Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH NEGARA

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan)

Disusun oleh:

AGIEL DELVINZA RAMADHANDY

11200820000049

PROGRAM STUDI AKUNNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan wawasan mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dengan
judul “MAKALAH NEGARA”.

Dengan materi kuliah ini penulis diharapkan mahasiswa mampu untuk


memahami makna dari Negara . Dengan demikian, penulis sadar materi ini terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penluis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa, supaya bisa memahami pengertian negara, karena
kita adalah penerus Bangsa Indonesia.

Jakarta, 24 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................................................ii

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah........................................................................................................2

BAB II : Pembahasan

2.1 Pengertian Negara....................................................................................................2


2.2 Unsur-unsur Negara.................................................................................................3
2.3 Konsep Hubungan Agama dan Negara....................................................................4
2.4 Sejarah Hubungan Islam dan Negara di Indonesia..................................................6

BAB III : Penutup

Kesimpulan..........................................................................................................................7

Daftar Pustaka......................................................................................................................8

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan pendidikan kewarganegaraan tentunya tidak terlepas dariteori
kewarganegaraan yang terus berkembang dari waktu ke waktu.
Padahakekatnya Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentukwatak serta peradaban bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan
kehidupanbangsa, secara opersional pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensipeserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa, berwatak, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi


kebutuhannyasendiri, manusia senantiasa membutuhkan orang lain. Pada
akhirnya manusiahidup secara berkelompok. Manusia dalam bersekutu atau
berkelompok akanm e m b e n t u k suatu organisasi yang berusaha
m e n g a t u r d a n m e n g a r a h k a n tercapainya tujuan hidup kelompok tersebut.
Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan besar. Pada mulanya
manusia hidup dalam kelompokkeluarga. Selanjutnya mereka membentuk
kelompok yang lebih besar lagi sepertisuku, masyarakat, dan bangsa. Kemudian
manusia hidup bernegara. Mereka membentuk Negara sebagai persekutuan
hidupnya. Segala hal tentang konsepsuatu Negara perlu diketahui oleh kita.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan negara?


1.2.2 Apa saja unsur-unsur negara?
1.2.3 Bagaimana konsep hubungan antara agama dan negara?
1.2.4 Bagaimana sejarah hubungan islam dan negara di Indonesia?

1
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Mengetahui dan memahami arti negara.
1.3.2 Mengetahui apa saja unsur dari suatu negara.
1.3.3 Memahami konsep hubungan agama dan negara.
1.3.4 Mengetahui dan memahami sejarah hubungan islam dan negara di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara

Secara literal istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni
state (bahasa inggris), staat (bahasa belanda dan jerman) dan etat (bahasa prancis) kata
state,staat,etat di ambil dari bahasa latin status atau statum yang berarti tegak dan tetap
atau sesuatu yang memiliki sifat tegak dan tetap Secara terminologi negara adalah suatu
organisasi dari kelompok atau beberapa kelompok manusia yang mempunyai cita-cita
untuk bersatu, hidup dalam daerah tertentu dan mempunyai pemerintah yang berdaulat.
Pengertian Negara secara etimologis, istilah “negara” merupakan terjemahan
dari kata-kata asing, yaitu state (bahasa Inggris), staat (bahasa Jerman dan Belanda), dan
etat (bahasa Prancis). Kata state, staat, dan etat itu diambil oleh orang-orang Eropa dari
bahasa Latin pada abad ke-15, yaitu dari kata statum atau status yang berarti keadaan
yang tegak dan tetap, atau sesuatu yang bersifat tetap dan tegak. Istilah negara ini
muncul bersamaan dengan munculnya istilah Lo Stato yang dipopulerkan Niccolo
Machiavelli lewat bukunya II Principe. Saat itu, Lo Stato didefinisikan sebagai suatu
sistem tugas dan fungsi publik dan alat perlengkapan yang teratur dalam wilayah
tertentu. Di Indonesia sendiri, istilah “Negara” berasal dari bahasa Sansekerta nagara
atau nagari, yang berarti kota. Sekitar abad ke-5, istilah nagara sudah dikenal dan
dipakai di Indonesia. Hal ini dibuktikan oleh adanya penamaan Kerajaan Tarumanegara
di Jawa Barat. Selain itu, istilah nagara juga dipakai sebagai penamaan kitab Majapahit

2
Negara Kertagama yang ditulis Mpu Prapanca. Jadi, istilah “negara” sudah dipakai
terlebih dahulu di Indonesia jauh sebelum bangsa Eropa. Negara adalah suatu kumpulan
orang yang telah mempunyai kehendak/tujuan yang sama untuk membangun masa
depan bersama-sama. Kelompok masyarakat tersebut memiliki rasa senasib dan
sepenanggungan untuk menjalankan hidup bersama-sama di dalam suatu wilayah di
permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun
budayanya. membentuk organisasi masyarakat dan memiliki pemerintahan yang sah
untuk mengatur warga atau masyarakatnya.

2.2 Unsur-unsur Negara

Unsur untuk melengkapi arti negara perlu kiranya diuraikan unsur - unsur negara
ada bagiannya untuk menjadi negara itu ada. Unsur - unsur negara dikenal dalam tiga
hal yaitu :

1. Rakyat

Rakyat adalah semua orang yang menjadi penghuni suatu negara. Tanpa rakyat
mustahil negara akan terbentuk. Leacock mengatakan bahwa, " Negara tidak akan
berdiri tanpa adanya sekelompok orang yang mendiami bumi ini" . Banyak yang
menimbulkan pertanyaan dari sebuah penjelasan tersebut. Berapa banyak jumlah
penduduk untuk membuat suatu negara?. Plato menjelaskan suatu wilayah
membutuhkan 5040 penduduk atau orang. Rakyat terdiri dari penduduk dan bukan
penduduk. Penduduk ialah semua orang yang ingin menetap disebuah wilayah atau
negara tertentu. Mereka yang ada dalam wilayah yang bertujuan tidak ingin menetap,
tidak dapat disebut penduduk. Misalnya orang yang ingin berkunjung karena wisata.

2. Wilayah

Wilayah tertentu ialah batas wilayah dimana kekuasaan negara itu tidak berlaku
diluar batas wilayahnya karena bisa menimbulkan sengketa internasional, walaupun
sebagai pengecualian dikenal apa yang disebut daerah eksteritorial yang artinya
kekuasaan negara bisa berlaku diluar daerah kekuasaannya sebagai pengecualian

3
misalnya ditempat kediaman kedutaan asing berlaku kekuasaan negara asing itu.
Mengenai batas wilayah negara itu orang tidak dapat melihat dalam Undang-
Undang Dasar Negara, tapi merupakan pernjanjian (traktat) antara dua negara atau lebih
yang berkepentingan dan biasanya merupakan negara tetangga. Jika hanya antara dua
negara maka perjanjian tersebut bersifat billateral. Jika lebih maka sifat perjanjian
tersebut multilateral. Wilayah/teritori mempunyai arti luas yang meliputi: Udara, Darat
dan Laut. Ketiganya ditentukan oleh perjanjian internasional.

3. Pemerintahan yang Sah

Pemerintahan yang sah dan berdaulat adalah pemerintahan yang dibentuk oleh
rakyat dan mempunyai kekuasaan tertinggi. Pemerintahan yang sah juga dihormati dan
ditaati oleh seluruh rakyat serta pemerintahan negara lain.

4. Pengakuan dari Negara Lain

Negara yang baru merdeka memerlukan pengakuan dari negara lain karena
menyangkut keberadaan suatu negara. Apabila negara merdeka tidak diakui oleh negara
lain maka negara tersebut akan sulit untuk menjalin hubungan dengan negara lain.
Pengakuan dari negara yang lain terdiri dari 2 sifat, yaitu de facto dan de jure.

Pengakuan de facto, artinya pengakuan tentang kenyataan adanya suatu negara


merdeka. Pengakuan seperti ini belum bersifat resmi. Sedangkan, pengakuan de jure,
artinya pengakuan secara resmi berdasarkan hukum oleh negara lain sehingga terjadi
hubungan ekonomi, sosial, budaya, dan diplomatik.

2.3 Konsep Hubungan antara Agama dan Negara

Dalam praktik kehidupan kenegaraan masa kini, hubungan antara agama dan
negara dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yakni integrated (penyatuan antara
agama dan negara), intersectional (persinggungan antara agama dan negara), dan
sekularistik (pemisahan antara agama dan negara). Bentuk hubungan antara agama dan

4
negara di negara-negara Barat dianggap sudah selesai dengan sekularismenya atau
pemisahan antara agama dan negara. Paham ini menurut The Encyclopedia of Religion
adalah sebuah ideologi, dimana para pendukungnya dengan sadar mengecam segala
bentuk supernaturalisme dan lembaga yang dikhususkan untuk itu, dengan mendukung
prinsip-prinsip non-agama atau anti-agama sebagai dasar bagi moralitas pribadi dan
organisasi sosial.

Pemisahan agama dan negara tersebut memerlukan proses yang disebut


sekularisasi, yang pengertiannya cukup bervariasi, termasuk pengertian yang sudah
ditinjau kembali. Menurut Peter L. Berger berarti “sebuah proses dimana sektor-sektor
kehidupan dalam masyarakat dan budaya dilepaskan dari dominasi lembaga-lembaga
dan simbol-simbol keagamaan”. Proses sekularisasi yang berimplikasi pada
marjinalisasi agama ini bisa berbeda antara satu negara dengan negara lainnya, yang
terutama dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan sejarah masing-masing
masyarakatnya. Negara-negara yang mendasarkan diri pada sekularisme memang telah
melakukan pemisahan ini, meski bentuk pemisahan itu bervariasi. Penerapan
sekularisme secara ketat terdapat di Perancis dan Amerika Serikat, sementara di negara-
negara Eropaselain Perancis penerapannya tidak terlalu ketat, sehingga keterlibatan
negara dalam urusan agama dalamhal-hal tertentu masih sangat jelas, seperti hari libur
agama yang dijadikan sebagai libur nasional, pendidikan agama di sekolah, pendanaan
negara untuk agama, keberadaan partai agama, pajak gereja dan sebagainya.Bahkan
sebagaimana dikatakan Alfred Stepan kini masih ada sejumlah negara Eropa yang tetap
mengakui secara resmi lembaga gereja (established church) dalam kehidupan bernegara,
seperti Inggris, Yunani dan negara-negara Skandinavia (Norwegia, Denmark, Finlandia,
dan Swedia).

Sekularisasi politik juga terjadi dalam konteks modernisasi politik di negara-


negara berkembang, termasuk di negera-negara Muslim. Dalam kaitan dengan halini
Donald Eugen Smith beberapa dekade lalu mengatakan, bahwa sebenarnya sekularisasi
politik dan pelibatan agama dalam politik ini berjalan secara simultan. Namun menurut

5
dia, sekularisasi ini betul-betul merupakan proses yang lebih mendasar, dan hal ini
lambat laut akan melenyapkan fenomena partai politik dan ideologi keagamaan.
Sekularisasi politik dalam hal-hal tertentu dan tingkat tertentu memang terjadi di
negara-negara Muslim, seperti pembentukan lembaga-lembaga negara modern sebagai
perwujudan sistem demokrasi yang menggantikan lembaga-lembaga negara berdasarkan
keagamaan, pembentukan partai-partai politik, penyelenggaraan pemilihan umum, dan
sebagainya. Bahkan proses sekularisasi secara terbatas juga terjadi di negara-negara
agama (religious states), yang mengintegrasikan agama dan negara seperti Arab Saudi
dan Iran, dengan melegislasi aturan-aturan operasional tertentu yang awalnya berasal
dari negara-negara Barat sekuler, seperti peraturan hukum tentang perdagangan
internasional, imigrasi, dan sebagainya.

2.4 Sejarah Hubungan Islam dan Negara di Indonesia

Dalam sejarah bangsa Indonesia, hubungan antara agama (Islam) dan negara
berkembang menjadi empat golongan. Pertama, golongan yang mengintegrasikan
antara agama dan negara sebagai dua hal yang tidak terpisahkan. Sejarah integrasi
agama dan negara berjalan dengan intensif pada masa pertumbuhan kerajaan-kerajaan
Islam, seperti Kerajaan Islam Perelak, Kerajaan Islam Samudera dan Pasai di Aceh.
Dalam sistem ketatanegaraan tersebut, hukum negara menjadi hukum agama dan hukum
agama juga menjadi hukum negara. Relasi agama dan negara tersebut berjalan aman
dan damai tanpa adanya konflik. Kedua, golongan yang berpendapat bahwa agama dan
negara berjalan dalam pusaran konflik dan saling menafikan di antara keduanya
sebagaimana terjadi di Sumatera Barat. Konflik kaum agamawan memiliki kehendak
untuk menerapkan norma-norma agama/Islam secara totalitas, sedangkan warga
masyarakat lokal menolak pemberlakuan norma agama tersebut. Kejadian tersebut
menimbulkan perang terbuka yang dikenal dengan perang Paderi (perang para pemuka
agama). Dari kejadian itu kemudian muncul semboyan “adat bersendi syara’ dan syara’
bersendi Kitóbullah” yang artinya; eksistensi hukum adat diakui selama tidak
bertentangan dengan ketentuan syariat agama Islam. Ketiga, golongan yang

6
membangun hubungan dinamis-dialektis antara agama dan negara. Norma-norma
agama diberlakukan secara gradual dalam sistem hukum nasional dan berjalan tanpa
konflik sebagaimana sistem ketatanegaraan kerajaan Goa. Keempat, golongan yang
membangun hubungan sekular-ritualistik antara agama dan negara. Norma-norma
agama diberlakukan dalam tradisi ritual keagamaan oleh pemerintah sebagai simbol
pengayoman kepada warganya, sehingga masyarakat merasa diayomi dengan
kedatangan pemimpin, sebagaimana tradisi kerajaan Jawa. Para raja Jawa menghadiri
kegiatan ritual keagamaan hanya dua kali setahun di Masjid atau sekatenan. Para raja
Jawa memberikan kebebasan kepada warganya untuk memeluk agama tertentu, yang
penting juga taat kepada raja.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Negara adalah suatu kumpulan orang yang telah mempunyai kehendak/tujuan
yang sama untuk membangun masa depan bersama-sama dan memiliki rasa senasib dan
sepenanggungan untuk menjalankan hidup bersama-sama di dalam suatu wilayah di
permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun
budayanya. membentuk organisasi masyarakat dan memiliki pemerintahan yang sah
untuk mengatur warga atau masyarakatnya.
Unsur - unsur negara dikenal dalam tiga hal yaitu :
1) Rakyat.
2) Wilayah.
3) Pemerintah yang Sah.
4) Pengakuan dari Negara lain.
Dalam praktik kehidupan kenegaraan masa kini, hubungan antara agama dan
negara dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yakni integrated (penyatuan antara
agama dan negara), intersectional (persinggungan antara agama dan negara), dan
sekularistik (pemisahan antara agama dan negara).
Dalam sejarah bangsa Indonesia, hubungan antara agama (Islam) dan negara
berkembang menjadi empat golongan. Pertama, golongan yang mengintegrasikan
antara agama dan negara sebagai dua hal yang tidak terpisahkan. Kedua, golongan yang

7
berpendapat bahwa agama dan negara berjalan dalam pusaran konflik dan saling
menafikan di antara keduanya sebagaimana terjadi di Sumatera Barat. Ketiga, golongan
yang membangun hubungan dinamis-dialektis antara agama dan negara. Keempat,
golongan yang membangun hubungan sekular-ritualistik antara agama dan negara.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Masykuri. 2020. HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA DALAM KONTEKS


MODERNISASI POLITIK DI ERA REFORMASI. http://graduate.uinjkt.ac.id/?p=15667.
(24 Maret 2021).

Alfrendi, Jonathan. 2020. Pengertian Negara dan Unsur-Unsur dari Negara, Beserta
Fungsinya. https://bobo.grid.id/read/082429567/pengertian-negara-dan-unsur-unsur-
dari-negara-beserta-fungsinya?page=all. (24 Maret 2021).

Anonim. 2018. Makalah negara. Makalah.

Astawa, I Putu Ari. 2017. NEGARA DAN KONSTITUSI. Makalah.

Dahlan, Moh. 2014. HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA DI INDONESIA. Jurnal


Studi Keislaman. 14(1): 12-13.

Putri, Leni. 2019. UNSUR UNSUR NEGARA. Makalah.

Salsabila, Desri Tiara. 2018. PENGERTIAN & MACAM-MACAM BENTUK NEGARA.


Makalah.

Anda mungkin juga menyukai