Anda di halaman 1dari 82

STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA

GURU DI SDN 21 LIMBOTO

SKRIPSI

(Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Manajemen Pendidikan Islam)

OLEH

FADILAH PUASA
NIM: 181022202

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


SULTAN AMAI GORONTALO
TAHUN 2022
ABSTRAK

Fadilah Puasa, 181022202, Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan


Kinerja Guru di SDN 21 Limboto. Skripsi Prodi Manajemen Pendidikan Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo, Pembimbing
(1) Dr. H. Buhari Luneto, M.Pd., (2) Dr. H. Muh Arif, M.Ag.

Kata Kunci: Strategi Kepala Sekolah

Permasalahan penelitian adalah (1) bagaimana strategi kepala sekolah dalam


meningkatkan kinerja guru di SDN 21 Limboto? (2) apa kendala dan cara
mengatasi pada strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di SDN
21 Limboto? Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Metode
pengumpulan data dengan tahapan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik analisis data pada penelitian ini dengan tahapan reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan penerikan kesimpulan (conclution
drawing/verification). Pengelolaan keabsahan data dengan tahapan kredibilitas,
transferabilitas, dependabilitas. Hasil penelitian, startegi kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru di SDN 21 Limboto yaitu; Pertama, Peningkatan
disiplin; Kedua, Memberikan pelayanan kepada dewan guru untuk meningkatkan
kinerja; Ketiga, Observasi langsung; Keempat, Melakukan pembinaan
pelaksanaan mengajar guru; Kelima, Melakukan kegiatan pemeliharaan dan
pengembangan profesi guru. Kendala yang dihadapi pada strategi kepala sekolah
dalam meningkatkan kinerja guru di SDN 21 Limboto yaitu; Pertama, Terdapat
kekurangan yang perlu dibenahi mulai dari manajemen kepala sekolah; Kedua,
Kurangnya peran pengawas dalam melakukan supervise; Ketiga, Kreativitas guru
dalam mengajar di kelas sampai pada sarana prasarana sekolah yang harus di
lengkapi. Dan cara kepala sekolah mengatasi kendala dalam peningkatan kinerja
guru di SDN 21 Limboto yaitu: Pertama, Melakukan peningkatan disiplin dengan
cara memberikan peringatan dan teguran; Kedua, Memberikan motivasi dalam
mengembangkan SDM; Ketiga, Melakukan supervisi 1 kali dalam triwulan
dengan melibatkan pengawas pembina; Keempat, Menjalin kerjasama dengan
pihak terkait dan Stecholder; Kelima, Memberdayakan dana BOS untuk
melengkapi sarana prasarana belajar.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kinerja atau hasil kerja seorang guru dalam kaitannya dengan tugas

sebagai pendidik di sekolah, dapat diidentifikasi dalam bentuk motivasi,

komitmen dan tanggung jawab dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Sedangkan bagi kepala sekolah, agar dapat menjalankan peran sebagai

pemimpin, dituntut untuk memiliki kompetensi yang sesuai dengan

Kepmendiknas Nomor 13 Tahun 2007, yaitu: “1) kompetensi kepribadian, 2)

manajerial, 3) kewirausahaan, 4) supervise dan 5) kompetensi sosial.”1

Pendidik benar-benar menentukan kemajuan siswa, terutama dalam

pengalaman mengajar dan pendidikan. Pendidik adalah bagian yang paling

persuasif dalam menghasilkan siklus dan hasil pendidikan yang berkualitas.

Oleh karena itu, upaya perbaikan apa pun yang dilakukan untuk mengatasi

sifat persekolahan tidak akan menghasilkan komitmen yang besar tanpa

bantuan para pendidik yang ahli dan berkualitas. Dengan demikian, bekerja

pada sifat persekolahan harus dimulai dari instruktur yang sebenarnya.

Perwujudan dari kualitas pendidik yang baik merupakan hasil dari

efisiensi kerja yang tinggi. Hal ini sangat penting untuk mencapai tujuan

sekolah. Dengan pelaksanaan kerja yang tinggi berarti para guru benar-benar

dapat berfungsi sebagai guru yang kuat dan menarik sesuai dengan tujuan

otoritatif yang ingin dicapai.2

Masalah yang sering ditemui di SDN 21 Limboto yaitu masih ada guru

yang belum maksimal dalam menjalankan tugas, masih banyak guru yang
1
Kepmendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Kompetensi
2
Wahyudi, Pengembangan Pendidikan Strategis Inovatif dan Kreatif dalam Mengelola
Pendidikan Secara Komprehensif, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2012), h.24
belum mencerminkan guru yang professional dan memiliki kinerja yang baik,

seperti kurangnya disiplin guru, sering belum membuat rancangan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang merupakan landasan pelaksanaan

belajar-mengajar, kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, selanjtnya

adalah penguasaan materi yang belum maksimal dan ditambah dengan

penggunaan metode mengajar yang tidak variatif dan penggunaan alat dan

sumber beljar yang tidak bervariasi, melakukan evaluasi pembelajaran masih

ada guru yang tidak menggunakan acuan penilain, guru tidak mau mengikuti

kegiatan pelatihan, diklat dan sejenisnya.

Hal-hal di atas akan sering dialami di sekolah-sekolah, jika sekolah,

khususnya kepala sekolah, tidak memiliki sistem untuk mengerjakan eksekusi

dengan baik. Sebagai pelopor di sekolah, kepala sekolah harus memiliki

pilihan untuk membuat sistem otoritas yang imajinatif namun layak dengan

setiap kekurangan sekolah.3

Dalam meningkatkan kinerja guru di sekolah, peran kepala sekolah

sangatlah penting, sebagai pemimpin dalam lembaga pendidikan, kepala

sekolah mempunyai tanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan

melalui pemberdayaan tenaga pendidk (guru) dan tenaga kependidikan (non

guru/TU, staf, pegawai, dan lain-lain).4

Implementasi kegiatan menjalankan tugas kepemimpinannya terutama

dalam upaya meningkatkan kinerja guru, kepala sekolah dapat menerapkan


3
E.Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), Cet. 1, h.9
4
Ibid., h.10
gaya kepemimpinan yang bervariasi sesuai dengan permasalahan dan guru

yang dihadapi. Kemampuan, kemauan, dan kepribadian guru tidak ada yang

persis sama antara satu guru dengan guru yang lain. Perbedaan ini secara

langsung mempengaruhi kinerja yang dihasilkan oleh guru-guru dalam

menjalankan tugasnya sehari-hari pada suatu lembaga pendidikan.

Kepala sekolah dalam kapasitasnya sebagai pemimpin pendidikan,

dituntut agar dapat memilih strategi atau gaya kepemimpinan yang tepat untuk

memberikan bantuan kepada guru-guru untuk meningkatkan kinerjanya.

Kesalahan dalam menerapkan strategi atau gaya kepemiminan kepala sekolah,

akan memberi dampak yang cukup signifikan bagi keberhasilan peningkatan

kinerja guru di bawah pimpinannya. Hal ini, sering terjadi dalam proses

peningkatan kinerja guru di sekolah.5

Kenyataan seperti dikemukakan di atas, sering menimbulkan

permasalahan atau hambatan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja

guru. Hal ini, tentu tidak dapat dibiarkan terjadi secara berkelanjutan, sehingga

upaya peningkatan kinerja guru menjadi terhambat dan akan berdampak serius

pada kualitas proses pembelajaran. Hal inilah yang mendorong penulis untuk

melakukan suatu penelitian tentang “Strategi Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Kinerja Guru Di SDN 21 Limboto”.

B. Fokus dan Subfokus Penelitian

5
Wibowo, Manjaemen Kinerja, (Jakarta: Raja Grafindo, 2007), h.3
Adapun penelitian ini difokuskan kepada strategi kepala sekolah

dalam meningkatkan kinerja guru di SDN 21 Limboto

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja

guru di SDN 21 LIMBOTO ?

2. Apa kendala dan cara mengatasi pada strategi kepala sekolah

dalam meningkatkan kinerja guru di SDN 21 Limboto ?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

a. Mendeskripsikan Strategi kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerja guru di SDN 21 Limboto

b. Menyebutkan kendala dan cara mengatasi pada strategi

kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di SDN

21 Limboto

2. Kegunaan penelitian

a) Kegunaan teoritis, penelitian ini untuk menambah wawasan

peneliti maupun bagi pembaca tentang Strategi kepala

sekolah dalam meningkatkan kinerja guru.


b) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat

berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan

terkait Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja

guru.

E. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Kajian

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami penelitian ini,

maka perlu diberikan definisi yang jelas dalam ruang lingkup pembahasan

mengenai pokok kajian yang peneliti bahas yaitu :

1. Definisi Operasional

Meningkatkan Kinerja Guru Pada SMP Negeri di Kecamatan

Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Menyatakan Strategi kepala

sekolah merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kinerja guru

dalam proses pembelajaran yaitu melalui pembinaan kemampuan guru

dalam proses pembelajaran, meningkatkan disiplin guru, meningkatkan

motivasi guru yaitu menciptakan situasi yang harmonis, memenuhi

semua perlengkapan yang diperlukan serta memberikan penghargaan

dan hukuman, meningkatkan kometmen guru dengan mengadakan

pelatihan, mendatangkan tutor kesekolah dan memberikan kesempatan

untuk melanjutkan pendidikan, menempatkan guru sesuai bidangnya,

dan mengadakan rapat setiap awal semester.6 Menurut Carwan dalam

tesis, Strategi yang dapat diterapkan kepala sekolah dalam

meningkatkan profesionalitas guru adalah: memberi kesempatan


6
Mukhtar, Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada SMP Negeri
di Kecamatan Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar, Darussalam Banda Aceh: Universitas Syiah
Kuala, tahun 2015.
kepada guru untuk melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi,

mengikuti seminar, pelatihan-pelatihan professional, meningkatkan

pengetahuan guru, pelatihan administrasi dan menambah pelajaran

pendidikan agama Islam.7

Dalam sebuah organisasi pendidikan, yang menjadi pemimpin

pendidikan adalah kepala sekolah. Kata kepala sekolah berasal dari

dua kata yakni kepala dan sekolah. Kata kepala dapat diartikan sebagai

ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi, sedangkan sekolah

adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan

memberi penjelasan.8 Menurut pengertiannya, kepala sekolah adalah

tenaga fungsional guru yang diberikan tugas tambahan untuk

memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar

mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang

memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.9

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru

dan Dosen pasal 10 dikemukakan bahwa kompetensi guru itu

mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.10

7
Carwan, Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Profesionalitas Guru dan
Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 2 Cimahi Kabupaten Kuningan, Program Pasca Sarja,
Program Studi Pendidikan Agama Islam Konsentrasi Pendidikan Agama Islam, Institut Agama
Islam Negeri Syekh Nurjati Ceribon, 2012.
8
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik Dan Permasalahannya,
(Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2005), h. 82
9
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik Dan Permasalahannya,
(Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2005), h. 82
10
Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, h. 7.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3

butir (b), dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “kompetensi

kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,

dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,

berakhlak mulia.

2. Ruang Lingkup

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka yang akan

menjadi ruang lingkup dari sebuah penelitian ini adalah untuk

mengetahui terkait Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan

kinerja guru di SDN 21 LIMBOTO

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru

1. Pengertian Strategi Kepala Sekolah


Sistem dapat diartikan sebagai strategi atau prosedur yang

diterapkan oleh seorang pemimpin untuk mencapai tujuan yang ideal.

Sistem juga dapat diartikan sebagai kiat-kiat perintis untuk mencapai

tujuan.

Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai siasat, kiat, trik, cara.

Sedangkan secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam

bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.11 Dalam hal ini,

maka seorang pimpinan harus dituntut memiliki kepandaian dalam

menguasai situasi dan kondisi yang dimiliki oleh organisasi, sehingga

mampu menerapkan suatu pengembangan program dan menggerakkan

sumber daya organisasi yang dimilikinya. Salah satu faktor yang

menentukan efektifitas pelaksanaan program peningkatan kinerja adalah

ketepatan penggunaan strategi, penggunaan berbagai macam strategi

terletak pada seorang pemimpin untuk dapat memahami beberapa strategi,

akan dapat memilih dan menentukan strategi mana yang akan diutamakan

untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Ngalimun, strategi adalah suatu pola yang disusun dan

diputuskan secara sengaja untuk melakukan latihan atau kegiatan.12

11
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung:
Refika Aditama, 2011, h. 3.
12
Ngalimun,Femeir Liadi dan Aswan, Strategi Dan Model Pembelajaran Berbasis Paikem,
Banjarmasin: Pustaka Banua, 2013, h.8.
Sementara itu, Salusu berpendapat bahwa strategi adalah

keterampilan memanfaatkan aset dan aset asosiasi untuk mencapai

tujuannya melalui asosiasi yang menarik dengan iklim dalam keadaan

yang paling baik.13

Sebagaimana ditunjukkan oleh Akdon, “Strategi adalah struktur

yang mengkoordinasikan dan mengendalikan keputusan-keputusan yang

memutuskan sifat dan arah dari suatu organisasi”. Sedangkan menurut

Drucker yang dikutip oleh Akdon, “Strategi adalah melakukan hal-hal

yang benar (doing the right things)”.14

Lebih lanjut Winardi mengungkapkan bahwa metodologi adalah

contoh dari target, sasaran atau tujuan dan kebijakan serta rencana pokok

untuk mencapai tujuan tersebut. Idenya lebih mengarah ke upaya inisiatif

dalam menetapkan tujuan yang harus dicapai melalui persiapan yang tepat,

matang dan efisien. Perencanaan dalam hal ini adalah suatu pola dari

strategi dalam menghadapi asosiasi menuju yang telah ditentukan

sebelumnya.15 Sesuai dengan perspektif Mac Donald yang dikutip oleh

Syafaruddin, dalam Ngalimun, strategi ini diartikan sebagai “ The art of

crayying out a plan skillfully “ Strategi adalah seni melaksanakan suatu

rencana secara terampil.16 Strategi adalah penetapan tujuan jangka panjang

yang dasar dari suatu organisasi, dan pemilihan alternative tindakan dan

13
Salusu, Strategi Pengambilan Keputusan, Jakarta: Pressindo, 2014, h. 101
14
Akdon, Strategic Managemen For Education Managemen (Manajemen Strategik Untuk
Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011, h. 4.
15
Winardi, Dasar-dasar Manajemen, Bandung: Mandar Maju, 2012, h. 1.
16
Ngalimun,Femeir Liadi dan Aswan,Strategi Dan Model Pembelajaran Berbasis Paikem,
Banjarmasin: Pustaka Banua, 2013, h. 6.
alokasi sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 17 Strategi

menekankan pada aksi untuk mencapai tujuan , dan juga pada tujuan itu

sendiri. Sedangkan menurut Hasan Basri Strategi adalah rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (yang

diinginkan).18 Strategi dapat diartikan sebagai susunan, pendekatan, atau

kaidah-kaidah untuk mencapai tujuan dengan menggunakan tenaga, waktu,

dan kemudahan secara optimal.19 Selanjutnya Budi Suhardiman Strategi

adalah seperangkat tindakan yang koheren sebagai suatu pola tanggap

organisasi terhadap lingkungan dalam rencana jangka panjang berkenaan

dengan alokasi dan penggunaan sumber daya yang tersedia untuk

mencapai tujuan. Strategi dapat diartikan kiat, cara, atau taktik untuk

mencapai tujuan organisasi.20

Kepala sekolah atau sekolah merupakan pimpinan tertinggi di

sekolah. Pola kepemimpinannya akan sangat berpengaruh bahkan sangat

menentukan terhadap kemajuan sekolah. Oleh karena itu, pada pendidikan

modern, kepemimpinan kepala sekolah perlu mendapat perhatian secara

serius. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada

kepemimpinan kepala sekolah.

Adapun standar kompetensi kepala sekolah yaitu:

a. Kompetensi kepribadian
17
Sunarto dan Jajuk Herawati, Manajemen,Yogyakarta:Mahenoko Total Design, 2002,
h.40
18
Sunarto dan Jajuk Herawati, Manajemen,Yogyakarta:Mahenoko Total Design, 2002,
h.40
19
Ibid, h. 2013.
20
Budi Suhardiman, Studi Pengembangan Kepala Sekolah Konsep dan Aplikasi, Jakarta:
Rineka Cipta, 2012, h. 150.
b. Kompetensi manajerial

c. Kompetensi kewirausahaan

d. Kompetensi supervise

e. Kompetensi sosial21

Dalam perkembangan konsep strategi yang digunakan oleh kepala

sekolah bisa dikombinasikan antara berbagai macam strategi, disesuaikan

dengan tahap pelaksanaan program serta kondisi situasi klien pada

berlangsungnya proses pengambilan keputusan.

Menurut Udin Syaefudin Sa’ud, macam-macam strategi yaitu :

1) Strategi Fasilitatif (facilitative strategies) Pelaksanaan program

perubahan social dengan menggunakan strategi fasilitatif artinya untuk

mencapai tujuan perubahan social yang telah ditentukan, diutamakan

penyediaan fasilitas dengan maksud agar program perubahan social

berjalan dengan mudah dan lancer.

2) Strategi Pendidikan ( re-educative strategies) Dengan menggunakan

strategi pendidikan berarti untuk mengadakan perubahan sosial dengan

cara menyampaikan fakta dengan maksud orang akan menggunakan

fakta atau informasi itu untuk menentukan tindakan yang akan

dilakukan.

3) Strategi Bujukan (persuasive strategies) Penggunaan strategi bujukan,

artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial dengan cara


21
Ara Hidayat dan Imam Machi, Pengelolaan Pendidikan (Bandung: Pustaka Educa,
2010), h. 117-118.
membujuk (merayu) agar sasaran perubahan (klien), mau mengikuti

perubahan social yang direncanakan. Sasaran perubahan diajak untuk

mengikuti perubahan dengan cara memberikan alasan, mendorong,

atau mengajak untuk mengikuti contoh yang diberikan. Strategi

bujukan dapat berhasil berdasarkan alasan yang rasional, pemberian

fakta yang akurat, tetapi mungkin juga justru dengan fakta yang salah

sama sekali. 4. Strategi Paksaan (power strategies) Pelaksanaan

strategi paksaan , artinya dengan cara memaksa klien (sasaran

perubahan) untuk mencapai tujuan perubahan. Apa yang dipaksa

merupakan bentuk dari hasil target yang diharapkan. Kemampuan

untuk melaksanakan paksaan tergantung daripada hubungan control

antara pelaksana perubahan dengan sasaran (klien).22

Kepala sekolah sebagai manajer pendidikan yang berada di sekolah

memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan atau membawa sekolah

yang dipimpinnya memperoleh mutu yang baik. Keadaan tersebut tentunya dapat

diwujudkan dengan baik, apabila kepala sekolah mampu menciptakan strategi

yang relevan dengan kondisi dalam meningkatkan kinerja guru.

Menurut Sunarto dan Jajuk Herawati ada tiga jenis strategi umum yaitu (a)

Strategi pertumbuhan, strategi ini dapat dilakukan dengan melakukan

pengembangan internal atau pengembangan eksternal. (b) Strategi penarikan,

strategi ini dilakukan melalui penyusunan operasi, dengan memotong atau

menghilangkan kegiatan yang tidak menguntungkan. (c) Strategi Stabilitas,

22
Udin Syaefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabet, 2014, h. 63-68.
strategi ini dilakukan untuk mempertahankan situasi saat ini. 23 Adapun ciri-ciri

strategi

Menurut Stoner dan Sirait dikutif oleh Hasan Basri adalah sebagai berikut.

1) Wawasan waktu , meliputi cakrawala yang jauh kedepan yaitu waktu

yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan waktu yang

diperlukan untuk mengamati dampaknya.

2) Dampak, walaupun hasil akhirnya mengikuti suatu strategi tertentu

tetapi hal tersebut tidak langsung terlihat untuk jangka waktu yang

lama. Dampak akhirnya sangat berarti.

3) Pemusatan upaya, sebuah strategi yang efektif biasanya mengharuskan

pemusatan kegiatan, upaya, atau perhatian terhadap rentang sasaran

yang sempit.

4) Pola keputusan, kebanyakan strategimensyaratkan bahwa sederetan

keputusan tertentu harus diambil sepanjang waktu. Keputusan-

keputusan tersebut saling menunjang, Artinya mereka mengikuti suatu

pola yang konsisten.

5) Peresapan, sebuah strategi mencakup spectrum kegiatan yang luas

mulai dari proses alokasi sumber daya sampai dengan kegiatan operasi

harian.24

Sedangkan menurut Raihani “untuk merealisasikan peningkatan

kinerja guru, kepala sekolah menetapkan strategi atau menyusun program-

23
Sunarto dan Jajuk Herawati, Manajemen,Yogyakarta: Mahenoko Total Design, 2002, h.
52-53.
24
Hasan Basri, Landasan Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2013, h. 199-200.
program yang meliputi: strategi prakondisional, akademik, non-akademik,

pendukung, dan evaluative”.25

1. Strategi Prakondisional

Strategi prakondisional mencakup tema-tema berikut: menegakkan

kedisiplinan, memberikan motivasi, membangun kepercayaan.

2. Strategi Akademik

Strategi akademik mengacu pada kurikulum dan pengembangan

program-program sekolah untuk meningkatkan wawasan guru.

3. Strategi Non-Akademik

Strategi Non-Akademik, mengacu pada kegiatan ekstrakurikuler, guru

bertanggung jawab mengkoordinir ekstra-kurikuler.

4. Strategi Pendukung

Untuk mendukung program akademik dan non-akademik, mencakup

penerapan pengembangan fasilitas sekolah, dan menyediakan program

pendukung merupakan suatu strategi yang dirancang untuk melayani

siswa dan guru.

5. Strategi Evaluatif

Kepala sekolah secara rutin mengevaluasi program-program sekolah.

Evaluasi umum diadakan setiap tahun dan para siswa mengisi survey

evaluasi setiap tahun menyangkut program-program sekolah dan

kepemimpinan kepala sekolah.

25
Raihani, Kepemimpinan Sekolah Transformatif, Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang,
2010, h. 184.
Dalam menentukan suatu strategi dan kebijakan organisasi.

Langkah pertama adalah menetapan tujuan. Langkah kedua adalah

penentuan strategi untuk mencapai tujuan tersebut dan langkah terakhir

adalah pengendalian strategi yang memberikan umpan balik mengenai

kemajauan yang dicapai.

Didalam strategi yang baik terdapat koodinasi tim kerja, memiliki

tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-

prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan

memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.

2. Kinerja Guru

1) Pengertian kinerja guru

Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual

performance (prestasi kerja atau prestasi yang sesungguhnya yang

dicapai oleh seseorang).26 Handoko dalam bukunya manajemen

personalia dan sumberdaya mendefinisikan kinerja sebagai proses

dimana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.

Prawiro suntoro dalam bukunya Merry Dandian Panji mengemukakan

bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai

tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.

26
Anwar Prabu Mangkunegara, Managemen Sumber Daya Manusia Perusahaan
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2015), h.56
Anwar Prabu Mangku Negara mendefinisikan kinerja (prestasi

kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggungjawab yang diberikannya.27 Kinerja adalah perbuatan

seseorang dalam mengemban tugas dan wewenang yang menjadi

kewajiban dan tanggung jawabnya yang disertai dengan kemampuan

dan keahlian profesi. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa kinerja adalah sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan

seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi

oleh berbagai factor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode

waktu tertentu.28

Kinerja merupakan terjemahan dari kata Performance (Job

Performance), secara etimologis performance berasal dari kata to

perform yang berarti menampilkan atau melaksanakan, sedang kata

performance berarti “The act of performing; execution “(Webster

Super New School and Office Dictionary), menurut Henry Bosley

Woolf Performance berarti “The Execution of an action” (Webster

New Collegiate Dictionary). Dari pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa kinerja atau performance berarti tindakan

menampilkan atau melaksanakan suatu kegiatan, oleh karena itu

27
Ibid., h. 67.
28
Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008), h. 121.
performance sering juga diartikan penampilan kerja atau perilaku

kerja.29

Guru sebagai unsur pelaksanaan langsung dan pelaku utama

dalam proses pendidikan di sekolah. Guru berhadapan dengan berbagai

perubahan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

sangat cepat, menuntuk kemampuan guru yang menyesuaikan diri,

sehingga tuntutan perubahan dalam pembelajaran siswa dapat

dilaksanakan denga baik.30

Peran, tugas dan tanggung jawab guru sebagai berikut:

1. Guru Sebagai pengajar

2. Guru Sebagai pengajar dan pendidik

3. Guru Sebagai Pengajar, Pendidik, Agen Pembaharuan, dan


Pembangunan Masyarakat

4. Guru Sebagai Pembimbing

5. Guru Sebagai Administrator Kelas

6. Guru Sebagai Demonstrasi

7. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator

8. Guru Sebagai evaluator

9. Guru secara Pribadi

29
Siti Asiah T., Efektivitas Kinerja Guru, Tadbir” Jurnal manajemen Pendidikan Islam
Volume 5 No. 2 Agustus 2016, h. 1,
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/tjmpi/article/view/435/343,diakses 10-01-2020.
30
Laginta, Siska A., Lukman Arsyad, and Muh Arif. “Peran Guru PKN dalam meningkatkan
kesadaran lingkungan studi habituatif di kelas III SDN 1 Momalia.” (Directory Of Elementary
Education Journal) 2.2 (2021): 2
10. Guru Sebagai Suri Teladan

11. Guru Sebagai Psikologis31

Guru adalah “seorang yang mempunyai gagasan yang harus

diwujudkan untuk kepentingan anak didik, sehingga menunjang hubungan

sebaik-bainya dengan anak didik, sehingga menjunjung tinggi,

mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut agama,

kebudayaan dan keilmuan”. Kinerja pengajar atau guru adalah perilaku atau

respons yang memberi hasil yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan

ketika dia menghadapi suatu tugas. Kinerja tenaga pengajar atau guru

menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang dialami tenaga pengajar,

jawaban yang mereka buat, untuk memberi hasil atau tujuan.32 Berdasarkan

pengertian yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru

adalah prestasi yang dicapai oleh seorang guru dalam mengelola dan

melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran sesuai dengan ukuran yang

berlaku bagi pekerjaannya.

2) Kompetensi Guru

Menurut Sagala dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen pasal I, ayat 10, disebutkan “kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesional”.
31
Arif, H. Muh. Profesi Kependidikan: Pedoman Dan Acuan Guru Mencintai Profesinya.
Insan Cendekia Mandiri, 2020
32
Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru (Jakarta: Persada Press, 2010), h.
87.
Peningkatan kompetensi mengajar guru merupakan suatu upaya

yang dilakukan dalam menigkatkan profesional guru yang dimiliki,

sehingga diperoleh peningkatan dengan dibuktikan oleh peningkatan

pelayanannya sebagai pengajar. Dalam hal ini seorang guru diarahkan

untuk memiliki kemampuan yang lebih baik. Peningkatan kompetensi

mengajar guru dimaksudkan yaitu untuk mengembangkan suatu jaringan

dan system pembinaan kreatif dengan melibatkan secara aktif seluruh

pembina guru dalam suatu kegiatan peningkatan profesional terpadu.

Peningkatan kompetensi mengajar guru dilakukan sebagai upaya untuk

meningkatkan kualitas dan kesesuaian program pendidikan, baik kualitas

mengajar guru, kualitas belajar siswa maupun kesesuaian bahan dan cara

pengajaran dengan tuntutan kebutuhan peserta didik.

Untuk mewujudkan itu semua, diterbitkannya Undang-Undang

Nomor 14 tahun 2005 pasal 10 tentang Guru dan Dosen dikemukakan

bahwa kompetensi guru itu mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.33

Adapun rincian kompetensi guru sebagai berikut:

1. Kompetensi Pedagogik

33
Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, h. 7.
Menurut Asmani, kompetensi pedagigik adalah kemampuan

seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. 34

Kompetensi pedagogik terdiri dari 10 indikator antara lain:

a. Menguasai karakteristik peserta didk dari aspek fisik, akhlak, spiritual,

sosial, budaya, emosional dan intelektual.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik.

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran.

d. Menyelenggarakan pembelajaran pengembangan yang mendidik dan

dialogis.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan.

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

nengaktualisasi berbagai potensi yang dimiliki.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta

didik.

h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

34
Jurnal Ma’mur Asmani, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional,
(Yogyakarta: Power Books, 2009), h.69
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas

pembelajaran35.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa guru tidak hanya

dituntut harus menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, mampu

menggunakan media atau sumber pengajaran yang ada, melainkan guru

harus mampu menyusun dan mengelola program pengajaran secara umum,

menginteraksikan kegiatan belajar mengaar terhadap perkembangan fisik

dan psikis siswa yang sehatserta kemampuan mengadakan penilaian secara

objektif emi kepentingan keberhasilan dalam pengajaran.

2. Kompetensi Kepribadian

Menurut Sarimaya, kompetensi kepribadian merupakan

kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap,

stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik, dan

berakhlak mulia36. Lebih lanjut asmani mengungkapkan bahwa ada

beberapa indicator kepribadian, yaitu sebagai berikut::

a. Bertindak sesuai dengan norma agama Islam, hukum, sosial, dan

kebudayaan nasional Indonesia.

b. Memiliki kemampuan untuk menjaga integritas diri sebagai GPAI

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia, dan teladan

bagi peserta didik dan masyarakat.


35
Jurnal Ma’mur Asmani, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional,
(Yogyakarta: Power Books, 2009), h.73
36
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru, (Bandung: Yrama Widya, 2009), h.18
d. Manampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif

dan berwibawa.

e. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga

menjadi GPAI dan rasa percaya diri.

f. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.37

Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa kompetensi

kepribadian merupakan sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan

kemempuan pribadi dengan segala karakteristik yang mendukung terhadap

pelaksanaan tugas guru terhadap siswa. Oleh karena itu kompetensi

kepribadian guru PAI amatlah penting bagi proses pembelajaran bagi

siswa

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupaka kemampuan guru untuk

menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada

waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Oleh karena itu perhatian

yang diberikan masyarakat terhadap terhadap gurupun berbeda da nada

kekhususan terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor

pembangunan di daerah tempat guru tinggal. Menurut Sarimaya 38, bahwa

kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyelesaikan diri

37
Jurnal Ma’mur Asmani, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional,
(Yogyakarta: Power Books, 2009), h.118
38
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru, (Bandung: Yrama Widya, 2009), h.72
kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan

tugasnya sebagai guru.

Kompetensi sosial terdiri atas 4 sub kompetensi antara lain:

a. Bertindak objektif, dan tidak diskriminatif

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

c. Beradaptasi ditempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia

yang memiliki keragaman sosial budaya.

d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain

secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Berdasarkan pendapat diatas, bahwa guru merupakan makhluk sosial

yang dalam kehidupannya tidak bisa lepas dari kehidupan sosial masyarakat

dan lingkungannya. Oleh karena itu guru agama dituntut untuk memiliki

kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitannya dengan

pendidikan.

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional guru adalah sejumlah kompetensi yang

berhubungan dengan profesi yang menuntut berbagai keahlian di bidang


pendidikan atau keguruan. Menurut Muslich bahwa kompetensi

profesional terdiri atas kemampuan:

a. Mengenal secara mendalam peerta didik hendak dilayani

b. Menguasai bidang ilmu sumber bahan ajaran

c. Menyelenggarakan pengajaran yang mendidik

d. Mengembangkan kemampuan profesional secara berkelanjutan39

Menurut Asmani, secara lebih khusus kompetensi profesional guru,

adalah sebagai berikut:

a. Memahami standar nasional pendidikan

b. Mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan

c. Mengusai materi standar

d. Mengelola program pembelajaran

e. Mengelola kelas

f. Menggunakan media dan sumber pembelajaran

g. Mengusai landasan-landasan kependidikan

h. Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik

i. Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah

j. Memahami penelitian dalam pembelajaran

k. Menampilkan keteladanan dalam pembelajaran

l. Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan

39
Mansur Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2010),h.7-8
m. Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual.40

Melalui peningkatan kompetensi mengajar guru tersebut, maka guru

diharapkan mampu mempertahankan profesi mengajar yang dimiliki,

meningkatkan prestasi kea rah yang lebih baik dan mampu mengadakan

inovasi-inovasi yang baru dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya.

Peningkatan ini pula memungkinkan suatu pengembangan yang mampu

membawa guru kea rah kemajuan dan mampu mengiringi perubahan yang

terjadi di lingkungannya, sehingga produktivitas atau kinerja yang

dihasilkannya mampu memberikan kepuasan yang optimal bagi konsumen

pendidkan dengan ditentukan oleh peningkatan mutu pendidikan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka dapat diketahui bahwa kecenderungan peningkatan ditujukan kepada

peningkatan kemempuan kompetensi mengajar guru sebagai sumber daya

yang mendapat perhatian besar dalam organisasi. Prinsipnya peningkatan yang

dilakukan terhadap individu berkaitan dengan usaha perbaikan dan

pengembangan dalam pelaksanaan tugas. Karena setiap yang dikerjakan harus

memiliki kompetensi, termasuk guru dalam mengajar dan mendidik, tidak bisa

hanya melaksanakannya dengan asal-asalan. Dengan demikian, guna

mencapai tujuan pembelajaran dengan baik, maka harus juga dilaksanakan

tugas mengajar dengan profesional juga.

3) Kiat-Kiat Peningkatan Kompetensi Guru

40
Jurnal Ma’mur Asmani, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional,
(Yogyakarta: Power Books, 2009), h.118
Mutu pembelajaran merupakan bagian dari mutu pendidikan secara

keseluruhan. Dalam hal ini sebelum memahami mutu pembelajaran terlebih

dahulu perlu di pahami mutu pendidikan. Banyak ahli yang mencoba

mendefinisikan mutu pendidikan, salah satunya Kemendikbud mendefinisikan

bahwa mutu pendidikan di sekolah dasar adalah kemampuan sekolah dalam

pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen

yang berkaitan dengan sekolah, sehingga penghasilan nilai tambah terhadap

komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku41.Dalam pengertian

tersebut diungkapkan bahwa pada dasarnya mutu pendidikan merupakan

kemampuan sekolah dalam menghasilkan nilai tambah yang diperolehnya

menurut standar yang berlaku. Berdasarkan pemikiran tersebut maka

pengertian mutu pembelajaran merupakan kemampuan yang dimiliki oleh

sekolah dalam menyelenggarakan pembelajaran secara efektif adan efisien,

sehingga menghasilkan manfaat yang bernilai bagi pencapaian tujuan

pengajaran yang telah ditentukan.

Adapun kiat-kiat peningkatan kualitas pembelajaran adalah sebebagai

berikut:

1. Penampilan Guru

Komponen yang menunjang terhadap peningkatan mutu

pembelajaran adalah penampilan guru, artinya bahwa rangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan

41
Kemendikbud, Petunjuk Peningkatan Mutu di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kemendikbud,
2014), h.7
pengajaran sangat menentukan terhadap mutu pembelajaran. Keadaan

tersebut dikarenaka guru merupakan salah satu pelaku dan bahwa

peeran utama dalam penyelenggaraan pembelajaran. Oleh karena itu

diharapkan guru harus benar-benar memiliki kemampuan,

keterampilan dan sikap seorang guru yang profesional, sehingga

mampu menunjang terhadap peningkatan mutu pembeajaran yang akan

dicapai.

2. Penguasaan Materi/Kurikulum

Komponen lainnya yang menunjang terhadap peningkatan

mutu pembelajaran yaitu penguasaan materi/kurikulum, artinya bahwa

penguasaan materi/kurikulum sangat mutlak harus dilakukan oleh guru

dalam menyelenggarakan pembelajaran. Keadaan tersebut dikarenakan

kurikulum/materi merupakan objek yang akan disampaikan pada

peserta didik. Dengan demikian kedudukan peguasaan materi ini

merupakan kunci yang menentukan keberhasilan dalam meningkatkan

mutu pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut atau

ditekankan untuk menguasai materi/kurikulum sebelum melaksanakan

pengajaran di depan kelas.

3. Penggunaan Metode Mengajar

Penggunaan metode mengajar guna merupakan komponen

dalam peningkatan mutu pembelajaran, artinya penggunaan metode

mengajar yang dipakai guru dalam menerangkan di depan kelas


tentunya akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu

pembelajaran. Dengan menggunakan metode mengajar yang besar dan

tepat, maka memungkinkan siswa lebih mudah dalam memahami

materi yang disampaikan guru.

4. Pendayagunaan Alat/Fasilitas Pendidikan

Komponen lainnya yang menentukan peningkatan mutu

pembelajaran akan baik apabila dalam pelaksanaan pembelajaran

didukung oleh alat/fasilitas pendidikan yang tersedia. Keadaan tersebut

memudahkan guru dan siswa untuk menyelenggarakan pembelajaran.

Dengan demikian diharapkan pendayagunaan alat/fasilitas belajar

harus memperoleh perhatian yang baik bagi sekolah dalam upayanya

mendukung terhadap peningkatan mutu pembelajaran.

5. Penyelenggaraan Pembelajaran dan evaluasi

Mutu pembelajaran juga itentukan oleh penyelenggaraan dan

evaluasinya. Keadaan ini menunjukkan bahwa pada dasarnya mutu

akan dipengaruhi oleh proses. Dengan demikian guru harus mampu

mengelola pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, sehingga mampu

mewujudkan peningkatan mutu yang tinggi.

6. Pelaksanaan Kegiatan Kurikuler dan Ekstra-kurikuler

Peningkatan mutu pembelajaran pula dipengaruhi oleh

pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstra-kurikuler, artinya bahwa


mutu akan mampu ditingkatkan apabila dalam pembelajaran siswa

ditambah dengan adanya kegiatan kurikuler dan ekstra-kurikuler.

Keadaan ini beralasan bahwa dengan diadakannya kegiatan tersebut

akan menambah pengetahuan siswa diluar pengajaran inti di kelas dan

tentunya hal tersebut akan lebih meningkatkan kreativitas dan

kompetensi siswa42.

B. Kendala dan Upaya Mengatasi Kendala Strategi Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Kinerja Guru

1. Kendala Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkani Kinerja

Guru.

Kinerja menunjukkan penampilan seseorang dalam menjalankan

peran dan fungsinya dalam suatu lingkungan tertentu termasuk dalam

organisasi. Kenyataannya banyak faktor yang mempengaruhi kinerja,

sehingga bila diterapkan pada pekerja maka bagaimana dia bekerja akan

menjadi dasar untuk menganalisis latar belakang yang mempengaruhinya.

Semua ini menerangkan bahwa kinerja itu pada garis besarnya

dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor indivdu itu sendiri seperti motivasi,

keterampilan, dan juga pendidikan dan faktor situasi, seperti iklim kerja,

tingkat gaji, kesempatan berprestasi, dan sebagainya.

Menurut Kapelman yang dikutip oleh Supardi menyatakan bahwa:

kinerja organisasi ditentukan oleh empat faktor antara lain yaitu: (1)

lingkungan, (2) karakteristik individu, (3) karakteristik organisasi dan (4)

42
Kemendikbud, Petunjuk Peningkatan Mutu di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kemendikbud,
2014), h.10-12
karakteristik pekerjaan.43 Dengan demikian, kinerja pegawai sangat

dipengaruhi oleh karakteristik individu yang terdiri atas pengetahuan,

keterampilan, kemampuan, memotivasi, kepercayaan, dan nilai-nilai, serta

sikap. Karakteristik individu sangat dipengaruhi oleh karakteristik

organisasi dan karakteristik pekerjaan. Menurut A. Anwar Prabu

Mangkunegara yang di kutip oleh Uhar Suharsaputra, mengemukakan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah :

a. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi

situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri

pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental

merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk

berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Pegawai akan

mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motivasi tinggi.

b. Faktor Kemampuan

Secara spikologi kemampuan (Ability) pegawai terdiri dari

kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge + Skill).

Artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120)

dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil

dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah

mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu

ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.44

43
Supardi, Kinerja Guru, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013, h. 50.
44
Uhar Saputra, Administrasi Pendidikan, Bandung: PT Refika Aditama, 2013, h. 172-173
Berdasarkan penapat diatas, sudah jelas faktor kemampuan dapat

mempengaruhi kinerja karena dengan kemampuan yang tinggi maka

kinerja pegawai pun akan tercapai. Sebaliknya, bila kemampuan pegawai

rendah atau tidak sesuai dengan keahliannya maka kinerja pun tidak akan

tercapai. Begitu juga dengan faktor motivasi yang merupakan kondisi yang

menggerakkan diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara

maksimal.

Dari beberapa pendapat diatas jika dikaitkan dengan Guru, yang

merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap sebagai

orang yang berperan sangat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan

yang merupakan pencerminan mutu pendidikan. Keberadaan guru dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya tidaklah lepas dari pengaruh

internal maupun eksternal yang membawa dampak pada perubahan kinerja

guru. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah sebagai

berikut:

1) Kepribadian dan Dedikasi

Setiap guru memiliki pribadi masing-masing sesuai cirri-ciri pribadi

yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru

dari guru lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah

abstrak, yang hanya dapat di lihat dari penampilan, tindakan, ucapan,

cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan. Kepribadian

inilah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan Pembina

yang baik bagi anak didiknya ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hari depan anak didik. Kepribadian adalah cerminan

dari citra seorang guru dan akan memengaruhi interaksi antara guru

dan anak didik. Oleh karena itu , kepribadian merupakan faktor yang

menentukan tinggi rendahnya martabat guru. Kepribadian guru akan

tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan

membimbing anak didik.

2) Pengembagan Profesi

Pengembangan profesi merupakan hal penting untuk diperhatikan guna

mengantisipasi perubahan dan beratnya tuntutan terhadap profesi guru.

Pengembangan profesionalisme guru menekankan kepada penguasaan

ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi

penerapan.

3) Kemampuan Mengajar

Untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik, guru memerlukan

kemampuan. Pada tatan ini, kompetensi guru merupakan kemampuan

atau kesanggupan guru dalam mengelola pembalajaran. Titik tekannya

adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran bukanlah apa

yang harus dipelajari (learning what to be learnt), guru dituntut mampu

menciptakan dan menggunakan keadaan positif untuk membawa

mereka kedalam pembelajaran agar anak dapat mengembangkan

kompetensinya.

4) Hubungan Dengan Masyrakat


Kemampuan guru membawa diri tengah masyarakat dapat

mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap guru. Guru harus

bersikap sesuai dengan norma-norma yang berlaku di

masyarakat,responsip, dan komunikatif terhadap masyarakat, serta

toleran dan menghargai pendapat mereka. Agar hubungan dengan

masyarakat terjamin baik dan berlangsung kontinu, diperlukan

peningkatan prfesi guru dalam hal berhubungan dengan masyarakat.45

Menurut mahmudi, dalam Muwahid Shulhan, faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja yaitu : 1) faktor personal atau individual, meliputi:

pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan

komitmen yang memiliki indivisu; 2) faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas

dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan

oleh manajer; 3) faktor tim, kepercayaan terhadap anggota tim, kekompakan dan

keeratan anggota tim; 4) faktor system, meliputi system kerja, fasilitas dalam

organisasi; 5) faktor situasional, meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan

ekternal dan internal.46

Sementara itu menurut Budi Suhardiman faktor yang mempengaruhi

kinerja itu. Sekurang-kurangnya ada tiga faktor yang akan mempengaruhinya,

yaitu (1) kemampuan, (2) upaya, (3) peluang atau kesempatan.47

45
Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012, h. 447-456
46
Muwahid Shulhan, Metode Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan
Kinerja Guru, Yogyakarta: Teras, 2013, h. 103.
47
Budi Suhardiman, Studi Pengembangan Kepala Sekolah Konsep dan Aplikasi, Jakarta:
Rineka Cipta, 2012, h. 35.
Dari beberapa pendapat diatas jika dikaitkan dengan kinerja guru, maka

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru secara umum adalah 1) Faktor dari

dalam individu seperti kemampuan, kepuasan, motivasi dan semangat seorang

guru dalam menjalankan pekerjaannya untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan oleh lembaga pendidikan atau sekolah 2) faktor dari luar diri individu

seperti keadaan ekonomi, dorongan dan arahan pimpinan, kebijakan sekolah atau

pemerintah dan sebagainya.

2. Upaya Mengatasi Kendala Startegi Kepemimpinan Kepala Sekolah

dalam Meningkatkan Kinerja Guru

Ada beberapa alternative pemecahan masalah dalam upaya

meningkatkan kinerja guru agar tercapainya pendidikan yang bermutu.

a. Adanya institusi yang selalu membina kinerja guru dan tenaga

kependidikan.

Dengan adanya institusi ini diharapkan guru mendapatkan

pembinaan secara kontinyu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

kinerjanya. Selain itu, institusi ini merupakan tempat bagi guru untuk

bertanya dan berkonsultasi tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam

menjalankan profesinya sehingga mendapatkan pembinaan. Institusi

tersebut bisa saja semacam lembaga “bimbingan konseling dan kinerja”

bagi guru.

b. Pengawasan kepala sekolah

Kepala sekolah adalah orang yang diberi tugas dan tanggung jawab

mengelola sekolah, menghimpun, memanfaatkan, dan menggerakkan


seluruh potensi sekolah secara optimal untuk mencapai tujuan. Sebagai

manajer, kepala sekolah berhak melakukan pengawasan terhadap kinerja

guru, apakah guru sudah menjalankan fungsinya dengan baik. Melalui

pengawasan ini diharapkan adanya komunikasi antara guru dan kepala

sekolah mengenai apa saja yang menyimpang dari kinerja guru dan apa

saja yang bisa lebih ditingkatkan. Dengan demikian guru dapat

menentukan arah kinerja yang lebih baik guna tercapainya keberhasilan

pendidikan. Adapun bentuk pengawasan yang dapat dilaksanakan seperti

supervisi kelas, supervisi administrasi, dan supervise kegiatan, yang

dimaksud adalah kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan belajar

mengajar di luar kelas.

c. Kegiatan musyawarah antara guru bidang studi yang serumpun di sekolah

Kegiatan musyawarah ini memberikan wadah bagi guru untuk

berdiskusi, berbagi pengalaman, dan memecahkan masalah-masalah

pengajaran yang dialami oleh guru. Melalui kegiatan ini diharapkan

diperoleh hasil-hasil yang dapat meningkatkan kinerja guru dan

menambah wawasan bagi guru. Adapun tempat pelaksanaannya adalah di

sekolah sendiri, sehingga guru lebih fleksibel dalam mengatur waktu

pertemuan dan segala sesuatunya yang berkaitan dengan kegiatan tersebut.

Jadi kegiatan ini semacam “Musyawarah Guru Mata Pelajaran”.

d. Mendatangkan motivator

Motivator adalah orang yang mempunyai keahlian memberikan

motivasi kepada orang lain. Ada tiga fungsi motivasi yaitu sebagai
pendorong, pengarah, dan sekaligus penggerak prilaku seseorang untuk

mencapai suatu tujuan. Berdasarkan ketiga fungsi motivasi itulah seorang

motivator mungkin memberikan arahan kepada guru untuk meningkatkan

kembali kinerjanya. Mendatangkan seorang motivator perlu sesekali

dilakukan guna membangkitkan kembali semangat guru-guru dalam

menjalankan tugasnya. Mungkin guru-guru tersebut akan merasa lepas

dari kejenuhan dan mendapatkan energi baru serta siap untuk tugas-tugas

selanjutnya. Hal ini akan memberikan sesuatu yang positif untuk

keberhasilan pengajaran yang dilaksanakannya.

e. Memberikan fasilitas yang memadai

Dengan tersedianya fasilitas pembelajaran yang cukup dan memadai akan

memudahkan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dan akan

menghasilkan pembelajaran yang bermutu pula. Apabila hal ini terpenuhi

maka output yang dihasilkan pun akan berkualitas.

f. Memberikan insentif yang memadai bagi guru

Pemberian insentif yang memadai bagi guru dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan guru dan keluarganya sesuai standar kebutuhan

ekonomi saat itu. Jadi guru tidak perlu mencari penghasilan tambahan di

luar tugasnya demi memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Hal ini

bertujuan agar guru fokus pada pekerjaannya, sehingga guru dapat

mengembangkan kreativitasnya dan inovasinya dalam pendidikan.


Dengan demikian, alternative pemecahan masalah tersebut diharapkan

dapat meningkatkan kinerja guru dalam dunia pendidikan. Sehingga, guru dapat

memberikan pendidikan yang bermutu, dan diharapkan sekolah menghasilkan

lulusan yang berkualitas.

C. Kajian yang Relevan

Penulis telah berusaha melakukan peneusuran terhadap beberapa

tulisan yang di anggap memiliki kemiripan maupun kesamaan dari penelitian

penulis. Temuan tersebut ada yang dianggap memiliki kemiripan dengan

tulisan penulis, yaitu:

1. Tesis yang di tulis oleh Mahmudi, yang berjudul Upaya Kepala Madrasah

Dalam Meningkatkan Kinerja Guru pada MTS Al-Fauzul Kabir Kota

Jantho Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2013. Kepemimpinan Kepala

Madrasah adalah salah satu faktor yang dapat mendorong suatu sekolah

untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui

program-program yang dilaksanakan secara bersama-sama. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan kepala Madrasah Dalam

Meningkatkan komitmen guru dan hambatan yang sering dialami kepala

madrasah dalam meningkatkan Kinerja Guru pada MTS Al-Fauzul Kabir

Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

(1) Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam meningkatkan komitmen kerja

melalui pemberdayaan guru sesuai bidangnya masing-masing. Melakukan

evaluasi supervisi kelas. Pembinaan rutin intern sekolah dan memberikan

reward kepada guru yang berprestasi. (2) Kepemimpinan Kepala Madrasah


dalam meningkatan semangat kerja melalui pembinaan professional kerja,

mengevaluasi program mengajar guru, kesepakatan dalam hal kedisiplinan

waktu serta kerja melalui pembinaan profesional kerja, mengevaluasi

program mengajar guru, kesepakatan dalam hal kedisiplinan waktu serta

kerja sama intern dengan kepala madrasah dan guru. (3) Hambatan yang

dialami kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru adalah

kertbatasan waktu dalam melaksanakan supervisi kelas, pembinaan

profesional guru dan evaluasi PBM guru serta alokasi dana yang terbatas

di madrasah Tsanawiyah Al-Fauzul Kabir Kota Jantho.48

2. Tesis yang ditulis oleh M. Syaifi dengan judul Strategi Kepemimpinan

Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di SMAN 3 Dusun

Selatan Kabupaten Barito Selatan. Strategi kepemimpinan merupakan

rangkaian dari rencana sebagai sasaran, kebijakan atau tujuan yang

ditetapkan oleh seorang pemimpin sesuai dengan kondisi yang ada,

sehingga mampu mewujudkan/ mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan

dalam kaitannya dengan strategi kepemimpinan kepala sekolah, maka

tujuan yang akan dicapai yaitu peningkatan mutu sekolah. Penelitian ni

bertujuan untuk mendeskripsikan Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMAN 3 Dusun Selatan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa: (1) strategi kepemimpinan kepala sekolah

dalam meningkatkan kinerja guru di SMAN 3 Dusun Selatan dengan cara

peningkatan disiplin dengan mencek daftar hadir, memberikan motivasi,


48
Mahdi, Upaya Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru pada MTsS Al-
Fauzul Kabir Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar,Program Studi Magister Administrasi Pendidikan
Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala, Tesisi, 2013.
menjadi teladan dengan memberikan contoh terbaik dalam segala tindakan

disekolah, dan melakukan supervise antara lain pengawasan, penilaian dan

evaluasi terhadap kinerja guru serta tenaga kependidikan. (2) kendala yang

terjadi dalam strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan

kinerja guru di SMAN 3 Dusun Selatan, sebagian guru terlambat

kesekolah karena infrastruktur rusak, tidak menggunakan perangkat

mengajar, keluar lebih cepat dari waktu yang ditentukan oleh sekolah,

tidak termotivasi dalam meningkatkan kinerjanya, kurangnya sarana

prasarana sekolah, pengawas binanya kurang berperan dalam pembinaan.

(3) cara mengatasi kendala dalam peningkatan kinerja guru di SMAN 3

Dusun Selatan yaitu melakukan peningkatan disiplin dengan cara

meberikan peringatan dan teguran, memberikan motivasi dalam

mengembangkan SDM, Melakukan supervise 1 kali dalam triwulan

dengan melibatkan pengawas Pembina, menjalin kerjasama dengan pihak

terkait dan Stecholder, serta memberdayakan dana BOS untuk melengkapi

sarana prasarana belajar.49

3. Jurnal yang ditulis oleh Mukhtar, dengan judul Strategi Kepala Sekolah

Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada SMP Negeri di Kecamatan

Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2015. Hasil penelitian ini

menunjukkan: 1) Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan

kemampuan guru melalui pembinaan kemampuan guru dalam proses

pembelajaran, 2) Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin

49
M. Syaifi, M. S. Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja
guru di SMAN 3 Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan. Diss. IAIN Palangka Raya, 2017.
guru yaitu: a) Menegakkan kedisiplinan guru, b) Meningkatkan standar

perilaku guru, c) Melaksanakan semua peraturan. 3) Strategi kepala

sekolah dalam meningkatkan motivasi guru yaitu menciptakan situasi yang

harmonis, memenuhi semua perlengkapan yang diperlukan serta

memberikan penghargaan dan hukuman, 4) Strategi kepala sekolah dalam

meningkatkan komitmen guru adalah: mengadakan pelatihan,

mendatangkan tutor ke sekolah dan memberikan kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan, menempatkan guru sesuai dengan bidangnya, dan

mengadakan rapat setiap awal semester. 5) Hambatan yang dihadapi

kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru adalah: a) kurang tegas

dalam menerapkan kebijakan b) guru kurang motivasi dan domisili guru

yang jauh c) fasilitas sekolah yang belum memadai d) rendahnya

partisipasi warga lingkungan sekolah.50

4. Skripsi Yofia Astrianingsih dalam skripsinya tahun 2015 yang menyatakan

bahwa peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja

guru di SDN 1 Darmakradenan Kecamatan Ajibarang antara lain:

memberdayakan manajemen dan guru, dan pemberian penghargaan

(Rewards), kepala sekolah sebagai motivator melalui pemberian motivasi

dan pembinaan disiplin tenaga kependidikan, kepala sekolah sebagai

educator (pendidik) yaitu membuat target yang disepakati, melakukan

sosialisasi target dan melengkapi fasilitas yang dibutuhkan.51


50
Muktar, Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada SMP Negeri
Di Kecamatan Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar, Fakultas Pascasarjana, Jurusan Magister
Administrasi Pendidikan, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 2015.
51
Yofia Astrianingsih, Skripsi: “Peran Kepemimpinan kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Kinerja Guru di SDN 1 Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas”. Purwokerto:
5. Jurnal Kasidah, Murniati AR dan Bahrun menyatakan bahwa kepala

SDLB Negeri Banda Aceh menyusun program kebijakan meningkatkan

kinerja guru, dilaksanakan dalam rapat kerja di sekolah pada awal tahun

ajaran dengan melibatkan guru. Program kebijakan yang ditetapkan seperti

tata tertib sekolah, kegiatan KKG dan memberikan kesempatan pelatihan

baik tingkat daerah maupun nasional. Gaya kepemimpinan kepala sekolah

dalam meningkatkan kinerja guru pada Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri

Banda Aceh, menerapkan Gaya Kepemimpinan yang berimbang antara

penekanan pada perilaku otokratis, dan perilaku demokratis. Gaya

kepemimpinan situasional dilaksanakan dengan menyesuaikan pada situasi

dan kondisi sekolah.52

D. Kerangka Berfikir

Hakikat pendidikan adalah membentuk dan mengarahkan insting

manusia sehingga dapat berkreasi sampai tingkat yang maksimal sehingga

cenderung sesuai dengan apa yang diharapkan..

Terlebih lagi, untuk mencapai tujuan tersebut, penting untuk

menyiapkan beberapa komponen pendidikan, salah satunya adalah

pendidik sebagai komponen pelatihan yang memutuskan dalam

memahami tujuan instruktif tersebut.

Yang esensial dengan tujuan akhir untuk lebih mengembangkan

kinerja pendidik dan membina SDM yang seharusnya ada dalam iklim

IAIN Purwokerto, 2015


52
Jurnal Magister Administrasi Pendidikan, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Kinerja Guru Pada Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Banda Aceh, Volume 5 No.2,
2017
sekolah dalam menyelesaikan berbagai prosedur tersebut dalam rencana

atau strategi yang telah dibuatnya. Teknik yang dapat dilakukan oleh

kepala sekolah/pemimpin adalah dengan mencari arahan pelaksanaan

instruktur, mengecek pelaksanaan pendidik, menilai interaksi dan hasil

kerja (kinerja guru).

Untuk melakukan pembinaan terhadap guru ada beberapa kendala

yang dihadapi personal/kepala sekolah dalam mengupayakan peningkatan

kinerja guru, seperti terjadi pelanggaraan disiplin kerja guru, faktor

kurangnya penghayatan pada ilmuan yang dimiliki, faktor usia dan dan

faktor senior yang membuat para guru tidak bersemangat lagi dalam

meningkatkan kinerja mereka.

Kurang pengawasan Kurang pembinaan

Pembinaan
Kinerja Guru
Strategi Kepala
Sekolah
Pembinaan
Disiplin Guru
Kurangnya fasilitas Peningkatan
Kinerja Guru Pengawasan
Kurang Optimis Kinerja

Motivasi
Kinerja Guru

Penghargaan
Tidak disiplin
Lemah Pengawasan
waktu
Bagan I Kerangka Berfikir

Berdasarkan bagan diatas salah satu komponen yang sangat penting dalam

lembaga pendidikan adalah guru. Dalam meningkatkan kinerja guru kepala

sekolah harus memiliki strategi yang tepat dalam meningkatkan kinerja guru

mulai dari bagaimana pembinaan kinerja guru, pembinaan disiplin guru,

pengawasan kinerja, memotivasi serta memberikan penghargaan kepada guru

yang telah menjalan tugas belajar mengajar dengan baik, sehingga tujuan

pendidikan ini dapat berjalan secara efektif dan efisien.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan dengan pedekatan

kualitatif. Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan angka-angka,

akan tetapi berupa kata-kata atau gambaran. Data yang dimaksud berasal dari

wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi dan lainnya 53. Oleh karena

itu dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan

fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek yang berupa

individu, organisasional atau prespektif yang lain. Adapun tujuannya adalah untuk

menjelaskan aspek yang relevan dengan fenomena yang diamati dan menjelaskan

53
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), h. 11
karakteristik fenomena atau masalah yang ada. Menurut Bogdad dan Taylor,

mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghadirkan data deskriptif beberapa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang atau pelaku yang dapat diamati54.

Penelitian kualitatif digunakan untuk mengungkap data deskriptif dari

informasi tentang apa yang mereka lakukan dan yang mereka alami terhadap

fokus penelitian, yang bekaitan dengan strategi yang dilakukan kepala sekolah

sebagai pemimpin dalam meningkatkan kinerja guru.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN 21 LIMBOTO Jalan. Halante,

Tilihuwa Kecamatan. Limboto Kabupaten. Gorontalo Provinsi. Gorontalo.

Penelitian direncanakan berlangsung selama 3 (tiga) bulan yang terdiri dari 2

(dua) bulan pengumpulan data, 1 (satu) bulan berikutnya peneliti melakukan

pengelolaan data, yang dilanjutkan dengan penyajian data dari bab I hingga

bab V.

C. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam pengumpulan data

adalah:

a. Observasi

54
Ibid, h.4
Menurut Burhan dalam Darwiyansah observasi adalah

kemampuan seseorng untuk menggunakan pengamatanya melalui hasil

kerja panca indramata serta dibantu dengan panca indra lainya.

Sedangkan menurut pendapat Mardalish observasi adalah metode

pengumpulan data dengan cara mengamati langsung terhadap objek

penelitian. Observasi atau pengamatan di gunakan dalam rangka

mengumpulkan data dalam satu penelitian yang merupakan hasil

perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari suatu

rangsangan tertentu yangdi inginkan, atau suatu studi yang di sengaja

dan sistematis tentang keadan atau fenomena sosial dan gejala-gejala

pesikis dengan mengamati dan mencatat.55

Dalam melaksanakan pengamatan ini peneliti harus melakukan

pendekatan dengan subyek penelitian. Teknik pengumpulan data

observasi ini juga mempunyai ciri yang spesifik, bila dibandingkan

dengan teknik yang lain. Dalam kegiatan observasi ini dilakukan yaitu

dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung mengenai

strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja

guru di SDN 21 LIMBOTO

b. Wawancara/Interview

Wawancara atau interview teknik pengumpulan data yang di

gunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan

55
Darwiyansyah, Metode Penelitian kualitatif dan kuantitatif (Jakarta ; Haja Mandiri
2017), h.48
melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang

dapat memberikan keterangan kepada si peneliti56

Wawancara juga biasa diartikan suatu teknik pegumpulan data

untuk mendapatkan informasi yang di gali dari sumber data langsung

melalui percakapan atau tanya jawab. Teknik wawancara berarti

melakukan interaksi komunikasi dan percakapan antara pewawancara (

interviewer ) dan terwawancara ( interview ) dengan maksud

menghimpun informasi dari interview. Interview pada penelitian

kualitatif adalah informan yang dari pengetahuan dan pemahaman

diperolehnya.

Teknik wawancara ini digunakan dengan informan yang

pertama kepala sekolah, data yang didapatkan dari kepala sekolah

adalah mengenai;

a) Starategi apa yang di gunakan kepala sekolah dalam meningkatkan

kinerja guru.

b) Hasil pelaksanaan strategi yang di gunakan kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerja guru.

c) Kendala yang dihadapi dalam mengaplikasikan strategi

peningkatan kinerja guru.

Kedua guru, data yang di dapatkan dari guru-guru adalah mengenai:

a) Pembinaan yang di lakukan kepala sekolah.

b) Hubungan guru dengan kepala sekolah.

c) Program peningkatan yang di lakukan sekolah


56
Darwiyansyah, Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif, h.47
d) Hubungan guru dengan guru.

e) Kehadiran guru kesekolah, ketepatan waktu dalam pelaksanaan

proses belajar mengajar.

f) Tipe kepemimpinan kepala sekolah.

g) Topuksi guru.

Ketiga komite sekolah, data yang di dapatkan dari komite

sekolah adalah mengenai:

a) Hubungan kepala sekolah dengan komite.

b) Kinerja kepala sekolah,

c) Kinerja guru

d) Keterlibatan komite terhadap kegiatan sekolah.

Dalam hal ini penulis mewawancarai Kepala Sekolah dan guru

terkait strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan

kinerja guru.

c. Dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode-metode lain, yaitu metode

dokumentasi. Dokumentasi adalah catatan kejadian yang dinyatakan

dalam bentuk lisan, tulisan dan karya bentuk. Dokumen juga

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya catatan harian,

sejarah-sejarah kehidupan (life historis). Yang berbentuk lisan

misalnya bicara atau dialog dalam bahasa suku tertentu


2. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data atau Tahapan-tahapan penelitian

dalam penelitian kualitatif menurut Moleong terdiri dari tahap sebelum

kelapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisa data, dan tahap

penulisan laporan.57

Dalam tahap pralapangan, peneliti melakukan persiapan yang

terkait dengan kegiatan penelitian, misalnya mengirim surat ijin ke tempat

penelitian. Apabila tahap pralapangan sudah berhasil dilaksanakan,

peneliti melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu tahap di lapangan sampai

pada tahap pelaporan penelitian tentang strategi kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerja guru.

D. Data dan Sumber Data

1. Data Penelitian

Data penelitian yang digali dan ditemukan dalam penelitian ini

adalah, informasi atau keterangan yang berkaitan dengan Strategi Kepala

Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SDN 21 Limboto.

Dalam pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu menetapkan

sumber yang merupakan kunci utama (key informasi), yang dipilih dan di

pandang mengetahui tentang strategi kepala sekolah dalam meningkatkan

kinerja guru.

2. Sumber Data Penelitian

57
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2009,
h. 150.
Menurut Lofland dan Lofland yang dikutip oleh Lexy J. Moleong

mengatakan sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata,

dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lainnya.58

Berdasarkan pendapat tersebut, sumber data prima dalam

penelitian ini adalah pihak-pihak yag terlibat dalam peningkatan kinerja

guru di SDN 21 Limboto yaitu:

a. Seorang kepala sekolah yang berperan sebagai puncak penentuan

kebijakan sekolah, guna memberikan informasi tentang pelaksanaan

peningkatan kinerja guru di sekolah.

b. Guru yang mampu memberikan informasi dan merasakan tentang

pelaksanaan program-program peningkatan kinerja guru.

c. Komite sekolah yang berperan memantau dan turut berpartisipasi

dalam pengembangan peningkatan mutu sekolah

Sumber data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari studi

dokumentasi yang ada di SDN 21 Limboto, meliputi dokumen yang ada pada

kepala sekolah, guru, perpustakaan, arsip dan lainnya yang berhubungan

dengan fokus penelitian. Data primer dan sekunder dimaksudkan untuk dapat

mendeskripsikan fenomena yang terjadi di lapangan sehingga dapat

mengungkapkan guna menjawab dari pertanyaan penelitian.

E. Teknik Analisis Data

58
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,
h. 157.
Analisa yang di gunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian

kualitatif, analisis data lebih difokuskan pada selama proses di lapangan

bersamaan dengan pengumpulan data. Miles dan Huberman mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.

Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan

conclusion drawing/verification59

Analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh peneliti di lapangan masih bersifat kompleks, maka

perlu dicatat secara rinci. Data yang diperoleh harus segera dianalisis

melalui reduksi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfoku skan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

2. Penyajian Data (Data Display)

Langkah selanjutnya setelah reduksi data adalah menyajikan data. Dalam

penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Namun demikian Miles dan Huberman menyampaikan yang paling sering

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif.60

59
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. (Bandung : Alfabeta
2009), h.270
60
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. (Bandung : Alfabeta
2009), h.249
3. Penarikan Kesimpulan (Conclution drawing/verification)

Setelah data yang terkumpul di reduksi, yang selanjutnya disajikan, maka

langkah akhir dalam menganalisis dari reduksi data, display data sehingga

data dapat disimpulkan dan peneliti masih berpeluang untuk menerima

masukan.

F. Pengelolaan Keabsahan Data

1. Kredibilitas

Sugiyono menyatakan bahwa kredibilitas data hasil penelitian

kualitatif dilakukan melalui perpanjangan pengamatan, ketekunan dalam

pengamatan, diskusi rekan sejawat, triangulasi, analisis kasus negatif, dan

member check.61 Jika data kurang lengkap dan dianggap perlu penelitin

melakukan perpanjangan pengamatan, sebagaiaman dijelaskan oleh

Sugiyono:

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan

untuk melakukan wawancara dengan sumber data yang pernah ditemui

maupun dengan sumber data yang baru. Perpanjangan pengamatan akan

memberikan manfaat dalam hal kedekatan peneliti dengan sumber data,

semakin tumbuh rasa saling percaya dan terbuka, sehingga informasi yang

diperoleh peneliti cenderung lebih luas dan dalam, dan peneliti bukan

dirasakan oleh sumber data sebagai orang asing. Lama perpanjangan

pengamatan tergantung pada kedalaman, keluasan, dan kepastian data

yang diperlukan oleh peneliti.62

61
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010, h. 121.
62
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010 h. 122-123
Kemudian untuk meningkatkan keabsahan data penulis

menggunakan Triangulasi. Triangulasi untuk memperoleh berbagai

sumber data seperti yang dijelaskan Sugiyono bahwa Triangulasi

merupakan pengecekan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang

dilakukan dengan berbagai cara, meliputi triangulasi sumber, triangulasi

teknik, dan triangulasi waktu. Triangulasi dapat juga dilakukan oleh

peneliti lain dalam melakukan pengumpulan data penelitian.63

Analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda

bahkan data yang bertentangan dengan data penelitian yang telah

diperoleh. Jika peneliti tidak menemukan data yang berbeda atau

bertentangan dengan data yang diperoleh, berarti data penelitian yang

diperoleh dapat dipercaya/ kredibel.64

Member check merupakan proses pengecekan data oleh peneliti

kepada sumber data. Jika data penelitian yang diperoleh disepakati oleh

seluruh sumber data, maka data penelitian yang diperoleh tersebut

dianggap valid. Member check bermanfaat agar informasi yang diperoleh

dan digunakan dalam laporan penelitian merupakan informasi yang sesuai

dengan apa yang dimaksud oleh sumber data.65

2. Transferabilitas

Untuk keabsahan data berikutnya penulis menggunakan keabsahan

secara Transferabilitas yaitu tanpa ada interfensi terhadapa data. Hal ini

sesuai pendapat Sanafiah Faisal dalam Sugiyono menjelaskan bahwa


63
Ibid, h. 125-127.
64
Ibid, h. 128
65
Ibid, h. 129
suatu laporan penelitian memenuhi syarat transferabilitas jika pembaca

laporan penelitian memperoleh gambaran yang jelas.66 Dengan demikian

peneliti harus membuat laporan yang rinci, sistematis, jelas, dan dapat

dipercaya agar pembaca dapat memutuskan dapat atau tidaknya hasil

penelitian tersebut diaplikasikan di tempat lain.

3. Dependabilitas

Jika keabsahan data yang disampaikan peneliti diragukan atau kurang

valid, peneliti menyerahkan kepada pembimbing atau penguji untuk

melakukan jejak aktivitas lapangan. Langkah ini sesuai dengan pendapat

Sanafiah Faisal dalam Sugiyono menyebut uji dependabilitas atas sebuah

penelitian kualitatif dengan nama “jejak aktivitas lapangan.” 67 Uji

dependabilitas dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing

untuk melakukan audit seluruh proses penelitian, sejak proses sebelum

memasuki lapangan, selama memasuki lapangan, sampai pada membuat

kesimpulan hasil penelitian.68

66
Ibid, h. 130
67
1Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010 h. 131
68
Ibid, h.132
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya SDN 21 Limboto

SDN 21 Limboto didirikan pada tahun 1964 dengan Nama

Nomenklater SDN 1 Kayu Merah. Dengan adanya perkembangan dunia

pendidikan SDN 1 Kayu Merah telah berubah Nomenklater baru yaitu

menjadi SDN 21 Limboto. SDN 21 Limboto memiliki Nomor Identitas

Sekolah (NIS) yaitu 100130, dan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN)

yaitu 40500597. Sekarang SDN 21 Limboto terletak di Kelurahan

Tilihuwa Kec. Limboto yang merupakan pemekaran dari Kec. Kayu

Merah.

SDN 21 Limboto terletak tidak terlalu jauh dari pusat Kota

Limboto, warga masyarakatnya lebih banyak bekerja sebagai petani


kebun, tukang dan kuli bangunan. SDN 21 Limboto mempunyai personil

yang terdiri dari : 1 orang Kepala Sekolah, 6 orang PNS, 1 orang kontrak

daerah, 1 orang guru P3K, 1 orang guru Honorer dan 1 orang

OperatorOffline dan 1 orang Operator Online.

SDN 21 Limboto pernah meraih prestasi dalam lomba bercerita

sebagai juara 1 tingkat Kabupaten Gorontalo dan dalam 2 tahun berturut-

turut 2016 dan 2017, kemudian juara 2 dan 3 tingkat Provinsi pada tahun

yang sama. SDN 21 Limboto memiliki Nilai Akreditasi B pada tahun 2015

sampai sekarang. SDN 21 Limboto memiliki jumlah ruangan belajar 7

kelas dengan Visi Misi.

Demikian sejarah singkat tentang SDN 21 Limboto, dan Insya

Allah kedepannya akan lebih memiliki siswa-siswi yang berkualitas yang

menjadi harapan Bangsa dan Negara.

2. VISI MISI DAN TUJUAN

1) Visi

Unggul Berkarakter, Ramah Anak dan Berbudaya Lingkungan

2) Misi

a. Unggul dalam pendidikan karakter melalui penerapan nilai religius,

nasionalis, integritas, gotong royong dan mandiri dengan

mengedepankan penanaman sikap untuk melestarikan lingkungan

hidup serta mencegah pengrusakan dan pencemaran lingkungan


b. Mengembangkan kegiatan akademik dan non akademik yang

berbasis lingkungan untuk menumbuh kembangkan karakter

peserta didik secara komprehensip

c. Mengelola lingkungan sekolah yang hijau, sehat, nyaman serta

mencegah terjadinya pengrusakan dan pencemaran lingkungan

d. Menanamkan kiomitmen dan konsistensi yang tinggi dalam

mengelola lingkungan yang lestari dan mencegah pengrusakan dan

pencemaran lingkungan secara progresif.

e. Memiliki prestasi dalam berbagai kegiatan akademik maupun non

akademik yang berwawasan lingkungan

f. Mengembangkan pembelajaran berbasis pertanian dan perkebunan

secara terprogram dan kontinu

3) Tujuan

a. Sekolah dapat menanamkan nilai karakter religius, nasionalis,

integritas, gotong royong mandiri dan cinta lingkungan pada semua

warga sekolah

b. Sekolah mampu menanamkan sikap cinta lingkungan dan

mencegah pengrusakan dan pencemaran lingkungan

c. Sekolah melaksanakan kegiatan pembelajaran kontekstual berbasis

lingkungan
d. Sekolah memiliki prestasi dalam bidang literasi (bercerita)

e. Sekolah memiliki prestasi dalam bidang non akademik melalui

O2SN dan FL2SN

f. Sekolah menjadi sekolah berbudaya lingkungan sebagai

pengimbasan sekolah adiwiyata mandiri

g. Sekolah menjadi contoh dalam pengembangan program lingkungan

yang lestari dan mencegah pengrusakan dan pencemaran

lingkungan secara progresif

h. Sekolah memiliki fasilitas pembelajaran berbasis pertanian dan

perkebunan warga sekolah

i. Memiliki keterampilan yang handal dalam pertanian dan

perkebuna.

Dari visi, misi dan tujuan diatas tergambar bahwa kepala sekolah

mempunyai visi, misi dan tujuan yang kuat yaitu unggul berkarakter dan

berbudaya lingkungan. Kepala sekolah pun memiliki harapan kepada

semua peserta didik aktif mengikuti kegiatan dalam berbagai kegiatan

akademik maupun non akademik yang berwawasan lingkungan.

3. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SDN 21 Limboto


Nomor Pokok : 40500597
Sekolah Nasional
Jenjang Pendidikan : SD
Status Sekolah : Negeri
Alamat Sekolah : Jalan halante
RT/RW :1/2
Dosun : Tinelo
Desa Kelurahan : Tilihuwa
Kecamatan : Kec. Limboto
Kabupaten : Kab. Gorontalo
Provinsi : Prov. Gorontalo
Kode Pos : 96214
Lokasi Geografis : Lintang 0 Bujur 122

Dari identitas sekolah diatas bahwa nama sekolah SDN 21 Limboto,

nomor pokok 40500597, jenjang pendidikan SD, status sekolah Negeri, alamat

sekolah jalan Halante, RT/RW ½, dosun tinelo, desa tilihuwa, kecamatan

limboto, kabupaten gorontalo, provinsi gorontalo, kode pos 96214, lokasi

geografis lintang 0 bujur 122.

4. Keadaan Sarana dan Prasarana

Tabel.1
Keadaan Kepemilikan Tanah
Luas Tanah (m2) Menurut Status
Sertifikat
No. Status Kepemilikan
Belum
Bersertifikat Total
Sertifikat
1. Hak Milik Sendiri 7.110 - 7.110
2. Wakaf  -  - - 
3. Hak Guna Bangunan  -  - - 
4. Sewa/Kontrak -   -  -
5. Pinjam/Menumpang  -  - - 

Sumber Data: Daftar keadaan kepelikikan tanah SDN 21 Limboto, 2022

Gambaran tabel 1 diatas menunjukkan dimana status kepemilikan/ hak

kepemilikan milik sendiri yang sudah bersertifikat 7.110 Meter dan jumlah Total

dari tanah yang sudah memiliki sertifikat yaitu berjumlah 7.110 Meter.

Tabel.2
Sarana dan Prasarana pendukung pembelajaran

Jumlah Sarpras Jumlah Ideal Status


No. Jenis Sarpras Menurut Kondisi Sarpras Kepemilikan
Baik Rusak
1. Kursi Siswa 162 - 162 Milik Sendiri
Milik Sendiri
2. Meja Siswa 162 - 162
Milik Sendiri
4. Kursi Guru di Ruang Kelas 7 - 7
Milik Sendiri
5. Meja Guru di Ruang Kelas 7 - 7
Milik Sendiri
6. Papan Tulis 7 - 7
Milik Sendiri
7. Lemari di Ruang Kelas 7 - 7
Milik Sendiri
8. Komputer sekolah 2 - 2
Belum ada
11. Bola Sepak - - -
Belum ada
12. Bola Voli - - -
Milik Sendiri
15. Lapangan 1 - 1
Sumber Data: Daftar sarana prasarana pendukung pembelajaran SDN 21
Limboto, 2022

Kondisi kursi dan meja siswa yang masih layak digunakan berjumlah

162 buah, kursi guru dan meja guru, papan tulis, lemari di ruang kelas yang

masih bisa digunakan yaitu berjumlah 7 buah. Komputer yang msih bisa

digunakan yaitu 2 buah. Dan 1 lapangan di pakai untuk semua kegiatan

diantaranya upacara bendera dan kegiatan olarahraga.

5. Keadaan Peserta Didik di SDN 21 Limboto

Tabel.3
Keadaan peserta didik SDN 21 Limboto

Banyak Siswa
No Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 1 9 12 21
2 2 9 11 20
3 3 10 13 23
4 4a 10 12 22
4b 8 12 20
5 5 12 15 27
6 6 11 18 29

Jumlah 69 93 162
Sumber Data: Daftar keadaan peserta didik SDN 21 Limboto, 2022
Jumlah seluruh siswa di SDN 21 Limboto Tahun2021-2022 adalah

162. Dan merupakan gugus yang memiliki siswa terbanyak. Siswa laki-

laki berjumlah 69 siswa dan siswa perempuan berjumlah 93 siswa. Kelas 1

berjumlah 21 orang siswa, kelas 2 berjumlah 20 orang siswa, kelas 3

berjumlah 23 orang siswa, kelas 4 terbagi atas dua kelas yaitu kelas 4a

berjumlah 22 orang siswa dan kelas 4b berjumlah 20 orang siswa, kelas 5

berjumlah 27 orang siswa serta kelas 6 berjumlah 29 orang siswa.

6. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Adapun tenaga pendidik yang ada di SDN 21 Limboto sebagai

barikut:

Tabel.4
Keadaan Tenaga Pendidik SDN 21 Limboto
Tahun Ajaran 2022

Tugas dan Pangkat dan


No. Nama/NIP L/P
Jabatan Golongan
Suparman Pilomonu, S. Pd, M. Pembina tkt I
1 P Kepala Sekolah
Pd IV/B
Pembina
2 Hamira Djafar, S. Pd P Guru Kelas 5
IV/A
Pembina
3 Sartono jakaria, S. Pd L Guru Kelas 3
IV/A
Pengatur
4 Berty S. Alinti, S. Pd P Guru Kelas 6 Muda Tkt.I
III/A

5 Sherly Mobonggi, A. Ma P Guru Kelas 1 Pengatur II/C

Pengatur
6 Wulanda safitri Pilowani, S. Pd P Guru Kelas 4 A Muda Tkt.I
III/A
7 Marlian Naue, S. Pd P Guru Kelas 2 Kontrak
8 Maryam Lakiya, S. Pd P Guru Kelas 4 B GTT
9 Nurhayati M. Inunu, S.Pd P GMP GTT
10 Lutvian Z. Husain, S.Pd P GMP GTT
Sumber Data: Daftar Tenaga Pendidik SDN 21 Limboto, 2022

Adapun tenaga kependidikan yang ada di SDN 21 Limboto sebagai

barikut:

Tabel.5
Keadaan Tenaga Kependidikan SDN 21 Limboto
Tahun Ajaran 2022

No Nama L/P Jabatan Golongan

Operator
1 Upik Arham, S.Pd L GTT
sekolah
Operator
2 Ferlin Mobonggi P GTT
sekolah
Sumber Data: Daftar Tenaga Pendidik SDN 21 Limboto, 2022

Keadaan guru SDN 21 Limboto laki-laki berjumlah 2 orang bapak kepala

sekolah dan guru kelas 3 serta Operator sekolah, perempuan berjumlah 9 orang

dan yang berstatus PNS berjumlah 6 orang dan GTT berjumlah 4 orang serta guru

kontrak berjumlah 1 orang.

B. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SDN 21

Limboto

Kepala sekolah adalah pemimpin yang bertanggung jawab untuk setiap

gerakan yang ada di sekolah. Kewajiban kepala sekolah tidak hanya dalam
kehidupan sekolah, tetapi juga dalam hubungannya dengan masyarakat sekitar

sekolah.

Inovasi dan dorongan yang mengarah pada pengembangan dan

kemajuan sekolah adalah kewajiban kepala sekolah. Sebagai kepala sekolah,

ia harus berusaha untuk menjalankan secara ideal dalam mengembangkan

lebih lanjut pelaksanaan pendidik dengan memberikan arahan yang tiada henti

pada pengembangan pendidik di sekolah secara eksklusif dan secara

keseluruhan, agar supaya lebih mengerti serta lebih efektif dalam mewujudkan

fungsi pembelajaran di sekolah, dan selain itu dapat menciptakan suasana

belajar mengajar yang lebih efektif dan sangat membangkitkan semangat kerja

guru.

Oleh karenanya kinerja guru harus di kelola dengan semaksimal

mungkin dan dijaga agar tidak mengalami penurunan bahkan seharusnya

selalu diperhatikan agar mengalami peningkatan secara terus-menerus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi kepala sekolah dalam

meningkatkan kompetensi guru pada SDN 21 Limboto berupa memberikan

bimbingan, bantuan dan pembinaan kepada guru untuk meningkatkan

kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran, sehingga dapat saling

bekerja sama mendukung tercapainya tujuan sekolah.

Data-data yang dapat digali dalam penelitian ini yaitu yang berkenaan

dengan pelaksana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi

guru. Yang diperoleh adalah Information kualitatif berupa memberi gambaran


bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di SDN

21 Limboto.

Kepala sekolah merupakan seorang pemimpin atau personal di suatu

lembaga pendidikan perlu memiliki strategi tertentu untuk mengembangkan

motivasi bagi pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan kerjanya sama

halnya yang dilakukan kepala sekolah di SDN 21 Limboto.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerja guru di SDN 21 Limboto berupa memberikan

bimbingan, bantuan dan pembinaan kepada guru untuk meningkatkan kinerja

guru dalam pengelolaan pembelajaran, sehingga dapat saling bekerja sama

mendukung tercapainya tujuan sekolah.

Peneliti melibatkan sebahagian atau beberapa komponen petugas di

sekolah tersebut di SDN 21 Limboto, yang terkait dengan bagaimana strategi

ini kepala sekolah akan membangun dan menegakkan disiplin kerja, serta

memotivasi para guru. Berikut adalah beberapa hasil wawancara peneliti

dengan kepala sekolah SDN 21 Limboto dan guru mengenai bagaimana

strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru sebagai berikut:

a. Penegakan disiplin

Sebagai suatu keberhasilan sekolah, pendidik atau guru memang

harus memiliki disiplin kerja yang tinggi dan bertanggung jawab terhadap

waktu, khususnya dalam disiplin waktu. Dengan adanya disiplin kerja

diharapkan dapat lebih mengembangkan pelaksanaan pendidik,


sebagaimana yang diwawancarai terkait dengan bagaimana seharusnya

tindakan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru yang baik

sebagai berikut :

Menurut kepala sekolah SDN 21 Limboto, bahwa: saya


harus memberikan contoh terhadap guru-guru dan para staf, serta
para murid untuk menjalankan kedisiplinan yang baik. Biasanya
jam 06.30 pagi saya sudah berada di sekolah. Mengucapkan salam
saat berjumpa antara guru dan juga murid dan saling berjabat
tangan. jika ada guru yang tengah asik bercerita di depan kelas atau
ruang guru, akan saya datangi agar segera masuk ke kelasnya
masing-masing untuk persiapan mengajar. Saya selalu mengecek
daftar hadir para guru saya mau lihat siapa-siapa yag tidak hadir
pada hari itu juga. Untuk kedisiplinan waktu para guru sudah
menggunakan waktu mereka dengan baik. Yaa walaupun masih
ada yang datang terlambat pada saat jam mengajar mereka sudah
mulai. Untuk sanksi ata hukuman saya hanya mengambil tindakan
dengan cara menegur kalau untuk sanksi yang berat-berat saya rasa
itu tidak ada selama saya menjabat sebaga kepala sekolah di SDN
21 Limboto ini.69

Mencermati dari hasil wawancara di atas, Kepala Sekolah SDN 21

Limboto bahwa ia berusaha agar membuat para guru selalu datang tepat

pada waktunya atau datang lebih awal seperti atau apa yang telah di

tentukan oleh sekolah. Kedisiplinan sangat diutamakan agar bisa disiplin

dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena disiplin adalah

langkah awal untuk menuju tercapainya pendidikan dan pengajaran yang

baik. Tidak mungkin pendidikan dan pengajaran dapat berjalan dengan

baik jika disiplin tersebut kurang dilaksanakan.

Selanjutnya terkait dengan pelanggaran-pelanggaran yang pernah

dilakukan pendidik dan tenaga kependidikan yang dapat mengganggu

69
Wawancara dengan Kepala Sekolah bapak Suparman Pilomonu, S.Pd, M.Pd., rabu,
15/06/2022 pukul 09.27
proses belajar mengajar pada siswa. Konsisi ini sebagaimana yang

diungkapkan oleh:

Kepala sekolah SDN 21 Limboto, bahwa tidak bisa dipungkiri,

yang namanya manusia tidak ada yang sempurna, di lembaga manapun

pasti ada, disini pun saya tidak bia mengelak. Ya ada,.. tetapi hanya

beberapa saja seperti halnya kedatangan dalam sekolah, yaa kadang ada

yang tidak tepat waktu, mungkin dirumah atau diluar rumah ada keperluan

yang tidak bisa ditinggalkan,dan cara mengatasinya saya mengingatkan

kembali atau dikasih teguran dengan bahasa yang halus atau tidak

membuat sakit hati yang terpenting tidak menyinggung.

Hal senada diungkapkan oleh para guru SDN 21 Limboto sebagai

berikut:

Menurut Guru kelas 6 (Berty S. Alinti, S.Pd) menjelaskan


bahwa guru-guru harus datang tepat pada waktunya sebelum jam
mengajar di mulai. Dan pastinya saya selalu datang tepat waktu.70

Menurut guru kelas 5 (Hamira Djafar, S.Pd) menjelaskan


bahwa “Penerapan kedisiplinan di sekolah ini di SDN 21 Limboto
sudah cukup baik dalam pelaksanaan. dan hukuman pelangggaran
disiplin msih belum ada sanksi yang tertulis hanya bentuk
teguran.71

Menurut guru kelas 4 (Maryam Lakiya, S.Pd) menjelaskan


bahwa “untuk kedisiplinan waktu saya rasa sayaa dataang tepaat
waktuu dalaam mengajar, dan saya sendiri tinggal tidak jauh dari
sekolah ini. Menurut sayaa sudah 85% penerapan disiplin di
sekolah ini dan itu sudah cukup baik dalam pelaksanaannya.72

70
Wawancara dengan Guru Kelas VI ibu Berty S. Alinti, S.Pd., Senin, 13/06/2022, pukul
08.15
71
Wawancara dengan Guru Kelas V ibu Hamira Djafar, S.Pd., Jumat, 03/06/2020, pukul
10.09
72
Wawancara dengan Guru Kelas IV ibu Maryam Lakiya, S.Pd, Senin, 13/06/2022, pukul
09.17
Selain melakukan wawancara dengan para pihak terkait di SDN 21

Limboto, penelitii jugaa memperoleh data-data menggunakan teknik

observasi bahwa yang menjadi objek penelitian. Dalam observasi ini

mengindikasikan adanya kedisiplinan kinerja guru di antaranya

menghargai waktu dengan baik adalah hal yang sangat penting, meski

dengan demikian peneliti cermati masih ada sebagian guru yang tidak

hadir ke sekolah, ada juga sebagaian guru yang selalu datang tepat waktu

dan ada juga guru yang datang tepat waktu namun tidak mengabsen.

b. Memberikan pelayanan kepada dewan guru untuk meningkatkan kinerja

Selain kondisi diatas, peneliti juga menggali data terkait dengan

kompetensi mengajar dan hal-hal lainnya diungkapkan jawaban kepala

sekolah sebagai berikut :

Saya memperhatikan faktor-faktor peningkatan kinerja para


guru yang ada di sekolah ini, diantaranya adalah a) saya
memberikan kenyamanan terhadap guru agar supaya tercipta kerja
sama yang baik sehingga para guru fokus dalam menjalankan
tangung jawabnya sebagai pengajar yang baik sehingga dapat
mencapai tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan b) saya selalu
melakukan ucapan terima kasih kepada guru yang telah dapat
melaksanakan proses belajar mengajar dan selalu datang tepat
waktu ke sekolah c) aktualisasi diri guru sangat saya perhatikan
dan saya sangat bangga apabila guru berkreasi meningkatkan
kemampuannya dan dapat menciptakan hal-hal baru seperti
penggunaan metode mengajar yang menyenangkan d) saya
menanamkan kepada semua rekan-rekan yang ada disekolah bahwa
betapa besarnya nilai kebersamaan, dan saya menganggap guru-
guru disini sudah seperti keluarga dan saya akan menjadikan
sebagai tauladan bagi guru-guru yang lain.73

Dari data di atas tergambar usaha kepala sekolah memberikan

pelayanan kepada dewan guru untuk meningkatkan kinerjanya dengan


73
Wawancara dengan Kepala Sekolah bapak Suparman Pilomonu, S.Pd, M.Pd., rabu,
15/06/2022 pukul 09.33
memberikan kenyamanan, memberikan apresiasi, ucapan terima kasih dan

nilai kebersamaan/ kekeluargaan. Kepala sekolah sadar bahwa

keberhasilannya tanpa adanya dukungan dari guru akan mengalami

kendala.

c. Observasi Langsung

Selanjutnya Kepala Sekolah SDN 21 Limboto mengungkapkan


mengenai kompetensi mengajar guru sebagai berikut: Saya melihat
guru-guru sebagian sudah menguasai bahan ajar yang dipresentasikan
dikelas, ya walaupun masih ada guru yang belum menguasai bahan
ajar. saya sering mencek langsung ke kelas-kelas apakah para guru
sudah menguasai bahan ajar atau belum, dan ternyata ada sebagian
guru yang belum menyiapkan bahan ajar sebelum disampaikan di
kelas.74

Selanjutnya terkait dengan peran guru sebagai pengajar menurut

kepala sekolah SDN 21 Limboto bahwa guru-guru yang masih belum bisa

menciptakan suasana kelas yang aktif, masih cenderung diam

mendegarkan guru, sehingga para siswa mengantuk. Karena kurangnya

menciptakan suasana belajar yang aktif. Saat ini guru perlu menggunakan

pendekatan saintifik dengan mengajak para siswa untuk mengamati,

menanya dan mencoba menalar bukan hanya menggunakan metode

ceramah saja.

Dari pernyataan kepala sekolah di atas menggambarkan bahwa

sebagian guru telah menguasai bahan yang dipresentasikan di kelas, hanya

saja sebagian diantara mereka ada yang belum mampu menciptakan

suasana kelas yang aktif dan perlu menggunakan pendekatan saintifik

74
Wawancara dengan Kepala Sekolah bapak Suparman Pilomonu, S.Pd, M.Pd., rabu,
15/06/2022 pukul 09.35
dengan mengajak para siswa untuk mengamati dan mencoba menalar

bukan menggunakan metode ceramah.

d. Melakukan pembinaan pelaksanaan mengajar guru

Sedangkan untuk melakukan pembinaan pelaksanaan mengajar


guru menurut kepala sekolah SDN 21 Limboto bahwa: Saya
mengadakan kroscek dan mengontrol di dalam kelas, apakah proses
belajar mengajar para guru sudah baik atau belum, sehingga bisa
mengetahui guru yang kinerja belum baik dan yang sudah maksimal.
Serta mengontrol guru yang tidak masuk tanpa keterangan.75

Menurut guru kelas 6 (Berty S. Alinti, S.Pd) bahwa dalam


forum diskusi dan rapat, kepala sekolah selalu mengingatkan para guru
menyiapkan perangkat mengajar seperti RPP, media-media apa saja
yang diperlukan dalam mengajar, metode mengajar yang digunakan,
bagaimana mengelola kelas dengan baik, dan sebelum
memulainkegiatan mengajar saya terapkan kegiatan doa bersama
selama 5-7 menit dengan demikian guru tidak terlambat melaksanakan
tugasnya.76

Menurut guru kelas 5 (Hamira Djafar, S.Pd) bahwa hampir


setiap hari kepala sekolah melakukan pengendalian dan pengawasan
dengan cara keliling kelas dan melihat bagaimana guru-guru dalam
mengajar. Jika ada masalah, di ajak bicara/sharing untuk
menyelesaikan masalah yang ditemukan dilapangan.77

Menurut guru kelas 4 (Maryam Lakiya, S. Pd) bahwa


dilakukan pengamatan yang kinerjanya baik maupun belum maksimal
dan mengontrol di dalam kelas untuk mengetahui proses belajar
mengajar.78

Terkait dengan pembinaan pelaksanaan mengajar guru di SDN 21

Limboto baik kepala sekolah, guru kelas 6 (Berty S. Alinti, S.Pd), guru

kelas 5 (Hamira Djafar, S.Pd) dan guru kelas 4 (Maryam Lakiya, S.Pd)

75
Wawancara dengan Kepala Sekolah bapak Suparman Pilomonu, S.Pd, M.Pd., rabu,
15/06/2022 pukul 09.37
76
Wawancara dengan Guru Kelas VI ibu Berty S. Alinti, S.Pd., Senin, 13/06/2022, pukul
08.17
77
Wawancara dengan Guru Kelas V ibu Hamira Djafar, S.Pd., Jumat, 03/06/2020, pukul
10.11
78
Wawancara dengan Guru Kelas IV ibu Maryam Lakiya, S.Pd, Senin, 13/06/2022, pukul
09.18
berpandangan yang sama ada pengontrolan dan pengamatan tentang

kinerja guru ke kelas-kelas untuk mengetahui proses belajar mengajar

setiap harinya oleh kepala sekolah untuk pengendalian dan pengawasan

tentang bagaimana para guru dalam mengajar. Jika di temukan masalah, di

ajak bicara/sharing sebagai langkah pengendalian.

Terkait dengan pembinaan pelaksanaan proses mengajar guru ini

baik Kepala Sekolah SDN 21 Limboto, Guru kelas 6 dan 5 serta guru kelas

4, mereka saling bersinergi dalam mengawal kinerja proses belajar-

mengajar, dengan saling bahu membahu mengontrol antara guru yang satu

dengan yang lainnya dalam hal take and give (memberi dan menerima)

masukan untuk saling melengkapi demi tercapainya kemajuan proses

belajar mengajar, termasuk dalam rmenyiapkan perangkat mengajar

seperti RPP, media-media diperlukan, metode yang digunakan dalam

mengelola kelas yang baik, 10 menit sebelum memulai kegiatan mengajar.

Selain hasil wawancara peneliti juga mengamati fenomena di

sekolah SDN 21 Limboto bahwa kepala sekolah selalu melakukan kontrol

ke dalam kelas, untuk mengamati dan memantau guru dalam proses belajar

mengajar serta selalu mengecek kondisi guru yang tidak masuk mengajar

baik karena ada keterangan maupun yang tidak memiliki keterangan.

e. melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi guru

Lebih lanjut, masih dalam pengamatan peneliti bahwa upaya

peningkatan wawasan guru dalam mengelola tenaga kependidikan, maka

salah satu tugas yang dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan


kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru dalam hal ini,

kepala sekolah memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas

kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan

profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang

dilaksanakan di sekolah, seperti: KKG (Kelompok Kerja Guru) tingkat

sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya, serta

melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti:

kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan

pelatihan yang diselenggarakan pihak lain

Untuk memperkuat pengamatan tersebut, peneliti mewawancarai

pihak terkait:

Menurut Kepala Sekolah SDN 21 Limboto, strategi kepala


sekolah dalam meningkatkan kinerja guru yaitu, saya
mengikutsertakan para guru dalam kegiatan KKG, Diklat, Workshop
dalam kaitannya dengan kegiatan mengajar, melanjutkan studi S1 dan
S2 bagi para guru dan semua itu sudah menyatu dalam istilah SIMPKB
yakni Sistem Informasi Manajemen Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan. Jadi semuanya sudah ada di SIMPKB dengan hanya
bermodalkan paket internet saja. Yang berikut pembinaan disiplin,
serta memberikan reward atau apresiasi kepada guru yang berprestasi.
Dan untuk kegiatan diklat, itu bisa diikuti kapan saja dan tidak
mempengaruhi dalam proses belajar mengajar.79

Menurut guru kelas 6 (Berty S. Alinti, S.Pd) mengatakan


bahwa kegiatan diklat tersebut dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan
situasi yang ada. Apabila diklat tersebut bersifat penting, maka harus
diikuti. Disamping itu juga untuk menambah wawasan khususnya
dalam bidangnya masing-masing dan menambah pengetahuan.80

Menurut guru kelas 5 (Hamira Djafar, S.Pd) mengatakan


bahwa dalam hal ini saya sebagai guru tidak hanya mengajar di
79
Wawancara dengan Kepala Sekolah bapak Suparman Pilomonu, S.Pd, M.Pd., rabu,
15/06/2022 pukul 09.40
80
Wawancara dengan Guru Kelas VI ibu Berty S. Alinti, S.Pd., Senin, 13/06/2022, pukul
08.18
sekolah saja, akan tetapi saya juga belajar dengan siapapun dimanapun
dan kapanpun itu termasuk mencari wawasan seperti di internet
sehingga saya mengetahui perkembangan apa sajakah yang belum saya
dapat dalam pelajaran saya dan bisa mempengaruhi dalam proses
pembelajaran.81

Menurut guru kelas 4 (Maryam Lakiya, S.Pd) mengatakan


bahwa saya tidak hanya mengajar di dalam kelas, akan tetapi saya juga
mengikuti diklat dan KKG. Saya mencari wawasan di luar juga seperti
internet, berusaha agar murid mudah menerima pelajaran dari saya
serta tidak merasa jenuh dan bosan ketika saya mengajar.82

Dari beberapa pendapat di atas peneliti mencermati terkait upaya

peningkatan wawasan guru dalam mengelola tenaga kependidikan baik kepala

sekolah SDN 21 Limboto, guru kelas 6 dan 5 serta guru kelas 4 menyatakan

bahwa intinya perlu mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) untuk

meningkatkan sumber daya kemampuan dan KKG serta wawasan guru.

Menambah wawasan melalui media internet sehingga dapat mewujudkan

pembelajaran yang lebih kondusif.

C. Kendala Dan Upaya Mengatasi Pelaksanaan Strategi Kepala Sekolah

Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di SDN 21 Limboto

a. Kendala yang terjadi terhadap pelaksanaan strategi kepala

sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di SDN 21 Limboto

Data tentang faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap

pelaksanaan peningkatan kinerja guru SDN 21 Limboto Sebagai berikut :

Menurut Kepala Sekolah bahwa: Supervisi yang saya lakukan


dalam satu tahun pelajaran cuma satu kali. Namun untuk beberapa
guru, saya langsung mengadakan supervise dalam kelas, di tambah
pula kurangnya ketersedian fasilitas pendidikan dan kurangnya alat
81
Wawancara dengan Guru Kelas V ibu Hamira Djafar, S.Pd., Jumat, 03/06/2020, pukul
10.13
82
Wawancara dengan Guru Kelas IV ibu Maryam Lakiya, S.Pd, Senin, 13/06/2022, pukul
09.20
peraga dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung akan
menghambat pencapaian tujuan pendidikan di sekolah ini.83

Menurut guru kelas 5 (Hamira Djafar, S.Pd) mengatakan


bahwa: sepervisi kelas memang dilakukan oleh bapak kepala sekolah,
tetapi beliau tidak pernah memberikan contoh kepada kami guru-guru
cara mengajar yang baik di kelas hanya memberitahukan hasil
supervise kepada kami para guru mengenai beberapa kelemahan dan
kelebihan dalam proses belaar mengajar di dalam kelas.84

Menurut guru kelas 6 (Berty S. Alinti, S.Pd) mengatakan


bahwa kendala-kendala yang dihadapi oleh kepala sekolah adalah
kurangnya motivasi guru, karena tidak semua guru termotivasi untuk
mengikuti perkembangan pendidikan yang inovatif seagai tuntutan
guru yang profesional.85

Menurut guru kelas 4 (Maryam Lakiya, S.Pd) mengatakan


bahwa: kami masih banyak kekurangan alat madia untuk proses belajar
mengajar baik itu TIK dan LCD hanya 1 saja yang dimiliki sekolah
sehingga guru untuk menggunakan harus menginfokan sesama guru
adakah yang mau menggunakan LCD.86

Menyimak dari hasil wawancara tentang kendala-kendala yang

terjadi terhadap pelaksanaan strategi kepala sekolah dalam peningkatan

kinerja guru di SDN 21 Limboto baik kepala sekolah, guru kelas 4,5 dan 6

yang intinya beranggapan bahwa terdapat kekurangan yang perlu dibenahi

mulai dari manajemen kepala sekolah, kurangnya peran pengawas dalam

melakukan supervise, kreativitas guru dalam mengajar di kelas sampai

pada sarana prasarana sekolah yang harus di lengkapi.

83
Wawancara dengan Kepala Sekolah bapak Suparman Pilomonu, S.Pd, M.Pd., rabu,
15/06/2022 pukul 09.42
84
Wawancara dengan Guru Kelas V ibu Hamira Djafar, S.Pd., Jumat, 03/06/2020, pukul
10.15
85
Wawancara dengan Guru Kelas VI ibu Berty S. Alinti, S.Pd., Senin, 13/06/2022, pukul
08.21
86
Wawancara dengan Guru Kelas IV ibu Maryam Lakiya, S.Pd, Senin, 13/06/2022, pukul
09.21
b. Cara Kepala Sekolah Mengatasi Kendala Dalam Peningkatan

Kinerja Guru Di SDN 21 Limboto

Dari wawancara terkait dengan magatasi kendala dalam

peningkatan kinerja guru yang dilakukan SDN 21 Limboto sebagai

berikut:

Menurut kepala sekolah mengatasi kendala dalam


meningkatkan kinerja guru yaitu dengan memberikan
dorongan/motivasi kepada guru-guru dan menambah wawasan dengan
cara memanfaatkan IT, untuk meningkatkan kualifikasi pendidikannya
agar guru-guru mau melanjutkan pendidikannya dan saya memberikan
izin belajar. ada pula dengan mengajukan bantuan kepada pemerintah
atau koordinasi dan konsultasi dengan pihak terkait serta
meningkatkan disiplin kerja dan kerja sama yang baik pula. Terkait
dengan peningkatan kinerja guru adalah dengan memberikan tugas
mengajar baru kepada guru sesuai dengan kemampuan dan bidang
studi, lebih mengaktifkan KKG. sekolah sebagai wadah guru untuk
berdiskusi memecahkan masalah yang sering terjadi di kelas,
kemudian melakukan pembinaan baik bersifat administrative,
akademik maupun karir guru serta memberikan kesempatan untuk
mengikuti pelatihan baik yang dilaksanakan di sekolah, kabupaten
maupun provinsi dan memberikan hukuman moral kepada guru yang
sering terlambat dengan teguran. Adapun mengenai kendala sarana dan
prasarana menurut kepala sekolah adalah usaha untuk mengatasi
berkenaan dengan sarana prasarana pembelajaran, selain dari dana
BOS diupayakan dengan menambah secara swadaya sekolah dengan
berkoordinasi dengan pihak terkait (Komite). Mengajukan
permohonan bantuan kepada pemerintah.87

Menurut guru kelas 4 (Maryam Lakiya, S.Pd) bahwa usaha


mengatasi kendala adalah dengan “Mengupayakan disiplin diri, siap
diri pada peluang dan kesempatan, misalnya untuk diklat dan dengan
meningkatkan kemampuan memanfaatkan IT.88

Menurut guru kelas 6 (Berty S. Alinti, S.Pd) bahwa: Siap diri


pada peluang dan kesempatan, misalnya untuk diklat, meningkatkan
kemampuan memanfaatkan IT dan memanfaatkan waktu luang untuk

87
Wawancara dengan Kepala Sekolah bapak Suparman Pilomonu, S.Pd, M.Pd., rabu,
15/06/2022 pukul 09.45
88
Wawancara dengan Guru Kelas IV ibu Maryam Lakiya, S.Pd, Senin, 13/06/2022, pukul
09.22
menambah pengetahuan dan melanjutkan studi dengan pengajuan
beasiswa dari pemerintah.89

Menurut guru kelas 5 (Hamira Djafar, S.Pd) mengemukakan


bahwa: bersiap diri dan kesempatan yang ada seperti mengikuti diklat,
meningkatkan kemampuan memanfaatkan IT dan mengajukan usul
untuk mengikuti diklat/pelatihan.90

Dari wawancara di atas tergambar bahwa cara kepala sekolah mengatasi

kendala dalam peningkatan kinerja guru di SDN 21 Limboto antara lain dengan

memberi dorongan/motivasi kepada guru-guru melalui swadaya sekolah,

mengajukan bantuan kepada pemerintah atau koordinasi dan konsultasi dengan

pihak terkait dalam meningkatkan disiplin kerja dan menambah wawasan dengan

cara menfaatkan IT, melanjutkan pendidikan guru melalui izin belajar. Selain itu

mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah dalam mengatasi

kekurangan guru terutama guru bidang studi dengan mengankat guru honor,

melakukan supervisi kelas dengan melibatkan pengawas membina guru dan

langkah lain meningkatkan kemampuan memanfaatkan IT dan mengikuti diklat.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di SDN 21

Limboto dengan cara peningkatan disiplin dengan mencek daftar hadir,

memberikan motivasi, menjadi teladan dengan memberikan contoh

terbaik dalam segala tindakan disekolah, dan melakukan supervise

89
Wawancara dengan Guru Kelas VI ibu Berty S. Alinti, S.Pd., Senin, 13/06/2022, pukul
08.23
90
Wawancara dengan Guru Kelas V ibu Hamira Djafar, S.Pd., Jumat, 03/06/2020, pukul
10.16
antara lain pengawasan, penilaian dan evaluasi terhadap kinerja guru

serta tenaga kependidikan.

2. Kendala yang terjadi dalam strategi kepala sekolah dalam peningkatan

kinerja guru di SDN 21 Limboto yaitu: Pertama, Terdapat kekurangan

yang perlu dibenahi mulai dari manajemen kepala sekolah; Kedua,

Kurangnya peran pengawas dalam melakukan supervise; Ketiga,

Kreativitas guru dalam mengajar di kelas sampai pada sarana prasarana

sekolah yang harus di lengkapi. Dan cara kepala sekolah mengatasi

kendala dalam peningkatan kinerja guru di SDN 21 Limboto yaitu:

Pertama, Melakukan peningkatan disiplin dengan cara memberikan

peringatan dan teguran; Kedua, Memberikan motivasi dalam

mengembangkan SDM; Ketiga, Melakukan supervisi 1 kali dalam

triwulan dengan melibatkan pengawas pembina; Keempat, Menjalin

kerjasama dengan pihak terkait dan Stecholder; Kelima,

Memberdayakan dana BOS untuk melengkapi sarana prasarana

belajar.

B. Saran

1. Kepala sekolah harus tegas dengan mempertimbangkan pola

pendekatan secara individu, agar strategi yang diterapkan dapat

menyentuh kepada para guru dan staf dalam meningkatkan kinerjanya.

2. Kepada Guru SDN 21 Limboto lebih di tingkatkan lagi

kedisiplinannya agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan

baik dan lebih giat lagi dalam meningkatkan kinerjanya


3. Untuk sekolah SDN 21 Limboto diharapkan agar mempunyai

komitmen yang tinggi dalam upaya peningkatan kinerja guru.

Anda mungkin juga menyukai