Anda di halaman 1dari 18

Tugas Pengantar Manajemen

MAKALAH
USAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG JAMU
TRADISIONAL DALAM MENGHADAPI PANDEMI
COVID-19

DOSEN PEMBIMBING
Firdaus, S.E., M.M

Disusun Oleh:
Nama : Leni Marlina
Kelas : Akuntansi B
Semester :2
NIM : 60119045

UNIVERSITAS SELAMAT SRI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Usaha Kecil Dan Menengah Di Bidang Jamu Tradisional Dalam Menghadapi
Pandemi Covid-19.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak Firdaus, S.E., M.M pada mata kuliah pengantar bisnis. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana UKM di
bidang kuliner bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Firdaus, S.E., M.M selaku
dosen dari mata kuliah Pengantar Manajemen yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
yang telah membantu saya untuk menyelesaikan tugas ini, baik dari pengetahuan
yang dimiliki maupun bantuan berupa materi.
Saya menyadari, makalah yang saya susun ini masih jauh dari kata
sempuna. Oleh karna itu, kritik dan saran yang membangun aka saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Kendal, 12 Juli 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 4

1.2. Tujuan ................................................................................................................. 5

BAB II ANALISIS INDUSTRI .......................................................................................... 6

BAB III PRODUKSI ........................................................................................................ 12

BAB IV PEMASARAN ................................................................................................... 14

BAB V KEUANGAN ....................................................................................................... 15

BAB VI RESIKO .............................................................................................................. 16

BAB VII PENUTUP ......................................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Latar belakang masalah pada saat ini tantangan dan hambatan yang
dihadapi dalam dunia usaha semakin besar. Salah satunya kegiatan yang pesat
perkembangannya adalah kegiatan jual-beli (dagang) khususnya dalam
bidang usaha makanan ataupun minuman, ditambah lagi dengan adanya virus
Covid-19 yang menyebar keseluruh dunia. Banyak karyawan yang
dirumahkan atau diberhentikan oleh perusahaan, ini membuat perekonomian
di Indonesia dan negara-negara lain menurun. Persaingan terjadi semakin
ketat hal ini ditandai dengan banyaknya usaha dagang yang menerapkan
berbagai strategi untuk mempertahankan kelangsungan usahanya ditengah
pandemi ini. Salah satu bentuk usaha dagang yang masih bertahan di tengah
persaingan usaha dagang dalam kondisi seperti ini adalah usaha dalam
penjualan minuman khususnya jamu tradisonal. Usaha jamu tradisional ini
semakin lama banyak juga orang yang meminati usaha tersebut. Pada
awalnya jamu tradisional memiliki harga yang standar, tetapi karena jamu
tradisional ini memiliki kesan sebagai penangkal virus Covid-19, maka
harganya pun melonjak tinggi. Dari yang mulanya 1 gelas dihargai Rp 3.000
menjadi Rp 5.000 hingga ada yang mencapai Rp 7.000.
Meskipun harganya yang terus naik tetapi permintaannya juga
semakin tinggi. Sehingga, pada masa pandemic ini banyak orang yang
mengembangkan usahanya, dari yang mulai berjualan dirumah atau ditoko,
berkeliling hingga sekarang banyak juga yang berjualan jamu tradisional
secara online dengan bentuk bubuk. Tetapi selain cara pemasaran yang
diperhatikan rasa dan takaran dari jamu tersebut juga harus diperhatikan agar
seorang konsumen juga loyal terhadap produk yang dijual. Dengan
menerapkan analisis POAC saya akan membahas usaha ini dengan detail.

4
1.2. Tujuan
Tujuan usaha makalah ini disusun untuk merencanakan pembangunan
dan bagaimana usaha kecil menengah yang bergerak dalam bidang penjualan
jamu tradisonal dapat bertahan ditengah pandemi Covid-19, serta membuka
peluang kerja bagi orang-orang yang sedang dirumahkan ataupun
diberhentikan oleh perusahaan.

5
BAB II
ANALISIS INDUSTRI

Usaha jamu tradisional ini adalah usaha yang paling mudah untuk
dikembangkan. Karena banyaknya peminat dari produk ini. Dan jamu tradisional
ini juga termasuk jenis minuman yang sangat mudah diterima diberbagai kalangan
masyarakat. Mulai dari anak-anak, remaja, dan para orang tua. Ini juga yang
menjadi alasan saya untuk memilih bisnis ini. Walaupun banyak yang
menjalankan usaha ini, tetapi eksistensi membuat persediaan jamu ini, baik yang
ada ditoko maupun yang ada dirumahan selalu habis setiap harinya.
Jamu tradisional ini biasa dijual sekitar Rp 3.000,00 per gelas atau Rp
5.000,00 per botolnya yang beratnya 300 ml. Walaupun harganya yang cukup
murah, tetapi kualitas dari jamu ini dapat dijamin dan dirasakan khasiatnya.
Sayangnya, jamu ini hanya dijual pada jam-jam tertentu, misal seperti jam 8
ataupun jam 4 sore. Setiap masalah pasti ada solusi, jika semisal konsumen ingin
mendapatkan jamu tradisional tetapi bukan pada jam- jam tersebut, mereka dapat
memesannya via online.
Walaupun ini hanya usaha menengah di bidang jamu tradisional tetap
harus membangun usaha ini dengan menganalisis POAC, yaitu sebagai berikut :

2.1. Perencanaan (Planning)

Penerapan fungsi POAC yang pertama adalah menyusun sejumlah


perencanaan-perencanaan usaha, diambil kesepakatan melalui musyawarah
dari seluruh lapisan manajemen yang ada.
Planning awal yang akan disusun dan dirumuskan antara lain adalah
Penentuan lokasi, distributor bahan baku, modal awal, Strategi Pemasaran
hingga penentuan target pasar / lokasi penjualan yang potensial.

2.1.1. Penentuan Lokasi Usaha

Lokasi penempatan usaha ditentukan berdasarkan prediksi


dari potensi wilayah yang dipilih terhadap keadaan produk.

6
Karena produk yang akan dikembangkan berjenis jamu
tradisional, maka lokasi penjualan setidaknya dekat dengan
keramaian dan didominasi oleh orang dewasa, baik yang dirumah
saja atau yang sering keluar karena urusan pekerjaan.
Maka lokasi yang baik antara lain adalah Lingkungan Pabrik,
daerah keramaian, tempat-tempat tongkrongan dari anak muda
hingga orang tua dan sejenisnya.

2.1.2. Distributor Bahan Baku

Setelah penentuan lokasi ditetapkan, selanjutnya yaitu


mencari pemasok (distributor) bahan baku pembuatan jamu
tradisonal. Bahan baku yang diperlukan didasarkan pada jenis jamu
yang akan diproduksi.
Setelah ditemukan, maka segera membentuk kerja sama
bisnis dengan bagian manajemen pemasok, mulai dari jangka waktu,
harga, aturan dan perjanjian-perjanjian lainnya yang disetujui kedua
belah pihak.

2.1.3. Perencanaan Produksi

Penerapan POAC bagian Planning selanjutnya yaitu


perencanaan produksi. Setelah lokasi usaha dan bahan baku
ditentukan, maka proses produksi segera dijalankan.
Dalam prakteknya, usaha ini memerlukan yang namanya
Sumber Daya Manusia berupa tenaga kerja. Tenaga kerja yang
direkrut dipilih berdasarkan kesepakatan bersama, termasuk
didalamnya menentukan bagian-bagian mana saja yang
membutuhkan tenaga kerja.

2.1.4. Perawatan Peralatan

Peralatan prosuksi yang tersedia tentu akan mengalami


kerusakan, ataupun jam maintenance berskala. Baik peralatan atau

7
perlengkapan yang digunakan untuk membuat jamu maupun yang
dipergunakan untuk mematuhi protocol kesehatan dalam berjualan
ditengah pandemi ini.
Maka Manajemen harus menunjuk orang/ sekelompok orang
yang diberi tugas memantau serta melakukan penyervicesan terhadap
peralatan.

2.1.5. Pemasaran

Yang terakhir adalah menyusun strategi pemasaran. Tugas


Manajemen Marketing antara lain adalah melakukan riset pasar,
melakukan pemasaran, mendapatkan pelanggan pertama / setia,
serta memantau para kompetitor usaha dalan pasar yang sama.

2.2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengertian Organizing adalah struktur organisasi dalam sebuah


badan usaha, dimana tiap-tiap struktur penempatan posisi diberikan tugas
dan wewenang masing-masing, yang bertujuan untuk mencapai visi dan
misi usaha.
Dalam Penyusunan Struktur Organisasi, Manajer / Pemilik Usaha
akan menunjuk beberapa orang untuk mengepalai setiap manajemen yang
ada, serta memberikan tugas dari masing-masing tersebut. Maka hasilnya
adalah seperti ini :

2.2.1. Pemilik Usaha

• Memutuskan dan menetapkan segala bentuk peraturan


kebijakan tertinggi yang berlaku di perusahaan
• Bertanggung jawab terhadap segala bentuk kerugian maupun
keuntungan yang diraih badan usaha
• Mengembangkan segala bentuk sumber-sumber pendapatan
dan pengeluaran dari kekayaan usaha

8
• Sebagai perwakilan tertinggi dalam menjalin hubungan
dengan dunia di luar usaha
• Menetapkan segala strategi demi mewujudkan visi-misi
perusahaan
• Paling Berhak menerima dan memberhentikan tenaga kerja

2.2.2. Bendahara

• Mengelola seluruh kegiatan yang mencakup persoalan


keuangan perusahaan
• Menginput pemasukan dan pengeluaran perusahaan pada
tiap-tiap periode tertentu
• Membuat jurnal keuangan, laba-rugi, neraca saldo dan lain-
lain.
• Menyusun budget perusahaan per periode.

2.2.3. Sekretaris

Sekretaris bertugas untuk menyusun segala jadwal rapat dan


pertemuan kerjasama, mencatat hasil kesepakatan, dan
pengumpulan data segala elemen yang terkait dengan usaha.

2.2.4. Divisi Marketing

Divisi ini diberi tugas dalam melakukan setiap kegiatan


yang bertema pemasaran, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam prakteknya, Divisi Marketing akan diberi dua
jalur tugas, yakni promosi ke lapangan dan secara online.
Promosi ke lapangan adalah Jenis Direct Marketing, yang
mayoritas prosesnya melalui tatap muka langsung dengan calon
pelanggan. Contohnya adalah Sales Marketing, maupun promosi
dengan sistem Door to Door.
Sedangkan jenis promosi secara online adalah strategi
pemasaran yang melakukan pengiklanan produk menggunakan

9
pihak ketiga, yakni website / toko online pribadi atau milik orang
lain, baik dalam bentuk Content Placement maupun Iklan Banner
bertema Keunggulan dan Gambaran produk Parfum tersebut.

2.3. Pelaksanaan (Actuating)

Pengertian Actuating adalah proses pelaksanaan segala yang tertera


pada tahap perencanaan dan tugas-tugas pada struktur organisasi. Pada
praktek Actuating ini, peran yang paling besar dipegang oleh pemilik
usaha jamu tradisional ini.
Segala peraturan dan kendali pelaksanaan dipegang oleh pemilik.
Dalam proses perjalanan usaha, dibuatlah beberapa peraturan yang harus
dipatuhi sebagai Sistem Operasional Prosedur (SOP) bisnis. Aturan-aturan
tersebut antara lain :

• Tidak boleh datang terlambat. Jika memungkinkan, kabarkan


terpebih dahulu dan sampaikan alasan yang jelas
• Setiap orang di usaha ini harus saling menghormati satu sama lain
• Saling menghargai antar jabatan
• Tidak diperbolehkan adanya SARA, Rasis dan Pelecehan dalam
bentuk apapun.

Adapun Fungsi Actuating dalam pembentukan peraturan


pelaksanaan ini adalah dalam rangka mewujudkan kinerja anggota tiap
elemen, agar tetap berada pada jalur rencana, dalam mencapai visi, misi
dan tujuan usaha.
Segala upaya dilakukan sehingga proses produksi, pemasaran dan
penjualan berjalan efektif dan mampu membuat badan usaha terus
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

10
2.4. Pengendalian (Controlling)

Penerapan POAC pada Perusahaan UKM yang terakhir yaitu


Controlling. Pengertian Controlling adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan kepala manajemen tiap divisi, dalam mengendalikan segala
kegiatan yang berlangsung.
Setiap kegiatan yang dilakukan, tidak sepenuhnya dikontrol oleh
kepala, namun tetap kembali pada para pekerja itu sendiri, sebagai tenaga
sumber daya manusia yang mengoperasikannya.
Karena Contoh ini adalah UKM, tentu akan berbeda jauh dengan
Perusahaan-perusahaan Ekstraktif atau badan usaha berskala besar, yang
pastinya terdapat struktur organisasi yang banyak.

11
BAB III
PRODUKSI

Didalam proses pembuatan jamu tradisional keadaan atau tempat produksi


haruslah bersih dan higenis. Agar pembuatan jamu tidak terhambat dengan
keadaan setempat. Selain itu tempat juga menjadi cerminan dalam pembuatan
jamu tradisional, karena jika tempat pembuatan jamu tidak bersih otomatis jamu
yang dibuat terkena kotoran dan mudah terjangkit penyakit. Dan semua ini akan
dapat mengurangi rasa dan khasiat dari jamu tersebut. Maka dari itu tempat
produksinya harus bersih dan terjaga dari kotoran. Dan jamu tradisional yang
dihasilkan pun dapat masak dengan benar dan jauh dari asumsi negatif dari tempat
yang tidak bersih.

Adapun peralatan produksi yang dibutuh dalam proses pembuatan jamu


tradisional antara lain :
1. Lumpang dan alu (1)
2. Saringan (2)
3. Baskom (3)
4. Pisau (1)
5. Talenan (1)
6. Tampah (1)
7. Panci (3)
8. Sendok (2)
9. Kompor (1)

12
Bahan kue yang diperlukan :

1. Empon – empon jamu


2. Gula aren
3. Madu
4. Beras kencur
5. Jeruk nipis
6. Air hangat

13
BAB IV
PEMASARAN

Usaha ini terbilang laris di pasaran karena penjualannya yang cukup laris.
Karena jamu yang di jual sesuai dengan selera pasar dan harganya pun terjangkau
di kalangan masyarakat, sehingga para pembeli pun banyak berminat untuk
membeli jamu ini. Jamu ini terbuat dari bahan-bahan alami tanpa campuran bahan
kimia sedikit pun tanpa di beri bahan pengawet. Jika disimpan dalam lemari
pendingin hanya bertahan 2 hari dan jika di suhu ruang hanya bertahan 1 hari, rasa
dari jamu ini dapat menyegarkan tubuh. Harga yang ekonomis hanya dengan
membayar uang Rp 3.000,00 per gelas atau Rp 5.000,00 per botol kita akan
mendapat khasiat yang cukup besar. Jamu ini dapat di jual di berbagai tempat,
seperti di warung, pasar, kampus, kantin kantor, dan sebagainya. Selain rasanya
yang segar dan harganya yang ekonomis banyak masyarakat lainnya yang
berminat memesan jamu ini. Untuk itu sebagai penjual harus ada label produk
yang didalamnya ada alamat dan juga nomor telepon, sehingga bagi yang ingin
memesan dapat langsung menghubungi produksi jamu tersebut. Salah satu
promosi jamu ini juga dapat dilakukan dengan cara memberikan bonus kepada
para konsumen yang membeli di atas harga 30.000,00. Serta juga membuat
selebaran brosur untuk mempermudah para peminat untuk memesan jamu ini.
Apalagi jaman sekarang ini, orang-orang hanya ingin cara yang simple untuk
melakukan pemesanan makanan maupun minuman. Hanya tinggal menelfon,
makan pun siap untuk di antar alamat tempat tujuan. Bisnis jamu ini dapat
berkembang dengan cepat di kalangan masyarakat, jika kita sebagai penjual terus
tekun memromosikan produk ini dan menerapkan cara-cara baru untuk produk
yang diual. Jika penjual bersunguh-sunguh dan tekun dalam menjalankan bisnis
ini maka produk ini akan mengsilkan prospek yang baik dan pengembangannya
pun sangat cepat maju. Dan penjual juga bisa membuka lapangan pekerjaan
terutama dikalangan ibu-ibu sampai dengan pengangguran yang masih remaja.

14
BAB V
KEUANGAN

Rincian biaya produksi untuk satu bulan produksi :


Harga peralatan : Rp 850.000,00
Harga Perlengkapan : Rp 400.000,00
Harga bahan : Rp 3.200.000,00
Biaya pemasaran : Rp 250.000,00
Biaya operasional : Rp 200.000,00 +
Jumlah Rp 4.900.000,00

Total penjualan satu bulan jika per hari menghasilkan 30 liter jamu
tradisional jika 1 liter menghasilkan 3 botol seharga Rp 5.000,00 maka 30 liter
menghasilkan 90 botol dan juga menghasilkan 50 bungkus jamu bubuk seharga
Rp 8.000,00 sehingga penghasilan kotor perhari adalah Rp 850.000,00 yang
terdiri dari jamu siap minum(cair) Rp 450.000,00 dan jamu bubuk Rp 400.000,00

Maka, keuntungan dalam satu bulan adalah :


Keuntungan = Penjualan- Biya produksi- Biaya lain-lain – Biaya kerugian
Keuntungan = Rp 25.500.000,00 – Rp 4.900,00 – Rp 800.000,00 – Rp
1.500.000,00
Keuntungan = Rp 18.300.000,00

Biaya lain-lain meliputi biaya listrik, biaya air, biaya penyusutan peralatan
Biaya kerugian terjadi apabila ada jamu yang tidak bisa dijualkan kembali karena
sudag tidak layak.

Jadi, dalam satu bulan kita bisa memproduksi jamu tradisional sebanyak
900 liter atau 2.700 botol jamu siap jual dan jamu bubuk 1.500 bungkus, maka
kita dapat memperoleh laba bersih dari penjualan sebesar Rp 18.300.000,00

15
BAB VI
RESIKO

Resiko dari UKM dibidang kuliner ini adalah :

1. Tidak terjual habis


2. Kebakaran
3. Racikan kurang pas/sesuai
Pencegahan atau solusi dari beberapa resiko diatas.

Yang pertama tidak terjual habis, ini terjadi karena pemasaran dari penjual
kurang, mungkin selain diperdagangkan dirumah atau di toko jamu ini bisa dijual
melalui online atau media sosial.

Masalah yang kedua dan ketiga yaitu kebakaran dan racikan yang kurang
pas atau sesuai, hal ini bisa terjadi karena keteledoran dari produksi. Seorang
produksi harus sesalu berhati-hati dalam membuat jamu. Dan jika dia merasa lelah
maka beristirahat sejenak atau menambah karyawan.

16
BAB VII
PENUTUP

Kesimpulan dengan berjalannya proses pembuatan jamu tradisional ini dan


sampai menghasilkan jamu yang dapat di jual dan melakukan transaksi terhadap
penjualan dan pembeli, serta menerapkan POAC pada Perusahaan UKM (Usaha
Kecil Menengah). Jika diterapkan dengan baik dan benar, dampaknya akan sangat
terasa seperti apa Fungsi POAC berperan dalam kemajuan sebuah usaha. Hal ini
tentu saja telah membuktikan bahwa berbisnis dapat kita lakukan atau kita
produksi di mana saja dan dengan berbisnis seperti ini kita juga dapat membuka
peluang usaha bagi masyarakat untuk berwirausaha. Kritik dan saran Dalam
penyusunan proposal ini, penyusun banyak mengalami kendala, maka penyusun
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran demi penyempurnaan proposal ini.

17
Lampiran

18

Anda mungkin juga menyukai