contohnya : aracnida (acarina, aranae/laba2,
scorpionidae/kalajengking), chilopoda (kelabang, insecta (hymmenoptera /
lebah)
Gejala : akut (nyeri, bengkak, kemerahan, gatal, panas) sistemik (reaksi alergi,
demam, sesak nafas, bengkak wajah, tenggorokan)
Penanganan awal bila Anda mengalami gigitan serangga meliputi :
- Hilangkan sengat.
- Bersihkan area yang tersengat atau tergigit dengan air bersih yang
mengalir dan sabun.
- Tempelkan kompres dingin (seperti kain yang dicelup dalam air es atau
es baru berlapis kain) pada area bengkak selama 10 menit.
- Angkat atau posisikan area yang tergigit atau tersengat lebih tinggi dari
jantung. Langkah ini bertujuan mengurangi pembengkakan.
- Jangan menggaruk area yang tergigit atau tersengat untuk mencegah
risiko infeksi.
- Obat antinyeri berupa obat minum atau obat oles.
- Obat antihistamin untuk meredakan rasa gatal.
- Bila terjadi anafilaksis berupa sesak napas, pembengkakan pada bibir,
lidah atau tenggorokan, dan pusing, dokter akan memberikan obat
epinefrin subkutan, difenhidramin, dan steroid. Obat antibiotik minum
juga dapat diresepkan untuk gigitan serangga yang terinfeksi.

10. Bagaimana radiasi sinar matahari yang intens dapat menyebabkan


berbagai penyakit dengan manifestasi yang bervariasi? Bagaimana
penangannya?
Heat-related illness (penyakit akibat panas) merupakan keluhan atau
kelainan klinis yang diakibatkan oleh paparan panas. Penyakit ini muncul jika
terdapat gangguan regulasi suhu tubuh akibat input panas dan metabolisme
tubuh meningkat namun tidak diimbangi dengan pengeluaran panas dari kulit
secara radiasi, evaporasi, dan konveksi. Penyakit ini banyak terjadi di daerah
tropis.
Mengapa bisa terjadi heat related illness? Hal ini dikarenakan
perubahan fisiologis akut terjadi ketika tubuh terpapar panas. Termoregulasi
diatur sistem saraf pusat di hipotalamus dan sumsum tulang serta sistem saraf
perifer di kulit dan organ. Vasodilatasi pada pembuluh darah di kulit terjadi
untuk menghilangkan panas secara konvektif. Pada suhu tubuh yang ekstrim,
terjadi kerusakan sel yang mengakibatkan terbentuknya respon inflamasi
sistemik dan peningkatan permeabilitas dinding sel sehingga terjadi pelepasan
endotoksin. Gangguan homeostasis ini menginisiasi kaskade yang
mengakibatkan hipoksia jaringan, asidosis metabolik, dan kerusakan organ.
Manifestasi penyakit akibat panas bervariasi mulai dari yang ringan
(heat edema, heat rash, heat cramps, dan heat syncope) ke keadaan yang lebih
serius (heat exhaustion) hingga berat seperti heart stroke yang dapat
mengancam jiwa.
a. Heat edema : kondisi dimana tangan atau kaki membengkak saat duduk /
berdiri lama di lingkungan panas. Terjadi akibat pembuluh darah vasodilatasi
sehingga cairan tubuh keluar mengikuti gravitasi di kaki/ tangan. Vasodilatasi
perifer terjadi untuk meningkatkan pengeluaran panas sehingga cairan
interstitial terakumulasi pada ekstremitas bawah.
Gejala : demam, kaki/ tangan bengkak.
Tatalaksana : elevasi ekstremitas, naikan kaki/ tangan yang edema
b. Heat rash : iritasi kulit akibat keringat berlebihan saat cuaca panas dan
lembab, Biasanya muncul di leher, dada bagian atas, selangkangan, di bawah
payudara, dan di lipatan siku.
Gejala : demam, ruam seperti kumpulan jerawat lepuh merah kecil
Tatalaksana : jaga area ruam kering, dapat diberi bedak
● HEAT CRAMPS :
Bentuk paling ringan dari penyakit terkait panas berupa nyeri otot dan
spasm/ kram saat atau setelah beraktifitas dan berkeringat di suasana
panas. Keringat menghabiskan kadar garam dan cairan
Gejala : kram/nyeri/ kejang otot di perut /lengan / kaki, demam
Tatalaksana : minum air dingin dan camilan yang mengantikan
karbohidrat air dan elektrolit, renggangkan otot, lepas pakaian, pindah
ke tempat dingin
● HEAT SYNCOPE :
Episode sinkop/pingsan atau pusing akibat suhu panas dan dehidrasi.
Sering pada orang yg berdiri lama / bangun tiba tiba dari berbaring/
duduk.
Tatalaksana : duduk/ berbaring di tempat dingin, konsumsi air
● HEAT EXHAUSTION :
Kondisi kelelahan akibat panas ekstrim dan berkeringat berlebihan
sehingga kekurangan cairan dan elektrolit, apabila tidak ditangani
menjadi head stroke.
Gejala : suhu tubuh tinggi, sakit kepala, pusing, mual, lemas, haus,
keringat banyak, sekresi urin menurun. (pupil dilatasi)
Tatalaksana : pindahkan ke tempat dingin, lepas sepatu dll, minum air
dingin, kompres dingin kepala wajah leher
● HEAT STROKE :
Kondisi terberat penyakit terkait panas, dimana tubuh tidak mampu
mengatur suhu tubuh akibat hiponatremua, merupakan kegawat
daruratan dapat menyebabkan kematian atau cacat permanen.
Gejala : suhu tubuh sangat tinggi>104F (40C) dalam waktu 10-15
menit, penurunan status mental (bingung/cemas), hilang kesadaran
(coma), kejang, mual muntah, kulit kering & panas /berkeringat
banyak. Pupil konstriksi
Tatalaksana : pindahkan ke tempat dingin, lepaskan pakaian ,
dinginkan, basahi / rendam kulit dengan kain basah dingin. Jika sudah
di RS jaga TTV, resusitasi kristaloid dan elektrolit

11. Bagaimana standar APD yang tepat terutama bagi petani?


APD dapat dibagi menjadi lima jenis.
- APD jenis pakaian pelindung yang meliputi celana panjang dan baju
lengan panjang, dapat juga menggunakan jas hujan dari plastik serta
celemek sebagai tambahan yang terbuat dari plastik atau kulit. APD
jenis ini digunakan agar partikel-partikel pestisida tidak dapat masuk
ke dalam tubuh melalui kulit
- APD jenis penutup kepala yang meliputi topi lebar yang berbahan
kedap cairan atau helm kepala yang terbuat dari bahan keras serta
kacamata sehingga dapat melindungi dari partikel-partikel pestisida.
- APD masker secara umum digunakan untuk mencegah terhirupnya zat-
zat polutan, debu, bakteri, bahkan virus yang mungkin dapat
mengakibatkan penyakit infeksi saluran pernapasan.
- APD sarung tangan yang terbuat dari bahan tidak tembus air digunkan
agar partikel-partikel pestisida tidak menempel sehingga nantinya tidak
membahayakan penggunanya. Selain itu alat pelindung tangan harus
digunakan ketika terdapat kemungkinan terjadinya kecelakaan seperti
luka pada tangan karena benda-benda keras, luka gores, terkena bahan
kimia berbahaya dan juga luka sengatan serangga. Bila sedang
menggunakan pestisida yang mempunyai konsentrasi tinggi (high
concentration) maka diperlukan sarung tangan yang digunakan yaitu
sarung tangan yang terbuat dari bahan karet yang panjang hingga
menutupi bagian pergelangan tangan. Hal ini bertujuan untuk
melindungi tangan dari percikan pestisida yang terbang akibat
hembusan angin.
- APD sepatu boot yang terbuat dari kulit, karet sintetik atau plastic.
Untuk pengunaan sepatu boot ini harus diserta juga dengan pemakaian
celana panjang sehingga partikel-partikel pestisida tidak masuk dan
tergenang di dalam sepatu sehingga partikel tersebut tidak dapat masuk
ke dalam tubuh melalui kaki

APD yang akan digunakan di tempat kerja harus memperhatikan beberapa hal,
yaitu berat APD hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa tidak nyaman yang berlebihan, alat harus dapat dipakai
secara fleksibel, APD harus tahan untuk pemakaian lama dan APD tidak
menimbulkan bahaya bagi penggunanya.
Berdasarkan Permenkes No.258 /Menkes /Per/III/ 1992 tentang persyaratan
pengelolaan pestisida, untuk perlengkapan pelindung yang minimal harus
digunakan berdasarkan jenis pekerjaan dan klasifikasi pestisida khusus
penyemprotan di luar gedung dengan klasifikasi pestisida yaitu:
- Pestisida yang sangat berbahaya sekali: sepatu boot, baju terusan
lengan panjang dan celana panjang, topi, pelindung muka, masker, dan
sarung tangan.
- Pestisida yang sangat berbahaya: sepatu kanvas, baju terusan lengan
panjang dan celan panjang, topi dan masker.
- Pestisida yang berbahaya: sepatu kanvas, baju terusan lengan panjang
dan celan panjang, topi dan masker

C. LEARNING OBJECTIVE
1. Mampu menjelaskan arthropoda penyebab sakit di komunitas dan
manajemen
a. Snake bite
Spesies ular di dunia ada sekitar 3600 spesies dan sekitar 600
diantaranya adalah ular berbisa. Terdapat 5 juta kasus gigitan ular di
dunia dengan 125.000 kematian tiap tahunnya (Chippaux, 1998).
Perbedaan morfologi ular berbisa dan tidak berbisa :

Ada 3 famili ular berbisa di Asia Tenggara :


1. Elapidae
● Memiliki taring depan yang relatif pendek.
● Ular yang relatif panjang, kurus, berwarna seragam
dengan sisik besar simetris halus di bagian atas
(dorsum) kepala.
● Anggota : kobra, king cobra, kraits, ular karang, ular
Australasia, dan ular laut
2. Viperidae
● Memiliki taring yang relatif panjang (solenoglif),
biasanya terlipat rata pada rahang atas tetapi tegak
ketika ular menyerang.
● Ular relatif pendek, agak gemuk, dengan banyak sisik
kasar kecil di bagian atas (dorsum) kepala & pola
karakteristik tanda berwarna di permukaan punggung
tubuh
● Anggota : viper tipikal (Viperinae) dan pit-viper
(Crotalinae).
3. Colubridae
● Beberapa spesies Colubridae yang penting secara medis
telah diidentifikasi di Wilayah Asia Tenggara.
● The red necked keelback Rhabdophis subminiatus &
yamakagashi R. Tigrinus : gangguan anti-hemostatik
parah yang mengancam jiwa & cedera ginjal akut.
● Lebih dari selusin spesies lain telah terbukti mampu
menyebabkan keracunan lokal [mis. ular bakau (Boiga
dendrophila); ular air (Cerberus rhynchops); & ular
air/ular sawah (spesies Enhydris)]
Venom Apparatus :
● Elapidae & Viperidae : terletak di belakang mata, dikelilingi oleh otot-
otot kompresor. Saluran racun terbuka di dasar taring, menyalurkan
racun ke ujungnya melalui alur atau kanal.
● Viperidae : taring pada rahang atas yang dapat diputar, membuatnya
ereksi.
● Colubridae : racun yang disekresikan oleh kelenjar Duvernoy
(supralabial) dari taring rahang atas posterior.
● Spitting cobra yang menyemprotkan racun ke depan dari ujung
taringnya dengan semprotan halus yang diarahkan ke mata penyerang.

Komponen venom ular


● Enzim pro-koagulan : mengaktifkan langkah-langkah yang berbeda
dari kaskade pembekuan darah, terjadi pembentukan fibrin (Sebagian
besar dipecah oleh sistem fibrinolitik tubuh) sehingga menghabiskan
faktor pembekuan tubuh [consumption coagulopathy]. Maka pada
pasien yang digigit ular tidak terjadi clotting.
● Toksin sitolitik/nekrotik (enzim proteolitik & fosfolipase) : merusak
membran sel & jaringan yang akan meningkatkan permeabilitas
endotel vaskular sehingga terjadi pembengkakan lokal, lepuh & edema.
● Hemolitik & fosfolipase miolitik A2 : merusak membran sel, endotel,
otot rangka, saraf, dan sel darah merah.
● Neurotoksin pra-sinaptik (Phospholipases A2) : merusak ujung saraf.
● Neurotoksin pasca-sinaptik (polipeptida) yang bersaing dengan
asetilkolin untuk reseptor neuromuscular junction
● Haemorrhagins (zinc metalloproteinases) : merusak lapisan endotel
dinding pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan lokal & sistemik
spontan.

Klasifikasi gigitan ular berdasarkan venomnya :


● Gigitan sitotoksik : pembengkakan yang menyakitkan & progresif
dengan keluarnya darah encer dari luka gigitan, syok, lepuh &
perubahan warna. Spec : puff adder, Gaboon adder (Viperidae) &
spitting cobra (Elapidae)
● Gigitan neurotoksik : pembengkakan sedang, kaki dingin & lembap,
pupil melebar, kelopak mata terkulai & sendi sakit, kelenjar getah
bening bengkak, muntah, air liur berlebih & kesulitan bernapas, terasa
lemah atau lumpuh. Spec: mamba hitam & hijau dan non spitting cobra
(Elapidae).
● Gigitan hematotoksik : gusi berdarah, hidung, sudut mata, dan
pendarahan akibat cakaran dan luka lama. Spec : Boomslang
(Colubridae) & vine snake (Colubridae).
● Gejala campuran. Campuran gigitan sitotoksik & neurotoksik :
Rinkhals cobra dan sebagian besar kobra spitting lainnya. Campuran
gigitan Hematotoksik & sitotoksik : carpet vipers, ular beludak gurun
Afrika Utara dan puff adder
Grading Snake Bite

Sindrom Klinis Gigitan Ular di Asia Tenggara


Sebuah "pendekatan sindrom" mungkin masih berguna, terutama
ketika ular belum diidentifikasi dan hanya antivenom monospesifik
yang tersedia.
SINDROM 1 : Racun lokal (pembengkakan dll) dengan gangguan
pendarahan/pembekuan darah à Viperidae (semua spesies)
SINDROM 2 : Local envenoming (pembengkakan dll) dengan
gangguan perdarahan/pembekuan darah, syok atau cedera ginjal akut =
Russell's viper; dengan edema konjungtiva (chemosis) & insufisiensi
hipofisis akut = Russell's viper, Myanmar dan India Selatan; dengan
ptosis bilateral, oftalmoplegia eksternal, kelumpuhan wajah dll. & urin
berwarna coklat tua = Russell's viper, Sri Lanka dan India Selatan
SINDROM 3 : Local envenoming (pembengkakan dll) dengan
kelumpuhan : kobra atau king cobra
SINDROM 4 : Kelumpuhan dengan local envenoming minimal atau
tidak sama sekali
● Digigit di darat saat tidur di tanah dengan/tanpa sakit perut :
krait
● Digigit di laut, muara dan beberapa danau air tawar : ular laut
● Digigit di Indonesia Maluku atau Papua Barat dengan/tanpa
gangguan pendarahan/pembekuan darah : Australasian elapid
SINDROM 5: Kelumpuhan dengan urin berwarna coklat tua &
cedera ginjal akut
● Digigit di darat (dengan gangguan pendarahan/pembekuan
darah) : Russell’s viper (Sri Lanka atau India Selatan)
● Digigit di darat saat tidur di dalam ruangan : krait (B. niger, B.
candidus, B. multicinctus): Bangladesh, Thailand
● Digigit di laut, muara & beberapa danau air tawar (tidak ada
gangguan pendarahan/pembekuan darah) : ular laut
PENANGANAN SNAKE BITE SELAIN DI RUMAH SAKIT
Pertolongan pertama, harus dilaksanakan secepatnya setelah terjadi
gigitan ular berbisa sebelum korban dibawah ke rumah sakit. Tujuan
pertolongan pertama adalah untuk menghambat penyerapan bisa,
mempertahankan hidup korban dan mengindari komplikasi sebelum
mendapatkan perawatan medis di rumah sakit serta mengawasi gejala
dini yang membahayakan. Kemudian korban segera dibawa ke tempat
perawatan medis. Metode pertolongan yang dilakukan adalah
menenangkan korban yang cemas, imobilisasi (membuat tidak
bergerak) bagian tubuh yg tergigit dengan cara mengikat atau
menyangga dengan kayu agar tidak terjadi kontraksi otot dapat
meningkatkan penyerapan bisa ke dalam aliran darah dan getah bening.
Pertimbangkan pressure-immobilisation pada gigiran Elapidae. Hindari
gangguan terhadap luka gigitan karena dapat meningkatkan
penyerapan bisa dan menimbulkan perdarahan lokal.
Korban harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya, dengan cara
yang aman dan senyaman mungkin. Hindari pergerakan atau kontraksi
otot untuk mencegah peningkatan penyerapan bisa.
Penanganan pagutan ular yang biasa sering dilakukan seperti
melakukan insisi di tempat pagutan, menghisap darah pada tempat
pagutan, pendinginan daerah tempat pagutan, pemberian antihistamin
dan kortikosteroid, pemakaian obat-obat tradisional, dan pemasangan
torniket harus dihindari karena tidak terbukti manfaatnya. Bahkan
dapat meningkatkan risiko kematian dan disabilitas.

PENANGANAN SNAKE BITE DI RUMAH SAKIT


Gigitan ular merupakan suatu kegawatdaruratan medis, sehingga
riwayat, tanda dan gejala pasien harus didapatkan secepat mungkin
agar penatalaksanaan yang sesuai dapat dilakukan. Pasien harus
ditenangkan terlebih dahulu untuk mengurangi tingkat kecemasannya,
penanganan awal berupa primary survey yang direkomendasikan oleh
panduan Advance Trauma Life Support dengan mempertahankan
Airway, Breathing, dan Circulation serta memperhatikan tanda
hemodinamik dan gejala penyebaran bisa ular. Pemberian profilaksis
tetanus, antibiotik, dan analgesic selain NSAID dapat diberikan
mengingat terdapat resiko pendarahan. Peniliaian klinis secara detail
dan identifikasi spesies:
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan fisik
Dapat dimulai dari area gigitan, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik
secara umum dan spesifik. Pada area gigitan ular dapat ditemukan
pembengkakan, nyeri tekan palpasi, tanda drainase limfonodi,
ekimosis, dan tanda-tanda awal nekrosis (melepuh, perubahan warna,
dan bau pembusukan)

- Imobilisasi ekstremitas untuk menahan aliran limfe


- Antivenom (DRUG OF CHOICE) SABU (serum anti bisa ular)
sebanyak 2 vial + 100ml normal saline 0,9% drip (60-80 tetes
per menit) diulangi setiap 6-8 jam
- Simptomatik: analgesic bisa menggunakan morphine dan
paracetamol
- Antibiotik

Pengobatan Anti Bisa Ular


Serum Anti-Bisa Ular (SABU) dapat diberikan dengan pedoman
sebagai berikut:
- Untuk bisa ular dengan gejala neurotoxin dan perdarahan
spontan masif diberikan SABU 2 vial didrip dengan larutan PZ
tiap 2 jam
- Untuk bisa ular bukan dengan gejala neurotoxin atau
koagulopati parah, diberikan 2 vial SABU didrip tiap 6 jam.
Pemberian SABU dapat diteruskan sampai tanda dan gejala
menghilang, tidak ada maximum dose.

b. Bee sting
● Pendahuluan
Gigitan serangga atau insect bites umumnya merujuk pada
reaksi hipersensitivitas dan peradangan baik lokal maupun sistemik
akibat gigitan atau kontak dengan serangga. Penyebab kondisi ini
adalah insecta yang termasuk dalam filum Arthropoda, yakni nyamuk,
lalat, kutu, tungau, lebah, dan tawon. Lebah akan menyengat ketika
merasa terancam. Sebenarnya, baik lebah besar (tawon) atau lebah
madu, biasanya tidak menyengat. Mereka akan menyengat ketika
merasa terancam. Racun dari sengatan lebah dapat menyebabkan
reaksi alergi hebat pada orang tertentu, hingga menyebabkan kematian.
● Epidemiologi
- Prevalensi yang sama di seluruh dunia
- Prevalensi pada pria dan wanita sama
- Faktor yang mempengaruhi perkebunan, persawahan, dll.
- Prevalensi gejala akibat sengatan lebah 0,4-4%
● Etiologi
● Gejala klinis
Setelah mengalami sengatan lebah maka akan terjadi reaksi
lokal pada kulit yang biasanya berlangsung singkat. Reaksi normal
akan menimbulkan nyeri, bengkak, dan kemerahan pada daerah
sengatan. Kadang-kadang timbul reaksi lokal yang luas pada tempat
sengatan, namun hal ini akan hilang dalam waktu 2 sampai 3 hari.
Lebah dan tawon meninggalkan alat sengat pada kulit korbannya.Pada
reaksi hipersensitifitas tipe lambat ditandai dengan timbulnya lesi yang
mengeras bila disertai papul yang persisten dan berkembang menjadi
hiperpigmentasi, bahkan sering menimbulkan ekskoriasi dan krusta.
Rasa gatal dapat ringan sampai berat, bersifat sementara atau menetap.
Cekungan pada bagian sentral sering terlihat tetapi akan menghilang
kemudian.
Reaksi anafilaksis dimulai dalam beberapa detik atau beberapa
menit setelah terjadinya sengatan. Gejala pada kulit berupa rasa gatal,
kemerahan, urtikaria, dan angioedema. Gejala kardiovaskular berupa
hipotensi disertai sinus takikardi atau bradikardi, yang menunjukkan
tipe reaksi vasovagal. Gejala respirasi berupa bronkospasme (dengan
mengi pada ekspirasi), edem laring (stridor inspirasi) atau timbulnya
dispne dengan suara napas yang normal. Gejala sistim pencernaan
berupa kaku pada usus, muntah dan diare (kadang-kadang berdarah),
dan kaku pada uterus.
Reaksi yang berat dapat disertai perasaan akan datangnya
malapetaka dan syok. Akibat lanjut dari sengatan lebah dapat
menimbulkan komplikasi ke berbagai organ. Dilaporkan adanya kasus
neuropati optikus setelah mengalami sengatan lebah, ditandai dengan
hilangnya kemampuan visual, perdarahan dan edem pada diskus
optikus dan skotoma sentralis. Komplikasi sengatan lebah juga dapat
mengenai organ ginjal dan hati. Dilaporkan terjadinya kasus gagal
ginjal akut dan gangguan hati akibat sengatan lebah, yang
menyebabkan timbulnya hipotensi, hemolisis intravaskular,
rhabdomyolysis sebagai akibat efek toksik dari bisa lebah.
● Diagnosis
Diagnosis alergi sengatan lebah ditegakkan berdasarkan
timbulnya gejala dan tanda akibat alergi sengatan lebah disertai
ditemukannya lebah sebagai penyebab. Pada daerah sengatan akan
disertai timbulnya reaksi lokal dan dapat ditemukan alat sengat lebah
pada kulit pasien. Gejala yang timbul setelah sengatan menunjukkan
adanya alergi berupa reaksi tipe lambat sampai paling berat timbulnya
syok pada reaksi anafilaksis.
Uji kulit dengan antigen berupa bisa lebah digunakan untuk
mengenali bisa yang spesifik yang bertanggung jawab pada proses
sensitisasi tersebut.Ada 5 jenis bisa secara komersial telah tersedia,
yaitu bisa terhadap lebah madu, yellow jacket, yellow hornet, white
faced hornet dan Palister wasps (Miles, Inc, Pharmaceutical, Spokane,
Wash, dan ALK Laboratories, Wallingford, Conn). Beberapa
laboratorium sedang mengembangkan berbagai jenis bisa lainnya.Uji
kulit Prick dilakukan dengan menggunakan bisa lebah pada konsentrasi
1 ug/ml, dengan konsentrasi yang sama diberikan pelarut kontrol
(Sorenson’s solution) yang mengandung 0,5% serum albumin dan
0,4% fenol. Hasilnya dibaca dan dicatat setelah 15 menit. Jika respon
uji Prick negatif dilakukan uji kulit intradermal dengan menggunakan
bisa pada konsentrasi 0,2 ug/ml dan 1 ug/ml pada tempat yang terpisah
sebanyak 0,03 ml. Histamin dan pelarut kontrol diinjeksikan secara
intradermal. Hasilnya dibaca setelah 15 menit, dan dicatat timbulnya
pembengkakan serta kemerahan. Reaksi segera yang timbul pada uji
kulit dengan konsentrasi bisa <0,1 sampai 1,0 ug/ml dinyatakan positif
dan penderita tersebut mempunyai IgE spesifik terhadap bisa tersebut
Pemeriksaan invitro untuk mendeteksi antibodi IgE terhadap
bisa lebah dapat dilakukan dengan cara radio allergosorbent test
(R.A.S.T).Pemeriksaan RAST telah dikembangkan untuk menilai
diagnosis hipersensitifitas akibat sengatan lebah dengan menggunakan
alergen yang telah dimurnikan berasal dari bisa lebah.18 Dalam
tekhnik ini antigen mulamula diikat benda padat dari selulosa.
Imunoglobulin E yang diikat kemudian dapat ditemukan kembali
dengan anti-IgE yang bertanda radioaktif. Radioaktifitas yang diikat
kemudian dapat dihitung dengan gamma counter.
● Tatalaksana
Pada reaksi lokal diperhatikan apakah lebah meninggalkan
sengatnya pada kulit pasien. Singkirkan sengat tersebut dengan
menggunakan penjepit atau dengan kuku jari. Jangan lakukan
penekanan pada sengat tersebut karena dapat mengakibatkan pelepasan
bisa lebih banyak kedalam kulit.Untuk mengurangi rasa nyeri dan
pembengkakan cukup digunakan kompres dingin, tetapi reaksi lokal
yang luas membutuhkan pengobatan dengan antihistamin dan
kortikosteroid (prednison).
Jika terjadi reaksi anafilaksis, obat pilihannya adalah epinefrin
dalam larutan 1:1000, diinjeksikan secara intramuskular atau subkutan
dengan dosis 0.2- 0.5 ml atau 0.01 ml/kg berat badan. Pemberiannya
dapat diulangi dalam 15 menit jika masih diperlukan. Pada reaksi berat
yang persisten dapat digunakan infus intravena epinefrin (1:10.000)
dengan dosis 0.1 ug/kg/menit dengan pemantauan jantung yang ketat
untuk mempertahankan tekanan sistolik 80 mmHg. Jika hipotensi dan
syok tidak respon terhadap epinefrin, harus diberikan cairan intravena
dengan larutan garam isotonis (NaCl 0.9%) secara cepat (>100
ml/menit). Pasien diletakkan pada posisi Trandelenberg dengan
meninggikan kedua kakinya.
Timbulnya edema laring mungkin menyulitkan pemasangan
selang endotrakeal maka diperlukan tindakan bedah trakeostomi untuk
mempertahankan saluran napas. Tindakan krikotirotomi diperlukan
jika belum dapat dilakukan trakeostomi.Pada keadaan timbulnya
obstruksi bronkus penanganannya sama seperti asma bronkial.
Diberikan aminofilin 6 mg/kg berat badan dalam 20 ml dextrose 5%
secara intravena dalam masa 10- 15 menit sebagai dosis awal ,
dilanjutkan dengan 0.9 mg/kg/jam sebagai dosis pemeliharaan. Jika
bronkospasme menetap diberikan bronkodilator β adrenergik secara
nebulisasi. Jika terdapat tanda gagal napas dengan nilai PaCO2 >65
mmHg diperlukan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik. Pada
reaksi tipe lambat yang terjadi kemudian cukup diberikan antihistamin
oral seperti difenhidramin 1-2 mg/kg BB. Kombinasi antagonis H1 dan
antagonis H2 seperti simetidin dengan dosis 4 mg/kgBB memberikan
hasil yang lebih baik.
Pengobatan topikal dengan krem kortikosteroid kurang efektif
dan penggunaan antihistamin topikal dapat berpotensi timbulnya
sensitisasi dan tidak berperan pada pengobatan alergi sengatan
lebah.Untuk pengobatan jangka panjang pada pasien dengan alergi
sengatan lebah dapat dilakukan pengobatan secara imunologis yang
efektif untuk mencegah reaksi alergi akibat sengatan lebah.
c. Scorpion sting
Racunnya yang aktif mengandung neurotoxin dan
hemotoxin.Mengeluarkan racun: hemotoksin & neurotoksin. Pada
anak bisa menyebabkan kematian karena paralyse pernafasan. Bekas
gigtan: nyeri amat sangat, eritema- edema, shock- kematian.

Racun kalajengking merupakan campuran kompleks yang terdiri dari


protein, neurotoksin, nukleotida, asam amino, kardiotoksin,
nefrotoksin, toksin hemolitik, fosfodiesterase, fosfolipase A,
hyaluroinidase, asetilkolinesterase, glikosaminoglikan, histamin,
serotonin, dan zat-zat lain. Neurotoksin dalam racun kalajengking
sangat mematikan bahkan lebih mematikan dibandingkan neurotoksin
dari bisa ular. Neurotoksin adalah komponen venom atau racun yang
bekerja pada sistem saraf perifer. Hasil analisa menunjukkan nilai
LD50 beberapa neurotoksin kalajengking 10 kali lipat lebih kuat
daripada sianida.

Sengatan kalajengking menyebabkan rasa sakit yang luar biasa yang


menjalar ke dermatom (area kulit dengan saraf spinalis) yang dapat
menimbulkan efek sistemik yang mengancam jiwa. Racun masuk dan
mengendap di kulit dalam jaringan subkutan. 70% racun dari
konsentrasi maksimum menyebar dalam waktu 15 menit kedalam
darah. Racun terserap hampir sempurna dalam tubuh dalam waktu 7-8
jam. Racun kalajengking yang masuk ke dalam tubuh memerlukan
waktu 4 -13 jam untuk tereliminasi dari darah.

Gejala :

- Efek klinis dari sengatan kalajengking bergantung pada sepesies


kalajengking dan tingkat letal dan banyaknya racun yang masuk
kedalam kulit. Efek sengatan kalajengking umumnya
menyebabkan efek lokal namun juga dapat menyebabkan efek
sistemik.
- Efek sengatan kalajengking umumnya hanya menyebabkan efek
lokal berupa rasa nyeri (kadang-kadang parah, rasa terbakar dan
dapat menyebar), bengkak, kemerahan pada lokasi sengatan,
sensitif terhadap sentuhan, dan sensasi mati rasa/kesemutan.
Sengatan kalajengking juga beresiko menyebabkan reaksi
hipersensitivitas.
- Pada beberapa spesies kalajengking mempengaruhi sistemik.
Racun kalajengking menyebabkan efek keracunan parah yang
menstimulasi efek sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Tanda-
tanda dan gejala autonomic storm yaitu stimulasi parasimpatetis
sementara (muntah, keringat berlebihan, salivasi kental,
bradikardi, kontraksi ventrikel prematur, hipotensi) dan stimulasi
simpatis berkepanjangan (ekstremitas dingin, hipertensi, takikardi,
edema paru dan syok)

Diagnosis

Terdapat skala klasifikasi dari akibat sengatan kalajengking spesies


Centruroides :

 Tingkat 1 : nyeri local dan parestesia di daerah yang tersengat.


Pada tingkat ini, luka tusuk kemungkinan tidak terlihat. Dapat
dikonfirmasi dengan Tap test dengan cara mengalihkan
perhatian pasien lalu mengetuk pada daerah sengatan. Positif
bila nyeri bertambah parah. Pengobatan cukup dengan
pemberian analgesic.
 Tingkat 2 : nyeri local dan parestesia di tempat sengatan serta
di daerah yang berdekatan dengan tempat sengatan.
Pengobatan dengan analgesic.
 Tingkat 3 : gejala sama dengan tingkat 2 ditambah gangguan
pada saraf kranial (peningkatan sekresi saliva, penglihatan
kabur, gerakan lidah cepat, nistagmus) atau disfungsi
neuromuskuler (gejala mirip opistotonus oleh tetanus).
Pengobatan dengan analgesic, ansiolitik, dan antivenom.
 Tingkat 4 : terjadi gangguan pada saraf kranial dan disfungsi
neuromuskuler, hipertermia, rhabdomiolisis, edema paru, dan
kegagalan banyak organ. Pengobatan dengan analgesic,
ansiolitik, dan antivenom.

Tatalaksana

Secara umum efek sengatan kalajengking tidak menimbulkan efek


berbahaya. Korban dapat dirawat di rumah dan dimonitor selama 8
jam. Setiap sengatan harus dilakukan penatalaksaan luka dengan
benar. Bersihkan lokasi sengatan dengan air dan sabun atau antiseptik
ringan. Penanganan awal berupa kompres pada lokasi sengatan
dengan air dingin / kantung es selama 15-20 menit. Harus diusahakan
supaya racun tidak tersebar keseluruh tubuh dengan imobilisasi
(jangan gerakkan) bagian tubuh yang tersengat, kecuali yang
menimbulkan efek nekrotik (kematian sel). Pemberian antihistamin
dan anti nyeri non narkotik dapat dilakukan oleh tenaga medis atau
dokter. Di pelayanan kesehatan lakukan monitor pada anak-anak
selama 2 jam setelah muncul gejala. Keracunan sistemik umumnya
jarang namun berpotensi terjadi terutama pada anak-anak. Korban
dengan gejala simptomatik disarankan ditangani di rumah sakit.
Monitor kondisi luka sengatan dan segera periksa ke fasilitas
kesehatan apabila terjadi tanda infeksi, nyeri tidak hilang / makin
parah atau bila gejala yang terjadi mengkhawatirkan.

Benzodiazepine iv dapat diberikan bila menunjukkan otot spastik.


Antivenom yang tersedia di Amerika Serikat dengan nama Anascorp
telah terbukti mengurrangi gejala klinis jika diberikan 4 jam setelah
sengatan.

Tips Mencegah Tersengat Kalajengking

 Hindari menumpuk batu atau kayu di sekitar rumah atau


kebun.
 Ajari anak-anak untuk mengenal kalajengking dan
menjauhinya bila berdekatan dengan kalajengking. Bila
tersengat, segera panggil orang tua untuk meminta bantuan.
 Gunakan baju berlengan panjang dan celana panjang saat
hiking atau berkemah. Jika melihat kalajengking, jangan
memegang kalajengking dengan tangan kosong, gunakan alat
penjepit untuk menjauhkan kalajengking.

2. Menjelaskan masalah kesehatan di bidang agricultural (heat related


illness: heat exhaustion, heat stress, heat stroke)
a. Hipertermia
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh akibat ketidakmampuan
tubuh menghilangkan dan mengurangi produksi panas untuk
mengimbangi panas yang berlebihan. Hipertermi disebabkan oleh
faktor endogen, pengurangan kehilangan panas, dan terpajan lama pada
lingkungan bersuhu tinggi. Selain itu, olahraga atau aktivitas yang
tinggi juga menyebabkan peningkatan produksi panas. Panas pada 85%
area luas permukaan tubuh diradiasikan ke lingkungan sehingga terjadi
vasokonstriksi perifer untuk mengurangi kehilangan panas, tetapi jika
lingkungannya lebih panas maka tubuh justru menyerap panas melalui
radiasi. Tubuh akan mengalami vasodilatasi untuk mengeluarkan panas
dan muncullah kemerahan pada kulit serta terasa hangat. Jika sudah
terjadi dapat diberikan tindakan baik farmakologis dan non
farmakologis. Secara farmakologi, pasien perlu diberikan antipiretik
untuk jika disebabkan oleh infeksi. Tindakan non farmakologis dapat
berupa mempertahankan cairan agar tidak dehidrasi, memakai pakaian
cerah dan tidak tebal, kompres seluruh badan dengan air hangat untuk
memfasilitasi pengeluaran panas.
b. Heat rash + heat edema
Heat rash atau miliaria rubra atau biang keringat adalah iritasi
kulit akibat keringat berlebihan saat cuaca panas dan lembab. Biasanya
terjadi didaerah pinggang atau daerah yang sering berkeringat seperti
wajah, lipatan siku, leher, dada bagian atas, dan bawah payudara.

Patofisiologi
Keringat berlebih dapat menyumbat saluran keringat sehingga
terjadi obstruksi yang akan menimbulkan kebocoran kelenjar keringat
hingga epidermis dan dermis dan dapat terjadi erupsi pada daerah yang
tertutup pakaian.

Gejala
Benjolan merah kecil muncul di kulit, terkadang terlihat seperti lepuh
kecil atau jerawat. Kulit sering terasa gatal atau rasa perih dan tajam
pada ruam. Ruam paling sering terjadi di lipatan atau tempat tubuh
dimana pakaian bergesekan dengan kulit.

Tatalaksana
Biang keringat umumnya tidak berbahaya dan tidak
membutuhkan pertolongan medis khusus. Tatalaksana awal yang dapat
dilakukan adalah :
● Mengompres bagian yang mengalami ruam dengan kain lembap atau
es batu selama tidak lebih dari 20 menit setiap jam.
● Menaburkan bedak talek pada bagian yang mengalami ruam untuk
mengurangi rasa tidak nyaman di kulit.
● Menghindari cuaca panas dan tempat yang lembap, seperti berada lebih
lama dalam ruangan yang sejuk, atau menggunakan kipas angin.
● Memakai pakaian longgar sehingga tidak menghambat pengeluaran
keringat.

Heat edema adalah kondisi dimana tangan atau kaki


membengkak saa duduk / berdiri lama di lingkungan panas. Terjadi
akibat pembuluh darah vasodilatasi sehingga cairan tubuh keluar
mengikuti gravitasi di kaki/ tangan.

Patofisiologi
Vasodilatasi perifer adalah salah satu mekanisme pertama yang
akan digunakan tubuh dalam upaya mempertahankan suhu inti
homeostatis saat berada di lingkungan dengan suhu lingkungan yang
tinggi. Vasodilatasi meningkatkan aliran darah ke ekstremitas dan
membawa darah lebih dekat ke permukaan kulit sehingga panas dapat
hilang melalui efek penguapan keringat dan radiasi langsung energi
panas dari tubuh. Sebagai akibat dari peningkatan aliran darah ini,
tekanan hidrostatik intravaskular meningkat. Selain itu, dengan
vasodilatasi datang peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

Gejala Klinis
Kaki/ tangan bengkak biasanya, ini terjadi pada ekstremitas
bawah, tetapi area mana pun dapat terpengaruh. Pemeriksaan fisik
akan mengungkapkan simetris tergantung pitting edema. Dengan
edema panas sederhana seharusnya tidak ada gangguan fungsi dan
tidak ada gejala sistemik seperti sesak napas, nyeri dada, atau pusing.
Kehadiran gejala tambahan di luar edema mendorong dokter
mengevaluasi untuk mencari penyebab lain, dengan penekanan khusus
pada penilaian cardiopulmonary.

Tatalaksana
Edema dalam kasus ini adalah self-limiting dan biasanya tidak
lebih dari satu minggu. Perawatan suportif melibatkan pemindahan
pasien ke area dengan suhu yang lebih rendah dan elevasi area yang
terkena untuk meningkatkan drainase cairan.

c. Heat cramps
Bentuk paling ringan dari penyakit terkait panas berupa nyeri otot dan
spasm/ kram saat atau setelah beraktifitas dan berkeringat di suasana
panas. Penyebab dari Heat Cramp terkait dengan menurunnya kadar
sodium, potassium atau magnesium serta cairan dalam otot. Keringat
yang dihasilkan oleh tubuh mengandung kadar sodium yang tinggi.
Ketika tubuh mengeluarkan keringat yang berlebih, sel-sel tubuh
khususnya otot mengalami keadaan hyponatremia atau kurangnya
kadar natrium yang merupakan faktor penting dalam kontraksi otot.
Hal tersebut menyebabkan tubuh akan mengalami beberapa gangguan
yang berhubungan dengan keseimbangan elektrolit, salah satunya
adalah Heat Cramp.
Gejala : kram/nyeri/ kejang otot di perut /lengan / kaki, demam
Tatalaksana :
❖ Pindah ke tempat yang sejuk dan istirahat. Tidak melanjutkan
aktivitas.
❖ Lepaskan pakaian berlebih dan letakkan kain dingin di kulit;
mengipasi kulit.
❖ Berikan minuman olahraga dingin yang mengandung garam dan
gula.
❖ Regangkan otot yang kram secara perlahan dan lembut.
d. Heat syncope
Pengertian
Heat syncope juga dikenal sebagai orthostatic dizziness. Hal ini
mengacu pada episode pingsan yang terjadi setelah seseorang berada
dalam suhu lingkungan yang tinggi, biasanya pada waktu-waktu awal
terkena paparan panas.
Patofisiologi
Heat syncope dapat terjadi akibat kurangnya suplai darah yang cukup
ke otak. Hal ini biasanya terjadi akibat sesorang tiba-tiba bangkit dari
posisi duduk atau berdiri dalam waktu yang lama tanpa kontraksi otot
dapat memungkinkan darah akan berkumpul di kaki dan tidak kembali
ke jantung atau ke otak, sehingga menyebabkan orang tersebut
kehilangan kesadaran.
Selain itu, heat syncope juga dapat disebakan karena seseorang sedang
menggunakan pakaian berat seperti perlengkapan bunker pemadam
kebakaran dan seragam sehingga akan meningkatkan keringat, yang
dapat mengakibatkan dehidrasi.
Tata Laksana
a) Biasanya individu yang mengalami heat syncope akan pulih
dengan relatif cepat, dalam waktu 10-15 menit.
b) Pindahkan orang tersebut ke tempat teduh/dingin untuk
menurunkan suhu tubuh
c) Duduk atau berbaring segera setelah pasien mulai merasakan
gejala
d) Pantau tanda-tanda vital untuk memastikan orang tersebut tidak
mengalami kondisi medis lain
e) Tinggikan kaki untuk mendorong darah kembali ke jantung
f) Rehidrasi dengan air
Pencegahan
a) Semua individu yang berolahraga harus terhidrasi dengan tepat
sebelum berolahraga dan menjaga hidrasi selama latihan.
b) Menghindari alkohol
c) Menghindari paparan lingkungan yang hangat
d) Memakai pakaian yang menghalangi sinar matahari
e) Berolahraga pada waktu yang lebih dingin.
e. Heat exhausted
Heat exhaustion adalah heat related illness yang dialami seseorang
setelah terpapar temperatur tinggi dan sering disertai dengan dehidrasi 2
tipe heat exhaustion :

1) Water depletion: Tandanya seperti haus berlebihan, lemah, sakit


kepala dan hilangnya kesadaran –

2) Salt depletion: Tandanya termasuk mual dan muntah, kram otot


dan pusing.

· Gejala:

a. Kram otot

b. Kulit pucat dan lembab

c. Sering mengalami demam lebih dari 100,4°F (atau 38°C)

d. Mual dan muntah

e. Diare

f. Sakit kepala

g. Kelelahan yang parah (kelelahan)

h. Kelemahan

i. Kecemasan

j. Pingsan (pingsan)

· Pertolongan Pertama dan Pengobatan

1) Pindah ke tempat yang sejuk dan istirahat.

2) Lepaskan pakaian berlebih dan letakkan kain dingin di kulit; mengipasi


kulit.

3) Berikan minuman olahraga dingin yang mengandung garam dan gula.


4) Jika beberapa tindakan tersebut tidak menghilangkan gejala dalam 15
menit sebaiknya segera cari pertolongan medis untuk menghindari
progresifitasnya menjadi heat stroke.

Pencegahan

1) Kenakan pakaian yang longgar dan ringan.

2) Lindungi dari sengatan matahari. Kulit terbakar mempengaruhi


kemampuan tubuh untuk mendinginkan dirinya sendiri, jadi lindungi
diri di luar ruangan dengan topi bertepi lebar dan kacamata hitam dan
gunakan tabir surya spektrum luas dengan SPF minimal 15.

3) Minum banyak cairan. Tetap terhidrasi akan membantu tubuh untuk


berkeringat dan menjaga suhu tubuh normal

f. Heat Stroke
Heat illness : istilah umum untuk suatu kondisi yang dihasilkan dari
gangguan penyesuaian fisik di lingkungan yang panas.
Heat stroke : terjadi ketika suhu inti internal naik di atas tingkat kritis
kaskade respons seluler & sistemik.

Bouchama
Heat stroke → Suhu inti tubuh yang meningkat di atas 40 °C, disertai
dengan kulit kering yang panas & kelainan sistem saraf pusat
(delirium, kejang, atau koma). suatu bentuk hipertermia yang terkait
dengan respons inflamasi sistemik yang mengarah ke sindrom
disfungsi multiorgan, terutama ensefalopati
Pease et al
perubahan status mental (koma, delirium, disorientasi, atau kejang)
suhu inti tubuh > 40.6 °C atau bukti pendinginan yang terdokumentasi
sebelum rekor suhu pertama.sejarah yang andal dari paparan
lingkungan yang kompatibel. adanya kulit yang panas, kering, atau
memerah

Definisi heat stroke JAAM yang dimodifikasi termasuk pasien yang


terpapar suhu lingkungan yang tinggi dan memenuhi setidaknya satu
dari kriteria berikut :
I. Glasgow Coma Scale (GCS) score of ≤ 14,
II. Creatinine or total bilirubin levels of ≥ 1.2 mg/dL,
III. JAAM DIC score of ≥ 4.

The important methods of cooling are :


Techniques based on conductive cooling
1. External :
(i) Perendaman air dingin atau mandi air es yaitu menempatkan
pasien dalam tangki air es. Menggigil & agitasi cukup umum
dan dapat diobati dengan diazepam IV lambat.
(ii) Aplikasi kompres dingin atau lumpur es di sebagian atau
seluruh tubuh.
(iii) Penggunaan selimut pendingin. Pemijatan kuat secara
bersamaan direkomendasikan dengan semua tindakan
pendinginan eksternal untuk melawan vasokonstriksi kulit.
2. Internal (not frequently used) – iced gastric lavage or iced
peritoneal lavage.

Techniques based on evaporative or convective cooling


● Mengipasi pasien yang tidak berpakaian pada suhu kamar (20-
22°C).
● Menyemprot pasien yang tidak tertutup dengan air suam-suam
kuku dengan mengipasi terus menerus
● Penggunaan unit pendingin tubuh – tempat tidur khusus yang
menyemprotkan air yang diatomisasi pada 15 ° C dicampur
dengan udara hangat pada 45 ° C ke seluruh permukaan tubuh
untuk menjaga suhu kulit basah antara 32 ° C

3. a. Green Tobacco Sickness


Pengertian
GTS atau Green Tobacco Sickness gangguan kesehatan yang disebabkan
keracunan nikotin pada saat memanen dan mengolah daun tembakau.
Etiologi
Nikotin yang dimaksud berasal dari daun tembakau yang terserap melalui
kontak langsung dengan permukaaan kulit terutama pada bagian tangan,
lengan, paha, dan punggung pada orang dewasa / anak yang memetik dan
mengolah daun tembakau.
Risiko keracunan nikotin meningkat ketika nikotin yang terkandung
dalam daun tembakau bercampur dengan hujan, embun, atau
keringat, memungkinkan nikotin masuk ke kulit dan masuk ke aliran
darah dengan lebih mudah. Pekerja dapat mengalami gejala Green
Tobacco Sickness saat bekerja atau beberapa jam setelah hari kerja
berakhir
Gejala
Green Tobacco Sickness sebagian besar ditandai oleh mual, muntah, sakit
kepala, kelemahan otot, dan pusing. Gejala neurologis lainnya yaitu pucat,
pusing, peningkatan keringat, menggigil, sakit perut, diare, peningkatan air
liur (saliva), dan kelemahan.
Nikotin merangsang saraf sensorik dari usus dan saraf parasimpatis di saluran
pencernaan, yang menyebabkan peningkatan sekresi dan motilitas
gastrointestinal secara keseluruhan sehingga diare dapat menjadi salah satu
gejala pada pasien Green Tobacco Sickness.
Gejala lain seperti batuk dengan atau tanpa dahak dan sesak napas dianggap
sebagai keluhan pernapasan, dan penurunan tekanan darah atau detak jantung
sesekali. Pada pasien rata-rata lama sakit dengan pengobatan adalah antara 1
dan 3 hari. Gejala akan reda apabila petani mengurangi paparan nikotin
secara langsung.
Diagnosis
Diagnosis klinis GTS didasarkan pada anamnesis adanya gejala yang
dijelaskan di atas dan riwayat memanen tembakau. Diagnosis GTS dapat
dibuat dengan menguji darah atau urin untuk nikotin (waktu paruh = 3-4 jam)
atau kotinin [suatu metabolit nikotin (waktu paruh = 36 jam) yang juga dapat
dideteksi dalam air liur].
Tata Laksana
Jika terdapat gejala, hal yang dapat dilakukan yaitu segera hentikan pekerjaan
dan hindari kontak langsung atau berdekatan dengan tembakau. Selain itu
segera mandi dan berganti pakaian yang bersih serta istirahat.
Pencegahan

b. Keracunan pestisida
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cide yang berarti
membunuh. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus
digunakan untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan
serangga,binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik
yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat
pada hewan dan manusia

Penggolongan pestisida
Berdasarkan toksisitas dan golongan, pestisida organik sintetik dapat
digolongkan menjadi:
● Organofosfat: Pestisida yang termasuk ke dalam golongan
organofosfat antara lain : Azinophosmethyl, Chloryfos, Demeton
Methyl, Dichlorovos, Dimethoat, Disulfoton, Ethion, Palathion,
Malathion, Parathion, Diazinon dan Chlorpyrifos
● Karbamat: Insektisida karbamat berkembang setelah organofosfat.
Insektisida ini biasanya daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia
dibandingkan dengan organofosfat, tetapi sangat efektif untuk
membunuh insekta
● Organoklorin: Organoklorin atau disebut Chlorinated hydrocarbon
terdiri dari beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk
kimianya. Yang paling popular dan pertama kali disintesis adalah
Dichloro-diphenyl-trichloroethan atau disebut DDT

Klasfikasi tingkat bahaya pestisida menurut WHO ditampilkan pada


tabel 2. di bawah ini:
Jalur masuk pestisida

Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai rute,


yakni:

a) Penetrasi lewat kulit

Pestisida yang menempel di permukaan kulit dapat meresap ke dalam


tubuh dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi pestisida
lewat kulit merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi.
Pekerjaan yang menimbulkan resiko tinggi kontaminasi lewat kulit
adalah penyemprot dan aplikator yang rawan akan paparan langsung
oleh droplet atau drift pestisida dan menyeka wajah dengan tangan,
lengan baju,
atau sarung tangan yang terkontaminsai pestisida, pencampur pestisida,
dan pencuci alat aplikasi.

b) Terhisap melalui saluran pernapasan

Keracunan pestisida karena partikel pestisida terhisap lewat hidung


merupakan terbanyak kedua setelah kulit. Gas dan partikel semprotan
yang sangat halus (kurang dari 10 mikron) dapat masuk ke paru-paru,
sedangkan partikel yang lebih besar (lebih dari 50 mikron) akan
menempel di selaput lendir atau kerongkongan.

c) Masuk melalui saluran pencernaan

Pestisida keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi


dibandingkan dengan kontaminasi lewat kulit. Keracunan lewat mulut
dapat terjadi karena makan dan minum saat berkerja dengan pestisida,
pestisida terbawa angin masuk ke mulut, ataupun makanan yang
terkontaminasi pestisida.

Faktor yg mempengaruhi keracunan

Faktor-faktor yang terbukti sebagai faktor risiko keracunan pestisida


adalah dosis pestisida, lama menyenprot, waktu menyemprot.

Pengaruh paparan Organofosfat

Gambaran klinis keracunan organofosfat dapat berupa keadaan sebagai


berikut:

Sindroma muskarinik

Sindroma muskarinik menyebabkan beberapa gejala yaitu konstriksi


bronkus, hipersekresi bronkus, edema paru, hipersalivasi, mual,
muntah, nyeri abdomen, hiperhidrosis, bradikardi, polirua, diare, nyeri
kepala, miosis, penglihatatan kabur, hiperemia konjungtiva. Onset
terjadi segera setelah paparan akut dan dapat terjadi sampai beberapa
hari tergantung beratnya tingkat keracunan.
Sindroma nikotinik

Sindroma nikotinik pada umumnya terjadi setelah sindroma muskarinik


yang akan mencetuskan terjadinya sindroma intermediate berupa
delayed neuropathy. Hiperstimulasi neuromuscular junction akan
menyebabkan fasikulasi yang diikuti dengan neuromuscular paralysis
yang dapat berlangsung selama 2-18 hari. Paralisis biasanya juga
mempengaruhi otot mata, bulbar, leher, tungkai dan otot pernafasan
tergantung derajat berat keracunan.

Sindroma sistem saraf pusat

Sindroma sistem saraf pusat terjadi akibat masuknya pestisida ke otak


melalui sawar darah otak. Pada keracunan akut berat akan
mengakibatkan terjadinya konvulsi.

Organofosfat-Induced Delayed Neuropathy

Organophosphaet-Induced Delayed Neuropathy terjadi 2 – 4 minggu


setelah keracunan. Monitoring untuk pemaparan organofosfat
dilakukan dengan penilaian kadar AChE darah. Standar nilai penurunan
AChE di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Normal bila kadar AChE > 75 %

2. Keracunan ringan bila kadar AChE 75 % - 50 %

3. Keracunan sedang bila kadar AChE 50% – 25%

4. Keracunan berat bila kadar AChE < 25%

Mekanisme kerja Organofosfat dalam Tubuh

Organofosfat bekerja sebagai kolinesterase inhibitor. Kolinesterase


merupakan enzim yang bertanggung jawab terhadap metabolisme
asetilkolin (ACh) pada sinaps setelah ACh dilepaskan oleh neuron
presinaptik. ACh berbeda dengan neurotransmiter lainnya dimana
secara fisiologis aktivitasnya dihentikan melalui melalui proses
metabolisme menjadi produk yang tidak aktif yaitu kolin dan asetat.
Adanya inhibisi kolinesterase akan menyebabkan ACh tertimbun di
sinaps sehingga terjadi stimulasi yang terus menerus pada reseptor post
sinaptik.

ACh dibentuk pada seluruh bagian sistem saraf. ACh juga dapat
dijumpai di otak khususnya sistem saraf otonom. ACh berperan sebagai
neurotransmiter pada ganglio simpatis maupun parasimpatis. Inhibisi
kolinesterase pada ganglion simpatis akan meningkatkan rangsangan
simpatis dengan manifestasi klinis midriasis, hipertensi dan takikardia.
Inhibisi kolinesterase pada ganglion parasimpatis akan menghasilkan
peningkatan rangsangan saraf parasimpatis dengan manifestasi klinis
miosis, hipersalivasi dan bradikardi. Besarnya rangsangan pada
masing-masing saraf simpatis dan parasimpatis akan berpengaruh pada
manifestasi klinis yang muncul. ACh juga berperan sebagai
neurotransmiter neuron parasimpatis yang secara langsung menyarafi
jantung melalui saraf vagus, kelenjar dan otot polos bronkus. Berbeda
dengan pada ganglion, reseptor kolinergik pada daerah ini termasuk
subtipe muskarinik. Inhibisi kolinesterase secara langsung pada pada
organ-organ ini menjelaskan manifestasi klinis yang dominan
parasimpatik pada keracunan organofosfat, dimana daerah tersebut
merupakan target utama organofosfat.

Organofosfat merupakan pestisida yang memiliki efek irreversible


dalam menginhibisi kolinesterase, acethylcholine-esterase dan
neuropathy target esterase (NTE) pada binatang dan manusia. Paparan
terhadap organofosfat akan mengakibatkan adanya hiperstimulasi
muskarinik dan stimulasi reseptor nikotinik. Organofosfat akan
menginhibisi AChE dengan membentuk phosphorilated enzyme
(enzyme-OP complex). AChE ini sangat penting untuk ujung saraf
muskarinik dan nikotinik dan pada sinaps sistem saraf pusat. Inhibisi
AChE akan menyebabkan prolonged action dan asetilkolin yang
berlebihan pada sinaps saraf autonom, neuromuskular dan SSP.

Gejala Keracunan Organofosfat


1. Gejala Awal
Gejala awal akan timbul : mual / rasa penuh di perut,
muntah, rasa lemas, sakit kepala dan gangguan
penglihatan.
2. Gejala Lanjutan
Gejala lanjutan yang ditimbulkan adalah keluar ludah
yang berlebihan, pengeluaran lendir dari hidung
(terutama pada keracunan melalui hidung), kejang usus
dan diare, keringat berlebihan, air mata yang berlebihan,
kelemahan yang disertai sesak nafas, akhirnya
kelumpuhan otot rangka
3. Gejala Sentral
Gelaja sentral yan ditimbulkan adalah sukar bicara,
kebingungan, hilangnya reflek, kejang dan koma.
4. Kematian
Apabila tidak segera di beri pertolongan berakibat
kematian dikarenakan kelumpuhan otot pernafasan.

Gejala-gejala tersebut akan muncul kurang dari 6 jam, bila lebih dari
itu maka dipastikan penyebabnya bukan golongan organofosfat.
Pestisida organofosfat dan karbamat dapat menimbulkan keracunan
yang bersifat akut dengan gejala sebagai berikut : leher seperti tercekik,
pusing-pusing, badan terasa sangat lemah, sempoyongan, pupil atau
celah iris mata menyempit, pandangan kabur, tremor, terkadang kejang
pada otot, gelisah dan menurunnya kesadaran, mual, muntah, kejang
pada perut, mencret, mengeluakan keringat yang berlebihan, sesak dan
rasa penuh di dada, pilek, batuk yang disertai dahak, mengeluarkan air
liur berlebihan. Denyut jantung menjadi lambat dan ketidakmampuan
mengendalikan buang air kecil maupun besar biasanya terjadi 12 jam
setelah keracunan

4. Menjelaskan masalah kesehatan di bidang agrikultural dan penanganan


secara holistik di bidang air, udara, tanah
a. Pencemaran air
Water pollution
Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air
minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem
sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan
sebagainya. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari
kegiatan pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang
di luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini
menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh
seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air
tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen.
Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.
Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi atas
4 kelompok, yaitu:
1. Dampak terhadap kehidupan biota air,
2. Dampak terhadap kualitas air tanah,
3. Dampak terhadap kesehatan,
4. Dampak terhadap estetika lingkungan.

Dampak terhadap kehidupan biota air


Banyaknya zat pencemaran pada air limbah akan menyebabkan
menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga
mengakibatkan kehidupan dalam air membutuhkan oksigen terganggu
serta mengurangi perkembangannya. Akibat matinya bakteri-bakteri,
maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi
pada air limbah juga terhambat. Panas dari industri juga akan
membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak
didinginkan terlebih dahulu.

Dampak terhadap kualitas air tanah


Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan
faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan
oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang
mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.
Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-
macam antara lain:
● Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen,
● Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,
● Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia
bersangkutan tak dapat membersihkan diri,
● Air sebaga media untuk hidup vector penyakit.

Dampak terhadap estetika lingkungan


Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke
lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar
yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping
tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah
minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan.

Penanggulangan terjadinya pencemaran air


Pengolahan limbah industri sebelum dibuang ke tempat
pembuangan, dialirkan ke sungai atau selokan hendaknya dikumpulkan
di suatu tempat yang disediakan, kemudian diolah, agar bila terpaksa
harus dibuang ke sungai tidak menyebabkan terjadinya pencemaran
air. Bahkan kalau dapat setelah diolah tidak dibuang ke sungai
melainkan dapat digunakan lagi untuk keperluan industri sendiri.
Sampah padat dari rumah tangga berupa plastik atau serat sintetis yang
tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme dipisahkan, kemudian
diolah menjadi bahan lain yang berguna, misalnya dapat diolah
menjadi keset. Sampah organik yang dapat diuraikan oleh
mikroorganisme dikubur dalam lubang tanah, kemudian kalau sudah
membusuk dapat digunakan sebagai pupuk.
Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran air, dalam
aktivitas kita dalam memenuhi kebutuhan hidup hendaknya tidak
menambah terjadinya bahan pencemar antara lain tidak membuang
sampah rumah tangga, sampah rumah sakit, sampah/limbah industri
secara sembarangan, tidak membuang ke dalam air sungai, danau
ataupun ke dalam selokan. Tidak menggunakan pupuk dan pestisida
secara berlebihan, karena sisa pupuk dan pestisida akan mencemari air
di lingkungan tanah pertanian. Tidak menggunakan deterjen fosfat,
karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman air seperti
enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.
Pencemaran air yang telah terjadi secara alami misalnya adanya
jumlah logamlogam berat yang masuk dan menumpuk dalam tubuh
manusia, logam berat ini dapat meracuni organ tubuh melalui
pencernaan karena tubuh memakan tumbuh-tumbuhan yang
mengandung logam berat meskipun diperlukan dalam jumlah kecil.
Penumpukan logam-logam berat ini terjadi dalam tumbuh-tumbuhan
karena terkontaminasi oleh limbah industri. Untuk menanggulangi agar
tidak terjadi penumpukan logam-logam berat, maka limbah industri
hendaknya dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan.
Proses pencegahan terjadinya pencemaran lebih baik daripada
proses penanggulangan terhadap pencemaran yang telah terjadi.
Usaha-usaha tersebut dapat dilakukan, diantaranya melalui menjaga air
tanah agar tetap bersih misalnya:
1. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan
atau pemukiman,
2. Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencermari
lingkungan atau ekosistem,
3. Pengawasan terhadap penggunaan jenis–jenis pestisida dan zat–zat
kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran,
4. Memperluas gerakan penghijauan,
5. Tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkungan,
6. Memberikan kesadaran terhadap masyaratkat tentang arti lingkungan
hidup sehingga manusia lebih lebih mencintai lingkungan hidupnya,
7. Melakukan intensifikasi pertanian

b. Pencemaran tanah
● Bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida kimia
terutama pada tanah jika tidak segera ditangani dapat
mengancam lingkungan dan ekosistem lainnya. Bahan
pencemar dapat larut karena air hujan dan dapat mencemari
daerah-daerah resapan air disekitarnya sehingga perlu upaya
untuk menurunkan atau menghilangkan residu pestisida di
lingkungan.Salah satu upaya adalah dengan melakukan
remediasi.
● Remediasi dapat diartikan sebagai proses pemulihan dari
kondisi yang terkontaminasi oleh cemaran agar bersih kembali
yang dapat dilakukan pada media air, udara dan
tanah.Remediasi merupakan proses dekontaminasi air dan
tanah dari senyawa yang berbahaya, seperti hidrokarbon,
poliaromatik hidrokarbon (PAH), persistant organic pollutant
(POP), logam berat, pestisida dan lain-lain. Proses remediasi
yang menggunakan mikroorganisme dikenal sebagai
bioremediasi.
● Bioremediasi adalah proses penguraian limbah
organik/anorganik polutan dari sampah organik dengan
menggunakan organisme (bakteri, fungi, tanaman atau
enzimnya) dalam mengendalikan pencemaran pada kondisi
terkontrol menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya atau
konsentrasinya di bawah batas yang ditentukan oleh lembaga
berwenang dengan tujuan mengontrol atau mereduksi bahan
pencemar dari lingkungan
● Kelebihan teknologi ini ditinjau dari aspek komersil adalah
relatif lebih ramah lingkungan, biaya penanganan yang relatif
lebih murah dan bersifat fleksibel.
● Teknologi bioremediasi ada dua jenis, yaitu ex-situ dan in situ.
● Ex-situ adalah pengelolaan yang meliputi pemindahan secara
fisik bahan-bahan yang terkontaminasi ke suatu lokasi untuk
penanganan lebih lanjut . Penggunaan bioreaktor, pengolahan
lahan (landfarming), pengkomposan dan beberapa bentuk
perlakuan fase padat lainnya adalah contoh dari teknologi
exsitu.
● Sedangkan teknologi in situ adalah perlakuan yang langsung
diterapkan pada bahan-bahan kontaminan di lokasi tercemar
● Bioremediasi oleh mikroorganisme (Bacillus sp)
memecah/mendegradasi (adsorbsi, reduksi, oksidasi, &
metilasi) zat pencemar menjadi bahan kurang/tidak beracun.
Bakteri ini dapat menurunkan Pb dan Cd pada beras
● Kemoremediasi dengan bahan organik atau pengkapuran.
Pengkapuran dapat meningkatkan pH tanah, sedangkan bahan
organik dapat mengendapkan unsur-unsur logam/pestisida
sehingga tidak larut air dan tidak dapat terserap oleh tumbuhan.
Bahan organik mengandung asam fulvat dan asam humat yang
dapat mengikat Pb, Fe, Mn, Cu, Ni, Zn, Cd
● Fitoremediasi yaitu dengan cara penanaman tumbuhan yang
dapat menyerap, mendegradasi, mentransformasi, dan
mengimobilisasi bahan pencemar. Misalnya eceng gondok
yang dapat menyerap Cd, Hg, Ni, Cr; mendong (Frimbristyllis
globulosa) menurunkan kadar Pb, Cd, Co, Fe, Cu; Brassica
juncea menyerap Cd, Cr, Ni, dan Cu

c. Pencemaran udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik,
kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Atau
dalam kata lain dapat diartikan sebagai perusakan terhadap udara
karena disebabkan oleh berbagai sumber yang dapat merusak bagi
kesahatan makhluk hidup maupun benda mati. Pencemaran udara
dapat bersumber dari berbagai macam, antara lain : asap kendaraan
bermotor, asap pabrik, limbah indutri, limbah rumah tangga dan lain-
lain.
Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh
emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat
berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap
kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah
hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen
(NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida
fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100%
timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89%
hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida
(CO) ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari pembakaran
sampah rumah tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu di
Jakarta. Sektor industri merupakan sumber utama dari sulfur dioksida.
Di tempat-tempat padat di Jakarta konsentrasi timbal bisa 100 kali dari
ambang batas.

Gas CO / Karbon Monoksida


Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di
berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran
udara di Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi
umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari Angkutan
Umum . Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan
dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah
kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan
kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi
seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon
monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar
terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor. Karbon
monoksida adalah gas yang bersifat membunuh makhluk hidup
termasuk manusia. Zat gas CO ini akan mengganggu pengikatan
oksigen pada darah karena CO lebih mudah terikat oleh darah
dibandingkan dengan oksigen dan gas-gas lainnya. Pada kasus darah
yang tercemar karbon monoksida dalam kadar 70% hingga 80% dapat
menyebabkan kematian.

Gas CO2 / Karbon Dioksida


Karbon dioksida adalah zat gas yang mampu meningkatkan suhu pada
suatu lingkungan sekitar kita yang disebut juga sebagai efek rumah
kaca. Dengan begitu maka temperatur udara di daerah yang tercemar
CO2 itu akan naik dan otomatis suhunya menjadi semakin panas dari
waktu ke waktu seperti di wilayah DKI Jakarta. Hal ini disebabkan
karena CO2 akan berkonsentrasi dengan jasad renik, debu, dan titik-
titik air yang membentuk awan yang dapat ditembus cahaya matahari
namun tidak dapat melepaskan panas ke luar awan tersebut. Keadaan
seperti itu mirip dengan kondisi rumah kaca tanpa AC dan fentilasi
udara yang cukup.

Gas NO dan NO2


Nitrogen oksida yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi dengan atmosfir
zat ini membentuk partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat
menembus bagian terdalam paru-paru. Gas-gas di atas akan dapat
menimbulkan gangguan pada saluran pernapasan dari mulai yang
ringan hingga yang berat.

Upaya pencegahan dan penanganan polusi udara:


- Membuat undang-undang dan peraturan yang baik tentang
pengendalian polusi udara seperti peraturan standar baku mutu udara
ambien yang sesuai standar WHO dan peraturan menyangkut
penggunaan bahan bakar kendaraan sesuai standar, peraturan tentang
uji emisi kendaraan bermotor, peraturan untuk mengurangi emisi
polusi udara dari industri, dan lain-lain.
- Koordinasi lintas sektoral yang lebih baik termasuk dengan akademisi
dan organisasi profesi untuk menangani masalah polusi udara seperti
kajian dan penelitian untuk mengetahui sumber-sumber polusi udara di
wilayah perkotaan (emissions inventory), kajian untuk menilai dampak
kesehatan polusi udara pada masyarakat dan upaya-upaya untuk
mengatasi masalah polusi udara secara lintas sektoral.
- Melakukan upaya-upaya memperbaiki kualitas udara dengan berbagai
langkah untuk mengurangi/menurunkan polusi udara seperti
menggaiakkan dan menerapkan uji emisi kendaraan bermotor yang
memasuki wilayah perkotaan terutama untuk kendaraan umum atau
kendaraan angkutan barang dan melaksanakan pemantauan emisi
polusi udara dari industri dan memberikan hukuman tegas bagi industri
tidak ramah lingkungan.
- Mendorong pembukaan pembangkit listrik tenaga alternatif seperti
tenaga angin, tenaga ombak, atau tenaga matahari untuk mengurangi
emisi polusi udara dari pembangkit listrik.
- Membuat sarana transportasi massal yang aman, nyaman, murah,
ramah lingkungan dan mudah diakses oleh masyarakat.
- Membuat lapangan parkir yang berdekatan dengan sarana transportasi
umum yang layak, aman dan terjangkau sehingga mampu menampung
kendaraan masyarakat yang akan naik transportasi umum ke tempat
kerja.
- Membuat dan mengkampanyekan penggunaan kendaraan ramah
lingkungan seperti kendaraan listrik (mobil dan motor listrik) termasuk
memperbanyak kendaraan umum dengan tenaga listrik.
- Meningkatkan penanaman pohon-pohon, dan menambah area hijau di
seluruh wilayah untuk menambah paru-paru kota.
- Maksimalkan pemantauan polusi udara dan early warning pada
masyarakat seperti maembuat dan memperbanyak titik-titik
monitoring/alat ukur kualitas udara serta memberikan informasinya
yang mudah diakses oleh masyarakat.
- Memberikan informasi secara berkala kepada masyarakat tentang
kondisi kualitas udara yang tidak sehat dan langkah-langkah antisipasi
yang dapat dilakukan mayarakat dan meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang polusi udara di berbagai media (cetak, elektronik
dan media sosial).
- Mempersiapkan sistem pelayanan kesehatan dalam melayani
masyarakat yang terdampak akibat polusi udara.

5. Keamanan pangan
Food safety atau keamanan pangan adalah ilmu untuk membahas persiapan,
penanganan, dan penyimpanan makanan/minuman agar tidak terkontaminasi
bahan kimia, fisik, maupun biologis. Pada fase persiapan, perlu dilakukan
pemantauan cara budidaya yang baik dengan cara:
1. Mencegah penggunaan lahan dengan potensi mengancam keamanan
pangan
2. Mengendalikan cemaran biologis, hama, dan penyakit tanaman.
3. Menekan seminimal mungkin residu kimia yang terdapat dalam bahan
pangan sebagai akibat dari penggunaan pupuk atau pengendali hama
Untuk menjaga keamanan dan kebersihan makanan perlu beberapa komponen,
yaitu:
1. Good Manufacturing Practices (GMP) / Praktik Manufaktur yang Baik

GMP adalah tindakan produksi makanan, obat-obatan, dan produksi


peralatan medis yang didasarkan pada empat poin: pengecualian, penghapusan
benda asing dan tidak diinginkan, penghambatan, dan penghancuran
mikroorganisme yang tidak diinginkan. Unsur-unsur yang membentuk GMP
adalah: fasilitas dan sekitarnya, staf, proses pembersihan dan sanitasi;
peralatan dan perkakas; proses dan kontrol; dan penyimpanan dan distribusi.

2. Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) / Standar Operasional


Prosedur (SSOP) Sanitasi.

SSOP adalah prosedur tertulis yang dikembangkan dan diterapkan di


fasilitas untuk mencegah kontaminasi langsung atau pemalsuan produk.

3. Good Hygiene Practices (GHP) / Praktik Kebersihan yang Baik

. Praktik kebersihan yang baik (GHP) adalah prosedur dan praktik di


mana Keamanan Pangan dan Sistem Manajemen Mutu lainnya dibangun.
Langkah-langkah tersebut mencakup daftar tindakan yang lengkap dan di
antaranya adalah kebersihan dan pelatihan pribadi staf.

4. Hazard Analysis of Critical Control Points (HACCP) / Analisis Bahaya


Titik Kendali Kritis (HACCP).

HACCP terdiri dari GMP dan SSOP, yang melibatkan beberapa aspek
industri pangan, seperti struktur dan pemeliharaan fisik, penyediaan air,
personal hygiene, pengendalian hama, teknik dan peralatan sanitasi, kalibrasi
instrumen, dan kualitas. Di Indonesia, petani masih memiliki ketergantungan
terhadap penggunaan pestisida untuk melindungi tanamannya dari hama dan
penyakit. Aplikasi pestisida di Indonesia dimulai dari awal hingga akhir siklus
penamanan. Hal ini meningkatkan risiko pada pangan, lingkungan, dan
kesehatan konsumennya. Terdapat penelitian yang menemukan bahwa
terdapat 47% residu pestisida pada sampel produk segar dan 7% pada sampel
produk olahan hasil pertanian. Dari sini dapat dilihat bahwa masih banyak
residu pestisida yang tertinggal.

GEJALA :
Biasanya, orang yang menderita penyakit yang ditularkan melalui
makanan akan memiliki kombinasi pusing, mual, muntah dan diare dan/atau
disertai demam. Beberapa orang mungkin memiliki semua gejala ini,
sementara itu beberapa orang yang lain mungkin hanya memiliki satu gejala.
Biasanya, penyakit karena akibat makanan terkontaminasi hanya berlangsung
beberapa hari atau jam tergantung penyebab dan daya tahan tubuh. Namun
demikian, penyakit kadang-kadang dapat terjadi lebih serius. Orang yang sakit
mungkin diperlukan untuk dirawat-inap di rumah sakit atau bahkan ada yang
meninggal akibat dari penyakit asal makanan.
Gejala keracunan makanan mungkin agak berbeda tergantung pada sifat dari
"racun", tetapi umumnya mungkin termasuk:
● mual
● muntah
● diare
● tinja berdarah
● kram perut
● demam
● sakit kepala, atau
● kelelahan ekstrim (atau kombinasi gejala-gejala di atas).

Keracunan makanan sering dikelirukan dengan penyakit flu, karena


kesamaan gejala dan fakta bahwa kejadian itu memerlukan waktu dalam jam
atau hari setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi dan korban
mulai merasa sakit.
Waktu tunda antara mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi dan
timbulnya gejala dapat berkisar dari kurang dari satu jam sampai beberapa hari
atau bahkan lebih lama, tergantung pada sifat dari "racun" dan jumlah yang
tertelan. Penundaan ini dapat membuat sulit untuk menentukan jenis makanan
apa yang membuat sakit, karena mungkin sudah mengkonsumsi beberapa
makanan.
Meskipun gejala dari berbagai jenis keracunan makanan dapat mirip,
namun demikian mungkin memerlukan jenis yang sangat berbeda dari cara
pengobatan. Misalnya, antibiotik jenis tertentu sangat efektif dalam mengobati
beberapa jenis bakteri penyebab penyakit asal makanan, namun ada jenis
penyebab virus tidak mampu diobati oleh antibiotika.

Penanganan Secara Holistik


a. Cegah keracunan makanan
Secara praktis, mikroba penyebab penyakit dapat dihilangkan
dengan memasak yang tepat. Ketika menyiapkan makanan, maka
setiap piring atau peralatan yang bersentuhan dengan daging mentah
atau telur atau produk hewan lainnya harus dicuci sebelum digunakan
kembali.
Perlu diingat bahwa mencuci tidak selalu dapat menyingkirkan
makanan yang terkontaminasi dari agen penyebab penyakit, namun
mencuci dapat menurunkan risiko keparahan terpapar penyakit.
Ketika kita makan di luar pada sebuah restoran, maka tindakan
pencegahan yang diambil dilakukan saat di dapur restoran, meskipun
sebagian besar negara memiliki semacam papan pengumuman
peringatan kesehatan masyarakat atau dilakukan inspeksi rutin restoran
oleh otoritas pangan, sering restoran selalu mengevaluasi pemeriksaan
kesehatan di lokasi yang berisiko.
b. Beberapa kasus keracunan makanan biasanya tidak memerlukan
penanganan khusus. Gejala biasanya akan hilang dalam beberapa hari.
Pada pengidap dewasa dan anak yang kehilangan cairan begitu banyak
karena diare dan muntah, perlu mendapatkan asupan cairan tambahan
melalui infus. Kasus keracunan makanan yang berat yang disebabkan
oleh bakteri akan membutuhkan tambahan antibiotik untuk
mengeliminasi penyebab dari keracunan makanan. Penanganan
sementara di rumah dapat dilakukan dengan menambah asupan cairan
dan elektrolit. Asupan cairan dan elektrolit dapat mengganti cairan
tubuh yang hilang karena diare dan muntah. Menghindari makanan
yang mengiritasi lambung seperti kopi, alkohol, makanan pedas dan
berlemak dapat digunakan untuk mengurangi keluhan yang dirasakan
pengidap.
c. Pertolongan pertama keracunan makanan noncorosive agent yang
dapat dilakukan adalah dengan mengupayakan penderita untuk
memuntahkan makanan yang telah dikonsumsi penderita. Cara yang
bisa dilakukan untuk merangsang muntahan adalah dengan
memberikan minuman susu. Selain itu, cara yang bisa dilakukan
adalah dengan meminum segelas air yang telah dicampur dengan satu
sendok teh garam dan berikan minuman teh pekat (Menurut Noriko
(2013) tanaman teh memiliki potensi sebagai antibakteria karena
mengandung bioaktif yaitu senyawa tanin. Tanin adalah senyawa
fenolik yang terkandung dalam berbagai jenis tumbuhan hijau dengan
kadar yang berbeda-beda. Manfaat tanin selain antibakteria adalah
sebagai antiseptik dan mempunyai16 sifat sebagai agent pengkelat
logam karena adanya pengaruh fenolik. Pengaruh fenolik bisa
memberikan antioksidan bagi tubuh)

Pertolongan pertama keracunan makanan adalah dengan minum


air putih yang banyak, pemberian larutan air yang telah dicampur
dengan garam. Pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah
dengan mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah atau
diare. Menghindari terjadinya dehidrasi pada korban segera berikan air
minum dan larutan elektrolit yang banyak untuk korban (Sentra
informasi keracunan nasional & Badan pemeriksaan Makanan dan obat
SIKERNAS & BPOM, 2012). Menurut Bahri, Sigit, dkk. (2012) cairan
elektrolit dapat diperoleh dari air kelapa. Air kelapa murni tanpa
tambahan gula sedikit menginduksi urinisasi, sedangkan air kelapa
yang ditambah dengan gula banyak menginduksi urinisasi. Penyebab
banyaknya menginduksi urinisasi adalah karena konsentrasi gula yang
tinggi, sehingga absobsi air menjadi lambat dan urinisasi meningkat.
D. DAFTAR PUSTAKA
Aktar, Wasim; Sengupta, Dwaipayan; Chowdhury, Ashim (2009). Impact of
pesticides use in agriculture: their benefits and hazards. Interdisciplinary Toxicology,
2(1), 1–12. doi:10.2478/v10102-009-0001-7

Faisal, A. dan H. M. S. Loebis. 2016. Peran imunoterapi pada alergi sengatan


lebah. Sari Pediatri. 6(3):104.

Raini, M. 2007. Toksilogi Pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan. Media


Litbang Kesehatan. 2007.

Anda mungkin juga menyukai