Anda di halaman 1dari 4

Yth,

Dunsanak ambo di grup WA “NAGARI-NAGARI MENOLAK DIM”

Assalamualaikum Wr Wb.
Mohon izin ambo manyampaikan sapatah-duo hal nan takalang di mato nan
taguriah di hati, satantang draft deklarasi Majelis Alam Minangkabau.
Mamintak maaf, sapuluah jari, sabaleh jo kapalo, bukan ingin maajari,
hanyo sakadar tando ambo iyo sabana peduli.
1. Bismillah ambo sabuik, Insya-Allah 45 anggota grup WA ko,
tamasuak ambo *mandukuang 100% pandirian MAM*.
2. Maminteh sabalun anyuik, ambo sangat berharap mulai dari
deklarasi nan akan di-publish, kok dapek lah salasai lua dalam,
mangaruak sahabih gauang, maresek sahabih raso. Padiah rasonyo
beko, kalau tibo pulo di kito panilaian *premature* bantuak nan
tajadi di subalah. Karano itulah ambo manulih surek ko. Sabateh
kamampuan, ambo ingin manyumbang pamikiran untuak draft
deklarasi nantun.
Karano itulah, mamohon ambo, dunsanak sadonyo ikhlas maluangkan
ukatu mambaco surek ko sampai salasai.
Salam ambo, SY Tk Mangkudun

Analisis draft deklarasi


1. Nama entitas.
Ada beberapa istilah/term yang dipakai untuk nama entitas ini:
deklarasi, proklamasi, piagam, traktaat, pernyataan, kesepakatan,
kesepahaman, ikrar, janji, perjanjian, sumpah, sumpah satia, dll.
Entitas ini menjadi tonggak untuk sebuah perubahan fundamental
yang dijanjikan oleh mereka yang menyatakannya. Di dalamnya
terkandung semua hal yang senada: ada pernyataan, ada
kesepakatan, ada kesepahaman, ada ikrar, ada janji, ada perjanjian,
ada sumpah, ada sumpah satia, dll.
Kita mengenal beberapa, misalnya: Sumpah Palapa, Sumpah Satia
Bukik Marapalam, Sumpah Pemuda, Piagam Jakarta, Proklamasi RI,
Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka, Panca Prasatya KORPRI, dan
seperangkat prasatya di Abri dan Polri.
Pemakaian nama “deklarasi”, bisa saja kita pakai untuk ormas
MAM, dengan pemahaman ideal bahwa deklarasi ini akan menjadi
sebutir katu kecil yang digulirkan di puncak gunung salju, yang akan
menggelinding tanpa henti, melakukan pergerakan terus-menerus
secara konsisten, yang dalam istilah penelitian disebut snow-
bowling.
2. Subyek pelaku
Dalam setiap deklarasi/proklamasi/sumpah, subyek pelaku
menyatakan dirinya dengan identitas yang sekaligus memberi
demarkasi.
Misal: Kami putera-puteri Indonesia, Kami bangsa Indonesia, Kami
pramuka Indonesia, dll.
Subyek pelaku untuk deklarasi pendirian MAM perlu membuat
demarkasi dengan pihak lain di luar itu. Saya punya usul, misalnya:
Kami pewaris, pencinta, dan pelanjut Minangkabau (pemelihara,
penjaga, dll.)
Kami generasi penerus Minangkabau
Demarkasi/pembatas subyek menjadi penting untuk
memperlihatkan bahwa ada pihak lain yang berbeda, dan mungkin
akan hadir sebagai mitra, relasi atau sebagai lawan dalam
uraian/narasi selanjutnya, misalnya: ... untuk menjaga
Minangkabau dari tangan-tangan yang ingin merusaknya, dll.
3. Isi utama (main content)
Sebuah deklarasi atau proklamasi idealnya punya isi yang bulat-
utuh-singkat, misalnya: Kula bakal nyawiji Nusantara, berbangsa
satu bangsa Indonesia, menyatakan kemerdekaan Indonesia, dll.
Isi utama deklarasi MAM perlu ditegaskan, mendeklarasikan MAM,
atau mendeklarasikan pendirian MAM.
Menurut saya tidak perlu ada kata pendirian, atau mendirikan.
Dengan konten utama: “Kami mendeklarasikan MAM” sudah
inklusif di dalam deklarasi itu kegiatan pendirian.
4. Isi pendukung utama (main support content)
Isi pendukung utama menjelaskan apa yang akan dilakukan. Seperti
dalam proklamasi RI, isi pendukung utama adalah: hal-hal
mengenai pemindahan kekuasaan dll.... Atau bagian pendukung
Piagam jakarta: kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu
pemerintahan....
Menurut saya, bagian pendukung deklarasi MAM bisa banyak dan
panjang, tapi bisa pula dibuat singkat-bulat-utuh. Misalnya:
Untuk menyusun organisasi dalam rangka melaksanakan
pemajuan, peningkatan kualitas dalam segala segi, dan untuk
melindungi Minangkabau dari anasir yang bermaksud
merusaknya, akan diselenggarakan musyawarah dalam tempo
yang sesingkat-singkatnya.
5. Identitas lokasi dan waktu deklarasi
Perlu dipikirkan lokasi yang akan dijadikan monumental site MAM.
Sebaiknya bukan Padang, apalagi Jakarta. Bisa saja sebuah nagari
yang siap jadi tuan rumah peristiwa deklarasi tersebut, misal: Pasia
Ampek Angkek Agam, dll...
Tidak kalah penting mencari tanggal yang monumental. Contoh: 28-
08-1928 Sumpah Pemuda, Proklamasi 17 Agustus 1945/ 10
Ramadhan 1364 H.
6. Penanda tangan
Untuk penanda tangan proklamasi RI hanya atas nama bangsa
Indonesia Soekarno-Hatta. Piagam Jakarta tidak dicantumkan
penandatangannya. Sumpah Pemuda juga tidak ada nama, tapi ada
puluhan pendukung organisasi pemuda dari berbagai suku di
Indonesia, tercantum dalam lampiran saja.
Menurut saya, deklarator MAM bisa mencantumkan, misalnya:
Nama satu-dua inisiator dengan atas nama 45 orang pendiri
(anggota grup WA –NNMDIM, atau jadikan jumlahnya 50, 99, 114,
250 dll., dengan menyebarkan form kesediaan pendukung MAM)
Atau tanpa nama, cukup identitas subyek (point 2) Kami pewaris,
pencinta, dan pelanjut Minangkabau.

Dari pikiran saya yang sangat terbatas di atas, saya mengusulkan deklarasi
dilaksanakan pada waktu yang tepat di tempat yang tepat, dengan isi yang
singkat-bulat-kuat, misalnya:
Deklarasi

Kami pewaris, pencinta, dan pelanjut Minangkabau dengan


Bismillahirrahmanirrahim mendeklarasikan Majelis Alam
Minangkabau.

Untuk menyusun organisasi dalam rangka melaksanakan


pemajuan, peningkatan kualitas dalam segala segi, dan untuk
melindungi Minangkabau dari anasir yang bermaksud
merusaknya, akan diselenggarakan musyawarah dalam tempo
yang sesingkat-singkatnya.

Pasia Ampek Angkek Agam, 27 Ramadhan 1432H


Atas nama pewaris, pencinta, dan pelanjut Minangkabau
Emeraldy Chatra Datuak Malano-Asraferi Sabri Rajo Mangkuto

Lampiran
Tandatangan 100 orang Pendiri MAM

Anda mungkin juga menyukai