SEKOLAHN SEHAT
TAHUN 2022
UPTD SATUAN PENDIDIKAN
SDN 2 SRIKATON
DISUSUN OLEH:
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maga Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Program Penguatan Pendidikan Karakter ( PPK ) ini dapat kami susun
dan selesaikan sebagai pedoman bagi guru untuk melaksanakan program PPK di UPTD Satuan
Pendidikan SD Negeri 2 SRIKATON .
Program PPK ini kami susun dengan melibatkan guru, komite sekolah dan stakeholder di
UPTD Satuan Pendidikan SD Negeri 2 SRIKATON sehingga dapat memperkaya dan
memperlancar penyusunan program ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan program PPK ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa Program PPK ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik, saran dan masukan yang dapat kami
gunakan untuk menyempurnakan pogram ini.
Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa selalu mencurahkan rahmat, bimbingan dan
petunjuk- Nya kepada kita. Amiin
SRIYAMI, S.Pd.SD
NIP. 197204141993082002
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………
Kata Pengantar ii
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
Daftar Isi iii
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
BAB I Pendahuluan 1
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………..
A. Latar belakang 1
…………………………………………………………………………………
……………………………………………
B. Dasar hokum 2
…………………………………………………………………………………
………………………………………………
C. Tujuan 2
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………
D. Sasaran 3
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
iii
……………………………………
G. Perancangan 9
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………
H. Implementasi 9
…………………………………………………………………………………
………………………………………………
I. Penilaian program PPK 10
…………………………………………………………………………………
……………………………
J. Metode penilaian 11
…………………………………………………………………………………
…………………………………………
K. Penilaian PPK 11
…………………………………………………………………………………
………………………………………………
L. Monitoring dan Evaluasi 11
…………………………………………………………………………………
……………………………
M. Tindaklanjut 12
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………
BAB Penutup 13
III ……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerakan Nasional Pendidikan Karakter yang secara intensif telah dimulai sejak tahun
2010 sudah melahirkan sekolah-sekolah rintisan yang mampu melaksanakan pembentukan
karakter secara kontekstual sesuai dengan potensi lingkungan setempat. Penguatan Pendidikan
Karakter di sekolah diharapkan dapat memperkuat bakat, potensi dan talenta seluruh peserta
didik. Lebih dari itu, pendidikan kita sesungguhnya melewatkan atau mengabaikan beberapa
dimensi penting dalam pendidikan, yaitu olah raga (kinestetik), olah rasa (seni) dan olah hati
(etik dan spiritual) (Muhajir Effendy, 2016). Apa yang selama ini kita lakukan baru sebatas olah
pikir yang menumbuhkan kecerdasan akademis. Olah pikir ini pun belum mendalam sampai
kepada pengembangan berpikir tingkat tinggi, melainkan baru pada pengembangan olah pikir
tingkat rendah. Persoalan ini perlu diatasi dengan sinergi berkelanjutan antara pemerintah,
sekolah, orang tua, dan masyarakat melalui penguatan pendidikan karakter untuk mewujudkan
Indonesia yang bermartabat, berbudaya, dan berkarakter.
1
peserta didik. Karakter sikap spiritual dan sikap sosial juga termasuk dalam materi yang harus
diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter pada dasarnya dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi
menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari
di masyarakat.
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan
sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan,
dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai.
Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum,
pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya.
Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam
pendidikan karakter di sekolah.
B. Dasar Hukum
C. Tujuan
D. Sasaran
Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh warga sekolah ( siswa, pendidik kepala
sekolah dan tenaga kependidikan ) terutama siswa. Melalui program ini diharapkan siswa
memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kompetensi
akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma
dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan
menjadi budaya sekolah.
BAB II
1. Religius
Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama
dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan
kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan
kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa, menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan
budaya bangsa,rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga
lingkungan,taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan agama.
3. Mandiri
4
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang
lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan,
mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang,
profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
4. Gotong Royong
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas
keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolongmenolong, solidaritas, empati, anti
diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
5. Integritas
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral,
anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu
(terutama penyandang disabilitas).
Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri dan berkembang sendiri- sendiri
melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan
membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan karakter dimulai,
individu dan sekolah pertlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya baik secara
kontekstual maupun universal.
5
Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal yang prinsip-
prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu dari berbagai macam latar belakang
agama, keyakinan, kepercayaan, sosial, dan budaya.
Prinsip 2 – Holistik
Prinsip 3 – Terintegrasi
Prinsip 4 – Partisipatif
Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal nusantara yang
demikian beragam dan majemuk agar kontekstual dan membumi. Gerakan PPK harus
bisa mengembangkan dan memperkuat kearifan lokal nusantara agar dapat berkembang
dan berdaulat sehingga dapat memberi indentitas dan jati diri peserta didik sebagai
bangsa Indonesia.
6
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan, non-
diskriminasi, non-sektarian, menghargai kebinekaan dan perbedaan (inklusif), dan
menjunjung harkat dan martabat manusia.
Prinsip 9 – Terukur
1. Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di dalam struktur kurikulum dan
mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) melalui kegiatan intrakurikuler dan
kokurikuler. Sebagai kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Nilai-nilai utama PPK
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran sesuai topik utama nilai PPK yang akan
dikembangkan/dikuatkan pada sesi pembelajaran tersebut dan sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran masing- masing.
7
2. Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ditetapkan oleh
satuan pendidikan. Pada kegiatan ekstrakurikuler, satuan pendidikan melakukan
penguatan kembali nilai-nilai karakter melalui berbagai kegiatan. Kegiatan ekskul
dapat dilakukan melalui kolaborasi dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang
relevan, seperti PMI, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perdagangan, museum,
rumah budaya, dan lain- lain, sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas satuan
pendidikan.
3. Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses kegiatan rutin,
spontan, pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah. Kegiatan-kegiatan dilakukan
di luar jam pembelajaran untuk memperkuat pembentukan karakter sesuai dengan
situasi, kondisi, ketersediaan sarana dan prasarana di setiap satuan pendidikan.
Selain struktur dalam kurikulum, gerakan PPK juga memiliki struktur pendukung lain
yang terdiri atas:
a) Ekosistem dan budaya sekolah; mewujudkan tata kelola yang sehat, hubungan
antarwarga sekolah yang harmonis dan saling menghargai, lingkungan sekolah yang
bersih, ramah, sehat, aman, dan damai.
b) Pendidikan keluarga dan masyarakat; menjalin keselarasan antara pendidikan di
sekolah, lingkungan keluarga, dan masyarakat.
E. Struktur Kegiatan
Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada dan
mantap dimiliki oleh sekolah, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah,
dan masyarakat/ komunitas (Albertus, 2015).
8
d) Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap potensi siswa
melalui kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
e) Memberdayakan manajemen dan tata kelola sekolah
f) Mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah.
G. Perancangan
Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap penyusunan rancangan antara lain:
H. Implementasi
3. Asas manfaat
Penilaian bertujuan agar sekolah memperoleh manfaat bagi perbaikan selanjutnya.
Proses penilaian dilaksanakan untuk menilai keterlaksanaan dan kebermanfaatan
PPK, bukan untuk mencari kesalahan. Indikator - indikator penilaian di dalam rubrik
bermanfaat untuk melakukan evaluasi bagi pengembangan program PPK di masa
depan.
4. Jujur dan Objektif
Penilaian dilakukan secara jujur objektif sesuai dengan apa yang terjadi dan
melaporkan hasil temuannya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Penilaian PPK
mengutamakan kejujuran sekolah dalam menilai karena pendidikan karakter lebih
menekankan kemampuan lembaga mengevaluasi diri tanpa perlu pengawasan dari
pihak luar. Kemandirian, objektivitas, dan kejujuran dalam menilai PPK adalah
bagian dari revolusi mental itu sendiri.
J. Metode Penilaian
Cara melakukan penilaian PPK adalah melalui observasi (pengamatan langsung) untuk
mengumpulkan data, baik data-data administratif maupun catatan-catatan pendukung untuk
menilai sebuah kegiatan. Observasi bisa dilakukan secara individual, bila instansi yang menilai
adalah individu di luar sekolah, seperti pengawas, atau dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
10
Bila sekolah yang melakukan evaluasi diri, sekolah bisa mempergunakan masukan data-data
observasi dari anggota komunitas sekolah (guru, siswa, dan lain-lain) untuk menjustifikasi
indikator keberhasilan sesuai dengan rubrik.
Observasi yang dilakukan meliputi observasi lingkungan fisik sekolah, lingkungan sosial
sekolah, budaya, dan karakter sekolah. Unsur-unsur tersebut dapat diamati pada sarana dan
prasarana sekolah, proses belajar-mengajar di kelas, berbagai macam dokumentasi pembelajaran
(program tahunan, RPP, dan lain-lain), kegiatan kokurikuler, ekstrakurikuler, dan kegiatan
setelah pembelajaran formal di lingkungan sekolah dan komunitas. Penilai juga dapat melihat
dokumen-dokumen lain sekolah yang mendukung penilaian pada lembar observasi.
K. Penilai PPK
Penilai PPK adalah pihak sekolah yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan
pendidikan. Untuk menjaga objektivitas, penilaian keberhasilan PPK dilakukan minimal dengan
melibatkan tiga pemangku kepentingan utama pendidikan, yaitu sekolah, komite
sekolah/orangtua, dan pengawas. Perwakilan komunitas atau dinas bisa juga dilibatkan untuk
membuat evaluasi PPK bila dibutuhkan.
Kepala sekolah, komite sekolah, orang tua, dan pengawas melakukan evaluasi Penguatan
Pendidikan Karakter dengan cara menilai keberhasilan PPK mempergunakan informasi dari
rubrikasipenilaian sebagai alat untuk membantu justifikasi indikator PPK.
M. Tindak Lanjut
11
Hasil monitoring dan evaluasi dari implementasi program pembinaan pendidikan karakter
digunakan sebagai acuan untuk menyempurnakan program, mencakup penyempurnaan
rancangan, mekanisme pelaksanaan, dukungan fasilitas, sumber daya manusia, dan manajemen
sekolah yang terkait dengan implementasi program.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
(literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara
sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi
Mental (GNRM). Ada lima nilai utama karakter yang perlu dikembangkan sebagai prioritas
Gerakan PPK yaitu ; Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong royong, dan Integritas.
Sriyami, S.Pd.SD
NIP. 197204141993082002
13