Oleh
Akhmad fakhrulloh
2301171029
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................3
1.4 Batasan Masalah ...................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan ...........................................................................5
ii
DAFTAR SINGKATAN, NOTASI DAN LAMBANG
SINGKATAN Halaman
Lambang
% Persentase 22
≥90% Persentasi Lebih Dari 90 Persen 22
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
iv
.BAB I
PENDAHULUAN
1
fasilitas-fasilitas penunjang, salah satunya adalah fasilitas PCI (Pulverized Coal
Injection).
PCI (Pulverized Coal Injection) adalah fasilitas yang memiliki peran
utama dalam membuat bahan bakar PC (Pulvarized Coal), dengan proses grinding
material coal (batu bara) dari ukuran 20-30 mm sampai ke ukuran -200 mesh yang
di injeksikan melalui pipa transport menuju tuyere sebagai alat pembakaran di
Blast Furnace. Produk yang dihasilkan pada fasilitas PCI ini sangat berperan
penting pada proses produksi di dalam Blast Furnace.
PCI Mill merupakan mesin utama dalam proses pembuatan PC (Pulverized
Coal), terjadinya gangguan pada mesin tersebut akan berakibat kerugian yang
cukup besar bagi perusahaan. Mesin PCI Mill menjadi salah satu komponen
penting dalam menghasilkan PC (Pulverized Coal), tetapi mesin PCI Mill yang
ada 70% sampai dengan 90% sudah melebihi umur teknik mesin sehingga
menyebabkan waktu perawatan yang diperlukan menjadi lama. Mengatasi
masalah tersebut diperlukan langkah yang tepat dalam melakukan perawatan
(maintenance) mesin dan peralatan, salah satunya dengan melakukan penerapan
TPM (Total Produktive Maintenance).
Total Productive Maintenance (TPM) merupakan suatu metode yang
digunakan untuk meningkatkan efesiensi penggunaan mesin dalam rangka
mendukung total preventive maintenance sistem yang melibatkan partisipasi
semua departemen dan setiap orang di perusahaan mulai dari lantai produksi
hingga top manajemen. Dengan kata lain tujuan dari TPM adalah untuk mencapai
kinerja yang ideal dan mencapai zero loss, yang artinya tanpa cacat, tanpa
breakdown, tanpa kecelakaan, tanpa kesia-siaan pada proses produksi maupun
changeover. (Nakajima, 1988: 2).
Evaluasi penerapan Total Produktive Maintenance (TPM) dilakukan
dengan mencari nilai kinerja dari mesin atau fasilitas tersebut. Salah satu metode
pengukuran kinerja yang banyak digunakan oleh perusahaan atau pun dalam ilmu
TPM adalah Overall Equipment Effectiveness (OEE). Metode ini merupakan
bagian utama dari sistem pemeliharaan yang banyak diterapkan. Menggunakan
nilai OEE sebagai indikator serta mencari penyebab ketidakefektifan dari mesin
2
tersebut dengan melakukan perhitungan six big losses untuk mengetahui faktor
yang berpengaruh dari keenam faktor six big losses yang ada.
Dengan demikian, pada penelitian ini pokok permasalahan yang dibahas
adalah mengenai pengukuran nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) yang
digunakan sebagai dasar dalam usaha perbaikan dan peningkatan efektivitas dan
produktivitas pada fasilitas PCI (Pulverized Coal Injection). Pengukuran OEE ini
didasarkan pada pengukuran tiga rasio utama, yaitu (1) Availability ratio, (2)
Performance ratio, dan (3) Quality ratio. Untuk mendapatkan nilai OEE, maka
ketiga nilai dari ketiga rasio utama tersebut harus diketahui terlebih dahulu.
3
1.4 Batasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan yang dianalisis agar tidak menyimpang
dari tujuan awal, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dianalisis
diantaranya :
a. Penelitian ini hanya terfokus pada mesin PCI (Pulverized Coal Injection)
di Blast Furnace plant.
b. Penelitian tidak membahas tentang bagaimana kualitas PC (Pulverized
Coal) yang dihasilkan baik atau tidaknya, melainkan lebih kepada kinerja
mesin.
c. Data yang di ambil adalah data produksi PC (Pulverized coal) pada bulan
April 2017 sampai Maret 2018 di PCI Blast Furnace plant .
d. Pembahasan hanya berfokus pada six big losses yang terjadi pada
perusahaan, tidak menguraikan ke 16 major losses dalam Total Productive
Maintenance (TPM).
e. Pembahasan hanya pada perhitungan nilai OEE dan analisa hasil
pengukurannya, tidak membahas mengenai implementasi TPM di
perusahaan tersebut.
f. Penelitian yang dilakukan tidak sampai ke perhitungan biaya.
4
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan, penulis membagi dalam beberapa bab
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Gambar 2.1 Model Input-output untuk proses perawatan dalam sistem
produksi dan sistem perusahaan (Al-Turki, 2011)
Sumber : Buku Sistem Pewatan Terpadu (Nachnul A dan M. Imron, 2013: 3)
Dikutip dari Al-Turki, 2011
7
5. Overhaul, tindakan besar-besaran yang biasanya dilakukan pada akhir
periode tertentu.
8
Gambar 2.2 Maintenance Process
Sumber : (S.R. Vijayakumar dan S. Gajendran)
Journal of mechanical and civil egineering
9
e. Emergency Maintenance
Emergency maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan seketika
ketika mesin mengalami kerusakan yang tidak terdeteksi sebelumnya.
Tindakan perawatan dapat dibagi menjadi empat kategori atau strategi
umum. Rencana pemeliharaan untuk aset perusahaan akan menjadi kombinasi dari
keempat strategi ini seringkali semuanya dapat digunakan pada mesin yang sama.
10
Gambar 2.4 Klasifikas Strategi Perawatan (Duffuaa et al, 1999)
Sumber : Buku Sistem Pewatan Terpadu (Nachnul A dan M. Imron, 2013: 4)
Dikutip dari Duffuaa et al, 1999
11
setiap hari contohnya pembersihan peralatan, pelumasan atau pengecekan
oli, pengecekan bahan bakar, pemanasan mesin-mesin sebelum dipakai
produksi.
b. Periodic Maintenance
Yaitu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara periodik atau dalam
jangka waktu tertentu misalnya satu minggu sekali dengan cara melakukan
inspeksi secara berkala dan berusaha memulihkan bagian mesin yang cacat
atau tidak sempurna, contohnya penyetelan katup-katup pemasukan dan
pembuangan, pembongkaran mesin untuk penggantian bearing.
c. Running Maintenance
Merupakan pekerjaan perawatan yang dilakukan pada saat fasilitas
produksi dalam keadaan bekerja. Perawatan ini termasuk cara perawatan
yang direncanakan untuk diterapkan pada peralatan atau permesinan dalam
keadaan operasi. Biasanya diterapkan pada mesin-mesin yang harus terus
menerus beroperasi dalam melayani proses produksi
d. Shutdown Maintenance
Merupakan kegiatan perawatan yang hanya dapat dilaksanakan pada
waktu fasilitas produksi sengaja dimatikan atau dihentikan.
Bentuk preventive maintenance dapat dibedakan atas time-based atau
used-based yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Time-based, perawatan yang dilakukan setelah peralatan digunakan
sampai satu satuan waktu tertentu.
b. Used-based, perawatan dilakukan berdasarkan frekuensi penggunaan.
Untuk menentukan frekuensi yang tepat perlu diketahui distribusi
kerusakan atau keandalan peralatan.
5. Modifikasi Desain (Design Modification)
Perawatan dilakukan pada sebagian kecil peralatan sampai pada kondisi
yang dapat diterima, dengan melakukan perbaikan pada tahap pembuatan dan
penambahan kapasitas.
12
6. Perawatan Koreksi (Breakdown/ Corective Maintenance)
Kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah terjadinya
suatu kerusakan pada peralatan sehingga alat tidak dapat berfungsi dengan baik.
7. Perawatan Berbasis Kondisi (Condition-Based Maintenance)
Perawatan berbasis kondisi dilakukan dengan cara memantau kondisi
kunci peralatan yang akan mempengaruhi kondisi peralatan. Strategi perawatan
ini sering di sebut dengan istilah predictive maintenance, dengan tujuan
mendeteksi awal terjadinya kerusakan pada mesin dan fasilitas kerja.
13
TPM merupakan salah satu konsep inovasi dari jepang, dan Nippodenso
bagian dari toyota, merupakan perusahaan pertama yang memperkenalkan
pemeliharaan preventif pada tahun 1960 dengan slogan "Productivity
Maintenance With Total Participation". TPM menjadi sangat popular dan tersebar
luas hingga keluar jepang dengan sangat cepat. Hal ini terjadi karena dengan
penerapan TPM mendapatkan hasil yang dramatis, yaitu peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan dalam produksi dan perawatan mesin bagi pekerja.
TPM dimulai dengan preventive maintenance system yang sudah
diperkenalkan sejak tahun 1950 dari USA, dan dikenalkan di Jepang oleh Seichi
Nakajima. Total Productive Maintenance (TPM) adalah suatu manajemen
perusahaan atau “way of working” yang dikembangkan sejak tahun 1970 oleh
JIPM (Japan Institute of Plant Maintenance). Penerapan TPM dimulai di Jepang
dan telah menyebar di banyak Negara, antara lain Amerika Serikat, Eropa, India,
China, dan Australia. Perkembangan dari PM bisa di rinci menjadi 4 tahap antara
lain:
1. Tahap 1: Breakdown Maintenance ( tahun 1950 )
2. Tahap 2: Preventive Maintenance ( tahun 1960 )
3. Tahap 3: Productive Maintenance ( tahun 1970 )
4. Tahap 4: TPM (Total Productive Maintenance)
14
Maintenability, MP (Maintenance Prevention), MI (Maintenanbility
Improvement).
d. Total participation of all employees (total berarti melibatkan seluruh
karyawan).
2. Productive
Menitik-beratkan pada segala usaha mencoba melakukan pemeliharaan
dengan kondisi produksi tetap berjalan dan meminimalkan masalah-masalah yang
terjadi diproduksi saat pemeliharaan dilakukan.
3. Maintenance
Berarti memelihara dan menjaga peralatan secara mandiri yang dilakukan
oleh operator produksi agar kondisi peralatan tetap bagus terpelihara dengan jalan
membersihkannya, melakukan pelumasan dan memperhatikannya.
15
a. TPM bertujuan untuk memaksimalkan keefektifan peralatan (efisiensi
keseluruhan).
b. TPM menetapkan sistem pemeliharaan preventif (PM) menyeluruh untuk
seluruh rentang masa pakai peralatan.
c. TPM dilaksanakan oleh berbagai departemen di sebuah perusahaan.
d. TPM melibatkan setiap karyawan, mulai dari manajemen puncak hingga
pekerja di lantai produksi.
e. TPM didasarkan pada promosi dari PM (Preventive Maintenance) melalui
manajemen motivasi : kegiatan yang melibatkan seluruh pekerja melalui
aktivitas grup kecil.
Sebagai salah satu kegiatan TPM, kaizen mengejar peralatan yang efisien,
operator dan material dan pemenfaatan energi, yaitu ekstrem produktivitas dan
bertujuan untuk mencapai efek substansial. Kegiatan kaizen mencoba untuk
benar-benar menghilangkan 16 kerugian (losses) besar. Losses tersebut antara lain
;
Tabel 2.1 Enam Belas Kerugian Utama yang Mempengaruhi Kinerja
Fabrikas
Loss Category
1. Failure Losses – Breakdown loss
2. Setup / adjustment losses
3. Reduce speed loss
Losses that impede
4. Idling and minor stopage loss equipment efficiency
5. Start-up loss
7. Tools change over loss
8. Planed shutdown loss
Loss Category
9. Distribution / logistic loss
10. Line organization loss
Losses that impede
11. Measuremnet and adjutment loss human work efficiency
16
13. Motion-related loss
14. Yield loss
Losses that impede
15. Consumables (jig, tool, die) loss effective use of
production resources
16. Energi loss
17
4. Autonomous Maintenance (Jishu Hozen): artinya adalah melakukan
perawatan terhadap mesin yang dipakai. Terdapat tujuh langkah dan
aktifitas yang dilakukan pada Jisshu Hozen.
5. Quality Maintenance (Hinshitsu Hozen): quality maintenance adalah
pengaturan mesin yang memperkecil kemungkinan terjadi cacat
berulang kali. Hal ini dilakukan untuk memastikan tercapainya target
zero defect.
6. Office TPM: bagaimana membuat aktifitas kantor yang efisien dan
menghilangkan kerugian yang mungkin terjadi.
7. Safety, Hygene & Environment (SHE): adalah aktifitas untuk
menciptakan area kerja yang aman dan sehat, dimana sangat kecil
kemungkinan terjadi kecelakaan.
8. Tools Management, untuk meningkatkan ketersediaan equipment
dengan mengurangi tools resetting time (waktu pengaturan ulang alat-
alat) untuk mengurangi biaya pemeliharaan peralatan dan
memperpanjang usia pakai peralatan.
18
1. Seiri (Ringkas)
Memisahkan benda yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan,
kemudian menyingkirkan yang tidak diperlukan.
2. Seiton (Rapi)
Menyusun dengan rapi dan mengenali benda untuk mempermudah
penggunaaan, yang berarti mengatur barang-barang sehingga setiap orang
dapat menemukannya dengan cepat.
3. Seiso (Resik)
Menjaga kondisi mesin yang siap pakai dan keadaan bersih. Selalu
membersihakan, menjaga kerapihan dan kebersihan.
4. Seiketsu (Rawat)
Memperluas konsep kebersihan pada diri sendiri terus menerus
memperaktekan tiga langkah sebelumnya.
5. Shitsuke (Rajin)
Shitsuke adalah hal terpenting dari 5-S yaitu membina disiplin atau
kebiasaan karyawan.
19
2.4.6 Komponen TPM
Komponen dari TPM secara umum terdiri dari atas 3 bagian, yaitu :
1. Total Approach: semua orang ikut terlibat, bertanggung jawab dan
menjaga semua fasilitas yang ada dalam pelasksanaaan TPM.
2. Productive Action: sikap proaktif dari seluruh karyawan terhadap
kondisi dan operasi dari fasilitas produksi.
3. Maintenance: pelaksanaaan peawatan dan peningkatan efektivitas dari
fasilitas dan kesatuan operasi produksi.
OEE (%) = Availability (%) x Performance rate (%) x Quality rate (%)...... (2.1)
20
2.5.1 Tujuan Penerapan Overall Equipment Effectiveness (OEE)
Penggunaan OEE sebagai performance indikator, mengambil periode
basis waktu tertentu, seperti : shiftly, harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.
Pengukuran OEE lebih efektif digunakan pada fasilitas atau peralatan produksi.
1. OEE dapat digunakan sebagai “Benchmark” untuk tolok ukur rencana dan
performansi perusahaan.
2. OEE dapat mengidentifikasikan mesin mana yang mempunyai performansi
buruk, dan bahkan mengidentifikasikan dari sumber daya TPM.
3. Nilai OEE dapat digunakan sebagai bahan untuk keputusan pembelian
barang/ peralatan baru.
Tujuan TPM adalah mempertinggi efektifitas peralatan dan
memaksimumkan keluaran peralatan dengan berusaha mempertahankan dan
memelihara kondisi optimal dengan maksud untuk menghindari kerusakan mesin,
kerugian kecepatan, kerusakan barang dalam proses.
Maksimasi efektifitas peralatan dan minimasi biaya daur ulang hidup
peralatan dicapai dengan keterlibatan semua anggota organisasi dalam
mengurangi apa yang disebut dengan enam kerugian besar (six big losses) yang
menurunkan efektifitas peralatan/ mesin.
Untuk mencapai efektifitas peralatan keseluruhan (overall equipment
effectiveness), maka langkah pertama yaitu fokus untuk menghilangkan kerugian
utama (six big losses) yang dibagi dalam 3 kategori yang merupakan penghalang
terhadap efektifitas peralatan.
21
parameter keberhasilan kegiatan perawatan mesin. Standar untuk indeks untuk
kesediaan atau kesiapan. Ada dua parameter yang mempengaruhi nilai
availability. Dengan demikian formula yang digunakan untuk mengukur
availability ratio (Nakajima, 1988: 22).
Operating time
Availability= x 100 % ..........................................................(2.2)
Loading time
22
Processed amount x Theoretical cycle time
Performance= x 100 % .....................
Operationtime
(2.5)
Standard benchmark world class OEE tersebut akan selalu relatif karena
pada beberapa buku dan perusahaan menunjukkan standar skor yang berbeda,
23
standard world class ini selalu didorong lebih tinggi sejalan meningkatnya
persaingan dan harapan.
24
Disebabkan oleh kejadian – kejadian seperti pemberhentian mesin sejenak,
kemacetan mesin, dan idle time dari mesin.
Nonproductive Time
Idling∧Minor Stoppages= x 100 % .........................(2.9)
Loading Time
25
Gambar 2.7 Model OEE dan Six big Losses
Sumber : Buku Intoduction to TPM (S. Nakajima, 1988: 25)
26
Umumnya diagram sebab akibat menunjukkan 5 faktor yang disebut
sebagai penyebab dari suatu akibat (effect). Kelima faktor tersebut adalah man
(manusia, tenaga kerja), method (metode), material (bahan), machine (mesin), dan
environment (lingkungan). Diagram sebab akibat ini umumnya digunakan pada
tahap mengidentifikasi permasalahan dan menentukan penyebab dari munculnya
permasalahan tersebut. Untuk mencari penyebab dari permasalahan dapat
ditemukan dari 4M (man, method, material, machine) dan didapatkan dari teknik
brainstorming.
Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab
dan Akibat)/ Ishikawa adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi
penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian
memisahkan akar penyebabnya. Dengan adanya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/
Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa ini sebenarnya memberi banyak
sekali keuntungan bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang
menjadi perhatian penting perusahaan. Masalah – masalah klasik lainnya juga
terselesaikan, seperti :
a) Keterlambatan proses produksi
b) Tingkat defect (cacat) produk yang tinggi
c) Mesin produksi yang sering mengalami trouble
d) Output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan
product
e) Produktivitas yang tidak mencapai target
f) Komplain pelanggan yang terus berulang
Pada dasarnya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab
dan Akibat)/ Ishikawa dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut :
a) Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah
b) Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah
c) Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut
d) Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil yang
diinginkan
e) Membahas issue secara lengkap dan rapi
27
f) Menghasilkan pemikiran baru
Langkah-langkah dalam penyusunan diagram sebab akibat/ fishbone sebagai
berikut :
1. Membuat kerangka diagram sebab akibat/fishbone.
Diagram Fishbone meliputi kepala ikan yang diletakkan pada bagian
kanan diagram. Kepala ikan ini nantinya akan digunakan untuk menyatakan
masalah utama. Bagian kedua merupakan sirip, yang akan digunakan untuk
menuliskan kelompok penyebab permasalahan. Bagian ketiga merupakan duri
yang akan digunakan untuk menyatakan penyebab masalah. Bentuk kerangka
diagram sebab akibat dapat digambarkan sebagai berikut:
28
3. Mencari faktor-faktor utama yang berpengaruh pada permasalahan.
Langkah ini dapat dilakukan dengan teknik brainstorming. Penyebab
permasalahan dapat dikelompokkan dalam enam kelompok yaitu man (manusia,
dan tenaga kerja), method (metode), material (bahan), machine (mesin), dan
environment (lingkungan). Kelompok penyebab masalah ini ditempatkan di
diagram fishbone pada sirip ikan.
4. Menemukan penyebab untuk masing-masing kelompok
Penyebab ini ditempatkan pada duri ikan.
5. Langkah selanjutnya setelah masalah dan penyebab masalah
diketahui, maka dapat menggambarkannya dalam diagram fishbone.
29
2.9 5W+1H
Pendekatan kaizen biasanya digunakan untuk menyusun langkah-langkah
perbaikan, apabila sebab-sebabnya telah diketahui, kemudian memilih
langkahlangkah perbaikan dengan mengacu pada (what) apa yang harus dicapai,
(why) mengapa rencana perbaikan tersebut dilakukan, (where) dimana rencana
perbaikan tersebut dilaksanakan, (when) kapan rencana perbaikan tersebut
dilaksanakan, (who) siapa yang bertanggung jawab terhadap tindakan tersebut dan
(how) bagaimana melaksanakan rencana perbaikan tersebut.
5W+1H (Five Ws One H). 5W1H pada dasarnya adalah suatu metode yang
digunakan untuk melakukan investigasi dan penelitian terhadap masalah yang
terjadi dalam proses produksi. Konsep ataupun Metode 5W+1H ini tentunya tidak
hanya dapat digunakan dalam proses produksi.
30
2.10 Penelitian Terdahulu
31
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
Nama Judul
No Permasalahan Metode Hasil
Peneliti Penelitian
2 Dyah Ika Analisi Dalam upaya Overall Hasil penelitian
Rinawati Penerapan meningkatkan Equipment menunjukkan
dan Total efisiensi dari Effectiveness bahwa rata-rata
Nadia Productive mein/perarlatan dan Six Big nilai OEE pada
ynthia Maintenance produksi, dan Losses. mesin Cavitec
Dewi untuk mencari akar VD-02 sebesar
Peningkatan penyebab 28,50 %, nilai
Efisiensi maslah maka efektivitas ini
Produksi diperlukan suatu tergolong
dengan metode yang sangat rendah
Menggunakan dapat karena
Metode mengidentifikasi standar nilai
Overall penyebab- OEE untuk
Equipment penyebab dari perusahaan
Effectiveness masalah yang kelas dunia
dan Six Big ada, dengan idealnya adalah
Losses pada menggunkan 85%. Faktor
Mesin Cavitec metode Overall terbesar yang
di PT. Sentra Equipment mempengaruhi
Surabaya Effectiveness rendahnya nilai
dan Six Big OEE adalah
Losses. performance
rate dengan
faktor
presentase six
big losses pada
idling and
minor
stoppages loss
sebesar 41,08
% dari seluruh
time loss.
32
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
N Nama Judul Permasalaha
Metode Hasil
o Peneliti Penelitian n
3 Afif Implementasi Mengatasi OVERALL produktivitas
Fahim, TPM Sebagai permasalahan EQUIPMENT pada Mesin
Arif Penunjang downtime EFFECTIVENES Rotary KTH-8
Rachma Produktivitas pada mesin S sebesar
n dan Dengan rotary KTH-8 73,456%
Remba Pengukuran untuk sehingga
Yanuar OEE Pada meningkatkan masih di
Efranto Mesin Rotary efisiensi dan bawah
KHT-8 (Studi efektifitas dari standart JIPM
Kasus mesin tersebut sebesar 85%.
PT.Indonesia dan Faktor
n Tobacco) menyelesaikan terbesar yang
penyebab mempengaruh
permasalahan i rendahnya
dengan fish nilai OEE
bone diagram. adalah
performance
rate dengan
faktor
presentase six
big losses
pada speed
losess
71,205% dari
seluruh time
loss.Hal yang
dilakukan
untuk
mengantisipas
i rendahnya
nilai OEE
pada mesin
Rotary KTH-8
yang yaitu
dengan
diadakannya
autonomous
maintenance
33
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
N Nama Permasalaha
Judul Penelitian Metode Hasil
o Peneliti n
4 S.R IMPROVEMEN Injection Overall The Overall
Vijayakuma T OF OVERALL moulding is a Equipment Equipment
r and S. EQUIPMENT plastic- Effectivenes Effectiveness
Gajendran EFFECTIVENES forming s of the
S (OEE) IN process used Injection
INJECTION in the Moulding
MOULDING production of machine was
PROCESS most of the increased
INDUSTRY plastic parts from 61% to
(about 70%) 81% through
in automobile the
industries. implementatio
improvement n of
has taken availability,
place in the better
maintenance utilization of
management resources,
of the high quality
physical products and
assets and also raised
productive employee
systems to morale and
reduce the confidence.
wastage of
energy and
resources.
Because of
this, the
organization
should
introduce a
maintenance
system to
improve and
increase both
the quality
and
productivity
continuously.
34
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
Nama Judul
No Permasalahan Metode Hasil
Peneliti Penelitian
5 Herman A Total TPM is an Total The analysis has
Singh Productive approach to Productive revealed that
Rajput & Maintenance keep the current Maintenance there are 98%
Pratesh (TPM) plant and (TPM) good
Jayaswal Approach To equipment at its Overall components, 2%
Improve higher Equipment rework losses,
Overall productive level Efficiency where the nine
Equipment through most common
Efficiency cooperation of causes were
all areas of identified for the
organization. In machine
this paper the stoppages. The
selected OEE was 67%
machines were and the six big
carefully studied losses represent
in an industry. 35% loss of the
product time.
Based on the
findings, it was
recommended to
implement a
TPM to improve
the OEE of the
plant.
35
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
Nama
No Judul Penelitian Permasalahan Metode Hasil
Peneliti
6 Islam Implementation of The calculation Overall As a result,
H. Total Productive of the overall Equipment the Company
Afefy Maintenance and equipment Effectivenes achieved
Overall Equipment effectiveness in s about 93% in
Effectiveness Salt Company average
Evaluation (Emisal) in quality rate
Egypt is carried of overall
out. The big six equipment
losses in any effectiveness
industry equation and
(quality, about 87% in
availability and availability
speed) are also in October
presented. The 2012 where
data were in average
collected performance
through efficiency in
reviewing the October
technical 2012 it
documents achieved
available in about 87.5
Emisal %.
Company.
36
7 Yogi P. ANALISIS Dalam upaya Overall
W TOTAL meningkatkan Equipment
PRODUCTIVE efisiensi dari Effectivenes
MAINTENANCE mesin/perarlatan s
MENGGUNAKA produksi, dan
N METODE mencari nilai
OVERALL oee dan six big
EQUIPMENT losses pada
EFECTIVENESS mesin tersebut,
PADA dan
PULVERIZED meningkatkan
COAL nilai oee agar
INJECTION (PCI) masuk dalam
standard world
class
37
Stockhouse merupakan lokasi untuk menyimpan (buffer) bahan baku
blast furnace yang terdiri dari beberapa material, yaitu: Sinter Ore, Lump Ore,
Pellet Ore, Coke, Nut Coke, dan Flux.
2. Top Furnace System
Furnace Top System merupakan sistem yang berfungsi untuk menerima
material dari Charging System dan dimasukkan ke dalam Furnace
menggunakan Charging Device.
3. Blast Furnace Proper
Equipment Blast Furnace Proper terdiri dari: Blast Furnace Shell &
Framework, Cooling Equipment, Cooling Water System, Measuring
Equipment, dan Refactory.
38
Plant yang terdiri dari Gas Cleaning System yang berfungsi untuk
membersihkan Blast Furnace Gas (BFG) yang merupakan hasil samping dari
proses produksi Blast Furnace Plant.
3. Slag Treatment
Plant yang berfungsi untuk mengolah slag hot metal menjadi
granulated slag sebagai by-product dari blast furnace plant.
4. Pig Iron Casting Machine
Alat yang berfungsi untuk mengolah hot metal berlebih dari blast
furnace menjadi Pig Iron.
5. Blower Station
Untuk menempatkan blower yang berfungsi untuk meniupkan udara
(Cold Air) menuju ke sistem blast furnace Blower Station lalu ke HBS dan
kemudian ke Tuyere Furnace.
39
Gambar 2.10 Proses Produksi PCI (Pulverized Coal Injection)
1. Material Transportation
Fasilitas belt conveyor dengan kapasitas 50T/Hr yang berfungsi untuk
mentransfer material bahan baku batu bara (coal) ke hopper (raw coal
hopper) penyimpanan di PCI plant.
2. Volumetric Feeder
Fasilitas belt conveyor yang berfungsi untuk mentransfer material coal dari
hopper (raw coal hopper) ke mesin PCI Mill untuk proses pengrindingan.
3. Seal Air Fan
40
Blower fan yang berfungsi sebagai penghasil udara dengan flowrate dan
pressure tertentu, yang digunakan sebagai proses sealing pada bearing-
bearing yang ada pada mesin PCI Mill dan volumetric feeder.
4. Waste Gas Fan
Fasilitas Fan yang berfungsi untuk mentransfer waste gas (gas hasil
buangan pada proses Hot Stove Plant) ke dalam mesin PCI Mill yang
berguna untuk menghembuskan PC (hasil proses grinding material coal)
ke arah bag filter dan pula sebagai proses drying material PC (temperatur
gas ±250 ºC).
5. Hydraulic System
Fasilitas hyd. yang berfungsi sebagai pengerak tie rod cylinder pada mesin
PCI Mill.
6. Compressor
Fasilitas yang berfungsi untuk membuat udara bertekanan untuk proses
transfer PC (pulverized coal) melalui pipa injection ke tuyere area.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
41
2. Melakukan survei atau pengamatan pada objek yang diteliti untuk
mendapatkan variabel dan indikator yang akan dibahas dari suatu masalah.
3. Mengumpulkan beberapa variabel dan indikator yang didapat untuk dapat
dirumuskan menjadi rumusan masalah dalam penelitian dalam suatu
kalimat yang dapat mewakili dan mendeskripsikan penelitian yang akan
diteliti.
42
Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara peninjauan secara
langsung keperusahaan yang menjadi objek penelitian, dimana teknik
pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini dengan cara
penelitian lapangan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan
dengan mempelajari buku-buku dan berbagai pendukung lainnya yang
berhubungan dengan topik yang dibahas atau data yang diperoleh dari
instansi atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian. Dalam
penelitian ini yang termasuk data sekunder adalah:
a) Sejarah Perusahaan.
b) Struktur Organisasi Perusahaan.
43
Analisa data merupakan bagian terpenting dalam penelitian ilmiah, karena dengan
menganalisis, maka data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna.
Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis TPM dengan
menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan menganalisa
six big losses atau 6 kerugian besar yang ada pada mesin dan fasilitas PCI Mill.
Adapun tahapan yang lebih rinci mengenai analisis data dalam penelitian
ini, yaitu sebagai berikut:
1. Mencatat data menjadi bentuk teks dan angka pada sebuah tabel.
2. Mengelompokan data dalam kategori-kategori tertentu sesuai dengan
pokok permasalahan yang ingin dijawab.
3. Mengidentifikasi dan mengolah data tersebut dengan cara, data yang telah
dikumpulkan diolah untuk mendapatkan presentase tingkat OEE, adapun
cara pengolahannya denga cara menghitung Availability, Performance
Efficiency, Rate of Quality Product, sehingga didapat nilai Overall
Equipment Effectivenes (OEE), dan menghitung Losses pada OEE.
4. Melakukan analisa terhadap faktor penyebab rendahnya atau tingginya
nilai OEE atau pun six big losses pada akhir perhitungan.
3.6 Flow Chart Penelitian Khusus
Penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urutan-urutan
prosedur dari suatu program.
44
3.6.1 Flow Chart Penelitian
Mulai
Tinjauan Pustaka
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Menghitung Nilai Availability
Menghitung Nilai Performance
Diagram Pareto
Diagram Sebab Akibat
Selesai
46
f. Analisa Pemecahan Masalah
Melakukan analisa terhadap nilai OEE dan nilai dari tiap faktor six big
losses yang ada, dan mengevaluasi atau memberikan saran terhadap nilai
tersebut.
g. Kesimpulan dan Saran
Membuat kesimpulan dari data penelitian yang dilakukan, dan saran agar
dapat dipertimbangkan dalam penelitian selanjutnya dapat lebih baik.
h. Selesai
Selesai penelitian terhadap analisa Total Productive Maintenance (TPM)
dengan mengunakan metode Overall Equipment Effectiveness pada proses
produksi PCI Mill.
DAFTAR PUSTAKA
Alvira, D., Helianty, V., dan Prassetiyo, H., (2015), Usulan Peningkatan Overall
Equipment Effectiveness Pada Mesin Tapping Manual Dengan
Meminimumkan Six Big Losses, Jurnal Teknik Industri, Institut Teknologi
Nasional, Bandung.
47
Fahmi, A., Rahman, A., dan Efrano, R.Y., (2013), Implementasi TPM Sebagai
Penunjang Produktivitas dengan Pengukuran OEE, Jurnal Teknik Industri,
Universitas Brawijaya, Malang.
Iswardi., dan Sayuti, M., (2016), Analisis Produktivitas Perawatan Mesin Dengan
Metode TPM (Total Productive Maintenance) Pada Mesin Mixing Section,
Jurnal Teknik Industri, Universitas Malikussaleh.
Murnawan, H., dan Mustofa., (2014), Perencanaan Produktivitas Kerja Dari Hasil
Evaluasi Produktivitas Dengan Metode Fishbone Diagram, Jurnal Teknik
Industri, Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya.
Rajput, H.S., dan Jayaswal, P., (2012), A Total Productive Maintenance (TPM)
Approach To Improve Overall Equipment Efficiency, Internasional
Journal of Modern Engineering Research (IJMER), R.G.P.V. University,
India.
48
Rinawati, D.I., dan Dewi, N.C., (2014), Analisa Penerapan Total Productive
Maintenance (TPM) Menggunakan OEE dan Six Big Losses, Jurnal
Teknik Industri, Universitas Diponegoro, Semarang.
49