Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

CIVIC EDUCATION (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN)


NEGARA DAN WARGA NEGARA
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH PENGATAR ILMU KOMUNIKASI
DOSEN PENGAMPU : RAJA BANGSAWAN, S.Sos.I. M.A.

DISUSUN OLEH :

NAMA : WAHYUDHI BUANA PUTRA


NIM : 3012017065
PRODI/SEMESTER/UNIT : KPI/II/3

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

IAIAN ZAWIYAH COT KALA LANGSA

LANGSA
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya , kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah mengenai “ NEGARA dan WARGA
NEGARA“.

            Makalah ini disusun berdasarkan buku Pendidikan Kewarganegaraan yang mencakup ruang
lingkup pada aspek – aspek ruang lingkup tersebut, diharapkan bagi semua orang yang membaca
makalah ini, dapat menjadi terampil dan berkarakter.

Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam proses belajar dan
pembelajaran. Dari lubuk hati kami yang terdalam, sangat disadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu kami mohon maaf bila ada sesuatu informasi yang salah dan kurang
lengkap.

Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca mengenai makalah ini, sehingga kami
dapat membuat makalah yang lebih baik dikemudian hari.

Aceh Tamiang,        April 2018

Penyusun
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................. 1

A.      LATAR BELAKANG................................................................................................................................ 1

B.      RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................... 1

C.      TUJUAN PENULISAN............................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................................... 3

1.      KONSEP DASAR TENTANG NEGARA……………………………....................................................................... 3

2.      TEORI TENTANG TERBENTUKNYA NEGARA......................................................................................... 3

3.      UNSUR-UNSUR NEGARA...................................................................................................................... 5

4.      BENTUK-BENTUK NEGARA………………………………………………................................................................. 6

4.      PENGERTIAN WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN............................................................... 9

5.      AZAS KEWARGANEGARAAN DAN PERMASALAHAN…………............................................................... 10

6.      HUBUNGAN NEGARA DAN WARGA NEGARA…………………….............................................................. 16

BAB III PENUTUP........................................................................................................................................ 18

A.     KESIMPULAN..................................................................................................................................... 18

B.      SARAN.............................................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................... 19
ii

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Sebagai makhluk sosial, setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dan
berkelompok dengan sesamanya, serta mendiami suatu daerah tertentu. Sekelompok manusia yang
hidup bersama disebut masyarakat. Masyarakat-masyarakat yang mempunyai perbedaan dalam hal
ras,suku,watak dan agama akan berkumpul bersama dalam suatu tempat akan membentuk suatu
bangsa.

Tempat ini dari suatu bangsa itu tinggal disebut Negara. Dalam Negara itu juga, perilaku suatu
bangsa harus diatur atau dalam hal ini bangsa harus tunduk pada aturan yang berlaku di negara yang
ditempatinya.

Seperti penjelasan diatas,sebuah bangsa terdiri dari beragam masyarakat. Karena perbedaan ini
pula, tidak jarang terjadi konflik yang memicu perpecahan antar masyarakat dalam bangsa pada suatu
Negara.

Oleh sebab itu, kami membuat makalah yang berjudul ‘’ BANGSA, NEGARA DAN WARGA
NEGARA”. Hal ini dimaksudkan agar kita lebih bisa memahami tentang hakikat bangsa,Negara Warga
Negara.

B.      RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Apakah Konsep Dasar tentang Negara ?

2.      Apa saja Teori Terbentuknya Negara ?

3.      Apa saja Unsur-unsur Negara ?

4.       Apa saja Bentuk-bentuk Negara ?

5. Apakah Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan ?

6. Apa itu Azas Kewarganegaraan dan Apa saja Permasalahannya ?

7. Apa Hubungan Negara dan Warga Negara?


1

C.      TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Untuk mengetahui Konsep Dasar tentang Negara.

2.      Untuk mengetahui Teori-teori tentang Terbentuknya Negara.

3.     Untuk mengetahui apa saja yang terdapat di dalam Unsur-unsur Negara.

4.      Untuk mengetahui apa saja Bentuk-bentuk yang terdapat di dalam Negara.

5. Untuk mengetahui pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan.

6. Untuk mengetahui Azas Kewarganegaraan da Permasalahannya.

7. Untuk Mengetahui apa Hubungan Negara dan Warga Negara.


2

BAB II
PEMBAHASAN
A.      PENGERTIAN BANGSA, NEGARA DAN WARGA NEGARA

1. Konsep Dasar Tentang Negara


Secara litral istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni state (bahasa
Inggris), staat (bahasa Belanda dan Jerman), dan etat (bahasa Prancis). Kata state, staat, etat itu diambil
dari kata bahasa Latin status atau statum, yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang
memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.

Secara terminologi, negara diartikan dengan organisasi tertinggi diantara ssatu kelompok
masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam daerah tertentu yang mempunyai
pemerintah yang beraulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif dari sebuah negara yang
meniscayakan adanya unsur dalam sebuah negara, yakni adanya masyarakat (rakyat), adanya wilayah
(daerah) dan adanya pemerintah yang berdaulat.

Secara sederhana dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan negara adalah suatu daerah
teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat yang berhak menuntut dari
warganegaranya untuk taat pada peraturan perundang-undangan melalaui penguasaan (kontrol)
monopolistis dari kekuasaan yang sah.

2. Teori Terbentuknya Negara


Adapun beberapa teori tentang terbentuknya suatu Negara yakni sebagai berikut.

A. Teori kontrak sosial (social contract)/ Teori Perjanjian Masyarakat

Teori ini beranggapan bahwa Negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat. Beberapa
pakar penganut teori kontrak sosial yang menjelaskan teori asal-mula Negara, diantaranya:

 Thomas Hobbes (1588-1679)

Menurutnya syarat membentuk Negara adalah dengan mengadakan perjanjian bersama individu-
individu yang tadinya dalam keadaan alamiah berjanji akan menyerahkan semua hak-hak kodrat yang
dimilikinya kepada seseorang atau sebuah badan. Teknik perjanjian masyarakat yang dibuat Hobbes
sebagai berikut setiap individu mengatakan kepada individu lainnya bahwa “Saya memberikan
kekuasaan dan menyerahkan hak memerintah kepada orang ini atau kepada orang-orang yang ada di
dalam dewan ini dengan syarat bahwa saya memberikan hak kepadanya dan memberikan keabsahan
seluruh tindakan dalam suatu cara tertentu.

Sumber:
http://zonamapel.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-bangsa-negara-dan-warga.html
http://www.edukasippkn.com/2015/09/pengertian-warga-negara-kewarganegaraan.html
http://irwansahaja.blogspot.co.id/2014/09/teori-teori-terbentuknya-bangsa.html
3
 John locke (1632-1704)

Dasar kontraktual dan Negara dikemukakan Locke sebagai peringatan bahwa kekuasaan penguasa
tidak pernah mutlak tetapi selalu terbatas, sebab dalam mengadakan perjanjian dengan seseorang atau
sekelompok orang, individu-individu tidak menyerahkan seluruh hak-hak alamiah mereka.

 Jean Jacques Rousseau (1712-1778)

Keadaan alamiah diumapamakannya sebagai keadaan alamiah, hidup individu bebas dan sederajat,
semuanya dihasilkan sendiri oleh individu dan individu itu puas. Menurut “Negara” atau “badan
korporatif” dibentuk untuk menyatakan “kemauan umumnya” (general will) dan ditujukan pada
kebahagiaan besama. Selain itu Negara juga memperhatikan kepentingan-kepentingan individual
(particular interest). Kedaulatannya berada dalam tangan rakyat melalui kemauan umumnya.

B. Teori Ketuhanan

Negara dibentuk oleh Tuhan dan pemimpin-pemimpin Negara ditunjuk oleh Tuhan Raja dan
pemimpin-pemimpin Negara hanya bertanggung jawab pada Tuhan dan tidak pada siapapun. Penganut
teori ini adalah Agustinus, Yulius Stahi, Haller, Kranenburg dan Thomas Aquinas.

C. Teori kekuatan

Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang kuat terhadap kelompok yang
lemah, Negara terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan. Dengan penaklukan dan pendudukan
dari suatu kelompok etnis yang lebih kuat atas kelompok etnis yang lebih lemah, dimulailah proses
pembentukan Negara. Penganut teori ini adalah H.J. Laski, L. Duguit, Karl Marx, Oppenheimer dan
Kollikles.

D. Teori Organis

Menurut Dede Rosyada, dkk (2005: 54) mengemukakan konsepsi organis tentang hakikat dan asal
mula negara adalah suatu konsep bilogis yang melukiskan negara dengan istilah-istilah ilmu alam.
Negara dianggap atau disamakan dengan makhluk hidup, manusia atau binatang individu yang
merupakan komponen-komponen Negara dianggap sebagai sel-sel dari makhluk hidup itu. Kehidupan
corporal dari Negara dapat disamakan sebagai tulang belulang manusia, undang-undang sebagai urat
syaraf, raja (kaisar) sebagai kepala dan para individu sebagai daging makhluk itu.

E. Teori Historis

Teori ini menyatakan bahwa lembaga-lambaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.

F. Teori kedaulatan hukum

Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit) (Mienu, 2010) menyatakan semua kekuasaan dalam
negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku Die Moderne Staats Idee.

Sumber:
http://irwansahaja.blogspot.co.id/2014/09/teori-teori-terbentuknya-bangsa.html
4
G. Teori Hukum Alam

Filsufgaul (2012) menuliskan teori hukum alam yakni negara terjadi karena kehendak alam yang
merupakanlembaga alamiah yang diperlukan manusia untuk menyelenggarakan kepentingan umum.
Penganut teori ini adalah Plato, Aristoteles, Agustinus, dan Thomas Aquino.

3. Unsur-unsur Negara
Sebuah negara mempunyai unsur-unsur yang harus ada di dalamnya yaitu sebagai berikut.

A. Rakyat (Masyarakat/Warga Negara)

Setiap negara tidak mungkin bisa ada tanpa adanya warga atau rakyatnya. Unsur rakyat ini sangat
penting dalam sebuah negara, karena secara konkret rakyatlah memiliki kepentingan agar negara itu
dapat berjalan dengan baik. Selain it, bagaimanapun juga manusialah yang akan mengatur dan
menentukan sebuah organisasa (negara).

Rakyat dalam konteks ini diartikan sebagai sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa
persamaan dan yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu. Mungkin tidak dapat
dibayangkan adanya suatu negara tanpa rakyat (warga negara). Rakyat adalah substratum dari negara.

B. Wilayah

Wilayah dalam sebuah negara merupakan unsur yang harus ada, karena tidak mungkin ada negara
tanpa ada batas-batas teritorial yang jelas. Secara mendasar, wilayah dalam sebuah negara biasanya
mencakup daratan (wilayah darat), peraiaran (wilayah laut/perairan) dan udara (wilayah udara).

 Daratan (Wilayah Darat)

Wilayah darat suatu negara dibatasi oleh wilayah darat dan laut (perairan) negara lain. Perbatasan
wilayah sebuah negara biasanya ditentukan berdasarkan perjanjian yakni perjanjian antara dua negara
atau lebih.

 Peraiaran (Wilayah Laut/Perairan)

Perairan atau laut yang menjadi bagian atau termasuk wilayah suatu negara disebut perairan atau
laut teritorial dari negara yang bersangkutan. Adapun batas dari perairan teritorial itu pada umumnya 3
mil laut (5,555 km) yang dihitung dari pantai ketika air surut. Laut yang berada diluar perairan teritorial
disebut Lautan Bebas (Mare Liberum). Disebut dengan Lautan Bebas, karena wilayah perairan tersebut
tidak termasuk wilayah kekuasaan suatu negara sehingga siapapun bebas memanfaatkannnya.

 Udara (wilayah Udara)

Udara yang berada di atas wilayah darat (daratan) dan wilayah laut (perairan) teritorial suatu negara
merupakan bagian dari wilayah udara sebuah negara. Mengenai batas ketinggian sebuah wilayah negara
tidak memiliki batas yang pasti, asalkan negara yang bersangkutan dapat mempeertahankannya.

sumber:
http://www.tugassekolah.com/2016/01/penjelasan-unsur-unsur-negara-secara-detail-dan-lengkap.html
5

C. Pemerintah

Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi negara untuk
mencapai tujuan negara. Oleh karenanya, pemerintah seringkali menjadi personifikasi sebuah negara.

Pemerintah menegakkan hukum dan memberantas kekacauan, mengadakan perdamaian dan


menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang bertantangan. Pemerintah yang menetapkan,
menyatakan dan menjalankan kemauan individu-individu yang tergabung dalam organisasi politik yang
disebut negara. Pemerintah adalah badan yang mengatur urusan sehari-hari, yang menjalankan
kepentingan-kepentingan bersama. Pemerintah melaksanakan tujuan-tujuan negara, menjalankan
fungsi-fungsi kesejahteraan bersama-sama

D. Kedaulatan
Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya
dengan semua cara.

Disamping ketiga unsur pokok (konstitutif) tersebut masih ada unsur tambahan (disebut unsur
deklaratif) yaitu berupa Pengakuan dari negara lain. Unsur negara tersebut diatas merupakan unsur
negara dari segi hukum tata negara atau organisasi negara.

4. Bentuk – Bentuk Negara


A.   Bentuk-bentuk Negara Menurut Teori Modern
Bentuk Negara yang terpenting ialah Negara kesatuan (unitarisme) dan Negara serikat
(federasi). Negara Kesatuan ialah suatu Negara yang merdeka dan berdaulat dimana di seluruh Negara
yang berkuasa hanya satu pemerintah (pusat) yang mengatur seluruh daerah.
Dalam Negara Kesatuan pelaksanaan pemerintahan Negara dapat dilaksanakan dengan sistem
sentralisasi (segala sesuatu dalam Negara langsung diatur dan diurus oleh pemerintah pusat, sedang
daerah-daerah tinggal melaksanakannya) dan sistem desentralisasi (daerah diberikan kesempatan dan
kewenangan untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri (otonom daerah atau dikenal dengan
daerah otonom. 
Bentuk Negara kesatuan pada umumnyamempunyai sitat-sifat sebagai berikut :
1.    Kedaulatan Negara mencakup ke dalam dan ke luar yang ditangani pemerintah pusat.
2.    Negara hanya mempunyai satu undang-undang dasar, satu kepala Negara, satu dewanmenteri dan
satu dewan perwakilan rakyat.

Sumber:
http://www.yuksinau.com/2016/08/bentuk-bentuk-negara-dan-kenegaraan.html.
6
3.    Hanya ada satu kebijakan yang menyangkut persoalan politik, ekonomi, sosial budaya,serta hankam,
dan
4.    Negara Srikat (Federasi) ialah suatu Negara yang merupakan gabungan beberapa Negara, yang
menjadi Negara-negara bagian dan Negara serikat itu.
Adapun tujuan Negara secara umum ada dua tujuan yaitu :
1.    Negara penjaga malam, yaitu bahwa tujuan Negara adalah melindungi /menjaga keamanan
rakyatnya.
2.    Negara kesejahteraan (welfarestaats) yaitu bahwa tujuan Negara bukan semata-mata menjaga
keamanan rakyatnya tapi juga ikut mensejahterakan rakyatnya tersebut.
Sedangkan tujuan Negara RI sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 bahwa tujuan Negara RI
adalah :
a.    Melindungi seluruh dan segenap bangsa Indonesia.
b.    Mencerdaskan kehidupan bangsa.
c.    Memajukan kesejahteraan umum,dan
d.    Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia.

B. Negara kesatuan
Pemerintah pusat memegang kedaulatan sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar.
Hubungan antara pemerintah pusat dengan rakyat dan daerahnya dapat dijalankan secara langsung.
Dalam negara kesatuan hanya ada satu konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri (kabinet),
dan satu parlemen. Demikian pula dengan pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang memegang
wewenang tertinggi dalam segala aspek pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah supremasi
parlemen pusat dan tiadanya badan-badan lain yang berdaulat. Negara kesatuan dapat dibedakan
menjadi dua macam sistem, yaitu:
-Sentralisasi
-Desentralisasi

C. Negara Serikat
Negara Serikat adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara bagian yang
masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh memiliki konstitusi sendiri, kepala
negara sendiri, parlemen sendiri, dan kabinet sendiri, yang berdaulat dalam negara serikat adalah
gabungan negara-negara bagian yang disebut negara federal.
Setiap negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan dengan konstitusi
federal. Tindakan ke luar (hubungan dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh pemerintah
federal. 8

D. Bentuk-bentuk Negara Pemerintahan Menurut Ahli

Beberapa bentuk pemerintahan yang pernah ada antara lain Sebagai berikut:

a.      R. Kraneburg membagi bentuk negara kepada tiga bentuk yaitu: monarki, oligarki, dan demokrasi.
Monarki ditandai dengan adanya satu orang yang mengepalai pemerintahan. Oligarki dimana beberapa
orang berkuasa, adapun demokrasi yaitu rakyat yang memegang kekuasaan tertinggi.

b.      L.V Ballard, membagi bentuk negara kepada dua yaitu negara-negara kekuasaan (power states) dan
negara-negara kesejahteraan (welfare states). Negara-negara kekuasaan ialah negara dimana kehendak
rakyat diorganisir oleh seseorang atau sekelompok orang yang memegang kekuasaan dalam negara.
Adapun negara-negara kesejahteraan ialah negara dimana kehendak rakyat dinyatakan secara langsung
oleh rakyat dalai pemilihan umum.

c.       Thomas Hobbes membagi bentuk negara kepada kerajaan, demokrasi dan aristokrasi. Kerajaan,
kedaulatan pada seseorang saja, demokrasi, kedaulatan pada semua rakyat dan aristokrasi, kedaulatan
pada beberapa orang saja.

d.      Montesquieu membagi bentuk negra kepada tiga yaitu republik, kerajaan dan depotisme. Republik,
rakyat yang memegang kekuasaan. Kerajaan, kekuasaan pada satu orang saja, dan depotisme,
pemerintahan yang sewenang-wenang. (F. isjwara, 1999:183)

5. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan

1. Warga Negara

Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi
unsur negara. Istilah ini dahulu disebut hamba atau kawula. Istilah warga negara lebih sesuai dengan
kedudukannya sebagai orang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau kawula negara, karena
warga negara mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu negara, yakni peserta dari suatu
persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama, atas dasar tanggung jawab bersama dan untuk
kepentingan bersama. Untuk itu, setiap warga negara empunyai persamaan hakk di hadapan hukuum.
Semua warga negara memiliki kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab.
istilah warga negara merupakan terjemahan dari kata citizen  (bahasa Ingggris) yang mempunyai arti
sebagai berikut;
1. Warga negara;
2. Petunjuk dari sebuah kota;
3. Sesama warga negara, sesama penduduk, orang setanah air;
4. Bawahan atau kawula.
sumber:
http://www.habibullahurl.com/2015/02/pengertian-warga-negara-teori-status-warga-negara.html

9
Menurut As Hikam dalam Ghazalli (2004), warga negara sebagai sebagai terjemahan dari citizen
artinya adalah anggota dari suatu komunitas yang membentuk negara itu sendiri.

Pengertian warga negara secara umum dinyatakan bahwa warga negara merupakan anggota negara
yang mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya.

2. Pengertian Kewarganegaraan

Istilah kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau


ikatan anatara negara dan warga negara. Menurut memori penjelasan dari pasal II Peraturan Penutup
Undang-Undang No. 62 tahun 1958 tentang Kewarganeraan Republik Indonesia, kewarganegaraan
diartikan segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu
untuk melindungi orang ang bersangkutan. Adapun menurut Undang-Undang Kewarganegaraan
Republik Indonesia, kewarganegaraan adalh segala hal ihwal yang berhubungan dengan negara.

6. Azas Kewarganegaraan dan Permasalahannya

A. Azas Kewarganegaraan
         Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai dengan asas yang dianut
negara tersebut. Asas kewarganegaraan yang dianut oleh suatu negara mrpakan prinsip yang menjadi
pedoman dalam menentukan kewarganegaraan pada negara tersebut. Perbedaan asas tiap-tiap negara
disebabkan karena perbedaan latar belakang negara, cita-cita masa depan, letaknegara, dan kondisi
perkembangan yang ada.

         Adapun yang dimaksud dengan kewarganegaraan ialah keanggotaan seseorang dalam kontrol
satuan politik tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi
dalam kegiatan politik.

         Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga negara
Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten
atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan
diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17
tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga
negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.   

Asas kewarganegaraan Indonesia berdasarkan UU No. 12 Tahun 2006 dibagi menjadi 4, antara lain ;   

1.     Asas Ius Soli   

asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran.   


Contoh : seseorang yang dilahirkan di negara A maka ia akan menjadi warga negara A walaupun
orangtuanya adalah warga negara B (dianut Oleh Inggris, Mesir, dan Amerika) 

  10

2.   Asas Ius Sanguinis   


penentuan kewarganegaraan berdasarkan keturunan atau pertalian darah. Artinya penentuan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan kewarganegaraan orang tuanya, bukan berdasarkan negara
tempat tinggalnya.   
Contoh : seseorang yang dilahirkan di negara A tetapi orang tuanya adalah warga negara B maka orang
tersebut tetap menjadi warga negara B (dianut oleh Cina) 
 
3.  Asas Kewarganegaraan Tunggal 
asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.   
Contoh : seseorang tidak boleh mempunyai status kewarganegaraan lain apabila ia tetap ingin
berkewarganegaraan Indonesia. 
 
4.   Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas 
Asas menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
undang-undang ini. Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda
(bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada
anak dalam undang-undang ini merupakan suatu pengecualian. Namun ada suatu negara dalam
menentukan kewarganegaraannya hanya menggunakan asas ius soli atau ius sanguinis saja, maka dapat
mengakibatkan dua kemungkinan yang terjadi yaitu bipatride dan apatride. 
Contoh negara yang menerapkan asas ius soli adalah Amerika Serikat, sedangkan yang menerapkan asas
ius sanguinis adalah Cina. Seorang warga negara Cina yang melahirkan anak di Amerika Serikat, menurut
asas yang dianut oleh masing-masing negara tersebut memiliki dua kewarganegaraan yaitu warga
negara Amerika Serikat dan warga negara Cina. Sebaliknya warga negara Amerika Serikat yang
melahirkan seorang anak di Cina menurut asas tersebut tidak memiliki kewarganegaraan (apatride).
 

sumber:
http://pungkiindriyonoblog.wordpress.com/2014/05/04/bab-i-asas-kewarganegaraan/

11

B. Masalah kewarganegaraan  
Karena penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda, hal ini dapat menimbulkan masalah
kewarganegaraan, antara lain;   
1.     Apatride (tidak berkewarganegaraan)   
Dengan keadaan apatride ini mengakibatkan seseorang tidak akan mendapat perlindungan dari negara
manapun juga.   
2.   Bipatride (berkewarganegaraan ganda)   
Dengan demikian mengakibatkan ketidakpastian status orang yang bersangkutan dan kerumitan
administrasi tentang kewarganegaraan tersebut.   
3.  Multipatride (lebih dari 2 berkewarganegaraan) 
Maka dari itu permasalah diatas harus dihindarai dengan upaya-upaya sebagai berikut;
1. Memberikan kepastian hukum yang jelas akan status kewarganegaraannya.
2. Menjamin hak-hak perlindungan hukum yang pasti bagi seseorang dalam kehidupan bernegara.
 
Sistem yang sering digunakan untuk menentukan status kewarganegaraan adalah;  

Stelsel aktif 
Seseorang akan menjadi warga negara suatu negara dengan melakukan tindakan-tindakan
hkum tertentu secara aktif. Dalam stelsel ini seorang wraga negara memiliki hak opsi, yaitu hak untuk
memilih suatu kewarganegaraan. 

Stelsel pasif

Seseorang dengan sendirinya menjadi warga negara tanpa harus melakukan tindakan-tindakan
hukum tertentu. Dalam stelsel ini seorang warga negara memiliki hak repudiasi, yaitu hak untuk
menolak suatu kewarganegaraan.
Penyelesaian masalah kewarganegaraan menurut salah satu keputusan KMB dipergunakan
stelsel aktif dengan hak opsi untuk penduduk Indonesia keturunan Eropa. Dan stelsel pasif dengan hak
repudiasi untuk keturunan Timur Asing.
contoh yang dapat mengganggu kewarganegaraan antara lain :

 A. Perkawinan Campuran


Dalam perundang-undangan di Indonesia, perkawinan campuran didefinisikan dalam Undang-
undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 57 : ”yang dimaksud dengan perkawinan campuran
dalam Undang-undang ini ialah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum
yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan
Indonesia”.
Selama hampir setengah abad pengaturan kewarganegaraan dalam perkawinan campuran
antara warga negara indonesia dengan warga negara asing, mengacu pada UU
KewarganegaraanNo.62 Tahun 1958. Seiring berjalannya waktu UU ini dinilai tidak sanggup lagi
mengakomodir kepentingan para pihak dalam perkawinan campuran, terutama perlindungan untuk istri
dan anak.

12

Menurut teori hukum perdata internasional, untuk menentukan status anak dan hubungan
antara anak dan orang tua, perlu dilihat dahulu perkawinan orang tuanya sebagai persoalan
pendahuluan, apakah perkawinan orang tuanya sah sehingga anak memiliki hubungan hukum dengan
ayahnya, atau perkawinan tersebut tidak sah, sehingga anak dianggap sebagai anak luar nikah yang
hanya memiliki hubungan hukum dengan ibunya.

Barulah pada 11 Juli 2006, DPR mengesahkan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru
yang memperbolehkan dwi kewarganegaraan untuk memberikan pencerahan baru dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang lahir dari perkawinan campuran.

B. Permasalahan yang Timbul

Persoalan yang rentan dan sering timbul dalam perkawinan campuran adalah masalah
kewarganegaraan anak.UU kewarganegaraan yang lama menganut prinsip kewarganegaraan tunggal,
sehingga anak yang lahir dari perkawinan campuran hanya bisa memiliki satu kewarganegaraan, yang
dalam UU tersebut ditentukan bahwa yang harus diikuti adalah kewarganegaraan ayahnya. Pengaturan
ini menimbulkan persoalan apabila di kemudian hari perkawinan orang tua pecah, tentu ibu akan
kesulitan mendapat pengasuhan anaknya yang warga negara asing.

Dengan lahirnya UU Kewarganegaraan yang baru, sangat menarik untuk dikaji bagaimana
pengaruh lahirnya UU ini terhadap status hukum anak dari perkawinan campuran. Definisi anak dalam
pasal 1 angka 1 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah :“Anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

Dalam hukum perdata, diketahui bahwa manusia memiliki status sebagai subjek hukum sejak ia
dilahirkan. Pasal 2 KUHP memberi pengecualian bahwa anak yang masih dalam kandungan dapat
menjadi subjek hukum apabila ada kepentingan yang menghendaki dan dilahirkan dalam keadaan
hidup.Manusia sebagai subjek hukum berarti manusia memiliki hak dan kewajiban dalam lalu
lintas hukum.Namun tidak berarti semua manusia cakap bertindak dalam lalu lintas hukum. Orang-orang
yang tidak memiliki kewenangan atau kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum diwakili oleh orang
lain.

Dengan demikian anak dapat dikategorikan sebagai subjek hukum yang tidak cakap melakukan
perbuatan hukum.Seseorang yang tidak cakap karena belum dewasa diwakili oleh orang tua atau
walinya dalam melakukan perbuatan hukum.Anak yang lahir dari perkawinan campuran memiliki
kemungkinan bahwa ayah ibunya memiliki kewarganegaraan yang berbeda sehingga tunduk pada dua
yurisdiksi hukum yang berbeda. Berdasarkan UU Kewarganegaraan yang lama, anak hanya mengikuti
kewarganegaraan ayahnya, namun berdasarkan UU Kewarganegaraan yang baru anak akan memiliki
dua kewarganegaraan. Menarik untuk dikaji karena dengan kewarganegaraan ganda tersebut, maka
anak akan tunduk pada dua yurisdiksi hukum.

 
13

C. Kewarganegaraan Ganda

Bila dikaji dari segi hukum perdata internasional, kewarganegaraan ganda juga memiliki potensi
masalah, misalnya dalam hal penentuan status personal yang didasarkan pada asas nasionalitas, maka
seorang anak berarti akan tunduk pada ketentuan negara nasionalnya. Bila ketentuan antara hukum
negara yang satu dengan yang lain tidak bertentangan maka tidak ada masalah, namun bagaimana bila
ada pertentangan antara hukum negara yang satu dengan yang lain, lalu pengaturan status personal
anak itu akan mengikuti kaidah negara yang mana. Lalu bagaimana bila ketentuan yang satu melanggar
asas ketertiban umum pada ketentuan negara yang lain.

Sebagai contoh adalah dalam hal perkawinan, menurut hukum Indonesia, terdapat syarat
materil dan formil yang perlu dipenuhi.Ketika seorang anak yang belum berusia 18 tahun hendak
menikah maka harus memuhi kedua syarat tersebut.Syarat materil harus mengikuti hukum Indonesia
sedangkan syarat formil mengikuti hukum tempat perkawinan dilangsungkan.Misalkan anak tersebut
hendak menikahi pamannya sendiri (hubungan darah garis lurus ke atas), berdasarkan syarat materiil
hukum Indonesia hal tersebut dilarang (pasal 8 UU No. 1 tahun 1974), namun berdasarkan hukum dari
negara pemberi kewarganegaraan yang lain, hal tersebut diizinkan, lalu ketentuan mana yang harus
diikutinya.

Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan adanya asas kewarganegaraan


berdasarkan kelahiran dan asas kewaraganegaraan berdasarkan perkawinan.Dalam penentuan
kewarganegaraan didasarkan kepada sisi kelahiran dikenal dua asas yaitu asas ius soli dan
iussanguinis.Ius artinya hukum atau dalil.Soli berasal dari kata solum yang artinya negari atau
tanah.Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah.Asas Ius Soli; Asas yang menyatakan
bahawa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat dimana orang tersebutdilahirkan.Asas Ius
Sanguinis; Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan sesorang ditentukan beradasarkan
keturunan dari orang tersebut.

Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek perkawinan
yang mencakupa asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.Asas persamaan hukum didasarkan
pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan yang tidak terpecahkan sebagai inti
dari masyarakat.Dalam menyelenggarakan kehidupan bersama, suami istri perlu mencerminkan suatu
kesatuan yang bulat termasuk dalam masalah kewarganegaraan. Berdasarkan asas ini diusahakan ststus
kewarganegaraan suami dan istri adalah sama dan satu.

Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap negara dapat menciptakan


problem kewarganegaraan bagi seorang warga.Secara ringkas problem kewarganegaraan adalah
munculnya apatride dan bipatride.Appatride adalah istilah untuk orang-orang yang tidak memiliki
kewarganegaraan.Bipatride adalah istilah untuk orang-orang yang memiliki kewarganegaraan ganda
(rangkap dua).Bahkan dapat muncul multipatride yaitu istilah untuk orang-orang yang memiliki
kewarganegaraan yang banyak (lebih dari 2).
14

D. Undang-Undang yang Mengartur Warga Negara

Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang warga negara adalah Undang-


Undang No.12Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.Pewarganegaraan adalah
tatacara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
melaluipermohonan.Dalam Undang-Undang dinyatakan bahwa kewarganegaraan Republik Indonesia
dapat juga diperoleh memalului pewarganegaraan.

Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon juika memenuhi persyaratan


sebagai berikut: telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin, pada waktu mengajukan
permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun
berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut, sehat jasmani dan rohani,
dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun, jika dengan memperoleh kewarganegaraan Indonesia,
tidak menjadi kewarganegaraan ganda, mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap,
membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

E. Hilangnya Kewarganegaraan Indonesia

Hilangnya Kewarganegaraan Indonesia diantaranya; memperoleh kewarganegaraan lain atas


kemauannya sendiri, tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu, dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh Presiden atas
permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat
tinggal di luar negeri dan dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi
tanpa kewarganegaraan, masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden,
secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu di Indonesia
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undngan hanya dapat dijabat oleh warga negara
Indonesia, secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau
bagian dari negara asing tersebut, tidak diwajibkan tapi turut serta dalam pemilihan sesuatu
yangbersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing, mempunyai paspor atau surat yang bersifat
paspor dari negara asing atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih
berlaku dari negara lain atas namanya, bertempat tinggal diluar wilayah negara republic Indonesia
selama 5 (lima tahun berturut-turut bukan dalam rangaka dinas negara, tanpa alas an yang sah dan
dengan sngaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonedia sebelum
jangka waktu 5(liama) tahun itu berakhir dan setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak
mengajukan pernytaaan ingin tetap menjadi warga Negara Indonesia kepada perwakilan RI yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal perwakilan RI tersebut telah
memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.

Sumber : 
http://www.anonymous-1997.net/2013/03/masalah-status-kewarganegaraan.html
http://mafajane.blogspot.com/2013/03/asas-kewarganegaraan.html
15

7. Hubungan Negara dan Warga Negara

            Hubungan negara dan warga negara ibarat ikan dan airnya, keduanya memiliki hubungan timbal
balik yang sangat erat. Negara Indonesia sesuai dengan institusi, misal, berkewajiban untuk menjamin
dan melindungi seluruh warganya, tanpa kecuali. Secara jelas dalam UUD Pasal 33. Misal, disebtkan
bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (ayat 1) negara mengembangkan
sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan, (ayat 2) negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

A.   Teori Hubungan Warga Negara dengan Negara

Teori Hubungan Warga Negara dengan Negara Diantaranya Dapat Berupa Otonomi. Teori
otonomi menurut Gramsci menyatakan “ bahwa masyarakat masing-masing memilki otonominya yang
bersifat relatif. Interaksi antara negara dengan masyarakat bersifat hegemonik “@kekuasan legslatif
yang lebih dominan yang duduk di lembaga legislatif”. (kelompok kekuatan politik dominan), teori
otonomi relatif meliputi :

1.      Teori Marxis

Menurut teori Marxis, negara hanyalah sebuah panitia yang mengelola kepentingan kaum
borjuis, sehingga sebenarnya tidak memiliki kekuasaan yang nyata. Justru kekuasaan nyata terdapat
pada kelompok atau kelas yang dominan dalam masyarakat (kaum borjuis dalam sistem kapitalis dan
kaum bangsawan dalam sistem feodal).

2.      Teori Pluralis

Dalam pandangan teori pluralis, negara merupakan alat dari masyarakat sebagai kekuatan
eksternal yang mengatur negara. Dalam masyarakat terdapat banyak kelompok yang berbeda
kepentingannya, sehingga tidak ada kelompok yang terlalu dominan. Untuk menjadi mayoritas,
kepentingan yang beragam ini dapat melakukan kompromi.

3.       Teori Organis

Menurut teori Organis, negara bukan merupakan alat dari masyarakatnya, tetapi merupakan
alat dari dirinya sendiri. Negara mempunyai misinya sendiri, yaitu misi sejarah untuk menciptakan
masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, negara harus dipatuhi oleh warganya sebagai lembaga
diatas masyarakat. Negaralah yang tahu apa yang baik bagi masyarakat secara keseluruhan. Pandangan
ini merupakan dasar bagi terbentuknya negara-negara kuat yang seringkali bersifat otoriter bahkan
totaliter.

16

4.       Teori Elite Kekuasaan

Teori ini muncul sebagai bentuk kritik terhadap teori pluralis. Menurut teori ini, meskipun
masyarakatnya terdiri dari bermacam-macam kelompok yang pluralitas, tetapi dalam kenyataannya
kelompok elite penguasa datang hanya dari kelompok masyarakat tertentu, meskipun secara hukum
semua orang memang bisa menempati jabatan-jabatan dalam negara/pemerintah

5. Ayat-Ayat Allah yang berhubungan dengan negara dan warga negara

1.    Q.S An-Nisa :Ayat 58-59


“Sesungguhnya Allah menyuruh kamumenyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya
dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia supayakamu menetapkan dengan
adil.Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat(58) Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan
ta’atilah Rasul(Nya) dan ulil amri diantara kamu.Kemudian jika kamu berlainan pendapat,maka
kembalilah kepada Allah (Al-qur’an) dan Rasulnya(sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian.Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.

2.  Q.S An-Nisa :Ayat 134


“Wahai orang-orang yang beriman,jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,menjadi
saksi karena Allah biarpun terhadapmu sendiri atau Ibu bapak dan kaum kerabat. Jika ia kaya atau
miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikakan(kata-kata) atau enggan menjadi
saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan(134).

3.    Q.S Ali-Imran :Ayat 153-155


4.    Q.S An-Nahl : Ayat 90-93
5.    Q.S Al-baqarah : Ayat 261-164
6.    Q.S At-Taubat : Ayat 70-72 dan 111-114
7.    Q.S Al-Kahfi : Ayat 103-118
Maka dari itu sebagai warga negara harus mena’ati ulil amri dan sebagai negara harus menegakan
hukum dengan seadil-adilnya.
sumber:
http://irwansahaja.blogspot.co.id/2014/09/teori-teori-terbentuknya-bangsa.html
Abdul Aziz Wahab, Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung: Penerbit Alfabeta,
2011) hal. 201
Wahab, Abdul Aziz. 2011. Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.
Wibowo, Dwi Cahyadi. Konsep Teori dan Proses terbentuknya Negara,  Dalam
lamanhttp://dwicahyadiwibowo.blogspot.com
17

BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama.

Meraka hidup bersama dalam berbagai hubungan antara individu yang berbeda-beda tingkatannya.

Bangsa adalah orang-orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa dan sejarahnya serta
pemerintahan sendiri. Dalam kamus bahasa Indonesia, pengertian bangsa adalah kumpulan manusia
yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa serta wilayah tertentu dimuka bumi.

Negara adalah suatu organisasi di antara kelompok atau beberapa kelompok manusia, yang
bersama- sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya pemerinatahan yang
mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tadi. Negara
merupakan suatu organisasi yang dalam wilayah tertentu dapat memaksakan kekuasaan secara sah
terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan dapat menetapkan tujuan- tujuan dari kehidupan
bersama.

Secara umum, pengertian warga negara adalah anggota suatu negara yang mempunyai
keterikatan timbal balik dengan negaranya. Warga negara dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata
citizens. Seseorang dapat menjadi warga negara setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
oleh suatu negara.

Bentuk-bentuk kenegaraan antara lain Koloni, Trustee ( Perwalian ), Mandat, Protektorat,


Dominion, dan Uni. Untuk menerapkan semangat kebangsan pada generasi muda,  diperlukan prinsip-
prinsip patriotisme dan nasionalisme.

Sikap yang sesuai dengan patriotisme dan nasionalisme  adalah menjaga persatuan  dan
kesatuan bangsa, setia memakai produk  dalam negeri, rela berkorban demi bangsa dan Negara, bangga
sebagai bangsa dan Negara Indonesia. Mendahulukan kepentingan dan Negara di atas kepentingan
pribadi,menjaga nama baik bangsa dan Negara,berprestasi dalam berbagi bidang untuk mengharumkan
nama bangsa, dan setia kepada bangsa dan Negara terutama dalam menghadapi masuknya kurangan
dampaknya negative globalisasi ke Indonesia. Sikap yang  tidak sesuai dengan nasionalisme dan
patriotisme antara lain egoisme,eksrimisme, terorisme, primordialisme, separatisme,propinsionalisme.
B.      SARAN
Penyusunan materi dalam makalah ini sudah cukup baik,namun masih banyak memiliki
kekurangan khususnya kelengkapan materi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar kelak penulis dapat membuat makalah yang lebih baik.

18

DAFTAR PUSTAKA

http://zonamapel.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-bangsa-negara-dan-warga.html

http://www.edukasippkn.com/2015/09/pengertian-warga-negara-kewarganegaraan.html

http://www.tugassekolah.com/2016/01/penjelasan-unsur-unsur-negara-secara-detail-dan-lengkap.html

http://irwansahaja.blogspot.co.id/2014/09/teori-teori-terbentuknya-bangsa.html

http://zonazeruu.blogspot.co.id/2016/06/proses-terbentuknya-suatu-negara.html

http://www.habibullahurl.com/2015/02/pengertian-warga-negara-teori-status-warga-negara.html

http://www.yuksinau.com/2016/08/bentuk-bentuk-negara-dan-kenegaraan.html

Azra, Azyumardi. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah,

Wahab, Abdul Aziz. 2011. Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Winarso. 2009. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kansil. 2001. Ilmu Negara Umum Dan Indonesia. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Wibowo, Dwi Cahyadi. Konsep Teori dan Proses terbentuknya Negara,  Dalam


lamanhttp://dwicahyadiwibowo.blogspot.com

Muhammad, Hussein. 2000. Islam dan Negara Kebangsaan.  Yogyakarta: LKIS.

Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003), hal. 73

Abdul Aziz Wahab, Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung: Penerbit Alfabeta,
2011) hal. 201

Winarso, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 49

Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003), hal. 43-44

Kansil, Ilmu Negara Umum Dan Indonesia, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2001), hal. 69-70
Dwi Cahyadi Wibowo, Konsep Teori dan Proses terbentuknya Negara,  Dalam
lamanhttp://dwicahyadiwibowo.blogspot.com, diunduh pada 18 Maret 2015.

Hussein Muhammad, Islam dan Negara Kebangsaan, (Yogyakarta: LKIS, 2000), hal 69.

http://softilmu.blogspot.com/2013/12/warga-negara-dan-kewarganegaraan.html

http://pungkiindriyonoblog.wordpress.com/2014/05/04/bab-i-asas-kewarganegaraan/

19

Anda mungkin juga menyukai