UTAMA KURIKULUM
MERDEKA
A. Rasionalita Prinsip-Prinsip Utama Yang Dijadikan Dasar Dalam Penerapan Kurikulum Merdeka,
Karakteristik Dalam Pembelajaran, Kriteria Sekolah/Madrasah Yang Boleh Menerapkan Kurikulum Merdeka,
Sebagaimana dikemukakan oleh Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP)
Kemendikbud-Ristek, Anindito Aditomo bahwa kurikulum prototipe yang kemudian berubah nama menjadi
Kurikulum Merdeka adalah bentuk langkah keseriusan pemerintah dalam mewujudkan beberapa prinsip
mendasar yang menjadi benang merah desain kurikulum nasional sejak dua puluh tahun silam. Paling tidak
Prinsip dasar ini merupakan penegasan dan kelanjutan dari prinsip yang ada pada kurikulum
sebelumnya (terutama sejak Kurikulum 2004- Kurikulum 2006, dan Kurikulum 2013 sudah berbasis
kompetensi). Artinya, Kurikulum Merdeka didesain dan dikembangkan berdasarkan penguatan kompetensi
yang ingin ditumbuhkembangkan dan dicapai siswa. Yang penting bukan keluasan materi atau seberapa
banyak materi yang diajarkan oleh guru, melainkan pada materi esensial, relevan, bermakna, dan pada apa
yang bisa dilakukan siswa dengan materi tersebut. Dengan demikian dalam Kurikulum Merdeka
menguatkan pada adanya pemahaman dan penguasaan atas materi yang dilanjutkan dengan kemampuan
menerapkan, mengevaluasi, mengkreasi dan bahkan merumuskan pengetahuan itu sendiri sebagai karya
dan kreativitas siswa. Dalam Kurikulum Merdeka, prinsip ini diterjemahkan secara lebih serius dengan
berfokus pada materi yang esensial dan relevan. Harapannya dalam Kurikulum Merdeka guru tidak
terbebani hanya "kejar tayang" menyelesaikan materi, tapi punya waktu memandu belajar peserta didik
secara merdeka dengan menerapkan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang interaktif,
kolaboratif, inspiratif, kreatif, inovatif dan bermakna sehingga terbangun kompetensi unggul pada peserta
didik.
secara utuh (holistik) dan terpadu bukan hanya kemampuan akademik intelektualnya saja, tetapi juga
kecakapan dan karakternya. Sebagaimana dikemukakan oleh tokoh pendidikan nasional Ki Hajar
Dewantara bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk menumbuhkembangkan budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh-raga anak. Artinya pendidikan merupakan upaya memberi
tuntunan atas perkembangan potensi akal, rasa, dan raga (kekuatan kodrati anak) secara optimal dan padu
agar mereka baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
c. Kurikulum Merdeka Memberi Ruang bagi Kontekstualisasi Belajar (contextual teaching learning) di Satuan
Pendidikan.
Prinsip kontekstualisasi dalam kurikulum artinya adanya penyesuaian kurikulum dengan visi-misi
sekolah/madrasah dan juga kebutuhan belajar para siswanya. Ini hanya bisa terjadi jika struktur dan materi
wajib dalam kurikulum memberi ruang untuk adanya kreasi dan inovasi secara merdeka kepada guru dalam
mengajar yang didasarkan pada rasionalitas dan akuntabilitas serta relevansi materi dengan kehidupan saat
respon masa depan, yaitu: a. berfokus pada pengembangan soft skill dan perilaku (menghormati etika,
kolaborasi, keragaman, kebebasan, berpikir kritis, kreativitas) akan menerima komponen khusus pembelajaran
berbasis proyek; b. berfokus pada materi esensial yang diperlukan agar siswa memiliki waktu yang cukup untuk
mempelajari keterampilan dasar seperti membaca, menulis dan literasi dasar abad 21; c. adanya fleksibilitas
bagi guru untuk melakukan pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan kemampuan siswa (mengajar pada
Kurikulum Merdeka juga menjadi model bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran
mensosialisasikan siswa. Dalam kurikulum merdeka, itu tidak hanya diajarkan pada keterampilan yang
berkaitan dengan bidang yang telah ditekuni murid, tetapi juga lintas minat murid di sekolah/madrasah.
Dalam pembelajaran guru diminta untuk menyediakan sejumlah tugas atau proyek kepada siswa yang bisa
b. fokus pada materi esensial untuk mendalami kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi,
Dengan pembelajaran berfokus pada materi penting atau esensial, maka ada waktu yang cukup dan
leluasa untuk terwujudnya pembelajaran mendalam (deep learning) dalam rangka penguatan kompetensi
dan literasi dasar sehingga siswa tidak tertinggal terkait dengan kemampuan dan literasi dasar. Selain itu,
dalam Kurikulum Merdeka tidak adanya jurusan dalam ilmu sosial (IPS), Alam (IPA), dan bahasa di tingkat
pendidikan menengah, tetapi siswa diberi kesempatan untuk menentukan berdasarkan pilihan, minat dan
bakat yang relevan. Siswa juga bebas memilih mata pelajaran sesuai dengan yang ada dalam pikiran dan
potensi mereka.
Fleksibilitas bagi guru, dimaksudkan untuk adanya pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
dan karakteristik siswa dan melakukan penyesuaian pada konteks dan konten lokal. Selain itu, rancangan
kurikulum untuk sekolah/madrasah juga dapat diatur dengan cara yang lebih fleksibel. Dalam Kurikulum
Merdeka, tujuan pembelajaran ditetapkan per fase, yaitu dua hingga tiga tahun untuk memberikan
Humaidi, S.Pd.I