Disusun Oleh:
Linda Setefani 182010101101
Siti Zahra Arfiani 192010101016
Florence Marianty W.P. 192010101049
Maulida Putri Syarifani 192010101084
Leony Agnes Savira W. 192010101095
Claudya Seline Diana Putri 192010101098
Rizka Amalia Zamroni 192010101103
Rachel Firda Azzuri 192010101105
Arfina Safira 192010101117
Betzy Riani Kesuma 192010101125
Adelia Kusumaningrum 192010101133
Marsha Zahra Adyanda B. 192010101164
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
SKENARIO 5: PENTINGNYA PENGGUNAAN APD PETANI
A. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Pestisida
Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 07/PERMENTAN/SR. 140/2/2007
mendefenisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain serta jasad
renik dan virus yang dipergunakan untuk :
1) Memberantas atau mencegah hama-hama tanaman, bagian-bagian
tanaman atau hasil-hasil pertanian.
2) Memberantas rerumputan.
3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak
diinginkan.
4) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman, tidak termasuk pupuk.
5) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
piaraan dan ternak.
6) Memberantas dan mencegah hama-hama air.
7) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
8) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu
dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.
2. Green Tobacco Sickness
Green Tobacco Sickness adalah gangguan Kesehatan akibat keracunan nikotin
pada tembakau terutama tembakau yang basah akibat hujan, embun, atau
keringat. Gejala berupa mual muntah pusing, sakit kepala, dll
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja APD yang perlu digunakan petani?
Alat pelindung diri sangat diperlukan oleh petani atau pekerja dalam
mengaplikasikan pestsida. Jenis dan fungsi APD sebagai berikut:
a. Pakaian pelindung Untuk melindungi badan dari paparan pestisida, kita
harus menggunakan pakaian pelindung yang terdiri dari:
- Baju lengan panjang
Baju lengan panjang tidak boleh memiliki lipatan-lipatan terlalu
banyak, jika perlu tidak diberikan kantong pada bagian depan dan
kerah leher harus diikat atau setidaknya menutupi bagian leher.
- Celana panjang
Celana panjang tidak boleh ada lipatan, karena lipatan lipatan itu
akan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya partikel-partikel dari
pestisida.
- Pakaian terusan
Merupakan pakaian dengan model tangan panjang dan menutupi
seluruh tubuh, praktis dan lebih khusus.
b. Alat Pelindung Tangan
Alat pelindung tangan merupakan alat yang paling banyak digunakan
karena kecelakaan pada tangan adalah yang paling banyak dari seluruh
kecelakaan yang terjadi ditempat kerja. Pekerja harus memakai alat
pelindung tangan ketika terdapat kemungkinan terjadinya kecelakaan
seperti luka pada tangan karena benda-benda keras, luka gores, terkena
bahan kimia berbahaya dan juga luka sengatan serangga. Bila pekerja
menangani pestisida yang mempunyai konsentrasi yang tinggi (high
concentration) maka diperlukan sarung tangan yang digunakan yaitu
sarung tangan yang terbuat dari bahan karet yang panjang hingga
menutupi bagian pergelangan tangan. Hal ini bertujuan untuk
melindungi tangan dari percikan pestisida yang terbang akibat
hembusan angin.
c. Alat Pelindung Kepala
Untuk mencegah masuknya racun melalui kulit kepala, maka
diperlukan topi penutup kepala. Beberapa persyaratan topi yang perlu
diperhatikan adalah:
Topi harus terbuat dari bahan yang kedap cairan dan tidak
terbuat dari kain atau kulit.
Topi yang digunakan sedapat mungkin dapat melindungi
bagian-bagian kepala (Tengkuk, mulut, mata, dan muka). Oleh
karena itu topi harus berpinggiran lebar.
Topi yang dipergunakan tidak menyebabkan keadaan tidak
nyaman bila dipakai dibawah terik matahari.
d. Alat Pelindung Kaki
Sepatu boot sangat penting bila pekerja penyemprot pestisida yang
berbentuk debu atau jenis residual. Sepatu boot dapat terbuat dari
neoprene. Sepatu pelindung dan boot harus dapat menahan kebocoran.
Ketika bekerja ditempat yang mengandung aliran listrik, maka harus
menggunakan sepatu tanpa logam yang dapat menghantarkan aliran
listrik. Jika bekerja ditempat biasa semacam persawahan maka harus
menggunakan sepatu yang tidak mudah tergelincir, sepatu yang terbuat
dari karet ketika bekerja dengan bahan kimia.
e. Alat Pelindung Wajah
Pelindung wajah merupakan suatu pelindung yang terbuat dari bahan
transparan yang anti api dan terikat menggantung pada kepala juga
dapat dengan mudah untuk dinaikkan maupun diturunkan di depan
wajah. Alat tersebut ringan dan dapat digunakan untuk bekerja
menyemprot pestisida. Pelindung wajah berguna dari penetrasi
pestisida. Masker adalah sebuah alat yang digunakan untuk menutupi
hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot)
untuk mencegah terjadinya penularan penyakit infeksi melalui saluran
pernapasan. Biasanya masker terbuat dari bahan yang anti air, sehingga
wajah tidak terkena percikan partikel-partikel dari pestisida
Masker merupakan alat pelindung pernapasan berfungsi memberikan
perlindungan organ pernapasan akibat pencemaran udara oleh faktor
kimia seperti debu, asap, gas beracun, dan sebagainya. Penggunaan
masker secara umum yaitu untuk mencegah terhirupnya zat-zat
polutan, debu, bakteri, bahkan virus yang mungkin dapat
mengakibatkan penyakit infeksi saluran pernapasan.
f. Alat Pelindung Telinga
Hilangnya pendengaran adalah kejadian umum ditempat kerja dan
sering tidak dihiraukan karena gangguan itu tidak menimbulkan luka.
Alat pelindung telinga bekerja sebagai penghalang antara bising
dengan telinga dalam. Alat pelindung telinga dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
- Sumbat telinga (ear Plug)
Sumbat telinga memberikan perlindungan paling efektif karena
langsung dimasukkan kedalam telinga.
- Tutup telinga (ear muff)
Alat ini dipakai diluar telinga dan penutupnya terbuat dari spons
untuk membuat perlindungan yang baik.
Berdasarkan Permenkes No.258 /Menkes /Per/III/ 1992 tentang persyaratan
pengelolaan pestisida, untuk perlengkapan pelindung yang minimal harus
digunakan berdasarkan jenis pekerjaan dan klasifikasi pestisida khusus
penyemprotan di luar gedung dengan klasifikasi pestisida yaitu:
- Pestisida yang sangat berbahaya sekali: sepatu boot, baju terusan
lengan panjang dan celana panjang, topi, pelindung muka, masker,
dan sarung tangan.
- Pestisida yang sangat berbahaya: sepatu kanvas, baju terusan
lengan panjang dan celan panjang, topi dan masker.
- Pestisida yang berbahaya: sepatu kanvas, baju terusan lengan
panjang dan celan panjang, topi dan masker
- Pestisida yang cukup berbahaya: sepatu kanvas, baju terusan
lengan panjang dan celana panjang, topi.
- Mengganti baju setiap kali ke ladang dan pulang dari ladang. Baju
yang telah dipakai selama bekerja di lahan tembakau selalu dicuci
bersih
- Memakai APD kedap air : pelindung kepala, masker, baju lengan
panjang kedap air, celemek, sarung tangan, celana panjang, sepatu boot
- Tidak kontak langsung dengan tembakau
- Cuci tangan setelah menyentuh daun tembakau dengan air mengalir
dan sabun sebelum melakukan aktivitas lain
- Segera mandi setelah pulang dari ladang tembakau
Jika keluhan GTS muncul maka segera hentikan aktivitas pekerjaan dan
hindari kontak dengan daun tembakau, membersihkan badan/mandi,
mengganti baju kerja dengan baju bersih, istirahat, bila keluhan berlanjut
segera ke puskesmas atau faskes lainnya
Apa yang dapat dilakukan untuk pencegahan GTS ? yaitu penyebarluasan
informasi tentang pencegahan GTS
- Penyuluh pertanian dan kader kesehatan : menyebarkan informasi
tentang bahaya GTS dan memberikan pemahaman tentang pentingnya
penggunaan APD
- Kelompok masyarakat peduli kesehatan : melakukan advokasi kepada
pemilik lahan perkebunan tembakau untuk menyediakan APD untuk
petani dan pekerja
- Tokoh kelompok tani : berperan sebagai role model untuk penggunaan
APD
- Petugas kesehatan : menyebarluaskan informasi tentang bahaya GTS,
pentingnya APD, serta melakukan deteksi dini GTS dan melakukan
penanganan terhadap petani yang mengalami gangguan kesehatan GTS
● Reaksi Sistemik
Bagaimana Tatalaksananya
1. Ular tidak berbisa ⇒ Debridement
2. Ular berbisa
First Aid
Gigitan Serangga
Gigitan atau sengatan serangga seperti lebah, tomcat, tungau, dan lain-lain
dapat menimbulkan suatu alergi ataupun penyakit yang lebih parah jika tidak
ditangani dan diobati dengan benar. Serangga beracun → menyengat →
toksin. Sedangkan serangga yang tidak beracun → menggigit, menghisap
darah, menusuk. Contohnya : aracnida (acarina, aranae/laba2,
scorpionidae/kalajengking), chilopoda (kelabang, insecta (hymmenoptera /
lebah)
Gejala : akut (nyeri, bengkak, kemerahan, gatal, panas) sistemik (reaksi alergi,
demam, sesak nafas, bengkak wajah, tenggorokan)
Penanganan awal bila Anda mengalami gigitan serangga meliputi :
- Hilangkan sengat.
- Bersihkan area yang tersengat atau tergigit dengan air bersih yang
mengalir dan sabun.
- Tempelkan kompres dingin (seperti kain yang dicelup dalam air es atau
es baru berlapis kain) pada area bengkak selama 10 menit.
- Angkat atau posisikan area yang tergigit atau tersengat lebih tinggi dari
jantung. Langkah ini bertujuan mengurangi pembengkakan.
- Jangan menggaruk area yang tergigit atau tersengat untuk mencegah
risiko infeksi.
- Obat antinyeri berupa obat minum atau obat oles.
- Obat antihistamin untuk meredakan rasa gatal.
- Bila terjadi anafilaksis berupa sesak napas, pembengkakan pada bibir,
lidah atau tenggorokan, dan pusing, dokter akan memberikan obat
epinefrin subkutan, difenhidramin, dan steroid. Obat antibiotik minum
juga dapat diresepkan untuk gigitan serangga yang terinfeksi.
APD yang akan digunakan di tempat kerja harus memperhatikan beberapa hal,
yaitu berat APD hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa tidak nyaman yang berlebihan, alat harus dapat dipakai
secara fleksibel, APD harus tahan untuk pemakaian lama dan APD tidak
menimbulkan bahaya bagi penggunanya.
Berdasarkan Permenkes No.258 /Menkes /Per/III/ 1992 tentang persyaratan
pengelolaan pestisida, untuk perlengkapan pelindung yang minimal harus
digunakan berdasarkan jenis pekerjaan dan klasifikasi pestisida khusus
penyemprotan di luar gedung dengan klasifikasi pestisida yaitu:
- Pestisida yang sangat berbahaya sekali: sepatu boot, baju terusan
lengan panjang dan celana panjang, topi, pelindung muka, masker, dan
sarung tangan.
- Pestisida yang sangat berbahaya: sepatu kanvas, baju terusan lengan
panjang dan celan panjang, topi dan masker.
- Pestisida yang berbahaya: sepatu kanvas, baju terusan lengan panjang
dan celan panjang, topi dan masker
C. LEARNING OBJECTIVE
1. Mampu menjelaskan arthropoda penyebab sakit di komunitas dan
manajemen
a. Snake bite
Spesies ular di dunia ada sekitar 3600 spesies dan sekitar 600
diantaranya adalah ular berbisa. Terdapat 5 juta kasus gigitan ular di
dunia dengan 125.000 kematian tiap tahunnya (Chippaux, 1998).
Perbedaan morfologi ular berbisa dan tidak berbisa :
b. Bee sting
● Pendahuluan
Gigitan serangga atau insect bites umumnya merujuk pada
reaksi hipersensitivitas dan peradangan baik lokal maupun sistemik
akibat gigitan atau kontak dengan serangga. Penyebab kondisi ini
adalah insecta yang termasuk dalam filum Arthropoda, yakni nyamuk,
lalat, kutu, tungau, lebah, dan tawon. Lebah akan menyengat ketika
merasa terancam. Sebenarnya, baik lebah besar (tawon) atau lebah
madu, biasanya tidak menyengat. Mereka akan menyengat ketika
merasa terancam. Racun dari sengatan lebah dapat menyebabkan
reaksi alergi hebat pada orang tertentu, hingga menyebabkan kematian.
● Epidemiologi
- Prevalensi yang sama di seluruh dunia
- Prevalensi pada pria dan wanita sama
- Faktor yang mempengaruhi perkebunan, persawahan, dll.
- Prevalensi gejala akibat sengatan lebah 0,4-4%
● Etiologi
● Gejala klinis
Setelah mengalami sengatan lebah maka akan terjadi reaksi
lokal pada kulit yang biasanya berlangsung singkat. Reaksi normal
akan menimbulkan nyeri, bengkak, dan kemerahan pada daerah
sengatan. Kadang-kadang timbul reaksi lokal yang luas pada tempat
sengatan, namun hal ini akan hilang dalam waktu 2 sampai 3 hari.
Lebah dan tawon meninggalkan alat sengat pada kulit korbannya.Pada
reaksi hipersensitifitas tipe lambat ditandai dengan timbulnya lesi yang
mengeras bila disertai papul yang persisten dan berkembang menjadi
hiperpigmentasi, bahkan sering menimbulkan ekskoriasi dan krusta.
Rasa gatal dapat ringan sampai berat, bersifat sementara atau menetap.
Cekungan pada bagian sentral sering terlihat tetapi akan menghilang
kemudian.
Reaksi anafilaksis dimulai dalam beberapa detik atau beberapa
menit setelah terjadinya sengatan. Gejala pada kulit berupa rasa gatal,
kemerahan, urtikaria, dan angioedema. Gejala kardiovaskular berupa
hipotensi disertai sinus takikardi atau bradikardi, yang menunjukkan
tipe reaksi vasovagal. Gejala respirasi berupa bronkospasme (dengan
mengi pada ekspirasi), edem laring (stridor inspirasi) atau timbulnya
dispne dengan suara napas yang normal. Gejala sistim pencernaan
berupa kaku pada usus, muntah dan diare (kadang-kadang berdarah),
dan kaku pada uterus.
Reaksi yang berat dapat disertai perasaan akan datangnya
malapetaka dan syok. Akibat lanjut dari sengatan lebah dapat
menimbulkan komplikasi ke berbagai organ. Dilaporkan adanya kasus
neuropati optikus setelah mengalami sengatan lebah, ditandai dengan
hilangnya kemampuan visual, perdarahan dan edem pada diskus
optikus dan skotoma sentralis. Komplikasi sengatan lebah juga dapat
mengenai organ ginjal dan hati. Dilaporkan terjadinya kasus gagal
ginjal akut dan gangguan hati akibat sengatan lebah, yang
menyebabkan timbulnya hipotensi, hemolisis intravaskular,
rhabdomyolysis sebagai akibat efek toksik dari bisa lebah.
● Diagnosis
Diagnosis alergi sengatan lebah ditegakkan berdasarkan
timbulnya gejala dan tanda akibat alergi sengatan lebah disertai
ditemukannya lebah sebagai penyebab. Pada daerah sengatan akan
disertai timbulnya reaksi lokal dan dapat ditemukan alat sengat lebah
pada kulit pasien. Gejala yang timbul setelah sengatan menunjukkan
adanya alergi berupa reaksi tipe lambat sampai paling berat timbulnya
syok pada reaksi anafilaksis.
Uji kulit dengan antigen berupa bisa lebah digunakan untuk
mengenali bisa yang spesifik yang bertanggung jawab pada proses
sensitisasi tersebut.Ada 5 jenis bisa secara komersial telah tersedia,
yaitu bisa terhadap lebah madu, yellow jacket, yellow hornet, white
faced hornet dan Palister wasps (Miles, Inc, Pharmaceutical, Spokane,
Wash, dan ALK Laboratories, Wallingford, Conn). Beberapa
laboratorium sedang mengembangkan berbagai jenis bisa lainnya.Uji
kulit Prick dilakukan dengan menggunakan bisa lebah pada konsentrasi
1 ug/ml, dengan konsentrasi yang sama diberikan pelarut kontrol
(Sorenson’s solution) yang mengandung 0,5% serum albumin dan
0,4% fenol. Hasilnya dibaca dan dicatat setelah 15 menit. Jika respon
uji Prick negatif dilakukan uji kulit intradermal dengan menggunakan
bisa pada konsentrasi 0,2 ug/ml dan 1 ug/ml pada tempat yang terpisah
sebanyak 0,03 ml. Histamin dan pelarut kontrol diinjeksikan secara
intradermal. Hasilnya dibaca setelah 15 menit, dan dicatat timbulnya
pembengkakan serta kemerahan. Reaksi segera yang timbul pada uji
kulit dengan konsentrasi bisa <0,1 sampai 1,0 ug/ml dinyatakan positif
dan penderita tersebut mempunyai IgE spesifik terhadap bisa tersebut
Pemeriksaan invitro untuk mendeteksi antibodi IgE terhadap
bisa lebah dapat dilakukan dengan cara radio allergosorbent test
(R.A.S.T).Pemeriksaan RAST telah dikembangkan untuk menilai
diagnosis hipersensitifitas akibat sengatan lebah dengan menggunakan
alergen yang telah dimurnikan berasal dari bisa lebah.18 Dalam
tekhnik ini antigen mulamula diikat benda padat dari selulosa.
Imunoglobulin E yang diikat kemudian dapat ditemukan kembali
dengan anti-IgE yang bertanda radioaktif. Radioaktifitas yang diikat
kemudian dapat dihitung dengan gamma counter.
● Tatalaksana
Pada reaksi lokal diperhatikan apakah lebah meninggalkan
sengatnya pada kulit pasien. Singkirkan sengat tersebut dengan
menggunakan penjepit atau dengan kuku jari. Jangan lakukan
penekanan pada sengat tersebut karena dapat mengakibatkan pelepasan
bisa lebih banyak kedalam kulit.Untuk mengurangi rasa nyeri dan
pembengkakan cukup digunakan kompres dingin, tetapi reaksi lokal
yang luas membutuhkan pengobatan dengan antihistamin dan
kortikosteroid (prednison).
Jika terjadi reaksi anafilaksis, obat pilihannya adalah epinefrin
dalam larutan 1:1000, diinjeksikan secara intramuskular atau subkutan
dengan dosis 0.2- 0.5 ml atau 0.01 ml/kg berat badan. Pemberiannya
dapat diulangi dalam 15 menit jika masih diperlukan. Pada reaksi berat
yang persisten dapat digunakan infus intravena epinefrin (1:10.000)
dengan dosis 0.1 ug/kg/menit dengan pemantauan jantung yang ketat
untuk mempertahankan tekanan sistolik 80 mmHg. Jika hipotensi dan
syok tidak respon terhadap epinefrin, harus diberikan cairan intravena
dengan larutan garam isotonis (NaCl 0.9%) secara cepat (>100
ml/menit). Pasien diletakkan pada posisi Trandelenberg dengan
meninggikan kedua kakinya.
Timbulnya edema laring mungkin menyulitkan pemasangan
selang endotrakeal maka diperlukan tindakan bedah trakeostomi untuk
mempertahankan saluran napas. Tindakan krikotirotomi diperlukan
jika belum dapat dilakukan trakeostomi.Pada keadaan timbulnya
obstruksi bronkus penanganannya sama seperti asma bronkial.
Diberikan aminofilin 6 mg/kg berat badan dalam 20 ml dextrose 5%
secara intravena dalam masa 10- 15 menit sebagai dosis awal ,
dilanjutkan dengan 0.9 mg/kg/jam sebagai dosis pemeliharaan. Jika
bronkospasme menetap diberikan bronkodilator β adrenergik secara
nebulisasi. Jika terdapat tanda gagal napas dengan nilai PaCO2 >65
mmHg diperlukan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik. Pada
reaksi tipe lambat yang terjadi kemudian cukup diberikan antihistamin
oral seperti difenhidramin 1-2 mg/kg BB. Kombinasi antagonis H1 dan
antagonis H2 seperti simetidin dengan dosis 4 mg/kgBB memberikan
hasil yang lebih baik.
Pengobatan topikal dengan krem kortikosteroid kurang efektif
dan penggunaan antihistamin topikal dapat berpotensi timbulnya
sensitisasi dan tidak berperan pada pengobatan alergi sengatan
lebah.Untuk pengobatan jangka panjang pada pasien dengan alergi
sengatan lebah dapat dilakukan pengobatan secara imunologis yang
efektif untuk mencegah reaksi alergi akibat sengatan lebah.
c. Scorpion sting
Racunnya yang aktif mengandung neurotoxin dan
hemotoxin.Mengeluarkan racun: hemotoksin & neurotoksin. Pada
anak bisa menyebabkan kematian karena paralyse pernafasan. Bekas
gigtan: nyeri amat sangat, eritema- edema, shock- kematian.
Gejala :
Diagnosis
Tatalaksana
Patofisiologi
Keringat berlebih dapat menyumbat saluran keringat sehingga
terjadi obstruksi yang akan menimbulkan kebocoran kelenjar keringat
hingga epidermis dan dermis dan dapat terjadi erupsi pada daerah yang
tertutup pakaian.
Gejala
Benjolan merah kecil muncul di kulit, terkadang terlihat seperti lepuh
kecil atau jerawat. Kulit sering terasa gatal atau rasa perih dan tajam
pada ruam. Ruam paling sering terjadi di lipatan atau tempat tubuh
dimana pakaian bergesekan dengan kulit.
Tatalaksana
Biang keringat umumnya tidak berbahaya dan tidak
membutuhkan pertolongan medis khusus. Tatalaksana awal yang dapat
dilakukan adalah :
● Mengompres bagian yang mengalami ruam dengan kain lembap atau
es batu selama tidak lebih dari 20 menit setiap jam.
● Menaburkan bedak talek pada bagian yang mengalami ruam untuk
mengurangi rasa tidak nyaman di kulit.
● Menghindari cuaca panas dan tempat yang lembap, seperti berada lebih
lama dalam ruangan yang sejuk, atau menggunakan kipas angin.
● Memakai pakaian longgar sehingga tidak menghambat pengeluaran
keringat.
Patofisiologi
Vasodilatasi perifer adalah salah satu mekanisme pertama yang
akan digunakan tubuh dalam upaya mempertahankan suhu inti
homeostatis saat berada di lingkungan dengan suhu lingkungan yang
tinggi. Vasodilatasi meningkatkan aliran darah ke ekstremitas dan
membawa darah lebih dekat ke permukaan kulit sehingga panas dapat
hilang melalui efek penguapan keringat dan radiasi langsung energi
panas dari tubuh. Sebagai akibat dari peningkatan aliran darah ini,
tekanan hidrostatik intravaskular meningkat. Selain itu, dengan
vasodilatasi datang peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
Gejala Klinis
Kaki/ tangan bengkak biasanya, ini terjadi pada ekstremitas
bawah, tetapi area mana pun dapat terpengaruh. Pemeriksaan fisik
akan mengungkapkan simetris tergantung pitting edema. Dengan
edema panas sederhana seharusnya tidak ada gangguan fungsi dan
tidak ada gejala sistemik seperti sesak napas, nyeri dada, atau pusing.
Kehadiran gejala tambahan di luar edema mendorong dokter
mengevaluasi untuk mencari penyebab lain, dengan penekanan khusus
pada penilaian cardiopulmonary.
Tatalaksana
Edema dalam kasus ini adalah self-limiting dan biasanya tidak
lebih dari satu minggu. Perawatan suportif melibatkan pemindahan
pasien ke area dengan suhu yang lebih rendah dan elevasi area yang
terkena untuk meningkatkan drainase cairan.
c. Heat cramps
Bentuk paling ringan dari penyakit terkait panas berupa nyeri otot dan
spasm/ kram saat atau setelah beraktifitas dan berkeringat di suasana
panas. Penyebab dari Heat Cramp terkait dengan menurunnya kadar
sodium, potassium atau magnesium serta cairan dalam otot. Keringat
yang dihasilkan oleh tubuh mengandung kadar sodium yang tinggi.
Ketika tubuh mengeluarkan keringat yang berlebih, sel-sel tubuh
khususnya otot mengalami keadaan hyponatremia atau kurangnya
kadar natrium yang merupakan faktor penting dalam kontraksi otot.
Hal tersebut menyebabkan tubuh akan mengalami beberapa gangguan
yang berhubungan dengan keseimbangan elektrolit, salah satunya
adalah Heat Cramp.
Gejala : kram/nyeri/ kejang otot di perut /lengan / kaki, demam
Tatalaksana :
❖ Pindah ke tempat yang sejuk dan istirahat. Tidak melanjutkan
aktivitas.
❖ Lepaskan pakaian berlebih dan letakkan kain dingin di kulit;
mengipasi kulit.
❖ Berikan minuman olahraga dingin yang mengandung garam dan
gula.
❖ Regangkan otot yang kram secara perlahan dan lembut.
d. Heat syncope
Pengertian
Heat syncope juga dikenal sebagai orthostatic dizziness. Hal ini
mengacu pada episode pingsan yang terjadi setelah seseorang berada
dalam suhu lingkungan yang tinggi, biasanya pada waktu-waktu awal
terkena paparan panas.
Patofisiologi
Heat syncope dapat terjadi akibat kurangnya suplai darah yang cukup
ke otak. Hal ini biasanya terjadi akibat sesorang tiba-tiba bangkit dari
posisi duduk atau berdiri dalam waktu yang lama tanpa kontraksi otot
dapat memungkinkan darah akan berkumpul di kaki dan tidak kembali
ke jantung atau ke otak, sehingga menyebabkan orang tersebut
kehilangan kesadaran.
Selain itu, heat syncope juga dapat disebakan karena seseorang sedang
menggunakan pakaian berat seperti perlengkapan bunker pemadam
kebakaran dan seragam sehingga akan meningkatkan keringat, yang
dapat mengakibatkan dehidrasi.
Tata Laksana
a) Biasanya individu yang mengalami heat syncope akan pulih
dengan relatif cepat, dalam waktu 10-15 menit.
b) Pindahkan orang tersebut ke tempat teduh/dingin untuk
menurunkan suhu tubuh
c) Duduk atau berbaring segera setelah pasien mulai merasakan
gejala
d) Pantau tanda-tanda vital untuk memastikan orang tersebut tidak
mengalami kondisi medis lain
e) Tinggikan kaki untuk mendorong darah kembali ke jantung
f) Rehidrasi dengan air
Pencegahan
a) Semua individu yang berolahraga harus terhidrasi dengan tepat
sebelum berolahraga dan menjaga hidrasi selama latihan.
b) Menghindari alkohol
c) Menghindari paparan lingkungan yang hangat
d) Memakai pakaian yang menghalangi sinar matahari
e) Berolahraga pada waktu yang lebih dingin.
e. Heat exhausted
Heat exhaustion adalah heat related illness yang dialami seseorang
setelah terpapar temperatur tinggi dan sering disertai dengan dehidrasi 2
tipe heat exhaustion :
· Gejala:
a. Kram otot
e. Diare
f. Sakit kepala
h. Kelemahan
i. Kecemasan
j. Pingsan (pingsan)
Pencegahan
f. Heat Stroke
Heat illness : istilah umum untuk suatu kondisi yang dihasilkan dari
gangguan penyesuaian fisik di lingkungan yang panas.
Heat stroke : terjadi ketika suhu inti internal naik di atas tingkat kritis
kaskade respons seluler & sistemik.
Bouchama
Heat stroke → Suhu inti tubuh yang meningkat di atas 40 °C, disertai
dengan kulit kering yang panas & kelainan sistem saraf pusat
(delirium, kejang, atau koma). suatu bentuk hipertermia yang terkait
dengan respons inflamasi sistemik yang mengarah ke sindrom
disfungsi multiorgan, terutama ensefalopati
Pease et al
perubahan status mental (koma, delirium, disorientasi, atau kejang)
suhu inti tubuh > 40.6 °C atau bukti pendinginan yang terdokumentasi
sebelum rekor suhu pertama.sejarah yang andal dari paparan
lingkungan yang kompatibel. adanya kulit yang panas, kering, atau
memerah
b. Keracunan pestisida
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cide yang berarti
membunuh. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus
digunakan untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan
serangga,binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik
yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat
pada hewan dan manusia
Penggolongan pestisida
Berdasarkan toksisitas dan golongan, pestisida organik sintetik dapat
digolongkan menjadi:
● Organofosfat: Pestisida yang termasuk ke dalam golongan
organofosfat antara lain : Azinophosmethyl, Chloryfos, Demeton
Methyl, Dichlorovos, Dimethoat, Disulfoton, Ethion, Palathion,
Malathion, Parathion, Diazinon dan Chlorpyrifos
● Karbamat: Insektisida karbamat berkembang setelah organofosfat.
Insektisida ini biasanya daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia
dibandingkan dengan organofosfat, tetapi sangat efektif untuk
membunuh insekta
● Organoklorin: Organoklorin atau disebut Chlorinated hydrocarbon
terdiri dari beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk
kimianya. Yang paling popular dan pertama kali disintesis adalah
Dichloro-diphenyl-trichloroethan atau disebut DDT
Sindroma muskarinik
ACh dibentuk pada seluruh bagian sistem saraf. ACh juga dapat
dijumpai di otak khususnya sistem saraf otonom. ACh berperan sebagai
neurotransmiter pada ganglio simpatis maupun parasimpatis. Inhibisi
kolinesterase pada ganglion simpatis akan meningkatkan rangsangan
simpatis dengan manifestasi klinis midriasis, hipertensi dan takikardia.
Inhibisi kolinesterase pada ganglion parasimpatis akan menghasilkan
peningkatan rangsangan saraf parasimpatis dengan manifestasi klinis
miosis, hipersalivasi dan bradikardi. Besarnya rangsangan pada
masing-masing saraf simpatis dan parasimpatis akan berpengaruh pada
manifestasi klinis yang muncul. ACh juga berperan sebagai
neurotransmiter neuron parasimpatis yang secara langsung menyarafi
jantung melalui saraf vagus, kelenjar dan otot polos bronkus. Berbeda
dengan pada ganglion, reseptor kolinergik pada daerah ini termasuk
subtipe muskarinik. Inhibisi kolinesterase secara langsung pada pada
organ-organ ini menjelaskan manifestasi klinis yang dominan
parasimpatik pada keracunan organofosfat, dimana daerah tersebut
merupakan target utama organofosfat.
Gejala-gejala tersebut akan muncul kurang dari 6 jam, bila lebih dari
itu maka dipastikan penyebabnya bukan golongan organofosfat.
Pestisida organofosfat dan karbamat dapat menimbulkan keracunan
yang bersifat akut dengan gejala sebagai berikut : leher seperti tercekik,
pusing-pusing, badan terasa sangat lemah, sempoyongan, pupil atau
celah iris mata menyempit, pandangan kabur, tremor, terkadang kejang
pada otot, gelisah dan menurunnya kesadaran, mual, muntah, kejang
pada perut, mencret, mengeluakan keringat yang berlebihan, sesak dan
rasa penuh di dada, pilek, batuk yang disertai dahak, mengeluarkan air
liur berlebihan. Denyut jantung menjadi lambat dan ketidakmampuan
mengendalikan buang air kecil maupun besar biasanya terjadi 12 jam
setelah keracunan
b. Pencemaran tanah
● Bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida kimia
terutama pada tanah jika tidak segera ditangani dapat
mengancam lingkungan dan ekosistem lainnya. Bahan
pencemar dapat larut karena air hujan dan dapat mencemari
daerah-daerah resapan air disekitarnya sehingga perlu upaya
untuk menurunkan atau menghilangkan residu pestisida di
lingkungan.Salah satu upaya adalah dengan melakukan
remediasi.
● Remediasi dapat diartikan sebagai proses pemulihan dari
kondisi yang terkontaminasi oleh cemaran agar bersih kembali
yang dapat dilakukan pada media air, udara dan
tanah.Remediasi merupakan proses dekontaminasi air dan
tanah dari senyawa yang berbahaya, seperti hidrokarbon,
poliaromatik hidrokarbon (PAH), persistant organic pollutant
(POP), logam berat, pestisida dan lain-lain. Proses remediasi
yang menggunakan mikroorganisme dikenal sebagai
bioremediasi.
● Bioremediasi adalah proses penguraian limbah
organik/anorganik polutan dari sampah organik dengan
menggunakan organisme (bakteri, fungi, tanaman atau
enzimnya) dalam mengendalikan pencemaran pada kondisi
terkontrol menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya atau
konsentrasinya di bawah batas yang ditentukan oleh lembaga
berwenang dengan tujuan mengontrol atau mereduksi bahan
pencemar dari lingkungan
● Kelebihan teknologi ini ditinjau dari aspek komersil adalah
relatif lebih ramah lingkungan, biaya penanganan yang relatif
lebih murah dan bersifat fleksibel.
● Teknologi bioremediasi ada dua jenis, yaitu ex-situ dan in situ.
● Ex-situ adalah pengelolaan yang meliputi pemindahan secara
fisik bahan-bahan yang terkontaminasi ke suatu lokasi untuk
penanganan lebih lanjut . Penggunaan bioreaktor, pengolahan
lahan (landfarming), pengkomposan dan beberapa bentuk
perlakuan fase padat lainnya adalah contoh dari teknologi
exsitu.
● Sedangkan teknologi in situ adalah perlakuan yang langsung
diterapkan pada bahan-bahan kontaminan di lokasi tercemar
● Bioremediasi oleh mikroorganisme (Bacillus sp)
memecah/mendegradasi (adsorbsi, reduksi, oksidasi, &
metilasi) zat pencemar menjadi bahan kurang/tidak beracun.
Bakteri ini dapat menurunkan Pb dan Cd pada beras
● Kemoremediasi dengan bahan organik atau pengkapuran.
Pengkapuran dapat meningkatkan pH tanah, sedangkan bahan
organik dapat mengendapkan unsur-unsur logam/pestisida
sehingga tidak larut air dan tidak dapat terserap oleh tumbuhan.
Bahan organik mengandung asam fulvat dan asam humat yang
dapat mengikat Pb, Fe, Mn, Cu, Ni, Zn, Cd
● Fitoremediasi yaitu dengan cara penanaman tumbuhan yang
dapat menyerap, mendegradasi, mentransformasi, dan
mengimobilisasi bahan pencemar. Misalnya eceng gondok
yang dapat menyerap Cd, Hg, Ni, Cr; mendong (Frimbristyllis
globulosa) menurunkan kadar Pb, Cd, Co, Fe, Cu; Brassica
juncea menyerap Cd, Cr, Ni, dan Cu
c. Pencemaran udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik,
kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Atau
dalam kata lain dapat diartikan sebagai perusakan terhadap udara
karena disebabkan oleh berbagai sumber yang dapat merusak bagi
kesahatan makhluk hidup maupun benda mati. Pencemaran udara
dapat bersumber dari berbagai macam, antara lain : asap kendaraan
bermotor, asap pabrik, limbah indutri, limbah rumah tangga dan lain-
lain.
Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh
emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat
berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap
kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah
hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen
(NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida
fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100%
timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89%
hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida
(CO) ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari pembakaran
sampah rumah tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu di
Jakarta. Sektor industri merupakan sumber utama dari sulfur dioksida.
Di tempat-tempat padat di Jakarta konsentrasi timbal bisa 100 kali dari
ambang batas.
5. Keamanan pangan
Food safety atau keamanan pangan adalah ilmu untuk membahas persiapan,
penanganan, dan penyimpanan makanan/minuman agar tidak terkontaminasi
bahan kimia, fisik, maupun biologis. Pada fase persiapan, perlu dilakukan
pemantauan cara budidaya yang baik dengan cara:
1. Mencegah penggunaan lahan dengan potensi mengancam keamanan
pangan
2. Mengendalikan cemaran biologis, hama, dan penyakit tanaman.
3. Menekan seminimal mungkin residu kimia yang terdapat dalam bahan
pangan sebagai akibat dari penggunaan pupuk atau pengendali hama
Untuk menjaga keamanan dan kebersihan makanan perlu beberapa komponen,
yaitu:
1. Good Manufacturing Practices (GMP) / Praktik Manufaktur yang Baik
HACCP terdiri dari GMP dan SSOP, yang melibatkan beberapa aspek
industri pangan, seperti struktur dan pemeliharaan fisik, penyediaan air,
personal hygiene, pengendalian hama, teknik dan peralatan sanitasi, kalibrasi
instrumen, dan kualitas. Di Indonesia, petani masih memiliki ketergantungan
terhadap penggunaan pestisida untuk melindungi tanamannya dari hama dan
penyakit. Aplikasi pestisida di Indonesia dimulai dari awal hingga akhir siklus
penamanan. Hal ini meningkatkan risiko pada pangan, lingkungan, dan
kesehatan konsumennya. Terdapat penelitian yang menemukan bahwa
terdapat 47% residu pestisida pada sampel produk segar dan 7% pada sampel
produk olahan hasil pertanian. Dari sini dapat dilihat bahwa masih banyak
residu pestisida yang tertinggal.
GEJALA :
Biasanya, orang yang menderita penyakit yang ditularkan melalui
makanan akan memiliki kombinasi pusing, mual, muntah dan diare dan/atau
disertai demam. Beberapa orang mungkin memiliki semua gejala ini,
sementara itu beberapa orang yang lain mungkin hanya memiliki satu gejala.
Biasanya, penyakit karena akibat makanan terkontaminasi hanya berlangsung
beberapa hari atau jam tergantung penyebab dan daya tahan tubuh. Namun
demikian, penyakit kadang-kadang dapat terjadi lebih serius. Orang yang sakit
mungkin diperlukan untuk dirawat-inap di rumah sakit atau bahkan ada yang
meninggal akibat dari penyakit asal makanan.
Gejala keracunan makanan mungkin agak berbeda tergantung pada sifat dari
"racun", tetapi umumnya mungkin termasuk:
● mual
● muntah
● diare
● tinja berdarah
● kram perut
● demam
● sakit kepala, atau
● kelelahan ekstrim (atau kombinasi gejala-gejala di atas).