Anda di halaman 1dari 18

lOMoARcPSD|19231491

Makalah Kelompok 9 Hadits Shahih, Hasan, dan Dhaif

manajemen pendidikan islam (Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)
lOMoARcPSD|19231491

MAKALAH STUDY OF AL-QUR’AN AND AL-HADITS

HADITS SHAHIH, HADITS HASAN, DAN HADITS DHAIF

Disusun Oleh:

Alvin Khoiru Rohmatin 126203211007

Angelina Saharani Fahrudin 126203211008

Anggi Nurdian Sukma 126203211009

Atsna Nuril Khofifah 126203211013

Dosen Pengampu:

Dalhari, M.H.I.

JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG

2022

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul <Hadits Shahih, Hadits Hasan, dan Hadits Dhaif= ini dengan baik. Adapun dalam
penyusunan makalah berikut kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan
3. Ibu Dr. Erna Iftanti, S.S., M.Pd., selaku Kaprodi Tadris Bahasa Inggris
4. Bapak Dalhari, M.H.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Study of Al-Qur9an and
Al-Hadits
5. Teman-teman kelompok 9 atas kerjasamanya dalam menyelesaikan makalah ini

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih.

Tulungagung, 6 Mei 2022

Kelompok 9

ii

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

C. Tujuan Pembahasan............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Hadits Shahih ...................................................................................................... 3

1. Pengertian ...................................................................................................... 3

2. Syarat-Syarat .................................................................................................. 4

3. Pembagian ...................................................................................................... 5

B. Hadits Hasan ....................................................................................................... 6

1. Pengertian ...................................................................................................... 6

2. Syarat-Syarat .................................................................................................. 7

3. Pembagian ...................................................................................................... 8

C. Hadits Dhaif ........................................................................................................ 9

1. Pengertian ...................................................................................................... 9

2. Pembagian ...................................................................................................... 9

3. Tingkatan ..................................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 12

A. Kesimpulan........................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14

iii

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadits merupakan sumber ajaran agama Islam, pedoman hidup kaum muslimin yang
kedua setelah Al-quran, Bagi mereka yang telah beriman kepada Al-quran sebagai sumber
hukum, maka secara otomatis harus percaya bahwa hadits sebagai sumber hukum islam
juga. Apabila hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslimin akan
menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hal cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji
dan lain sebagainya. Sebab ayat-ayat Al-quran dalam hal itu hanya berbicara secara global
dan umum, yang menjelaskan secara terperinci justru Sunnah Rasulullah, selain itu juga
akan mendapat kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang musytarak, dan
muhtamal, dan sebagainya yang mau tidak mau memerlukan hadits atau sunnah untuk
menafsirkannya atau menjelaskanya.1

Al-Qur9an sebagai kalâm Allah (firman Allah) mencakup segala aspek persoalan
kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan pencipta-Nya, sesama manusia dan alam
semesta yang merupakan persoalan mendasar dalam setiap kehidupan manusia. Al-Qur9an
sebagai kitab suci umat Islam sangat kaya dengan pesan-pesan yang mengandung nilai-nilai
pendidikan. Sedangkan Hadits bermakna seluruh sikap, perkataan dan perbuatan Rasulullah
SAW dalam menerapkan ajaran Islam serta mengembangkan kehidupan umat manusia yang
benar-benar membawa kepada kerahmatan bagi semua alam, termasuk manusia dalam
mengaktualisasikan diri dan kehidupannya secara utuh dan bertanggung jawab bagi
keselamatan dalam kehidupannya. Kedudukan al-Sunnah dalam kehidupan dan pemikiran
Islam sangat penting, karena di samping memperkuat dan memperjelas berbagai persoalan
dalam Al-Qur9an , juga banyak memberikan dasar pemikiran yang lebih kongkret mengenai
penerapan berbagai aktivitas yang mesti dikembangkan dalam kerangka hidup dan
kehidupan umat manusia.

Untuk Al-Qur9an semua periwayatan ayat-ayatnya mempunyai kedudukan sebagai


suatu yang mutlak kebenaran beritanya sedangkan hadits Nabi belum dapat
dipertanggungjawabkan periwayatannya berasal dari Nabi atau tidak. Namun demikian
hadits memiliki peranan dalam menjelaskan setiap ayat-ayat Alqur9an yang turun baik yang

1
H. A. Sadali Dkk, Dasar-dasar Agama Islam, Universitas terbuka, Jakarta, Tahun 1999, Hal 315
1

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

bersifat Muhkamat maupun Mutasabihat. Sehingga hadits ini sangat perlu untuk dijadikan
sebagai sandaran umat Islam dalam menguasai inti-inti ajaran Islam.

Dalam kondisi faktualnya terdapat hadits-hadits yang dalam periwatannya yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu untuk diterimanya sebagai sebuah hadits atau yang dikenal
dengan hadits maqbul (diterima); Shahih dan hasan. Namun disisi lain terdapat hadits-hadits
yang dalam periwayatannya tidak memenuhi kriteria-kriteria tertentu atau lebih dikenal
dengan istilah hadits mardud (ditolak); dhaif atau bahkan ada yang palsu (maudhu9), hal ini
dihasilkan setelah adanya upaya penelitian kritik Sanad maupun Matan oleh para ulama
untuk yang memiliki komitmen tinggi terhadap sunnah. Hal ini terjadi disebabkan
keragaman orang yang menerima maupun meriwayatkan hadits Rasulullah. Berbagai
macam hadits yang menimbulkan kontraversi dari berbagai kalangan. berbagai analisis atas
kesahihan sebuah hadits baik dari segi putusnya Sanad dan tumpah tindihnya makna dari
Matan pun bermunculan untuk menentukan kualitas sebuah hadits.

Dari uraian diatas maka perlu mengetahui dan menindaklanjuti metode-metode yang
digunakan oleh para ulama hadits dalam menentukan kualitas sebuah hadits, sehingga kita
dapat membedakan mana hadits sahih, hasan, dan dhaif serta dapat mengetahui
permasalahan-permasalahannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dhaif?
2. Bagaimana pembagian dari hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dhaif?
3. Apa saja syarat-syarat dari hadits shahih dan hadits hasan?
4. Apa saja tingkatan dari hadits dhaif?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk memahami pengertian dari hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dhaif.
2. Untuk mengetahui pembagian dari hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dhaif.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat dari hadits shahih dan hadits hasan.
4. Untuk mengetahui tingkatan dari hadits dhaif.

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadits Shahih

1. Pengertian

Hadits shahih adalah hadits yang dapat digunakan untuk berhujjah. Secara bahasa
shahih (/N/7) bermakna <sehat=, ia lawan kata dari (GNF7) yang bermakna <sakit=. Adapun
pengertian hadits shahih secara istilah adalah suatu hadits yang sanadnya bersambung,
diriwayatkan oleh perawi yang adil, dan dhabith dari awal sampai akhir sanad, tidak
terdapat syadz dan illat padanya. Berikut ini versi arabnya:

‫ة‬O َ乑F?R P‫ل‬HP 0O Hْ Q66 P R‫ إ‬GR FR ْ/GR Fْ ?


P Fْ GR QG'GP P.Fْ GQ ‫ى‬F
Q ‫ْر‬R N‫غ‬ P F' HR /ْ P?F' FR Fْ PFR. QGQ/PF7
P ‫ط‬R R.'6 P َ乑 .R' 'GP
P FP 7

"Apa yang sanadnya bersambung dengan periwayatan yang adil, dhobit (memiliki
hafalan yang kuat) dari awal sampai akhir sanad dengan tanpa syadz dan tidak pula
cacat."
Imam Al-Suyuti mendifinisikan hadits shahih dengan <hadits yang bersambung
sanadnya, diriwayatkan oleh perowi yang adil dan dhobit, tidak syadz dan tidak ber9ilat=.
Definisi hadits shahih secara konkrit baru muncul setelah Imam Syafi9i memberikan
penjelasan tentang riwayat yang dapat dijadikan hujah, yaitu:
a) Apabila diriwayatkan oleh para perowi yang dapat dipercaya pengamalan
agamanya, dikenal sebagai orang yang jujur mermahami hadits yang diriwayatkan
dengan baik, mengetahui perubahan arti hadits bila terjadi perubahan lafadnya;
mampu meriwayatkan hadits secara lafad, terpelihara hafalannya bila
meriwayatkan hadits secara lafad, bunyi hadits yang Dia riwayatkan sama dengan
hadits yang diriwayatkan orang lain dan terlepas dari tadlis (penyembuyian cacat).
b) Rangkaian riwayatnya bersambung sampai kepada Nabi SAW. atau dapat juga
tidak sampai kepada Nabi.
Adapun menurut Syeikh Utsaimin, hadits shahih adalah suatu hadits yang diriwayatkan
rawi yang adil sempurna dan dhabith, dengan sanad yang bersambung, dan selamat dari
syadz dan illat yang merusak

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

2. Syarat-Syarat

a. Sanad Bersambung
Setiap perawi dalam sanad hadits menerima riwayat hadits dari perawi terdekat
sebelumnya. Keadaan itu berlangsung demikian sampai akhir sanad dari suatu hadits.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa rangkaian para perawi hadits shahih sejak
perawi terakhir sampai kepada perawi pertama (para sahabat) yang menerima hadits
langsung dari Nabi, bersambung dalam periwayatannya. Sanad suatu hadits dianggap
tidak bersambung bila terputus salah seorang atau lebih dari rangkaian para perawinya.
Bisa jadi rawi yang dianggap putus itu adalah seorang rawi yang dha9if, sehingga hadits
yang bersangkutan tidak shahih.
b. Perawinya Adil
Seseorang dikatakan adil apabila ada padanya sifat-sifat yang dapat mendorong
terpeliharanya ketaqwaan, yaitu senantiasa melaksanakan perintah dan meninggalkan
larangan, dan terjaganya sifat Muru9ah, yaitu senantiasa berakhlak baik dalam segala
tingkah laku dan hal-hal lain yang dapt merusak harga dirinya.
c. Perawinya Dhabith
Seorang perawi dikatakan dhabit apabila perawi tersebut mempunyai daya ingat yang
sempurna terhadap hadits yang diriwayatkannya. Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, perawi
yang dhabit adalah mereka yang kuat hafalannya terhadap apa yang pernah didengarnya,
kemudian mampu menyampaikan hafalan tersebut kapan saja manakala diperlukan. Ini
artinya, bahwa orang yang disebut dhabit harus mendengar secara utuh apa yang diterima
atau didengarnya, kemudian mampu menyampaikannya kepada orang lain atau
meriwayatkannya sebagaimana aslinya.
d. Tidak Syadz
Syadz (janggal/rancu) atau syudzuz adalah hadits yang bertentangan dengan hadits lain
yang lebih kuat atau lebih tsiqqah perawinya. Maksudnya, suatu kondisi di mana seorang
perawi berbeda dengan rawi lain yang lebih kuat posisinya. Kondisi ini dianggap syadz
karena bila ia berbeda dengan rawi lain yang lebih kuat posisinya, baik dari segi kekuatan
daya hafalannya atau jumlah mereka lebih banyak, maka para rawi yang lain itu harus
diunggulkan, dan ia sendiri disebut syadz. Maka timbullah penilaian negatif terhadap
periwayatan hadits yang bersangkutan.
e. Tidak Ber9illat

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

Hadits ber9illat adalah hadits-hadits yang cacat atau terdapat penyakit karena
tersembunyi atau samar-samar, yang dapat merusak keshahihan hadits. Dikatakan samar-
samar, karena jika dilihat dari segi zahirnya, hadits tersebut terlihat shahih. Adanya
kesamaran pada hadits tersebut, mengakibatkan nilai kualitasnya menjadi tidak shahih.
Dengan demikian, yang dimaksud hadits tidak ber9illat, ialah hadits yang di dalamnya
tidak terdapat kesamaran atau keragu-raguan. 8Illat hadits dapat terjadi baik pada sanad
maupun pada matan atau pada keduanya secara bersama-sama. Namun demikian, 8illat
yang paling banyak terjadi adalah pada sanad.

3. Pembagian

a. Hadits Shahih li-Dzatihi

Hadits Shahih li-Dzatihi adalah suatu hadits yang sanadnya bersambung dari permulaan
sampai akhir, diceritakan oleh orang-orang yang adil, dhabith yang sempurna, serta tidak
ada syadz dan 8Illat yang tercela
Contoh: G7‫ف‬FF ./N ‫ا‬G GN‫خ‬g ./N ./ G‫دك‬/' ‫ن‬G&N g
b. Hadits Shahih li-Ghairihi
Yaitu hadits yang tidak memenuhi lima kriteria hadits shahih secara sempurna. 2
Merupakan bentuk dari ketidaksempurnaan misalnya suatu hadist diriwayatkan oleh
perawi yang adil namun dlabitnya tidak sempurna sehingga digolongkan dalam hadits
hasan. Namun karena didukung oleh hadits lain yang semakna, dengan jalur sanad
lain yang kualitasnya sama atau lebih baik maka naik menjadi hadist shahih.3
'F7/ G/N// F‫و‬GN ‫ى‬./ F/7F'. '7‫و‬G6G GF‫و‬G ?G ‫ط‬. '6F' ‫' فظ‬/F' ‫ة‬.7/ F?'‫'خر‬.G G.'H7 F'G'G ‫و‬G
GN‫? ف‬F'‫و‬F'7‫و‬7FF' GF'0 ‫ر‬..N 'G /.7'H' GFN‫طر‬F H'7G ‫ 'خر‬FN‫ر‬7 FG GN‫ ف‬/.H G/
<Yaitu hadits shahih karena adanya syahid atau mutabi9. Hadits ini semula merupakan
hadits hasan, karena adanya mutabi9 dan syahid, maka kedudukannya berubah menjadi
shahih li-Ghairihi.=
Contoh : F‫ أش‬H‫ أ‬g‫و‬F :F‫ا‬F ౫残 F‫و‬77 H‫ أ‬GF‫ ع‬౫残 ‫ضى‬7 /7N7G N.‫ عن أ‬/GF7 N.‫ عن أ‬H7G‫ن ع‬. ‫د‬G/G G'H7 ‫ا‬G
/g‫ ص‬F‫د ك‬F‫و'ك ع‬7F‫ا‬. GG.7G‫ل‬䐣 N.G‫ى أ‬F‫ع‬
(Hadist di atas jalur sanadnya melalui Muhammad bin Amr dari Abi Salamah dari Abu
Hurairah dari Rasulullah SAW. Meskipun Muhammad bin Amr diragukan hafalannya,

2
Ahmad Muhammad. H., "Ulumul Hadis", ( Bandung: Pustaka Setia. 1998 ), hal. 33
3
Umar Hasyim, Qawaid Ushul al-Hadist, ( Beirut: Dar al-Fikr, tt ), hal. 41
5

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

kekuatan ingatan dan kecerdasannya, namun karena diriwayatkan pula oleh Abi Salamah
dari gurunya lagi maka termasuk kategori hadist shahih lighoirihi. Hadist ini juga
diriwayatkan dari Abu Hurairah oleh banyak orang, seperti al-A9raj bin Humuz dan Sa9id
al-Maqbari).

Kitab-kitab hadits yang menghimpun hadits shahih secara berurutan sebagai berikut:
1. Shahih Al-Bukhari (w.250 H).
2. Shahih Muslim (w. 261 H).
3. Shahih Ibnu Khuzaimah (w. 311 H).
4. Shahih Ibnu Hiban (w. 354 H).
5. Mustadrok Al-hakim (w. 405).
6. Shahih Ibn As-Sakan
7. Shahih Al-Abani

B. Hadits Hasan

1. Pengertian

Secara bahasa <Hasan= berasal dari kata <Al-Husna= yang memiliki arti baik atau
bagus. Kemudian, pengertian Hadits Hasan menurut istilah Ilmu Hadits terbagi dalam
beberapa definisi, diantaranya yaitu:

a. Menurut Tirmidzi
OH7NH ،'0'‫ ش‬/N//F' HNGN gH ، (6GF'. GG.N FG G/'F7‫ إ‬NG HNGN g OH7N /N// FG
GF0 N/F G.H 7N‫ غ‬FG
<Setiap Hadits yang diriwayatkan serta tidak terdapat pada sanadnya perawi
yang pendusta, dan hadits tersebut tidak syadz, dan juga diriwayatkan melalui
jalan yang lain.=

b. Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani


‫ة‬F? gH 0H6‫ ش‬7N‫ غ‬FG G'G.FG OF‫ إ‬GF/G F? G..6 G‫ خ‬P6F' H/?F' FFF. G/F7 F7.' 'G NG

<Yaitu Hadits yang bersambung sanad-nya dengan periwayatan perawi yang


adil, ringan (kurang) kedhabitannya, dari perawi yang sama dengannya sampai
ke akhir sanad, tidak syadz (keganjilan) dan tidak ber9illat.=

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa hadits hasan adalah sama dengan hadits
shahih. Namun pada hadits hasan terdapat perawi yang tingkat kedhabithannya kurang
(lebih rendah) daripada yang dimiliki perawi Hadits Shahih. Jika terjadi pertentangan
antara hadis shahih dan hadis hasan, maka mendahulukan hadis shahih, karena tingkat
kualitas hadis dibawah hadis shahih. Hanya saja, jika terjadi pertentangan antara hadis
shahih dengan hadis hasan maka harus mendahulukan hadis shahih, karena tingkat
kualitas hadis hasan berada dibawah hadis shahih. Hal ini merupakan konsekuensi logis
dari dimensi kesempurnaan kedhabitan rawi-rawi hadis hasan, yang tidak seoptimal
kesempurnaan kedhabitan rawi-rawi hadis shahih.4

2. Syarat-Syarat

Sebuah Hadits dapat disebut sebagai Hadits hasan apabila telah memenuhi beberapa
syarat, diantaranya yaitu:
a. Sanad Hadits tersebut harus bersambung.
Yang dimaksudkan dengan sanad bersambung ialah sanad yang selamat dari
keguguran. Dengan kata lain, tiap-tiap periwayat dapat saling bertemu dan
menerima secara langsung dari guru yang memberi. Keadaan bersambung sanad
ini berlaku dari awal sanad, thabaqat pertama (yakni sahabat) hingga kepada
periwayat terakhir yang menuliskan hadis tersebut ke dalam kitabnya dengan
menyebutkan nama-nama periwayat sebelumnya dari thabaqat ke thabaqat tanpa
tertinggal walaupun seorang periwayat (tidak terputus). Jadi, mulai dari periwayat
pertama hadis pada tingkatan sahabat sampai kepada periwayat terakhir atau
mukharrij, terdapat ketersambungan dalam periwayatan.
b. Perawinya (orang yang meriwayatkan Hadits) adalah adil.
Mengenai masalah keadilan seorang periwayat, maka menurut Syuhudi Ismail
dapat diakumulasi dalam empat kriteria, yaitu: a) beragama Islam, b) mukallaf,
c) melaksanakan ketentuan agama, d) memelihara muru9ah
c. Perawi Hadits harus memiliki sifat dhabith, tetapi kualitasnya lebih rendah atau
kurang dari yang dimiliki perawi Hadits Shahih.
d. Hadits yang diriwayatkan tidak syadz (keganjilan), maknanya Hadits tersebut
tidak menyalahi riwayat perawi yang lebih tsiqat dari padanya.
e. Hadits yang diriwayatkan selamat dari 8illat (cacat) yang merusak

4
Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis, (Yogyakarta: Pustakapelajar) 2009 hlm 60
7

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

8Illat hadits, sebagaimana juga syadz hadits, dapat terjadi pada matan, sanad, atau
pada matan dan sanad sekaligus. Akan tetapi yang terbanyak, 8illat hadis terjadi
pada sanad. Jadi, disamping terhindar dari syadz, maka hadits hasan juga terhindar
dari 8illat.

3. Pembagian

Hadits hasan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Hadits Hasan Li-dzatihi


Hadits Hasan Li-dzatihi adalah Hadits yang telah memenuhi persyaratan
sebagaimana disebutkan diatas, serta tidak memerlukan bantuan untuk
mengangkat derajatnya seperti halnya Hadits Hasan Li-ghairihi. Dapat dikatakan
Hadits Hasan Li-dzatihi apabila memiliki sanad yang bersambung dengan
periwayatan yang adil, dhabith meski tidak sempurna, dari awal hingga akhir
sanad tidak terdapat syadz ataupun 8illat.
Contoh Hadits Hasan Li-dzatihi:

N.' F. 7G. N.' F? NFN.F' H'7G? N.' F? N?.6F' H'GNF7 F. 7G?. 'F/// ‫ة‬.N.F 'F///
('N.' H‫ إ‬GF7H GNF? ౫残 OF7 ౫残 HN77 FF HNFN H/?F' /76/. N.' .?G7 FF P7?‫ش‬g' O7NG
GNN7F' Hg‫ ظ‬./. ‫ة‬F.F'
<...dari Abu Bakar bin Abu Musa al-Asy9ari (berkata), aku mendengar
ayahku saat berada didepan musuh berkata, Rasulullah SAW bersabda:
8Sesungguhnya pintu-pintu surga berada dibawah bayang-bayang pedang9.=
(Hadits Riwayat Tirmidzi)

2. Hadits Hasan Li-ghairihi


Hadits Hasan Li-ghairihi yaitu <Hadits Dhaif yang apabila jalan (datang)nya lebih
dari satu, serta sebab kedhaifannya bukan karena perawinya fasik atau pendusta.=
Beberapa periwayatan hadits dhaif ini kemudian dikuatkan satu sama lain, hingga
naik derajatnya menjadi Hadits Hasan. Kemudian jika beberapa riwayat hadits itu
masuk kategori dhaif yang berat (seperti hadits matruk, maudhu, munkar) maka
hadits tersebut tidak dapat naik derajatnya menjadi Hadits hasan Li-ghairihi.
Contoh Hadits Hasan Li-ghairihi:
ّ
FG .N67' : GF7H GNF? ౫残 OF7 ౫残 HN77 H'FG . FNF?F O F? ..H‫ز‬. /7'‫ز‬G NF. FG /'7G' H'
. 8'.'G ، G?F .F'F ‫ ؟‬FNF?F. GFH G7GF

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

Hadits diriwayatkan oleh At-tirmidzi dan dinyatakan Hasan, dari jalan Syu9bah
dari 8Ashim bin 8Ubaid Allah dari 8Abd Allah ibn 8Amir ibn Rabi9ah dari ayahnya,
bahwa seorang perempuan dari Bani Fazarah menikah dengan sepasang sandal,
maka Rasulullah bertanya <Apakah engkau merelakan dirimu sedangkan engkau
hanya mendapatkan mahar sepasang sandal= maka perempuan tersebut menjawab
<Rela= maka Rasulullah pun memperbolehkannya. Pada Hadits tersebut
terdapat perawi yang bernama 8Ashim, yang dinilai dhaif karena hafalannya yang
buruk oleh para Ulama hadits. namun At-Tirmidzi mengatakan Hasan,
dikarenakan datangnya hadits tersebut melalui jalan lain.

C. Hadits Dhaif

1. Pengertian

Hadits lemah atau Hadits Dha'if (bahasa Arab: GN?6 /N//) adalah hadits yang tidak
memenuhi persyaratan hadits shahih dan hasan. Hadits dhaif tidak sama dengan hadits
maudhu9, atau palsu. Hadits dhaif memang dinisbahkan kepada Rasulullah, tetapi perawi
haditsnya tidak kuat hafalan ataupun kredibilitasnya, atau ada silsilah sanad yang
terputus. Sementara hadits maudhu9 ialah informasi yang mengatasnamakan Rasulullah
SAW, tetapi sebenarnya bukan perkataan Rasulullah SAW.

Muhadditsin membagi hadits ke dalam tiga kategori: shahih, hasan, dan dhaif.
Kategorini dibagi berdasarkan kualitas hadits dengan ukuran kualitas perawi dan
ketersambungan sanadnya. Kualitas hadits yang paling tinggi adalah shahih, kemudian
hasan, dan terakhir dhaif. Ulama sepakat bahwa mengamalkan hadits dhaif dibolehkan,
selama tidak berkaitan dengan hukum halal dan haram, akidah, dan hanya sebatas fadha9il
amal. Dengan demikian, menyampaikan hadits dhaif, seperti mengutip hadits dhaif dalam
buku atau menyampaikannya dalam pengajian dan majelis taklim dibolehkan.

2. Pembagian

Secara umum hadis dhaif terbagi dua; pertama dhaif pada sanad (fi al-Sana), kedua
dhaif pada matan (fi al-Matan). Hadis dhaif pada sanad terbagi pada dua bagian; pertama
cacat rawinya, baik keadilannya maupun hafalannya. Kedua ketidak bersambungan sanad
adanya seorang rawi atau lebih yang digugurkan, boleh juga tidak bertemu satu dengan
yang lain.
1. Dhaif berdasarkan cacat rawi

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

Hadis dhaif berdasarkan rawi tidak sedikit jumlahnya di antaranya: Hadis maudhu,
hadis matruk, hadis mungkar, hadis ma9ruf, hadis mu9alal, hadis mudraj, hadis
maqlub, hadis mudtharib, hadis muharaf, hadis mubham, hadis majhul, hadis
mastur, hadis sad, hadis mahfud, dan hadis mukhtalith.
2. Dhaif berdasarkan gugur rawi
Hadis dhaif berdasarkan gugurnya rawi di antarnya; hadis mu9allaq, hadis mursal,
hadis munqathi, dan hadis mu9dal.
3. Dha9if karena tidak bersambung sanadnya
a. Hadits Munqathi : Hadits yang gugur sanadnya di satu tempat atau
lebih, atau pada sanadnya disebutkan nama seseorang yang tidak
dikenal.
b. Hadits Mu9allaq : Hadits yang rawinya digugurkan seorang atau
lebih dari awal sanadnya secara berturut-turut.
c. Hadits Mursal : Hadits yang gugur sanadnya setelah tabi9in. Yang
dimaksud dengan gugur di sini, ialah nama sanad terakhir tidak
disebutkan. Padahal sahabat adalah orang yang pertama menerima
hadits dari Rasulullah SAW
d. Mursal al-Jali : Hadits yang tidak disebutkannya (gugur) nama
sahabat dilakukan oleh tabi9in besar.
e. Mursal al-Khafi : Pengguguran nama sahabat dilakukan oleh tabi9in
yang masih kecil. Hal ini terjadi karena hadits yang diriwayatkan oleh
tabi9in tersebut meskipun ia hidup sezaman dengan sahabat, tetapi ia
tidak pernah mendengar sebuah hadits.
f. Hadits Mu9dhal : Hadits yang gugur rawinya, dua orang atau lebih,
berturut-turut, baik sahabat bersama tabi'i, tabi'i bersama tabi' al-tabi'in
maupun dua orang sebelum shahabiy dan tabi'iy.
g. Hadits Mudallas : Hadits yang diriwayatkan menurut cara yang
diperkirakan bahwa hadits itu tidak terdapat cacat
3. Tingkatan

1. Hadits palsu adalah hadits yang di dalam sanadnya terdapat seorang pendusta,
bersama dengan diingkarinya matan, atau yang di dalamnya terdapat tanda-tanda
kepalsuan hadits.

10

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

2. Hadits yang sangat dhaif adalah hadits yang di dalam sanadnya terdapat rawi
yang sangat buruk hifzh-nya, atau yang tertuduh berdusta, dan yang matruk, atau
dhaif karena menyelisihi riwayat orang-orang yang maqbul, dan ia adalah hadits
munkar, atau riwayat orang yang maqbul yang menyelisihi riwayat orang-orang
yang lebih rajih darinya, dan ia adalah hadits syadz.

3. Hadits yang ringan kedhaifannya adalah setiap hadits dhaif yang tidak masuk
kategori hadits palsu dan hadits yang sangat dhaif.

11

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur9an sebagai kalâm Allah (firman Allah) mencakup segala aspek persoalan
kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan pencipta-Nya, sesama manusia dan alam
semesta yang merupakan persoalan mendasar dalam setiap kehidupan manusia. Al-
Qur9an sebagai kitab suci umat Islam sangat kaya dengan pesan-pesan yang mengandung
nilai-nilai pendidikan. Sedangkan Hadits bermakna seluruh sikap, perkataan dan
perbuatan Rasulullah SAW dalam menerapkan ajaran Islam serta mengembangkan
kehidupan umat manusia yang benar-benar membawa kepada kerahmatan bagi semua
alam, termasuk manusia dalam mengaktualisasikan diri dan kehidupannya secara utuh
dan bertanggung jawab bagi keselamatan dalam kehidupannya. Dalam kondisi faktualnya
terdapat hadits-hadits yang dalam periwatannya yang telah memenuhi syarat-syarat
tertentu untuk diterimanya sebagai sebuah hadits atau yang dikenal dengan hadits maqbul
(diterima); Shahih dan hasan. Namun disisi lain terdapat hadits-hadits yang dalam
periwayatannya tidak memenuhi kriteria-kriteria tertentu atau lebih dikenal dengan istilah
hadits mardud (ditolak); dhaif atau bahkan ada yang palsu (maudhu9), hal ini dihasilkan
setelah adanya upaya penelitian kritik Sanad maupun Matan oleh para ulama untuk yang
memiliki komitmen tinggi terhadap sunnah. Hal ini terjadi disebabkan keragaman orang
yang menerima maupun meriwayatkan hadits Rasulullah
Hadits shahih adalah suatu hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh
perawi yang adil, dan dhabith dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat syadz dan illat
padanya. Syarat-syarat hadits shahih antara lain, sanad bersambung, perawinya adil,
perawinya dhabith, tidak syadz, tidak ber9illat. Hadits shahih dibagi menjadi dua yaitu,
Hadits Shahih Li-Dzatihi dan Hadits Shahih Li-Ghairihi.
Hadits hasan adalah sama dengan hadits shahih. Namun pada hadits hasan terdapat
perawi yang tingkat kedhabithannya kurang (lebih rendah) daripada yang dimiliki perawi
Hadits shahih. syarat-syarat hadits hasan antara lain, sanad hadits tersebut harus
bersambung, perawinya adalah adil, perawi hadits harus memiliki sifat dhabith, hadits
yang diriwayatkan tidak syadz, hadits yang diriwayatkan selamat dari 8illat. Hadits hasan
dibagi menjadi dua yaitu, Hadits Hasan Li-dzatihi dan Hadits Hasan Li-ghairihi
Hadits dhaif adalah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan hasan.
Hadits dhaif tidak sama dengan hadits maudhu9, atau palsu. Hadits dhaif memang
dinisbahkan kepada Rasulullah, tetapi perawi haditsnya tidak kuat hafalan ataupun
12

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

kredibilitasnya, atau ada silsilah sanad yang terputus. Hadits dhaif dibagi menjadi
beberapa bagian antara lain, dhaif berdasarkan cacat rawi, dhaif berdasarkan gugur rawi,
dan dha9if karena tidak bersambung sanadnya. Tingkatan hadits dhaif dari yang paling
rendah adalah Hadits palsu, Hadits yang sangat dhaif, dan Hadits yang ringan
kedhaifannya

13

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)


lOMoARcPSD|19231491

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Muhammad. 1998. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia

Al-Maliki, Muhammad Alawi. 2009. Ilmu Ushul Hadis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1987. Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits. Jakarta: Bulan Bintang

H. A. Sadali, Dkk. 2001. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: Universitas Terbuka

Hasyim, Umar. 1980. Qawaid Ushul al-Hadist. Beirut: Dar al-Fikr

Mudassir. 1999. Ilmu Hadis. Bandung: Pustaka Setia

Rahman, Fathur. 1991. Ikhtisar Mushthalahul Hadits. Bandung: al-Ma9arif

14

Downloaded by Bang Proy (proybang36@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai