Anda di halaman 1dari 29

Makalah

Kepemimpinan Kualitas dan Kerjasama Tim

Disusun Oleh:

Rahmawati C20119160

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melim1pahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kepemimpinan Kualitas
dan Kerjasama Tim”dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih banyak kekuarangan dan
kesalahan, baik dalam penulisan maupun penyajian materi. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan guna penyempurnaan dalam penyusunan dan
penulisan tugas ini dan tugas-tugas selanjutnya.

Palu, 10 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan

1. Definisi Kepemimpinan

2. Karakteristik Kepemimpinan

3. Gaya Kepemimpinan

B. Kepemimpinan Kualitas

1. Tujuan Kepemimpinan dalam Manajemen Kualitas

2. Model Kepemimpinan Kualitas dan Pemimpin Transformasional Dalam Manajemen Kualitas

C. Penerapan Kepemimpinan Kualitas pada Beberapa Organisasi Kelas Dunia

D. Pengertian Kerjasama TIM dan Partisipasi Karyawan

1. Pengertian Kerjasama Tim

2. Jenis Tim

3. Karakteristik Tim

4. Proses Tim

5. Pengertian Partisipasi Karyawan

6. Model Efektifitas Tim Kerja


7. Ciri-ciri Tim yang Efektif

8. Pengaruh Kerjasama Tim dan Partisipasi terhadap Kinerja Karyawan

9. Karakteristik teamwork dan partisipasi efektif dalam meningkatkan kinerja

BAB III PENUTUP

2.1 Kesimpulan

2.2 Saran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepemimpinan merupakan salah satu isu dalam manajemen yang masih cukup menarik untuk
diperbincangkan hingga dewasa ini. Media massa, baik elektronik maupun cetak, seringkali
menampilkan opini dan pembicaraan yang membahas seputar kepemimpinan. Peran kepemimpinan
yang sangat strategis dan penting bagi pencapaian misi, visi dan tujuan suatu organisasi, merupakan
salah satu motif yang mendorong manusia untuk selalu menyelidiki seluk-beluk yang terkait dengan
kepemimpinan.

Kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting dalam keberhasilan atau kegagalan
organisasi (Bass, 1990), dalam Menon, (2002:44) demikian juga keberhasilan atau kegagalan suatu
organisasi baik yang berorientasi bisnis maupun publik, biasanya dipersepsikan sebagai keberhasilan
atau kegagalan pemimpin. Begitu pentingnya peran pemimpin sehingga isu mengenai pemimpin
menjadi fokus yang menarik perhatian para peneliti bidang perilaku keorganisasian.

Dalam organisasi ada dua pihak yang saling tergantung dan merupakan unsur utama dalam organisasi
yaitu pemimpin sebagai atasan, dan pegawai sebagai bawahan (Mulyadi dan Rivai, 2009:332).
Kepemimpinan pemimpin dalam suatu organisasi dirasa sangat penting, karena pemimpin memiliki
peranan yang strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang biasa tertuang dalam visi dan misi
organisasi. Kepemimpinan ialah kemampuan dan keterampilan seseorang atau individu yang menduduki
jabatan sebagai pimpinan satuan kerja, untuk mempengaruhi perilaku orang lain terutama bawahannya,
untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa, sehingga melalui perilaku yang positif tersebut dapat
memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Definisi Kepemimpinan?

2. Karakteristik Kepemimpinan?

3. Gaya Kepemimpinan?

4. Kepemimpinan Kualitas?

5. Penerapan Kepemimpinan Kualitas?

6. Kerjasama Tim?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi kepemimpinan

2. Untuk mengetahui karakteristik kepemimpinan

3. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan

4. Untuk mengetahui kepemimpinan kualitas

5. Untuk mengetahui bagaimana penerapan kepemimpinan kualitas

6. Untuk mengetahui apa dan bagaimana kerjasama tim


BAB II

PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan

1. Definisi Kepemimpinan

Pengertian kepemimpinan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan di dalam diri seseorang untuk
memimpin dan mempengaruhi orang lain dalam hal bekerja, dimana tujuannya adalah untuk mencapai
target (goal) yang telah ditentukan. Sedangkan pengertian pemimpin adalah seseorang yang diberi
kepercayaan sebagai ketua (kepala) dalam sistem di sebuah organisasi/ perusahaan. Dengan begitu,
maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memandu dan mempengaruhi seseorang
atau sekelompok orang.Secara umum, seorang pemimpin (leader) memiliki aura karismatik di dalam
dirinya, memiliki visi misi yang jelas, mampu mengendalikan apa yang dipimpin, dan tentunya pandai
dalam berkomunikasi.

Namun, pemimpin yang paling efektif adalah pemimpin yang mampu menyesuaikan gaya memimpin
dan beradaptasi dengan berbagai situasi.

Adapun pengertian kepemimpinan menurut para ahli, sebagai berikut:

1. Wahjosumidjo

Menurut Wahjosumidjo, pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang ada pada diri seorang
leader yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti:

Kepribadian (personality)

Kemampuan (ability)

Kesanggupan (capability)

Kepemimpinan merupakan rangkaian aktivitas pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan
kedudukan, gaya dan perilaku pemimpin tersebut, serta interaksi antara pemimpin, pengikut dan situasi.

2. Sutarto Wijono

Menurut Sutarto, arti kepemimpinan adalah rangkaian aktivitas penataan berupa kemampuan
seseorang dalam mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. S. P. Siagian
Menurut S. P. Siagian, pengertian kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang ketika
menjabat sebagai pimpinan dalam suatu organisasi untuk mempengaruhi perilaku orang lain, khususnya
bawahannya agar berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga dapat memberikan sumbangan
nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.

4. Imam Moejiono

Menurut Imam Moedjiono, pengertian kepemimpinan adalah kemampuan dalam memberikan


pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki beberapa kualitas tertentu yang membuatnya
berbeda dengan pengikutnya.

5. George R. Terry

Menurut George R. Terry, pengertian leadership adalah kegiatan mempengaruhi orang lain untuk
diarahkan mewujudkan tujuan organisasi.

2. Karakteristik Kepemimpinan

Berikut ini ada lima karakteristik kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin , antara lain
yaitu :

1. Pemimpin mempunyai hati yang peka terhadap lingkungannya, bisa mendengarkan saran-saran dan
nasehat dari orang-orang di sekitarnya.

2. Pemimpin menjadi teladan dalam lingkungannya.

3. Pemimpin bersikap dan bersifat setia kepada janjinya, kepada organisasinya.

4. Pemimpin mampu mengambil keputusan.

5. Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain, pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang
dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk meyakinkan orang lain terhadap
sudut pandangnya serta mengarahkan mereka pada tanggung jawab total terhadap sudut pandang
tersebut.

3. Gaya Kepemimpinan

Total ada tujuh gaya kepemimpinan yang bisa muncul secara alami dari setiap pemimpin.

1. Demokratis

Gaya kepemimpinan yang pertama adalah demokratis. Mengusung konsep demokrasi, pemimpin yang
demokratis mau untuk selalu berdiskusi dengan anak buahnya sebelum mengambil keputusan.
Gaya ini sebenarnya mencoba mengambil masukan dari setiap anak buahnya agar mampu mendapatkan
keputusan terbaik dan paling banyak didukung. Inilah yang membuat pemimpin dengan sifat ini menjadi
favorit banyak orang. Komunikasi atasan ke bawahan tetap terjalin dengan lancar dan efektif, tanpa
adanya sikap otoriter di sana.

2. Visioner

Sesuai namanya, pemimpin visioner mampu memberikan ide dan rencana yang dapat dimanfaatkan
untuk masa depan perusahaan. Bahkan ide dan rencana ini belum pernah terpikirkan oleh pihak lainnya.

Pemimpin visioner memiliki gaya kepemimpinan yang berani ambil risiko, mau mendengar masukan,
serta bertanggung jawab. Bahkan pemimpin visioner juga berani untuk mendengar kritikan
terhadapnya. Ketika Anda mendapatkan pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini, jangan aneh jika
diajak untuk melakukan training dan meeting agar kemampuan semakin meningkat.

3. Multikultural

Gaya kepemimpinan ini diaplikasikan dalam perusahaan dengan karyawan yang memiliki lintas budaya.
Salah satu keputusan yang biasa diambil oleh pemimpin dengan gaya multikultural adalah mau
merayakan berbagai perayaan hari raya dari ragam latar belakang bersama seluruh karyawan. Dengan
begitu, maka rasa kebersamaan di dalam perusahaan ini semakin kuat lagi.

4. Strategis

Gaya kepemimpinan strategis identik dengan tim riset karena mampu merancang pola dinamis agar
sesuai perkembangan pasar. Semua keputusan yang dikeluarkan sudah didasari oleh berbagai riset
sehingga menjadi lebih meyakinkan untuk dijalankan. Jika memang ada peluang baru, maka pemimpin
dengan gaya strategis dapat segera sadar untuk memanfaatkan hal itu.

5. Suportif

Pemimpin yang bersifat suportif memiliki berbagai ciri-ciri serta mampu menguntungkan pihak bawahan
juga. Setiap kebutuhan karyawan dapat terpenuhi dan dilibatkan dalam memecahkan masalah.
Pemimpin seperti ini juga menggunakan pendekatan personal dalam interaksi bersama bawahan agar
mampu meningkatkan hubungan personal. Bahkan gaya kepemimpinan terkadang tidak berfokus pada
pencapaian target.

6. Otokratis

Seseorang dengan gaya kepemimpinan ini memiliki kuasa penuh di dalam memimpin. Pemimpin
otokratis akan mengambil keputusan secara mutlak tanpa meminta masukan dari bawahan.
Selain itu, pengambilan keputusan dilakukan secara mutlak tanpa boleh ada bawahan yang mengganggu
gugat. Bahkan pemimpin otokratis jarang membuka komunikasi dengan bawahan sehingga ada kesan
hubungan yang jauh dan kaku.

7. Transaksional

Seseorang dengan gaya kepemimpinan transaksional berfokus pada aturan atau kontrak kerja yang telah
disetujui pihak karyawan. Bawahan juga tidak bisa memberikan masukan atau kritik terhadap kinerja
divisi tersebut karena pemimpin ini sangat berorientasi pada pencapaian target. Dengan begitu, ada
kinerja yang harus dicapai bawahan jika tidak mau terkena sanksi. Namun, jika memang kinerja bawahan
ternyata optimal, maka pemimpin transaksional tidak ragu untuk memberikan reward.

B. Kepemimpinan Kualitas

1. Tujuan Kepemimpinan dalam Manajemen Kualitas

Tujuan dari kepemimpinan dalam manajemen kualitas adalah untuk meningkatkan output dan
produktivitas, serta secara simultan mampu menciptakan kebangsaan kerja bagi pekerja. Kepemimpinan
dalam manajemen kualitas bukan untuk menemukan dan mencatat kegagalan yang dibuat pekerja serta
kemudian menghukum pekerja itu, tetapi untuk mengidentifikasi dan kemudian menghilangkan
penyebab kegagalan itu, serta membantu pekerja agar mampu mengerjakan pekerjaan secara lebih baik
dengan memperhatikan efektivitas dan efisiensi dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Kepemimpinan
yang efektif menurut konsep manajemen kualitas adalah kepemimpinan yang sensitive atau peka
terhadap perubahan dan melakukan pekerjaannya secara terfokus. Kegiatan memimpin termasuk
menciptakan budaya atau kultur positif dan iklim yang harmonis dalam lingkungan perusahaan, serta
menciptakan tanggung jawab dan pemberian wewenang dalam pencapaian tujuan bersama.Terdapat
sejumlah perbedaan tugas pemimpin dibandingkan dengan manajer dalam manajemen kualitas seperti
ditunjukkan dalam tabel dan gambar di bawah.

Tabel I Perbedaan Tugas Pemimpin dan Manajer

No Tugas Pemimpin Tugas Manajer

1. Mengembangkan visi serta menetapkan arah dan Menetapkan rencana dan mengalokasikan sumber
strategi perusahaan untuk menghasilkan daya yang ada untuk mewujudkan rencana itu
perubahan-perubahan yang dibutuhkan agar
mencapai visi itu

2. Mengkomunikasikan tujuan yang ingin dicapai Menetapkan struktur organisasi untuk mencapai
melalui pernyataan dan perbuatan(tindakan) persyaratan yang telah direncanakan dan
kepada siapa saja yang mungkin diperlukan untuk menempatkan orang-orang yang sesuai dengan
memberikan struktur yang ada, mendelegasikan pengaruhnya bagi
pembentukan tim yang memahami visi dan strategi
perusahaan,serta menerima kebenarannya tanggung
jawab dan wewenang untuk melaksanakan apa yang
telah direncanakan, menetapkan kebijaksanaan dan
prosedur untuk membantu memberikan panduan
bagi orang-orang dan menciptakan metode untuk
memantau pelaksanaannya

3. Memberikan motivasi bagi orang-orang untuk Memantau hasil-hasil kemudian


mengatasi hambatan-hambatan dalam dibandingkanterhadap rencana, dan mengidentifikasi
perubahan menuju perbaikan, dengan cara penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, serta
memenuhi kebutuhan manusia yang sangat kemudian membuat perencanaan dan
mendasar yang sering kali tidak terpenuhi pengorganisasiaan untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang ada

4. Menciptakan perubahan, seringkali dalam taraf Menciptakan suatu taraf yang telah direncanakan
yang dramatis, untuk menghasilkan perubahan untuk tetap menghasilkan output yang sesuai dengan
yang sangat berguna bagi kemajuan perusahaan. kebutuhan pelanggan.
Sebagai missal: perubahan dalam pembuatan
produk-produk baru yang diinginkan pelanggan,
pendekatan barudalam hubungan kerja yang akan
membantu perusahaan agar lebih mampu
berkompetensi, dll.

Dalam manajemen kualitas, pemimpin adalah orang yang melakukan hal-hal yang benar,sedangkan
manajer adalah orang yang melaksanakan sesuatu secara benar. Dengan demikian seorang manajer
yang melaksanakan kepemimpinan kualitas dalam manajemen kualitas berarti orang itu melakukan
sesuatu yang benar dengan cara-cara yang benar. Manajemen kualitas membutuhkan keterampilan
kepemimpinan dan manajemen, sehingga membutuhkan kehadiran pemimpin dan manajer secara
bersama dalam organisasi itu.

Pada dasarnya terdapat delapan kunci tugas pemimpin untuk melaksanakan komitmen perbaikan
kualitas terus menerus, yaitu:

1. Menetapkan dewan suatu kualitas.

2. Menetapkan kebijaksanaan kualitas.

3. Menetapkan dan menyebarluaskan sasaran kualitas.

4. Memberikan dan menyiapkan sumber-sumber daya.


5. Memberikan dan menyiapkan pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada pemecahan masalah-
masalah kualitas.

6. Menetapkan tim perbaikan kualitas yang bertanggung jawab pada manajemen puncakuntuk
menyelesaikan masalah-masalah kualitas kronis.

7. Merangsang perbaikan kualitas terus menerus.

8. Memberikan pengakuan

2. Model Kepemimpinan Kualitas dan Pemimpin Transformasional Dalam Manajemen Kualitas

Model kepemimpinan kualitas menggabungkan berbagai model kepemimpinan yang ada yang disebut
sebagai Metamodel Kepemimpinan Kualitas. Metamodel Kepemimpinan Kualitas merangkaikan gaya
gaya kepemimpinan, perilaku manajerial, dan sasaran akhir berupa peningkatan terus menerus
kepuasan total pelanggan. Kepemimpinan kualitas pada dasarnya merupakan suatu proses pengaruh
untuk perbaikan kualitas, dimana pemimpin mencoba mempengaruhi bawahan untuk melakukan apa
yang dipandang penting oleh si pemimpin itu. Dalam manajemen kualitas dikenal salah satu pendekatan
terbaru dalam kepemimpinan kualitas adalah kepemimpinan transformasional. Pemimpin
tranformasional mengubah keseluruhan organisasi melalui mentransformasi organisasi menuju
pandangan mereka tentang apa yang harus dilakukan oleh organisasi itu dan bagaimana seharusnya
organisasi itu berjalan dengan baik menuju sasaran kualitas yang telah diterapkan.

Beberapa karakteristik penting dari pemimpin transformasional yang diperlukan dalam dinamika
perbaikan manajemen kualitas adalah :

1. Memiliki visi yang kuat

Pemimpin transformasional memiliki visi yang kuat tentang bagaimana suatu organisasi harus
berjalan dengan baik serta mampu mentransformasikan visi ini ke bawahannya.

2. Memiliki peta untuk tindakan

Pemimpin transformasional mengetahi bagaimana menerjemahkan vsii perusahaan ke dalam


kenyataan.

3. Memiliki kerangka untuk visi


Pemimpin transformasional dapat menyusun visi ke dalam suatu kerangka kerja yang jelas yang
secara akurat menggabungkan visi itu dengan nilai nilai yang telah diyakini oleh seluruh aggota
organisasi itu.

4. Memiliki kepercayaan diri

Pemimpin transformasional memiiki kepercayaan diri yang tinggi serta selalu bersikap optimis
dan ridak kehilangan akal dalam menghadapi suatu masalah.

5. Berani mengambil resiko

Pemimpin berani mengambil resiko dalam merealisasikan visi mereka yang telah di
transformasikan menjadi visi bersama dari seluruh anggota dalam perusahaan itu.

6. Memiliki gaya pribadi insiprasional

Pemimpin transformasional memiliki daya magnetis yang kuat sehingga membuat pengikut-
pengikutnya merasa dekat dengan pemimpin itu.

7. Memiliki kemampuan merangsang usaha-usaha individual

Pemimpin transformasional memiliki kemampuan mengidentifikasi potensi yang ada dari setiap
individu dalam organisasi ,yang kemudian merangsang dan membantu si individu itu secara
intelektual agar berkembang untuk mencapai visi organisasi yang telah disepakati bersama.

8. Memiliki kemampuan mengidentifikasi manfaat-manfaat

Pemimpin transformasional memiliki kemampuan mengidentifikasi manfaat-manfaat yang


diperoleh apabila mengikuti visi perusahaan yang telah disepakati bersama.

C. Penerapan Kepemimpinan Kualitas pada Beberapa Organisasi Kelas Dunia

The Joint Commision for the Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO) di


Amerika Serikat menjabarkan kepemimpinan kualitas sebagai proses empat tahap :

1. Perencanaan untuk pelayanan kesehatan

2. Pengaturan pelayanan kesehatan

3. Implementasi dan koordinasi pelayanan kesehatan


4. Perbaikan pelayanan kesehatan

Langkah-langkah yang tercakup dalam kepemimpinan kualitas adalah mengembangkan


peryataan visi dan misi serta sasaran dengan rencana-rencana strategis, implementasi, sasaran
perbaikan pelayanan kesehatan, integrasi pelayanan-pelayanan kesehatan, dan menyesuaikan
kesemuanyan dengan misi yang ditetapkan itu. Sasaran akhir dari JCHAO adalah meningkatkan
kepuasan total pelanggan dalam menerima pelayanan kesehatan di Amerika Serikat memalui
suatu hierarki dari komponen-komponen yang disebut sebagai Hierarki Komponen Perbaikan
Kualitas Terus-menerus (Continous Quality Improvement = CQI).

Penerapan kepemimpinan kualitas yang meningkatkan keunggulan kompetitif berhasil


diterapkan oleh perusahaan Xerox dari Amerika Serikat

1. Penerapan Kepemimpinan Kualitas pada perusahaan Xerox dimulai pada tahun 1976 dari
cabang Xerox di Jepang yaitu Fuji Xerox. Presiden Direktur Fuji Xerox, Tony Kobyashi
memperkenalkan prinsip-prinsip dan alat-alat manajemen kualitas untuk membantu orang-orang
dalam perusahaan Fuji Xerox meningkatkan daya saing perusahaan. Usaha ini dianggap berhasil
karena pada tahun 1980 terjadi banyak perbaikan seperti reliabilitas produk xerox meningkat
200%, biaya mesin berkurang 150%, reduksi time-to-market berkurang 150% , ukuran
mesin berkurang 75%, dan peningkatan kualitas fotokopi secara dramatis dirasakan oleh
pelanggan

2. pada tahun 1980 pula, terjadi masalah pada prestasi kelompok Xerox secara keseluruhan
dimana pangsa pasar dan Return of Asset (ROA) dari kelompok Xerox menurun. Lebih dari 2000
karyawan terpaksa diberhentikan oleh manajemen Xerox, serta kepuasan karyawan menurun
karena kehilangan kepercayaan pada manajemen senior Xerox

3. Pada tahun 1982, CEO Xerox, David Kearns, mulai menerapkan prinsip-prinsip manajemen
kualitas secara formal. 3 faktor yang membuat pesaing-pesaing jepang lebih unggul dari
perusahaan amerika yaitu : Biaya, Kualtas dan ekspektasi karena perusahaan jepang cenderung
menerapkan ekspektasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan Amerika
Serikat.
4. Manajemen Xerox menyetujui untuk memulai prinsip-prinsip manajemen kualitas pada tahun
1983 dan disepakati untuk diberi nama Kepemimpinan Melalui Kualitas Xerox yang terdiri dari

a)Memuaskan secara total kebutuhan pelanggan yang telah ditetapkan

b) Manajemen puncak memimpin dengan memberikan teladan

c) Melibatkan, memberdayakan dan memotivasi karyawan.

d) Meningkatkan hasil melalui perbaikan proses terus-menerus, dengan pengurangan


pada :

1) Variabilitas dalam output proses kerja

2) Siklus waktu melalui perbaikan proses

3) Biaya produksi karena perbaikan dalam variabilitas dan siklus waktu.

e) Mengintegrasikan perbaikan kualitas secara terus-menerus ke dalam manajemen bisnis


sehari-hari.

5. Kepemimpinan Melalui Kualitas Xerox dilakukan selama 4 tahun hingga pada tahun 1987
dilakukan penilaian kualitas secara formal yang bertujuan untuk mengevaluasi kemajuan dan
penyebarluasan Kebijaksanaan Xerox, dan membandingkan hasil-hasil kualitas yang diperoleh
terhadap sasaran yang diterapkan pada tahun 1983.

6. Hasil kerja keras manajemen Xerox telah membawa kembali perusahaan Xerox menjadi
pemimpin pasar (market leader) sejak tahun 1991.

Model Manajemen Kualitas Xerox merupakan sintesis dari definisi operasional didasarkan pada
prinsip-prinsip manajemen yang diperkenalkan oleh pakar manajemen kualitas, Xerox Green
Book (dokumen strategi kualitas Xerox pada tahap awal,1983), Kriteria MBNQA (The Malcoln
Balridge National Quality Award), kriteria EFQM (the European Foundation for Quality
Management), kriteria ISO 9000, dan Xerox Quality Assessment System .

D. Pengertian Kerjasama TIM dan Partisipasi Karyawan

1. Pengertian Kerjasama TIM


Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mengoordinasi kerja
mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki tiga komponen. Pertama, dibutuhkan dua orang atau
lebih. Kedua, orang-orang dalam sebuah tim memiliki interaksi regular. Ketiga, orang – orang dalam
sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama.

Kerjasama tim adalah suatu kemampuan untuk bekerja bersama dalam menuju visi dan misi bersama.
Dengan kata lain, kerjasama tim merupakan suatu kemampuan yang kuat dalam mengarahkan dan
mendorong para individu dalam menuju dan meraih tujuan organisasi secara bersama-sama.

Perbedaan antara kelompok dan tim:

Kelompok Tim

Memiliki pemimpin yang ditunjuk Berbagi peran kepemimpinan

Akuntabilitas individual Akuntabilitas mutual dan individu

Tujuan kelompok dan organisasi sama Visi atau tujuan khusus tim

Hasil kerja individual Hasil kerja kolektif

Mengadakan pertemuan-pertemuan efisien Pertemuan_pertemuan mendorong diskusi terbuka

Efektifitas secara tidak langsung diukur oleh Efektifitas secara langsung diukur dengan menilai kerja
pengaruh bisnis kolektif

Mendiskusikan, memutuskan, mendelegasikan Mendiskusikan, memutuskan, berbagi pekerjaan


pekerjaan untuk para individu

2. Jenis Tim

a. Tim Formal

Tim formal diciptakan oleh organisasi sebagai bagian dari struktur formal organisasi. Dua jenis tim
formal yang paling umum adalah tim vertikal dan tim horizontal.

b. Tim Vertikal

Tim vertikal terdiri dari seorang manajer dan para bawahannya dalam rantai komando formal.
Terkadang tim ini disebut tim fungsional atau tim komando. Setiap tim diciptakan oleh organisasi untuk
mencapai tujuan – tujuan tertentu lewat aktifitas dan interaksi bersama para anggota.

c. Tim Horizontal
Tim horizontal terdiri atas karyawan – karyawan dari tingkat hierarkis yang hamper sama, tetapi dari
bidang keahlian yang berbeda. Dua jenis tim horizontal yang paling umum adalah angkatan tugas dan
komite.

1. Angkatan tugas adalah kelompok karyawan dari departemen – departemen berbeda yang dibentuk
untuk menangani aktifitas tertentu dan hanya bertahan sampai tugas itu selesai.

2. Komite biasanya berumur panjang dan mungkin merupakan bagian permanen dari struktur
organisasi. Komite memberikan keuntugan yaitu: memungkinkan para anggota organisasi untuk
bertukar informasi, menghasilkan saran – saran untuk mengoordinasi unit – unit organisasional yang
diwakilkan, mengembangkan berbagai ide dan solusi baru untuk masalah – masalah organisasional yang
ada, dan membantu perkembangan berbagai praktik dan kebijaksanaan organisasional yang baru.

d. Tim dengan Tujuan Khusus

Tim dengan tujuan khusus adalah tim yang diciptakan diluar organisasi formal untuk mengerjakan
proyek kepentingan atau kreatifitas khusus. Tim dengan tujuan khusus masih merupakan bagian dari
organisasi formal dan memiliki struktur laporannya sendiri.

e. Tim dengan Kepemimpinan Mandiri

Tim yang dibentuk dalam satu departemen yang sama dan anggotanya adalah karyawan untuk
mendiskusikan cara-cara peningkatan kualitas, efisiensi dll.

Tim pemecahan masalah biasanya terdiri atas 5 sampai 12 karyawan per jam dari departemen yang
sama yang dengan sukarela bertemu untuk mendiskusikan cara – cara peningkatan kualitas, efisiensi,
dan lingkungan kerja. Tim pemecahan masalah biasanya merupakan langkah pertama dalam langkah
perusahaan menuju partisipasi karyawan yang lebih besar. Seiring dengan bertambah dewasanya
perusahaan, tim pemecahan masalah berangsur – angsur berkembang menjadi tim dengan
kepemimpinan mandiri.

Kepemimpinan mandiri biasanya terdiri dari 5 sampai 20 pekerja dengan lebih dari satu keterampilan
yang menggilir pekerjaan untuk menghasilkan produk atau layanan yang menyeluruh atau setidaknya
satu aspek menyeluruh atau bagian dari sebuah produk atau layanan. Ide pokoknya adalah bahwa tim –
tim itu sendiri, dan bukan para manajer atau supervisor, bertanggung jawab atas pekerjaan mereka,
membuat keputusan, mengawasi kinerja mereka sendiri, dan mengubah perilaku kerja mereka seperti
yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah, mencapai tujuan, dan menyusuaikan diri terhadap
kondisi – kondisi yang berubah.

Tim dengan kepemimpinan mandiri merupakan tim permanen yang secara khusus meliputi elemen-
elemen berikut ini :

 Tim mencakup para karyawan yang memiliki beberapa keterampilan dan fungsi, dan
keterampilan – keterampilan yang dikombinasikan sudah cukup untuk mengerjakan tugas
organisasional yang besar.
 Tim diberi akses menuju sumber – sumber daya seperti informasi, peralatan, mesin dan
persediaan yang dibutuhkan untuk mengerjakan seluruh tugas.

 Tim diberi kekuasaan dengan otoritas pembuatan keputusan yang berarti bahwa para anggota
memiliki kebebasan untuk memilih anggota baru, memecahkan masalah, menghabiskan uang,
mengawasi hasil, dan merencanakan masa depan.

f. Tim di Lingkungan Kerja yang Baru

Dua jenis tim yang semakin sering digunakan adalah tim virtual/maya dan tim global

1. Tim virtual terdiri atas anggota – anggota yang tersebar secara geografis dan organisasional yang
terikat terutama oleh kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi. Tim virtual sering meliputi para
pekerja lepas, anggota organisasi rekanan, pelanggan, pemasok, konsultan, atau pihak – pihak luar
lainnya. Salah satu keuntungan utama tim virtual adalah kemampuan untuk dengan cepat
mengumpulkan kelompok orang yang paling tepat untuk menyelesaikan proyek yang kompleks,
memecahkan masalah tertentu, atau mengekploitasi peluang strategis tertentu.

2. Tim global adalah tim kerja lintas batas yang terbentuk dari anggota – anggota dengan kebangsaan
yang berbeda yang aktifitasnya menjangkau banyak Negara. Tim global dapat dibagi dalam dua kategori
yaitu tim interkultiral yang para anggotanya berasl dari berbagai negara atau budaya yang berbeda dan
bertemu dengan berhadapan secara langsung, dan tim global virtual yang para anggotanya tinggal di
lokasi yang terpisah di seluruh penjuru dunia dan melaksanakan pekerjaan mereka dengan bantuan
teknologi elektronik.

3. Karakteristik Tim

a. Ukuran

Secara umum, ketika ukuran tim meningkat, akan lebih sulit bagi setiap anggota untuk dapat saling
berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Ukuran kelompok mengusulkan hal hal berikut ini :

1. Tim kecil ( 2 sampai 4 anggota ) menunjukan lebih banyak persetujuan, mengajukan lebih banyak
pertanyaan, dan bertukar lebih banyak opini. Merek cenderung bersikap informaldan tidak banyak
menuntut pemimpin.

2. Tim besar cenderung memiliki lebih banyak perselisihan pendapat dan perbedaan opini. Karena
kurangnya kepuasan dihubungkan dengan tugas yang dispesialisasikan serta komunikasi yang buruk,
para anggota tim memiliki sedikit kesempatan untuk berpatisipasi dan merasakan keakraban kelompok.

b. Peran Anggota

Dalam tim – tim yang sukses syarat kinerja tugas dan kepuasan social dipenuhi oleh munculnya dua jenis
peran yaitu spesialis tugas dan sosioemosional.
Orang – orang yang memainkan peran spesialis tugas menghabiskan waktu dan energi untuk membantu
tim meraih tujuannya. Mereka sering memperlihatkan perilaku – perilaku berikut :

 Memprakarsai ide

 Memberikan opini

 Mencari informasi

 Meringkas

 Memberi semangat

Orang – orang yang menggunakan peran sosioemosional mendukung kebutuhan emosional para
anggota tim dan membantu menguatkan kesatuan social. Mereka memperlihatkan perilaku – perilaku
berikut :

 Mendorong

 Berpadu

 Mengurangi Ketegangan

 Mengikuti

 Berkompromi

4. Proses Tim

a. Tingkat Perkembangan Tim

 Pembentukan. Tingkat pembentukan adalah periode orientasi dan perkenalan. Selama tigkat
pembentukan ini, pemimpin tim harus memberikan waktu bgi para anggota untuk mengenal
satu sama lain dan mendorong mereka terlibat dalam diskusi informal dan social.

 Prahara. Selam tingkat prahara kepribadian individual muncul. Tingkat ini ditandai oleh konflik
dan perselisihan pendapat.

 Penetuan norma. Selama tingkat penentuan norma, konflik konflik diselesaikan, dan
keharmonisan serta kesatuan tim muncul. konsensus terwujud pada siapa yang memiliki
kekuasaan, siapa pemimpinnya, dan peran- peran para anggota.

 Pelaksanaan. Selama tingkat pelaksanaan, penekanan utama ada pada pemecahan masalah dan
penyelesaian tugas yang diberikan. Selama tingkat ini pemimpin harus berkonsentrasi terhadap
pelaksanaan kinerja tugas yang tinggi. Spesialis sosioemosional dan spesialis tugas harus
memberikan kontribusi.
 Pembubaran. Tingkat pembubaran muncul dalam komite, angkatan tugas, dan tim yang
memiliki tugas yang terbatas untuk dikerjakan dan dibubarkan setelahnya. Pada saat ini,
pemimpin mungkin berharap untuk memberitahukan pembubaran tim dengan suatu ritual atau
upacara, barangkali memberikan piagam dan penghargaan untuk menandakan penutupan dan
kelengkapan.

b. Kekompakan Tim

Kekompakan tim didefinisikan sebagai sejauh mana para anggota tertarik pada tim dan termotivasi
untuk tinggal didalamnya. Faktor – faktor yang menentukan kekompakan tim :

1. Interaksi tim. Hubungan yang lebih baik antara anggota tim dan semakin banyak waktu yang
dihabiskan bersama, semakin kompak tim tersebut.

2. Konsep tujuan yang sama. Anggota tim sepakat dengan tujuan dan menjadikan lebih kompak

3. ketertarikan pribadi terhadap tim. Para anggota memiliki sikap dan nilai yang serupa dan senang
berkumpul.

c. Norma Tim

Norma tim adalah standar perilaku yang sama – sama dimiliki oleh para anggota tim dan membimbing
perilaku mereka. Norma bersifat informal. Norma juga tidak tertulis, seperti halnya peraturan dan
prosedur.

Norma mengidentifikasikan nilai – nilai utama, mengklarifikasi harapan – harapan peran, dan
memudahkan kelangsungan hidup tim. Norma yang relevan dengan perilaku sehari – hari dan hasil kerja
serta kinerja karyawan secara berangsur –angsur berkembang. Empat cara berkembangnya norma tim
yang lazim untuk mengendalikan dan mengarahkan perilaku yaitu :

1. Peristiwa penting. Peristiwa penting dalam sejarah tim membangun teladan yang penting.

2. Keunggulan. Keunggulan berarti bahwa perilaku pertama yang muncul dalam tim sering kali
menentukan teladan untuk harapan – harapan tim nantinya.

3. Perilaku pembawaan. Perilaku pembawaan menghadirkan norma – norma ke dalam tim dari luar.

4. Pernyataan yang eksplisit. Dengan pernyataan yang eksplisit, para pemimpin atau para anggota tim
dapat memprakarsai norma–norma dengan mengungkapkannya pada tim.

5. Pengertian Partisipasi Karyawan

Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan mengambil bagian dalam sebuah aktivitas.
Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas dapat mengandung pengertian ikut serta tanpa ikut
menentukan bagaimana pelaksanaan aktivitas tersebut tetapi dapat juga berarti ikut serta dalam
menentukan jalannya aktivitas tersebut, dalam artian ikut menentukan perencanaan dan pelaksanaan
aktivitas tersebut.

Jadi pengertian Partisipasi adalah :

Pertama : ikut serta dalam kegiatan tersebut tapi tidak terlibat dalam pengambilan keputusan,

Kedua : ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut sekaligus terlibat dalam pengambilan keputusan.

Definisi partisipasi dalam pengertian ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut sekaligus terlibat dalam
pengambilan keputusan, dapat didefinisikan sbb :

Menurut Heller, et. al., 1984, partisipasi sebagai sebuah proses dimana individu mengambil bagian
dalam pengambilan keputusan dalam sebuah institusi, program, dan lingkungan yang mempengaruhi
mereka.

Menurut Zimmerman dan Rappaport (1988, dalam Duffy and Wong, 1996) mendefinisikan partisipasi
sebagai keterlibatan dalam aktivitas organisasi yang mana partisipasi individu tersebut tanpa membayar
guna mencapai sebuah tujuan umum. Dasar dari mekanisme ini adalah bahwa manusia dapat, mau, dan
akan bekerjasama untuk memecahkan persoalan-persoalan bersama.

Menurut Hadi (1995) mendefinisikan partisipasi sebagai proses dimana masyarakat turut serta
mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Masyarakat yang dimaksudkan disini adalah
masyarakat yang terkena dampak (affected people).

Pendekatan partisipatif mampu menguatkan visi, misi dan strategi sebuah organisasi. Semua anggota
organisasi harus mengetahui visi dan misi serta sepakat dengan strategi yang akan dijalankan. Hal ini
akan mewarnai kerja rutin dan meningkatkan motivasi serta kepuasan kerja mereka. Cara terbaik untuk
memastikan bahwa visi dan misi menjadi milik bersama adalah melibatkan orang sebanyak mungkin
dalam proses perumusannya.

6. Model Efektifitas Tim Kerja

Efektifitas tim kerja didasarkan pada dua hasil hasil produktif dan kepuasan pribadi. Kepuasan
berkenaan dengan kemampuan tim untuk memenuhi kebutuhan pribadi para anggotanya dan kemudian
mempertahankan keanggotaan serta komitmen mereka. Hasil produktif berkenaan dengan kualitas dan
kuantitas hasil kerja seperti yang didefinisikan oleh tujuan – tujuan tim. Faktor – faktor yang
mempengaruhi efektifitas tim yaitu konteks organisasional, struktur, strategi, lingkungan budaya, dan
system penghargaan. Karakter tim yang penting adalah jenis, struktur, dan komposisi tim. Karakteristik –
karakteristik tim ini mempengaruhi proses internal tim, yang kemudian mempengaruhi hasil dan
kepuasan. Para pemimpin harus memahami dan mengatur tingkat – tingkat perkembangan,
kekompakan, norma – norma, dan konflik supaya dapat membangun tim yang efektif.
7. Ciri-ciri Tim yang Efektif

a. Tujuan yang sama.

Jika semua anggota tim mendayung ke arah yang sama, pasti kapal yang didayung akan lebih cepat
sampai ke tempat tujuan, dari pada jika ada anggota tim yang mendayung ke arah yang berbeda,
berlawanan, ataupun tidak mendayung sama sekali karena bingung ke arah mana harus mendayung.
Jadi, pastikan bahwa tim memiliki tujuan dan semua anggota tim Anda tahu benar tujuan yang hendak
dicapai bersama, sehingga mereka yakin ke arah mana harus mendayung.

b. Antusiasme yang tinggi.

Pendayung akan mendayung lebih cepat jika mereka memiliki antusiasme yang tinggi. Antusiasme tinggi
bisa dibangkitkan jika kondisi kerja juga menyenangkan: anggota tim tidak merasa takut menyatakan
pendapat, mereka juga diberi kesempatan untuk menunjukkan keahlian mereka dengan menjadi diri
sendiri, sehingga kontribusi yang mereka berikan juga bisa optimal.

c. Peran dan tanggung jawab yang jelas.

Jika semua ingin menjadi pemimpin, maka tidak akan ada yang mendayung. Sebaliknya, jika semua ingin
menjadi pendayung, maka akan terjadi kekacauan karena tidak ada yang memberi komando untuk
kesamaan waktu dan arah mendayung. Intinya, setiap anggota tim harus mempunyai peran dan
tanggung jawab masing-masing yang jelas. Tujuannya adalah agar mereka tahu kontribusi apa yang bisa
mereka berikan untuk menunjang tercapainya tujuan bersama yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Komunikasi yang efektif.

Dalam proses meraih tujuan, harus ada komunikasi yang efektif antar-anggota tim. Strateginya: Jangan
berasumsi. Artinya, jika Anda tidak yakin semua anggota tim tahu apa yang harus menjadi prioritas
utama untuk diselesaikan, jangan berasumsi, tanyakan langsung kepada mereka dan berikan informasi
yang mereka perlukan. Jika Anda tidak yakin bahwa tiap anggota tim tahu bagaimana melakukan
ataupun menyelesaikan suatu tugas, jangan berasumsi mereka tahu, melainkan informasikan atau
tujukanlah kepada mereka cara melakukannya. Komunikasi juga perlu dilakukan secara periodik untuk
tujuan monitoring (misalnya: sudah seberapa jauh tugas diselesaikan) dan correcting (misalnya: apakah
ada kesalahan yang perlu diperbaiki dalam menyelesaikan tugas yang telah ditentukan).

e. Resolusi Konflik.

Peace is not the absence of conflict, but the presence of justice. Ini merupakan pendapat Martin Luther
King. Rasanya hal ini berlaku pula pada pencapaian sebuah tujuan. Dalam mencapai tujuan mungkin saja
ada konflik yang harus dihadapi. Tetapi konflik ini tidak harus menjadi sumber kehancuran tim.
Sebaliknya, konflik ini yang dapat dikelola dengan baik bisa dijadikan senjata ampuh untuk melihat satu
masalah dari berbagai aspek yang berbeda sehingga bisa diperoleh cara baru, inovasi baru, ataupun
perubahan yang memang diperlukan untuk melaju lebih cepat ke arah tujuan. Jika terjadi konflik, jangan
didiamkan ataupun dihindari. Konflik yang tidak ditangani secara langsung akan menjadi seperti kanker
yang menggerogoti semangat tim. Jadi, konflik yang ada perlu segera dikendalikan.

f. Shared power.

Jika ada anggota tim yang terlalu dominan, sehingga segala sesuatu dilakukan sendiri, atau sebaliknya,
jika ada anggota tim yang terlalu banyak menganggur, maka pasti ada ketidakberesan dalam tim yang
lambat laun akan membuat tim menjadi tidak efektif. Jadi, tiap anggota tim perlu diberikan kesempatan
untuk menjadi ”pemimpin”, menunjukkan ”kekuasaannya” di bidang yang menjadi keahlian dan
tanggung jawab mereka masing-masing. Sehingga mereka merasa ikut bertanggung jawab untuk
kesuksesan tercapainya tujuan bersama.

g. Keahlian.

Bayangkan sebuah paduan suara dengan anggota memiliki satu jenis suara saja: sopran saja, tenor saja,
alto saja, atau bas saja. Tentu suara yang dihasilkan akan monoton. Bandingkan dengan paduan suara
yang memiliki anggota dengan berbagai jenis suara yang berbeda (sopran, alto, tenor dan bas). Paduan
suara yang dihasilkan pasti akan lebih harmonis.

Demikian pula dengan tim kerja. Tim yang terdiri dari anggota-anggota dengan berbagai keahlian yang
saling menunjang akan lebih mudah bekerja sama mencapai tujuan. Berbagai keahlian yang berbeda
tersebut dapat saling menunjang sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah dan lebih cepat diselesaikan.
Anggota tim dengan keahlian yang berbeda juga bisa saling memperluas perspektif and memperkaya
keahlian masing-masing Apresiasi. Tiap anggota yang telah berhasil melakukan apa yang menjadi
tanggung jawabnya dengan baik, atau telah memberikan kontribusi positif bagi keuntungan tim, pantas
mendapat apresiasi. Tentu saja apresiasi yang diberikan dengan tulus akan lebih terasa dampaknya.
Apresiasi bisa menambah semangat anggota tim yang bersangkutan untuk terus berprestasi. Apresiasi
tidak harus diberikan dalam bentuk uang. Saya sangat menghargai ketulusan Anda membantu
pelanggan memilih produk kita yang paling tepat untuknya,” merupakan satu bentuk apresiasi
sederhana berupa kata-kata tulus. Banyak bentuk apresiasi lain yang bisa diberikan, misalnya: promosi,
bonus dalam berbagai bentuk (wisata keluarga yang dengan menggunakan fasilitas transportasi dan vila
perusahaan, beasiswa bagi anak). Sikap dan pikiran positif. Dengan menggunakan kacamata hitam,
dunia yang Anda lihat akan lebih redup. Dengan menggunakan kacamata kehijauan, dunia pun terlihat
bernuansa hijau. Demikian pula dengan ”kacamata” sikap dan pikiran yang positif, dunia di sekitar Anda
akan terlihat positif. Kesulitan pun akan terlihat lebih mudah diatasi, karena kesulitan bukanlah masalah
yang harus dihindari, tetapi tantangan yang harus ditangani. Sikap dan pikiran yang positif merupakan
modal utama sebuah tim.

h. Evaluasi.

Bagaimana sebuah tim bisa mengetahui sudah sedekat apa mereka dari tujuan, jika mereka tidak
menyediakan waktu sejenak untuk melakukan evaluasi? Evaluasi yang dilakukan secara periodik selama
proses pencapaian tujuan masih berlangsung bisa membantu mendeteksi lebih dini penyimpangan yang
terjadi, sehingga bisa segera diperbaiki. Evaluasi juga bisa dilakukan tidak sekadar untuk koreksi, tetapi
untuk mencari cara yang lebih baik. Evaluasi bisa dilakukan dalam berbagai cara: observasi, riset
pelanggan, riset karyawan, interview, evaluasi diri, evaluasi keluhan pelanggan yang masuk, atau
sekedar polling pendapat pada saat meeting. Ingin sukses? Jangan lupa membantu anggota tim Anda
untuk sukses. Jika mereka sukses, maka mereka pun akan menjadi tim sukses yang mendukung Anda.

8. Pengaruh Kerjasama Tim dan Partisipasi terhadap Kinerja Karyawan

Tim adalah sebuah sistem yang unik, yaitu setiap tim bagaikan sistem yang berbeda-beda. Tim
merupakan kumpulan orang yaitu bagaikan komponen dalam satu sistem. Sedangkan partisipasi (peran
serta) karyawan merupakan sebuah proses dimana individu mengambil bagian dalam pengambilan
keputusan dalam sebuah institusi, program, dan lingkungan yang mempengaruhi mereka. Sehingga
dengan peranserta karyawan dalam tim akan dapat meningkatkan kinerjanya.

Dari penjelasan tentang kerjasama tim dan partisipasi dalam peningkatan kinerja karyawan, agar tim
dapat lebih berhasil hendaklah tiap karyawan dapat memahami hal berikut ini :

1. Proses pengenalan tuntas antar anggota tim.

2. Proses pemahaman yang mendalam antar anggota dalam tim.

3. Pembentukan ikatan hati sesama tim.

4. Membangun perasaan sehidup semati atau senasib sepenanggungan dalam tim.

5. Strategi mengatur satu tim efektif.

6. Kinerja tim efektif.

7. Komponen anggota tim yang efektif.

8. Membangun tim yang efektif dan produktif.

9. Motivasi dalam tim.

10. Pemanfaatan kekuatan individu dalam tim.

11. Menentukan target, program dan tujuan bersama.

12. Kepemimpinan dalam tim.

13. Membangun norma dan aturan main tim.

14. Membangun komunikasi dan hubungan antar tim.

15. Membangun pengaruh kepada anggota tim.

16. Mengelola konflik dalm tim.


17. Proses kreatif dalam tim.

18. Proses pengambilan keputusan : konsensus, kebersamaan, dan efektivitas-efisiensi.

19. Pertemuan dan rapat tim.

20. Membangun hubungan sosial intern atau antartim.

9. Karakteristik teamwork dan partisipasi efektif dalam meningkatkan kinerja.

Ada sepuluh karakteristik yang diperlukan tim dan partisipasi dalam menghasilkan kinerja secara luar
biasa dan cepat mencapai tujuan yang diharapkan.

1. Prinsip, Tujuan dan Sasaran

Tim efektif sangat dipengaruhi adanya prinsip, tujuan, dan sasaran yang jelas, sehingga secara sadar
anggota tim disatukan oleh kebersamaan misi dan membangun komitmen bersama. Semua anggota tim
mengerti dan menyetujui tujuan serta sasaran tim.

2. Keterbukaan dan Konfrontasi

Tim efektif sangat dipengaruhi adanya keterbukaan dan saling mempercayai antar anggota tim. Semua
anggota mendapatkan informasi yang sama dari akses yang sama pula, serta dapat berkomunikasi
dengan lancar dan jelas. Anggota tim bebas untuk mengeluarkan ide-idenya. Eksperimen dan kreativitas
selalu digiatkan, anggota lainnya wajib untuk menolong anggota bersangkutan, jika memang ide
tersebut logis dan berguna.

3. Dukungan dan Kepercayaan

Tim efektif sangat dipengaruhi adanya dukungna dan kepercayaan antar seluruh anggota tim dengan
baik. Pemimpin tidak akan dapat menyelesaikan program dan kegiatan sendiri. Dukungan dan
kepercayaan anggota tim sangat diperlukan.

4. Kerjasama, Komunikasi dan Konflik

Tim efektif sangat dipengaruhi adanya kerjasama, komunikasi dan konflik. Komunikasi adalah link antar
sesama anggota kelompok, sehingga keberadaanya sangat penting. Kemampuan menggunakan
komunikasi yang efektif dengan memanfaatkan sarana komunikasi yang ada. Harus mampu membuat
konflik yang tidak merusak keutuhan tim. Konflik yang terjadi dapat diselesaikan dengan jalan
konsensus, bersifat konstruktif, dan menerapkan pendekatan menang-menang (win-win approach).

5. Prosedur kerja dan keputusan yang layak


Tim akan efektif mencapai tujuan, ketika anggota selalu mendukung keputusan serta menjalankan
prosedur dan pengawasan yang dibuat bersama-sama. Dalam tim diperlukan pemahaman peran,
tanggung jawab, dan keterbatasan otoritas masing-masing.

6. Kepemimpinan yang layak

Kepemimpinan diri (personal leadership) adalah yang lebih utama, dibanding menuntut pemimpin
formal yang qualified dalam kelompok. Tim perlu menyediakan pemimpin yang dilandasi prinsip yang
kuat dan mencukupi kebutuhan.

7. Review Kerja dan Program secara Reguler.

Tim yang efektif harus selalu mengevaluasi fungsi dan proses yang sudah dilakukan secara reguler. Tim
efektif mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan dengan baik.

8. Pengembangan Individu.

Tim akan bekerja efektif jika selalu mengelola peningkatan penghargaan individu. Kegiatan tim tidak
hanya fokus pada hasil tetapi juga pada proses dan isi.

9. Hubungan antar kelompok (sosial).

Tim akan efektif jika memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan, baik dengan para
atasan (melobi), dengan tim lain (sosialisasi dan share) serta lingkungan perusahaan (adaptasi). Kurang
kerja sama dengan kelompok lain akan menyebabkan kerja samanya kurang menggairahkan.

10. Ikatan hati secara sinergi.

Tim akan efektif jika sesama anggotanya memiliki ikatan hati dengan baik, bahkan secara sinergi
mempunyai tanggung jawab moral untuk saling menasihati dan mencapai keberhasilan bersama.
Dimasa depan, tim memiliki tumpuan utama pada kredibilitas moral anggotanya.

BAB III

PENUTUP
2.1 Kesimpulan

1. Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuanuntuk memepengaruhi


perilaku orang lain di dalam kerjanya denganmenggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa
pemimpin memilikikekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungandengan
tugas-tugas yang harus dilaksanakan.

2. Tujuan dari kepemimpinan dalam manajemen kualitas adalah untuk meningkatkan output dan
produktivitas, serta secara simultan mampu menciptakan kebangsaan kerja bagi pekerja. Kepemimpinan
dalam manajemen kualitas bukan untuk menemukan dan mencatat kegagalan yang dibuat pekerja serta
kemudian menghukum pekerja itu, tetapi untuk mengidentifikasi dan kemudian menghilangkan
penyebab kegagalan itu, serta membantu pekerja agar mampu mengerjakan pekerjaan secara lebih baik
dengan memperhatikan efektivitas dan efisiensi dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Kepemimpinan
yang efektif menurut konsep manajemen kualitas adalah kepemimpinan yang sensitive atau peka
terhadap perubahan dan melakukan pekerjaannya secara terfokus.

3. Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mengoordinasi
kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki tiga komponen. Pertama, dibutuhkan dua orang
atau lebih. Kedua, orang – orang dalam sebuah tim memiliki interaksi regular. Ketiga, orang – orang
dalam sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama.

4. Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan mengambil bagian dalam sebuah
aktivitas. Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas dapat mengandung pengertian ikut serta tanpa ikut
menentukan bagaimana pelaksanaan aktivitas tersebut tetapi dapat juga berarti ikut serta dalam
menentukan jalannya aktivitas tersebut, dalam artian ikut menentukan perencanaan dan pelaksanaan
aktivitas tersebut.

6. Kerja sama tim dan partisipasi karyawan yaitu ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut sekaligus
terlibat dalam pengambilan keputusan merupakan kemampuan yang harus terus diasah dan masih
terdapat ruang untuk perbaikan. Tidak ada artinya karyawan berkemampuan tinggi tetapi tidak bisa
bekerja sama dalam tim dan terlibat aktif dalam berpartisipasi di kegiatan organisasi.

2.2 Saran

1. Hendaknya para pemimpin, dalam melaksanakan aktivitasnya kepemimpinannya dalam


mempengaruhipara bawahannya berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.

2. Dalam membuat suatu rencana hendaknya para pemimpin memahami keadaan atau kemampuan
yang dimiliki oleh para bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan
kemampuannya masing-masing.

3. Pemimpin hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.


4. Dalam melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin menjalin suatu hubungan
kerjsama yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan organisasi atau instansi.

5. Dalam sebuah tim kerja hendaknya saling menjalin dan menjaga hubungan yang baik guna
tercapainya tujuan yang ingin dicapai.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/392555971/Kepemimpinan-Kualitas-Manajemen-Mutu-Terpadu-docx

https://m.merdeka.com/sumut/7-macam-gaya-kepemimpinan-dan-cara-menemukan-yang-cocok-bagi-
anda-kln.html

https://widiastutidyah.wordpress.com/2011/01/21/makalah-kerjasama-tim-dan-partisipasi-dalam-
meningkatkan-kinerja-karyawan/

http://sukardihs.wordpress.com/2008/08/06/kerja-sama-tim-dalam-organisasi/

Anda mungkin juga menyukai