Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGANTAR AKUNTANSI

“Kepemimpinan”

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Adisya Aulia Rifana (223141507111077)


2. Indah Rosmita (223141507111031)
3. Kamilla Rachmatiana Putri (223141507111060)

BIDANG MINAT D-III PERBANKAN

PRODI KEUANGAN DAN PERBANKAN

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya jua sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kepemimpinan” dengan
baik. Makalah “Kepemimpinan” disusun guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Pengantar Manajemen.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Khoirul Umam Hasby sebagai
dosen mata kuliah Pengantar Manajemen yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Malang, 20 Oktober 2022

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................................1
1.3 TUJUAN..........................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.2 STRUKTUR ORGANISASI..........................................................................................3
2.3 PEMBAGIAN KERJA (Division of Labor)...............................................................11
2.4 DEPARTEMENTALISASI.........................................................................................12
2.5 KOORDINASI DAN RENTANG KENDALI............................................................12
2.6 SENTRALISASI DAN DESENTRALISASI.............................................................13
BAB III....................................................................................................................................15
PENUTUP...............................................................................................................................15
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin
(leader) dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh unsur unsur di dalam
kelompok atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan
sehingga menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal. Dengan meningkatnya kinerja
pegawai berarti tercapainya hasil kerja seseorang atau pegawai dalam mewujudkan tujuan
organisasi. Kemampuan dan keterampilan dari seorang pimpinan adalah faktor penting dalam
memotivasi pegawainya agar lebih bekerja dengan baik. Dalam hal ini pengaruh seorang
pimimpinan sangat menentukan arah tujuan dari organisasi, karena untuk merealisasikan
tujuan organisasi perlu menerapkan peran dalam memimpin kerja yang konsisten terhadap
situasi kerja yang dihadapi. Selain itu seorang pemimpin didalam melaksanakan tugasnya
harus berupaya menciptakan dan memelihara hubungan yang baik dengan bawahannya agar
mereka dapat bekerja secara produktif. Dengan demikian, secara tidak langsung motivasi dari
pegawai semakin meningkat

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian kepemimpinan?
2. Apa saja fungsi dan sifat pemimpin?
3. Apa saja teori kontingensi fiedler?
4. Apa teori kepemimpinan jarak-tujuan?
5. Apa pengertian Ohio State Leadership Studies?
6. Apa teori kepemimpinan situasional?
7. Bagaimana kepemimpinan dalam praktik?

1.3 TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Manajemen
2. Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca
3. Untuk mengetahui dan menganalisis kepemimpinan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan adalah hal yang memegang peran dominan, kritikal, krusial dalam
keseluruhan upaya. Upaya yang dimaksud adalah untuk meningkatkan prestasi kerja. Baik
pada tingkat individual, kelompok atau organisasi. Kepemimpinan adalah sebuah kekuatan
atau kemampuan yang ada di dalam diri seseorang. Sikap kepemimpinan tersebut digunakan
ketika memimpin.

Salah satu pengaruh yang ditimbulkan dati sikap kepemimpinan tersebut adalah dapat
mempengaruhi seseorang. Pengaruh yang diberikan ini dimaksudkan di dalam sebuah
pekerjaan atau organisasi. Hal itu dikarenakan umumnya sikap kepemimpinan dibutuhkan
seseorang dalam memimpin sebuah pekerjaan atau organisasi.

Tujuan dari sikap kepemimpinan tersebut adalah untuk mencapai sebuah target
atau goal. Baik di bidang pekerjaan atau sebuah organisasi, selalu ada target yang ingin di
capai. Target-target yang sudah ditentukan tersebut dapat terlaksana karena adanya sikap
kepemimpinan.

Kepemimpinan adalah sikap yang ada di dalam seorang pemimpin. Sedangkan


pemimpin adalah seseorang yang sudah diberi kepercayaan. Kepercayaan tersebut digunakan
untuk menjadi sebuah kepala atau ketua di dalam perusahaan atau organisasi.

Berdasarkan hal tersebut, maka seorang pemimpin tentu harus memiliki kemampuan
untuk memandu anggotanya. Selain itu, seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi
sekaligus meyakinkan sekelompok orang atau seseorang. Ketika pemimpin dan anggotanya
sudah berada di jalur yang sama, maka apa yang ditargetkan akan lebih mudah dicapai.

2
2.2 FUNGSI DAN SIFAT PEMIMPIN
Kepemimpinan memiliki sejumlah fungsi yang dijelaskan oleh Hamdani Nawawi di
dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan yang Efektif. Penjelasan tersebut dapat disimak
pada ulasan berikut ini.

1. Fungsi Instruktif

Fungsi instruktif menempatkan pemimpin sebagai pengambil keputusan dan pemberi


tugas kepada para bawahannya. Di sisi lain, para bawahan bertugas untuk menjalankan segala
instruksi yang diperintahkan oleh pemimpinnya.

2. Fungsi Konsultatif

Fungsi konsultatif justru berbeda dengan fungsi instruktif, yakni sifatnya dua arah.
Para bawahan dapat berkonsultasi kepada pemimpin guna mencari jalan atau keputusan yang
terbaik dalam mencapai tujuan bersama. Selain itu, pemimpin diharapkan cukup bijak dan
memiliki pengetahuan terkait hal yang sedang dikerjakan agar dapat mengarahkan para
bawahannya dengan baik

3. Fungsi Partisipasi

Pada fungsi partisipasi, pemimpin mampu mengaktifkan partisipasi para bawahan


atau pesertanya sehingga mereka turut bepartisipasi dan berinisiasi dalam proyek tertentu.
Oleh karena itu, para bawahan tidak hanya sekadar menjalankan perintah dari pimpinannya.

4. Fungsi Delegasi

Fungsi yang keempat adalah fungi delegasi. Pada fungsi ini, pemimpin mampu
mendelegasikan wewenang tertentu kepada orang lain yang memang sesuai dengan tugas
yang akan diberikan. Berdasarkan hal itu, pemimpin tidak hanya mampu memerintah, tetapi
juga harus mampu mengetahui tugas-tugas seperti apa yang cocok untuk didelegasikan
kepada para bawahannya.

5. Fungsi Pengendalian

Fungsi yang terakhir adalah fungsi pengendalian. Fungsi ini berarti pemimpin mampu
untuk mengendalikan segala aktivitas para bawahannya agar lebih efektif dalam bertugas
sehingga dapat mencapai tujuan dan tidak keluar dari jalur. Oleh karena itu, agar fungsi ini
dapat berjalan, diperlukan pemimpin yang tegas dan teliti dalam mengamati para
bawahannya.

3
Sifat-Sifat Dasar Kepemimpinan:

1. Kompeten

Menunjukkan kompetensi kepemimpinan dalam mengambil keputusan yang tepat.

2. Berwawasan ke Depan

Dapat menetapkan tujuan secara menyeluruh; memiliki visi yang dapat


dikomunikasikan dengan baik dan kemudian dimiliki oleh seluruh anggota organisasi;
mempunyai gambaran bagaimana cara untuk meraih keberhasilan dan menetapkan prioritas
berdasarkan nilai-nilai inti perusahaan.

3. Menginspirasi

Memperlihatkan kepercayaan diri dalam semua interaksi; memegang kendali;


memiliki daya tahan; senantiasa berkomunikasi, memberi inpsirasi, dan memberdayakan para
karyawan untuk terus berprestasi.

4. Mengaktualisasi Diri

Terus mengembangkan potensi diri dan mencari tantangan baru.

5. Jujur & Rendah Hati

Selalu bersikap tulus, rendah hati, dapat diandalkan, dan jujur dalam menjaga
kepercayaan.

2.3 TEORI KONTIGENSI FIELDLER

Teori kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana


kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan situasi
tugas kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat daripada gaya kepemimpinannya,
kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan kelompoknya. Dengan perkataan lain,
menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan karena sifat-sifat daripada
kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi antara Pemimpin
dan situasinya.

Model Contingency dari kepemimpinan yang efektif dikembangkan oleh Fiedler


(1967) . Menurut model ini, maka the performance of the group is contingen upon both the

4
motivasional system of the leader and the degree to which the leader has control and
influence in a particular situation, the situational favorableness (Fiedler, 1974:73).

Dengan perkataan lain, tinggi rendahnya prestasi kerja satu kelompok dipengaruhi
oleh sistem motivasi dari pemimpin dan sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan
mempengaruhi suatu situasi tertentu.

Untuk menilai sistem motivasi dari pemimpin, pemimpin harus mengisi suatu skala
sikap dalam bentuk skala semantic differential, suatu skala yang terdiri dari 16 butir skala
bipolar. Skor yang diperoleh menggambarkan jarak psikologis yang dirasakan oleh peminpin
antara dia sendiri dengan “rekan kerja yang paling tidak disenangi” (Least Prefered
Coworker = LPC). Skor LPC yang tinggi menunjukkan bahwa pemimpin melihat rekan kerja
yang paling tidak disenangi dalam suasana menyenangkan. Dikatakan bahwa pemimpin
dengan skor LPC yang tinggi ini berorientasi ke hubungan (relationship oriented). Sebaliknya
skor LPC yang rendah menunjukkan derajat kesiapan pemimpin untuk menolak mereka yang
dianggap tidak dapat bekerja sama. Pemimpin demikian, lebih berorientasi ke terlaksananya
tugas (task oriented). Fiedler menyimpulkan bahwa:

1. Pemimpin dengan skor LPC rendah (pemimpin yang berorientasi ke tugas)


cenderung untuk berhasil paling baik dalam situasi kelompok baik yang menguntungkan,
maupun yang sangat tidak menguntungkan pemimpin.

2. Pemimpin dengan skor LPC tinggi ( pemimpin yang berorientasi ke hubungan)


cenderung untuk berhasil dengan baik dalam situasi kelompok yang sederajat dengan
keuntungannya.

5
Sebagai landasan studinya, Fiedler menemukan 3 (tiga) dimensi kritis daripada
situasi/lingkungan yang mempengaruhi gaya Pemimpin yang sangat efektif, yaitu:

a. Kekuasaan atas dasar kedudukan/jabatan (Position power)


Kekuasaan atas dasar kedudukan/jabatan ini berbeda dengan sumber kekuasaan yang berasal
dari tipe kepemimpinan yang kharismatis, atau keahlian (expertise power). Berdasarkan atas
kekuasaan ini seorang pemimpin mempunyai anggota-anggota kelompoknya yang dapat
diperintah/dipimpin, karena ia bertindak sebagai seorang Manager, di mana kekuasaan ini
diperoleh berdasarkan atas kewenangan organisasi (organizational authority).

b. Struktur tugas (task structure)


Pada dimensi ini Fiedler berpendapat bahwa selama tugas-tugas dapat diperinci secara jelas
dan orang-orang diberikan tanggung jawab terhadapnya, akan berlainan dengan situasi di
mana tugas-tugas itu tidak tersusun (unstructure) dan tidak jelas. Apabila tugas-tugas tersebut
telah jelas, mutu daripada penyelenggaraan kerja akan lebih mudah dikendalikan dan
anggota-anggota kelompok dapat lebih jelas pertanggungjawabannya dalam pelaksanaan
kerja, daripada apabila tugas-tugas itu tidak jelas atau kabur.

c. Hubungan antara Pemimpin dan anggotanya (Leader-member relations)


Dalam dimensi ini Fiedler menganggap sangat penting dari sudut pandangan seorang
pemimpin. Kekuasaan atas dasar kedudukan/jabatan dan struktur tugas dapat dikendalikan
secara lebih luas dalam suatu badan usaha/organisasi selama anggota kelompok suka
melakukan dan penuh kepercayaan terhadap kepimpinannya (hubungan yang baik antara
pemimpin-anggota).

Berdasarkan ketiga variabel ini F. E. Fiedler menyusun delapan macam situasi


kelompok yang berbeda derajat keuntungannya bagi pemimpin. Situasi dengan dengan
derajat keuntungan yang tinggi misalnya adalah situasi dimana hubungan pemimpin-anggota
baik, struktur tugas tinggi, dan kekuasaan kedudukan besar. Situasi yang paling tidak
menguntungkan adalah situasi dimana hubungan pemimpin-anggota tidak baik, struktur tugas
rendah dan kekuasaan kedudukan sedikit.

6
2.4 TEORI KEPEMIMPINAN JARAK-TUJUAN
Path-goal theory adalah pendekatan kontingensi untuk kepemimpinan di mana
tanggung jawab pemimpin adalah untuk meningkatkan motivasi bawahan dengan
mengklarifikasi perilaku yang diperlukan untuk penyelesaian tugas dan penghargaan. teori
yang dikembangkan oleh Robert J.House ini digunakan untuk melihat keefektifan pemimpin
dalam situasi yang berbeda. Teori ini sering dianggap sebagai path-goal karena terfokus
seperti apa pemimpin memengaruhi persepsi dari pengikutnya dan banyak yang berpendapat
menggunakan model ini pemimpin menjadi lebih efektif karena efek positif yang diberikan
oleh pemimpin yaitu seperti motivasi kepada followers untuk meningkatkan kinerja serta
kepuasan kerja.

Pada perkembangan awal, path-goal theory memiliki empat gaya perilaku dari
seorang pemimpin yaitu: supportive leadership, directive leadership, participate leadership,
achievement-orianted leadership.

Supportive leadership adalah karakteristik pemimpin yang membuat pekerjaan terasa


lebih menyenangkan bagi karyawan. Pemimpin menunjukkan kepedulian serta berperilaku
ramah dan lebih terbuka dengan karyawan nya. Hal ini efektif dalam membangun hubungan
sosial secara fisik atau psikologis.

Directive leadership adalah karakteristik pemimpin yang memberikan bimbingan pada


pekerja nya dengan menetapkan standard kinerja, perilaku pemimpin juga meliputi
perencanaan, pembuatan jadwal, penetapan tujuan kinerja dan standar perilaku, dan
menekankan kepatuhan terhadap aturan dalam organisasi.

Partcipate leadership adalah pemimpin partisipatif berkonsultasi dengan karyawan


nya dan menggunakan saran atau ide ide dari para karyawan nya sebelum mengambil
keputusan. Hal ini juga dapat meningkatkan motivasi kerja.

Achievement-orianted leadership adalah karakteristik pemimpin yang menetapkan


tujuan yang membuat karyawan nya merasa lebih menantang. Hal ini dilakukan dengan
harapan para karyawan bekerja dikeadaan optimal dan menunjukkan kemampuan kerja
mereka untuk memenuhi harapan. Hal ini efektif dalam lingkup kerja yang professional
seperti teknis, ilmiah dan lainnya.

Dengan diterapkan nya model ini, pemimpin menjadi lebih efektif karena efek positif
yang diberikan serta model ini menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin

7
untuk memengaruhi persepsi dari karyawannya tentang pekerjaan juga menjelaskan apa yang
harus dilakukan oleh seorang pemimpin untuk memotivasi dan memberikan kepuasan kerja
kepada karyawannya.

2.5 OHIO STATE LEADERSHIP STUDIES


Studi ini menyoroti tentang perilaku pemimpin dan manajer terutama untuk
mengetahui bagaimana kepemimpinan dan manajerial yang efektif dan yang tidak efektif.
Penelitian dilakukan dengan metode kuesioner, eksperimen laboratorium dan menelaah
peristiwa-peristiwa tertentu. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada para bawahan untuk
menjelaskan perilaku para atasan mereka. Pemimpin dan manajer yang menjadi objek
penelitian terdiri dari kalangan sipil dan militer. Hasilnya, para bawahan memandang
perilaku atasannya dalam dua dimensi perilaku, yakni consideration dan initiating
structure.

Consideration adalah tingkat sejauhmana seorang pemimpin bertindak ramah,


memperlihatkan perhatian terhadap bawahan dan memperhatikan kesejahteraan mereka.
Sebagai contoh, melakukan kebaikan kepada bawahan, menyediakan waktu untuk
mendengarkan masalah para bawahan, memberikan dukungan kepada bawahan untuk
maju, bertukar pikiran kepada bawahan untuk hal-hal penting sebelum dilaksanakan,
menerima saran bawahan, dan memperlakukan bawahan sebagai sesama.

Initiating Structure atau struktur memprakarsai adalah tingkat sejauhmana seorang


pemimpin menentukan dan menstruktur perannya sendiri dan peran bawahan kearah
Mengartikulasikan visi yang menarik Meningkatkan penjualan & laba Meningkatkan
komitmen pengikut Meningkatkan upaya pengikut Meningkatkan mutu & produktivitas 4
pencapaian tujuan-tujuan formal kelompok. Perilaku pemimpin lebih cenderung
mementingkan tujuan organisasi daripada perlakuan yang baik terhadap bawahan.
Sebagai contoh, perilaku pemimpin yang sering memberikan kritik terhadap pekerjaan
yang jelek, menekankan pentingnya target waktu, selalu memberikan arahan terhadap
pekerjaan bawahan, memberikan standar kualitas kerja, meminta bawahan untuk
mengikuti prosedurprosedur standar, dan memastikan bahwa bawahan telah bekerja
maksimal.

Berdasarkan dua macam kecenderungan itu, tentunya ada sebagian yang menonjol
dalam consideration-nya, rendah dalam initiating structure, ataupun sebaliknya. Sudah

8
barang tentu, pemimpin yang ideal adalah baik yang consideration maupun initiating
structurenya tinggi. Akan tetapi, kemudian timbul pertanyaan, sejauhmana hal itu dapat
digeneralisasi. Apakah efektivitas perilaku kepemimpinan itu sama apabila diterapkan
pada semua organisasi?

Pada beberapa studi menunjukkan adanya ketidakkonsistenan pola sebagai efek dari
consideration dan initiating structure tersebut. Pada beberapa studi para bawahan justru
lebih puas dan dapat bekerja lebih baik dengan seorang pemimpin model structuring.
Sementara, terdapat ketidakkonsistenan hubungan antara kepemimpinan yang
consideration dan kinerja. Untuk mengukur efektivitas perilaku kepemimpinan akan
mengkaitkan hubungan sebab akibat antara sifat kepemimpinan dan pengaruhnya
terhadap bawahan.

2.6 TEORI KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

Teori kepemimpinan situasional atau the situational leadership theory adalah teori
kepemimpinan yang dikembangkan oleh Paul Hersey, penulis buku Situational Leader. Dan
Ken Blanchard, pakar dan penulis The Minute Manager, yang kemudian menulis pula buku
Management of Organizational Behavior (skarang sudah terbit dalam edisi yang ke-9).

Teori ini pada awalnya diintrodusir sebagai “Life Cycle Theory of Leadership”.
Sampai kemudian pada pertengahan 1970an “Life Cycle Theory of Leadership” berganti
dengan sebutan “Situational Leadership Theory“. Di akhir 3 1970an dan awal 1980an,
masing-masing penulis mengembangkan teori kepemimpinannya sendiri-sendiri. Hersey –
mengembangkan Situational Leadership Model dan Blancard – mengembangkan Situational
Leadership Model II.

Hersey dan Blanchard terus bersepakat dengan teori aslinya hingga 1977. Ketika
mereka sepakat untuk menjalankan pemahaman masing-masing pada akhir 1970-an, Hersey
merubah nama dari kepemimpinan situasional menjadi teori kepemimpinan situasional dan
Blanchard menawarkan Teori Kepemimpinan Situasional sebagai Pendekatan Situasional
untuk Mengelola Orang. Blanchard dan rekan-rekannya terus merevisi pendekatan situasional
untuk mengelola orang, dan pada tahun 1985 diperkenalkan Kepemimpinan Situasional II
(SLII).

9
Pada tahun 1979, Ken Blanchard mendirikan Blanchard Training & Development Inc,
(kemudian menjadi The Ken Blanchard Companies) bersamasama dengan istrinya Margie
Blanchard dan dewan pendiri. Seiring waktu, kelompok ini membuat perubahan konsep dari
teori kepemimpinan situasional awal pada beberapa bidang utama, termasuk penelitian dasar,
gaya kepemimpinan, dan kontinum tingkat perkembangan individu.

Model penelitian kepemimpinan situasional II (SLII) mengakui penelitian yang ada


dari teori kepemimpinan situasional dan merevisi konsep berdasarkan umpan balik dari klien,
manajer, dan karya peneliti terkemuka pada bidang pengembangan kelompok.
Kepemimpinan situasional menurut Harsey dan Blanchard adalah didasarkan pada saling
berhubungannya diantara hal-hal berikut: Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan
oleh pimpinan, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan dan tingkat
kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam melaksankan tugas khusus,
fungsi atau tujuan tertentu (Thoha, 1983:65). Model ini didasarkan pada pemikiran bahwa
kemampuan diagnosis bagi seorang manajer tidak bisa diabaikan, seperti terlihat pada
“Manajer yang berhasil harus seorang pendiagnosis yang baik dan dapat menghargai
semangat mencari tahu”. Apabila kemampuan motif serta kebutuhan bawahan sangat
bervariasi , 4 seorang pemimpin harus mempunyai kepekaan dan kemampuan mendiagnosis
agar mampu membaca dan menerima perbedaan- perbedaan itu.

Manajer harus mempu mengidentifikasi isyarat- isyarat yang terjadi di lingkungannya


tetapi kemampuan mendiaknosis belum cukup untuk berperilaku yang efektif. Manajer harus
mampu untuk malakukan adaptasi kepemimpinan terhadap tuntutan lingkungan dimana dia
memperagakan kepemimpinannya. Dimana seorang manajer harus mempunyai fleksibilitas
yang bervariasi. Kebutuhan yang berbeda pada anak buah membuat dia harus diberlakukan
berbeda pula, walaupun banyak praktisi yang menganngap tidak praktis klau dalam setiap
kali mengambil keputusan harus terlebih dahulu mempertimbangkan setiap variabel situasi.

Dasar model kepemimpinan situasional, adalah:

a) Kadar bimbingan dan pengarahan yang diberikan oleh pemimpin (perilaku tugas).

b) Kadar dukungan sosio emosional yang disediakan oleh pemimpin (perilaku


hubungan).

c) Tingkat kesiapan atau kematangan yang diperlihatkan oleh anggota dalam


melaksanakan tugas dan fungsi mereka dalam mencapai tujuan tertentu. Konsep ini

10
menjelaskan hubungan antara perilaku kepemimpinan yang efektif dengan tingkat
kematangan anggota kelompok atau pengikutnya. Teori ini menekankan hubungan pemimpin
dengan anggota hingga tercipta kepemimpinan yang efektif, karena anggota dapat
menentukan keanggotaan pribadi yang dimiliki pemimpin

2.7 KEPEMIMPINAN DALAM PRAKTIK

11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau
kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki
kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya,
untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/krisbanarto5251/5fb7c5248ede4838ef74cf73/gaya-
kepemimpinan-hersey-blanchard-cocok-untuk-organisasi-bisnis
http://dpad.jogjaprov.go.id/public/article/1651/1541470682_file-studi-kepemimpinan-dari-
ohio-hingga-mataram.pdf#:~:text=Studi%20Kepemimpinan%20Ohio%20State,dan
%20menelaah%20peristiwa%2Dperistiwa%20tertentu.
https://www.kompasiana.com/jsmnhmr/60ed86301525102ac7283582/gaya-kepemimpinan-
path-goal-theory
https://perilakuorganisasi.com/teori-kepemimpinan-fiedler-contingency-theory.html
http://www.mahadasha.co.id/about-us/core-values-leadership-traits/
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kepemimpinan/

13

Anda mungkin juga menyukai