Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIK

STUDI BIOEKUIVALENSI OBAT

Ditujukan untuk memenuhi laporan praktikum mata kuliah Farmakokinetik

Disusun Oleh :

Nama : Emil Nur Arifah


NPM : 19FF04005
Kelas : Matrikulasi FA-1

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA


FAKULTAS FARMASI
BANDUNG
2020
MODUL 8
STUDI BIOEKUIVALENSI OBAT
A. TUJUAN
1. Menentukan status bioekuivalensi dari suatu produk obat yang diuji.
2. Merancang penelitian uji bioavailabilitas dan bioekuivalensi suatu produk obat.
B. PRINSIP
Merancang penelitian berdasarkan uji bioekuivalensi absolut suatu obat dapat diukur
dengan membandingkan AUC produk yang bersangkutan setelah pemberian oral dan
intravena.
C. DASAR TEORI
Beberapa obat dibuat dan dipasarkan oleh lebih dari satu pabrik farmasi. Setiap produk
yang akan beredar di pasaran harus terjamin kualitas sehingga dengan pemakaian produk
tersebut efek terapeutik yang diinginkan akan tercapai. Produk generic atau “me too” yang
akan dipasarkan juga tidak lepas dari persyaratan ini. Suatu produk generic atau “me too”
harus memenuhi standar yang sama dengan produk innovator dalam hal kualitas, efikasi dan
keamanan. Selain evaluasi in vitro, evaluasi in vivo perlu dilakukan untuk menajmin
bioabailabilitas produk generic atau “me too” tidak berbeda secara artu (statistical
insignificant) dari suatu produk pembanding. Pada umunya yang dijadikan sebagai produk
pembanding adalah produk innovator yang terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari
pihak yang berwenang untuk dipasarkan. Diperolehnya status bioekuivalensi dari suatu
produk diharapkan respin efek dan keamanan yang sama dengan produk pembanding. Hal
ini akan memberikan kesempatan kepada para dokter maupun pasien untuk memilih
berbagai merk obat dengan jaminan bahwa setiap produk akan memberikan efek klinis dan
keamanan yang sebanding.
Uji bioekuivalensi juga dilakukan pada periode pengembangan suatu produk, adanya
perubahan metode atau tempat manufactur, adanya pergantian peralatan manufactur ataupun
adanya perubahan sumber bahan baku yang digunakan parameter farmakokinetik yang
dihunakan untuk evaluasi status bioekuivalensi suatu produk adalah
1. AUC (Area Under the Curve Concentration-Time Relationship) luas daerah
dibawah kurva hubungan konsentrasidan waktu.
2. Cmaks (konsentrasi maksimum)
3. Tmaks (waktu untuk mencapai konsentrasi maksimum)
Dalam praktek, Cmaks dan Tmaks diperoleh dari hasil konsentrasi maksimum hasil
pengukuran konsentrasi dalam sampel yang diperolah dan waktu tercapainya konsentrasi
maksimum tersebut. Perlu diperhatikan dalam peneyapan Tmaks bahwa daerah puncak
kurva hubungan konsentrasi dari waktu profil kurva relative mendatar sehingga dengan
adanya variabilitas metode penetapan kadar yang digunakan maka nilai Tmaks yang
diperoleh mungkin bukan merupakan Tmaks sebenarnya. Tidak optimalnya frekuensi
pengambilan sampel dapat menyebabkan penetapan nilai Tmaks yang tidak akurat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian bioekuivalensi agar hasil yang
diperoleh dapat digunakan antara lain :
1. Subyek yang meliputi penetapan kriteria inklusi dan ekslusi pada saat seleksi subyek
penelitian, perlakuan awal yang perlu dilakukan terhadap subyek sebelum uji
bioekuivalensi dilaksanakan.
2. Rancangan, antara lain berupa jumlah subjek yang akan digunakan, jenis kelamin,
dan rancangan penelitian.
3. Perlakuan yang akan diberikan, yang meliputi dosis obat yang digunakan, cara
pemberian, rancangan pengambilan sampel apa yang akan dikumpulkan (darah,
plasma atau urin) dan waktu pengambilan sampel evaluasi hasil yang diperoleh,
antara lain uji statistic yang akan digunakan dan penetapan definisi dan bioekuivalen
sebelum uji dimulai.
Bioavailabilitas adalah persentase dan kecepatan zat aktif dalam suatu produk obat yang
mencapai atau tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh atau aktif setelah
pemberian produk obat tersebut, diukur dari kadar dalam darah terhadap waktu atau dari
ekskresinya dalam urine.
Bioavailabilitas relative adalah kelompok dalam sistemik suatu produk obat
dibandingkan terhadap suatu standar yang diketahui. Bioavailabilitas relative dari dua
produk yang diberikan pada rute pemberian yang sama dapat diperoleh persamaan “

( ) ( )

( ) ( )
Bioavailabilitas absolut suatu obat dapat diukur dengan membandingkan AUC produk
yang bersangkutan setelah pemberian oral dan intravena. Persamaan bioavalilabilitas absolut
dari data darah :

( ) ( )

D. TUGAS PENDAHULUAN
1. Sebutkan dan jelaskan secara lengkap faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan
hayati suatu obat/produk obat.
Jawab :
a. Dosis obat : dosis obat yang diberikan akan mempengaruhi tingkat konsentrasi obat
didalam darah
b. Kelarutan obat : obat yang mudah larut akan lebih mudah terabsorpsi oleh tubuh.
c. Besar kecilnya partikel obat : ukuran partikel yang lebih kecil akan memberikan
proses penyerapan yang lebuh besar bila luas permukaan spesifik juga ditingkatkan.
d. Obat berupa basa/asam/garam/ester dll : bentuk asam lemah dan asa lemah dapat
dibuat bentuk garam, agar tidak mengubah sifat fisiko kimia obat dan proses
biofarmasetikanya.
e. Bentuk sediaan obat : berupa larutan, suspense, serbuk, tablet atau kapsul dll.
f. Perbedaan formulasi obat : perbedaan proses pembuatan (pabrikasi) akan
menghasilkan kekerasan tablet yang dapat mempengaruhi disintegrasi dan disolusi
obat dalam saluran cerna.
g. Zat tambahan pada bentuk sediaan tertentu
E. ALAT DAN BAHAN
Alat : spektrofotometri UV-Vis
Bahan : suspense oral dan sediaan injeksi
F. PROSEDUR
1. Prosedur pengambilan sampel darah

Sampel darah diambil pada waktu tertentu. Kadar obat diukur dalam serum atau plasma.

Diperlukan 12-18 sampel darah

1 sampel sebelum obat (t0), 2-3 sampel sebelum kadar max, 4-6 sampel sekitar Cmax, 5-8
sampel setelah Cmax

Estimasi t1/2 harus diperioleh dari setidaknya 3-4 sampel sebelu fase log linier terminal

Untuk obat dengan t1/2 > 24jam, sampel darah harus diambil sampai sedikitnya 72 jam.

Studi keadaan tunak dengan kronofarmakologi, ritme sirkadian mepengaruhi


bioavaiabilitas, maka sampel darah yang harus diambil selama 1 suklus 24jam penuh.
2. Perosedur secara umum

Dari percobaan sebelumnya, susun data AUC dari masing-masing obat


yang telah diuji. Tentukan obat yang akan dijadikan sebagai standar

Hitung Fabs dan Frel.

Simpulkan status bioekivalensi dari produk yang diuji.

G. HASIL
1. Hitunglah bioavailabitas (F) suatu sediaan obat berupa suspensi oral (konsentrasi zat aktif
50 mg/ml) apabila dibandingkan dengan sediaan injeksi intravena (konsentrasi zat aktif
100 mg/ml), dimana dosis yang diberikan untuk suspensi oral adalah dua sendok teh
sedangkan injeksi IV adalah 2 ml. Data kadar obat dalam plasma terhadap waktu adalah
sebagai berikut:

T Kadar (µg/ml)
(jam) Suspensi Oral Injeksi Intravena
0,5 2,75 5,31
1 6,24 4,62
1,5 8,5 4,02
2 9,81 3,50
3 7,43 2,65
4 5,6 2,01
6 3,19 1,16
8 1,91 0,66
Jawab :

Regresi Eksponensial Semua Titik


6

5
y = 6.0992e-0.278x
Kadar (µg/ml)

4 R² = 1
3

0
0 2 4 6 8 10
T(jam)

Gambar 1. Regresi eksponensial semua titik hubungan T terhadap kadar intravena


persamaan : y = 6.0992e^-0.278x
A=6,0992  Cmax=C0=6,10 µg/mL
b=-0.278  k = 0,278/jam

Regresi Eksponensial 3 Titik Terakhir


2.5
y = 6.1359e-0.278x
2 R² = 0.9999
Kadar (µg/ml)

1.5

0.5

0
0 2 4 6 8 10
T (ajm)
Gambar 2. Regresi eksponensial 3 titik terakhir hubungan T terhadap kadar intravena

Kesimpulan: model 1 kompartemen terbuka karena nilai R pada reg. exp dari semua titik
dan 3 titik terakhir nilainya sama2 mendekati 1
Tabel 1. Hasil pengukuran kadar dan nilai AUC sediaan injeksi intravena
Kadar (µg/ml)
No T (jam) AUC Intravena
Suspensi Oral Injeksi Intravena
1 0.5 2.75 5.31 2.85
2 1 6.24 4.62 2.48
3 1.5 8.50 4.02 2.16
4 2 9.81 3.5 1.88
5 3 7.43 2.65 3.08
6 4 5.60 2.01 2.33
7 6 3.19 1.16 3.17
8 8 1.91 0.66 1.82
AUC 8 ~ 2.37
AUC 0 ~ 22.14
Perhitungan AUC iv=
AUC I = AUC 0-0,5 = ½ (6,10+5,31)(0,5-0) = 2,85 µg. jam/mL
AUC II = AUC 0,5-1 = ½ (5,31+4,62)(1-0,5) = 2,48 µg. jam/mL
AUC III = AUC 1-1,5 = ½ (4,62+4,02)(1,5-1) = 2,16 µg. jam/mL
AUC IV = AUC 1,5-2 = ½ (4,02+3,50)(2-1,5) = 1,88 µg. jam/mL
AUC V = AUC 2-3 = ½ (3,50+2,65)(3-2) = 3,08 µg. jam/mL
AUC VI = AUC 3-4 = ½ (2,65+2,01)(4-3) = 2,37 µg. jam/mL
AUC VII = AUC 4-6 = ½ (2,01+1,16)(6-4) = 3,17 µg. jam/mL
AUC VIII = AUC 6-8 = ½ (1,16+0,66)(8-6) = 1,82 µg. jam/mL
AUC IX = AUC 8-~ = 0,66/ k = 0,66/0,278 = 2,374 µg. jam/mL
AUC = 0-~ = 2,85+2,48+2,16+1,88+3,08+2,37+3,17+1,82+2,374
= 22,144 µg. jam/mL
AUC suspensi oral = 47,37 µg.jam/mL
Perhitungan dosis obat :

dosis susp oral = 500mg/mL x 2 sdt x 5mL = 500mg

dosis iv = 100mg/mL x 2mL = 200mg

[ ]
Bioavaibilitas abs. = [ ]

= 85,58%
2. Nyatakan status bioekivalensi dari ketiga sediaan kapsul uji (A, B, C) terhadap sediaan
standar (STD) dengan data sebagai berikut:
AUC (µg/ml.jam)
Sukarelawan Kapsul A Kapsul B Kapsul C Kapsul STD
1 14,1 19,1 9,6 15,8
2 20,2 20,0 10,6 19,0
3 19,0 17,5 1,6 19,3
4 13,2 20,3 13,1 18,4
5 13,5 17,3 10,4 17,2
6 17,9 17,4 8,3 16,5
7 12,4 17,2 14,5 17,9
8 15,8 16,9 11,4 17,5
Jawab :
Tabel T
Tabel 2. Hasil pengujian bioekuivalensi pada kapsul A, B, dan C

AUC (µg/ml.jam) ln ln AUC - ln AUC STD


Sukarelawan Kapsul Kapsul Kapsul Kapsul Kapsul Kapsul Kapsul Kapsul Kapsul
Kapsul STD Kapsul STD
A B C A B C A B C
1 14.1 19.1 9.6 15.8 2.65 2.95 2.26 2.76 -0.11 0.19 -0.50
2 20.2 20 10.6 19 3.01 3.00 2.36 2.94 0.06 0.05 -0.58
3 19 17.5 1.6 19.3 2.94 2.86 0.47 2.96 -0.02 -0.10 -2.49
4 13.2 20.3 13.1 18.4 2.58 3.01 2.57 2.91 -0.33 0.10 -0.34
5 13.5 17.3 10.4 17.2 2.60 2.85 2.34 2.84 -0.24 0.01 -0.50
6 17.9 17.4 8.3 16.5 2.88 2.86 2.12 2.80 0.08 0.05 -0.69
7 12.4 17.2 14.5 17.9 2.52 2.84 2.67 2.88 -0.37 -0.04 -0.21
8 15.8 16.9 11.4 17.5 2.76 2.83 2.43 2.86 -0.10 -0.03 -0.43
Diff -0.13 0.03 -0.72
SD SE Diff 0.17 0.09 0.73
± t 0,1 (n-2) x SE diff 0.33 0.18 1.42
90% Cl ratio = Diff ± t 0,1 (n-2) x SE diff Batas Atas (B.A) 0.20 0.20 0.70
Batas Bawah (B.B) -0.46 -0.15 -2.14
123 123 202
% B.A
63 86 12
% B.B
syarat : BE 80-125% TMS MS TMS
Indeks terapi sempit : 90-111% TMS MS TMS
H. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan studi uji bioavailabilitas dan bioekuivalensi yang
bertujuan untuk memastikan suatu obat yang beredar dipasar telah melewati pengujian yang
membuktikan bahwa obat tersebut memiliki khasiat seperti yang diharapkan, aman, dan
tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan dalam proses produksi yang tekah
distandardisasi. Studi bioekuivalensi perlu dilakukan karena pada kenyatannya, obat tidak
hanya terdiri dari zat berkhasiat saja, namun ada penambahan eksipien serta adanyanya
perbedaan proses pembuatan akan mempengaruhi obat hingga proses pengujian, sehingga
perlu dilakukan studi bioekuivalensi untuk mengetahui apakah obat memiliki khasiat yang
sama dengan obat standarnya.
Pengujian bioekuivalensi dilakukan melibatkan manusia sebagai objek percobaan.
Sukarelawan akan diberikan obat uji dan obat standar dalam waktu yang bersamaan.
Kemudian sampel darah akan diuji. Hasil yang diperoleh dari obat uji dan obat standar
dibandingkn. Jika hasil pengujian sama maka obat uji dinyatakan bioekuivalen dengan obat
standarnya dan akan memberikan efek yang sama ketika digunakan.
Pengujian bioavailabilitas merupakan jumlah obat dan kecepatan obat yang diabsorpsi
mencapai sirkulasi darah dalam bentuk utuh dan aktif setelah pemberian produk obat.
Bioavailabilitas diukur dari kadar dalam darah terhadap waktu atau ekskresi urin terhadap
waktu.
Pengujian bioavailabilitas dilakukan pada sediaan suspense oral dibandingkan dengan
sediaan injeksi intravena. Konsentrasi yang digunakan pada dosis suspense oral adalah
50mg/mL dengan dosis 2 sendok teh dan konsentrasi yang digunakan pada sediaan inejksi
intravena adalah 100mg/mL sebanyak 2mL. Pengujian tersebut merupakan pengujian
bioavailabilitas absolut karena membandingkan anatara sediaan oral dalam bentuk suspense
dengan sedian injeksi. Pengujian ini dengan model satu kompartemen terbuka yang
dibuktikan dengan nilai linieritas dari regresi eksponensial semua titik dan tiga titik terakhir,
keduanya mendekati 1.
Hasil pengukuran kadar dari sediaan suspense oral dan injeksi intravena pada jam ke
0,5 hingga jam 8 terdapat pada tabel 1. Sediaan injeksi intravena memiliki nilai tetapan
eliminasi sebesar 0,278/jam dan konsentrasi maksimum 6,10 µg/mL. Dari data tersebut
dapat ditentukan nilai AUC sediaan suspense sebesar 47,37 µg.jam/mL dan nilai AUC
inejksi intravena sebesar 22,144 µg. jam/mL. Bioavailabilitas absolut (F) perngujian adalah
85,58%. Pengujian bioavailabilitas dikatakan memenuhi syarat jika berada pada rentang 80-
125%. Sehingga hasil pengujian memenuhi syarat bioavailabilitas.
Pengujian bioekuivalensi sediaan kapsul A, B, dan C dibandingkan dengan kapsul
standar. Keiteria penerimaan bioekuivalensi suatu obat harus memiliki nilai 80-125%. Untuk
kapsul A % batas bawah 63% dan %batas atas 123%. Maka kapsul A tidak memenuhi
kriteria bioekuivalensi yang baik karena %batas bawah kurang daari 80%. Untuk kapsul B,
diperoleh nilai % batas bawah 86% dan batas atas 123%. Maka kapsul B memenuhi syarat
bioekuivalensi karena nilai %batas bawah dan atas berada dalam rentang 80-125%. Pada
kapsul C diperoleh %batas bawah 12% dan %batas atas 202%, maka dapat disimpulkan
tidak memenuhi kriteria bioekuivalensi yang baik karena nilai %batas bawah kurang dari
80% dan %batas atas lebih dari 125%.
I. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai bioavailabilitas absolut (F) sebesar 85,56%, memenuhi persyaratan penerimaan
bioavailabilitas sediaan obat.
2. Hasil pengujian bioekuivalensi kapsul A 63-123%, kapsul B 86-123%, dan kapsul C
12-202%. Sediaan kapsul yang meneuhi syarat bioekuivalensi ayang baik dalah kapsul
B berada ada pada rentang 80-125%.
J. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM) (2005), Pedoman Uji
Bioekivalensi. Badan Pengawas Obat dan Makan RI. Jakarta.
Shargel, L. dan B.C. Andrew. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Airlangga
University Press. Surabaya.
Stoklosa MJ, Ansel HC, 1991. Pharmaceutical Calcutations 9th. London: Lea & Febiger.
Pages 74-89.

Anda mungkin juga menyukai