Anda di halaman 1dari 79

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT PRIMAYA BETANG PAMBELUM

NOMOR : 034/SK/DIR/PT.FGM-PRMBP/VI/2022

TENTANG

KEBIJAKAN PEDOMAN PELAYANAN GIZI

RUMAH SAKIT PRIMAYA BETANG PAMBELUM

DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMAYA HOSPITAL BETANG PAMBELUM

Menimbang : Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Primaya
Betang Pambelum, maka diperlukan penyelenggaraan gizi yang bermutu
tinggi;

Bahwa agar pelayanan gizi di Rumah Sakit Primaya Betang Pambelum


dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Kebijakan Direktur Rumah Sakit
Primaya Betang Pambelum sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan gizi di Rumah Sakit Primaya Betang Pambelum ;
Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b,
perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Primaya Betang
Pambelum.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1333
tahun 1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
3. Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Tahun 2013

1
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

PERTAMA : Keputusan Direktur Rumah Sakit Primaya Betang Pambelum


tentang Kebijakan Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Primaya
Betang Pambelum.

KEDUA : Kebijakan Pelayanan Gizi Rumah Sakit Primaya Betang Pambelum,


sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dengan
ketentuan bahwa segala sesuatunya akan diubah dan diperbaiki
kembali sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini dan akan dievaluasi setiap 3
(Tiga) tahun.

Ditetapkan di Palangka Raya


Pada tanggal 16 Juni 2022

DIREKTUR RUMAH SAKIT


PRIMAYA BETANG PAMBELUM

dr. Kristiawan Basuki Rahmat, M.Kes

2
Lampiran
Keputusan Direktur Rumah Sakit Primaya
Betang Pambelum Palangka Raya
Nomor : 034/SK/DIR/PT.FGM-PRMBP/VI/2022
Tanggal : 16 Juni 2022

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada
bebagai aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi
agar mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor
penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu
negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup
dan tingkat pendidikan, karena tingkat pendidikan yang tinggi dapat dicapai oleh
orang yang sehat dan berstatus gizi baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan
gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya
perbaikan gizi dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang karena
suatu hal mereka harus tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya rumah
sakit.
Oleh karena itu pelayanan gizi di rumah sakit yang merupakan hak setiap
orang, memerlukan adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang
bermutu. Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu
mempercepat proses penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek lama
hari rawat sehingga dapat menghemat biaya pengobatan. Keuntungan lain jika
pasien cepat sembuh adalah mereka dapat segera kembali mencari nafkah untuk
diri dan keluarganya. Hal ini sejalan dengan perkembangan iptek dibidang

1
kesehatan, dimana telah berkembang terapi gizi medis yang merupakan kesatuan
dari asuhan medis, asuhan keperawatan dan asuhan gizi.
Pedoman pelayanan gizi rumah sakit yang dituangkan kedalam tulisan ini
adalah merupakan buku Pedoman Unit Gizi Rumah Sakit Primaya Hospital
Betang Pambelum (PHBP) yang sejalan dengan dilaksanakannya program
akreditasi pelayanan gizi di rumah sakit. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi
pegangan atau acuan bagi rumah sakit untuk melaksanakan kegiatan pelayanan
gizi sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
B. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi rumah sakit meliputi :
1. Pelayanan gizi rawat inap.
2. Pelayanan gizi rawat jalan
3. Penyelenggaraan makanan
C. Batasan Operasional
a. Pelayanan Gizi adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di
institusi kesehatan (rumah sakit), puskesmas dan institusi kesehatan lain
untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka meningkatkan
kesehatan pasien.
b. Tim Asuhan Gizi adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait dengan
pelayanan gizi terdiri dari dokter atau dokter spesialis, nutritionis atau
dietisien dan perawat dari setiap unit pelayanan bertugas menyelenggarakan
asuhan gizi (nutrition care) untuk mencapai pelayanan paripurna yang
bermutu.
c. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien untuk
penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling
baik sebelum dan sesuadh perawatan.
d. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir atau terstruktur
yang memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan
asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

2
e. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian
aktivitas yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai
pemberian pelayanan untuk memenuhi kebutuhan gizi.
f. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip keilmuan
makanan, gizi, sosial, bisnis dan keilmuan dasar untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal secara individual, melalui
pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di
berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
g. Gizi klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan
bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan
dikeluarkan dari tubuh.
h. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua
arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku
sehingga membantu pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi,
dilaksanakan oleh nutrisionis atau dietisien.
i. Rujukan Gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi rumah sakit yang
memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan
masalah gizi baik secara vertikal maupun horizontal.
j. Standar Profesi Tenaga Gizi adalah batasan kemampuan minimal yang harus
dimiliki atau dikuasai oleh tenaga gizi untuk dapat melaksanakan pekerjaan
dan praktik pelayanan gizi secara profesional yang diatur oleh organisasi
profesi.

D. Landasan Hukum

Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di


rumah sakit diperlukan peraturan perundangan-undangan pendukung (legal aspect).
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Undang- Undang Republik Indonesia Nomer 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3
2. Undang- Undang Republik Indonesia Nomer 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negera RI tahun 1992 nomer 100, Tambahan Lembaran Negera RI
3495).
3. Undang-undang Republik Indonesia nomer 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (lembaran Negara RI tahun 2004 nomer 116, Tambahan lembaran
Negara Republik Indonesia nomer 4431).
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia nomer 40 tahun 2001 tentang Pedoman
Kelembagaan dan Pengolahan Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 159b/Menkes/
SK/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer
1575/Menkes/per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata kerja Departemen
Kesehatan.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1333/Menkes/SK/XII/1999 Standar Pelayanan Rumah Sakit.
8. Keputusan Meteri Kesehatan Republik Indonesia nomer 1096/Menkes/Per
VI/2011 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga.
9. Keputusan Menkes Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2007 tentang
persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
10. Keputusan Menkes Republik Indonesia No 81/Menkes/SK/I/2004 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di tingkat
Provinsi Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit.

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit dalam
standar akreditasi. Semakin baik pelayanan gizi yang diberikan oleh rumah sakit,
maka semakin baik pula standar akreditasi rumah sakit tersebut. Hal ini dapat
terlaksana bila tersedia tenaga gizi yang profesional dalam memberikan pelayanan
gizi.

Profesionalisme tenaga gizi dalam memberikan pelayanan gizi diatur


berdasarkan Permenkes No.2 tahun 2013, tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan
Praktek Tenaga Gizi. Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit, dibutuhkan
juga tenaga pendukung selain tenaga gizi yaitu tenaga jasa boga, pramusaji, tenaga
logistik dan tenaga administrasi. Untuk menghasilkan mutu pelayanan gizi yang baik
dan aman di rumah sakit, maka dalam penentuan kebutuhan tenaga harus
mempertimbangkan kompetensi yang disesuaikan dengan jenis pelayanan, tugas,
fungsi, wewenang dan tanggung jawabnya.

Tenaga gizi dalam pelayanan gizi rumah sakit adalah profesi gizi yang terdiri
dari Registered Dietitian (RD) dan Technical Registered Dietitian (TRD). RD
bertanggungjawab terhadap pelayanan asuhan gizi, pelayanan makanan dan dietetik,
sementara TRD bertanggungjawab membantu RD dalam melakukan pelayanan
tersebut sesuai dengan kompetensinya.

Kualifikasi tenaga yang dibutuhkan untuk pelayanan gizi di Rumah Sakit Primaya
Hospital Betang Pambelum adalah:

1. Koordinator Unit Gizi


a. Pengertian :

5
Koordinator Unit Gizi adalah seorang tenaga profesional gizi yang
diberi tanggung jawab untuk mengkoordinir atau mengelola
pelayanan gizi rumah sakit. Koordinator Unit Gizi ditetapkan oleh
pimpinan Rumah Sakit dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan
kepegawaian yang berlaku. Koordinator Unit Gizi bertugas
memimpin penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah sakit dan
bertanggungjawab kepada Direktur Rumah Sakit melalui Divisi
HRGA.
b. Kualifikasi :
1. Lulusan DIII Gizi dan S1 Gizi
2. Sehat jasmani dan rohani
3. Memiliki kemampuan kepemimpinan
4. Jujur, disiplin, dan bertanggung jawab
5. Mempunyai tingkat kesehatan yang prima
2. Ahli Gizi
a. Pengertian :
Seorang tenaga professional yang bertanggung jawab terhadap diet
pasien di rumah sakit sesuai dengan kewenangan klinis dengan
prosedur yang berlaku.
b. Kualifikasi :
1. Lulusan DII-Gizi atau S1 Gizi
2. Sehat jasmani dan rohani
3. Memiliki kemampuan kepemimpinan
4. Jujur, disiplin dan bertanggung jawab
5. Mempunyai tingkat kesehatan yang prima
3. Petugas Gudang
a. Pengertian :
Seorang petugas gizi yang diberi tugas dan bertanggung jawab
melakukan pengadaan bahan makanan di Unit Gizi

6
b. Kualifikasi :
1. Pendidikan minimal SMA / sederajat
2. Pengalaman dibidangnya minimal 1 tahun
3. Keterampilan minimal mengoperasikan komputer
4. Juru Masak
a. Pengertian :
Seorang petugas gizi yang bertugas didalam pengolahan makanan dan
bekerja sama dengan ahli gizi dalam pelayanan makan di Unit Gizi
b. Kualifikasi :
1. Minimal SMK Jurusan Tata Boga
2. Sehat jasmani dan rohani
3. Berpengalaman di bidangnya minimal 1 tahun
4. Jujur, disiplin dan bertanggung jawab
5. Pramusaji
a. Pengertian
Seorang petugas pramusaji yang bertugas melakukan pelayanan
makan di Unit Gizi
b. Kualifikasi :
1. Minimal SMK Jurusan Tata Boga
2. Sehat jasmani dan rohani
3. Berpengalaman di bidangnya minimal 1 tahun
4. Jujur, disiplin dan bertanggung jawab
6. Cleaning Service
a. Pengertian
Seorang petugas kebersihan yang bertugas untuk membersihkan,
memastikan dan menjaga unit Gizi selalu dalam keadaan bersih
b. Kualifikasi :
1. Pendidikan minimal SMP/Sederajat
2. Sehat Jasmani dan rohani
3. Berpengalaman di bidangnya minimal 1 tahun
4. Jujur, disiplin dan bertanggung jawab
7
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi Ketenagaan adalah suatu standar atau pola yang ditetapkan dalam
rangka menghitung kebutuhan jumlah dan kualitas sesuai tingkat pendidikan, fungsi
dan uraian tugas setiap pelaksanaan dibandingkan dengan jumlah tempat tidur (TT)
yang ada dirumah sakit.
Unit Gizi dalam menetapkan kebijakan ketenagaannya perlu suatu perencanaan
sesuai dengan jumlah dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
pelayanan gizi berdasarkan jumlah tenaga yang dibutuhkan. Untuk melakukan
perhitungan tenaga, di unit gizi menggunakan Formulasi Indicator Staffing Need
(ISN), dengan rumus :
Kebutuhan tenaga = Beban kerja dalam 1 tahun x bobot
Kapasitas kerja tenaga / tahun

Tahap-tahap perhitungannya :

1. Menetapkan waktu kerja yang tersedia. Waktu kerja yang tersedia =


365-90 (12 hari cuti,14 hari libur nasional, 12 hari izin, 52 hari
minggu) = 275 hari.
2. Menghitung factor pengurangan waktu kerja masing-masing kategori
tenaga yang ada di unit gizi.
3. Menetapkan Unit kerja sesuai struktur organisasi
4. Menetapkan satuan kerja (Ahli gizi, Juru masak, Pramusaji)
5. Menetapkan rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing
kategori tenaga dalam menyelesaikan beban kerja. Kapasitas kerja per
tahun 275x7 jam kerja = 1925 jam.
6. Menetapkan rata–rata waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing
kategori tenaga dalam menyelesaikan beban kerja
Kapasitas kerja per tahun = 275 x 7 jam kerja =1925 jam
7. Perhitungan kebutuhan tenaga
1. Kebutuhan Ahli Gizi
Ahli Gizi = 3 orang
Rata-rata melayani pasien 20 orang / hari

8
Jarak kantor gizi dan distribusi makanan dekat (bobot = 1)
Beban kerja per tahun = (2 orang x 7 jam x 365 hari) x 1 = 5110
jam
Kebutuhan ahli gizi = Beban kerja per tahun / kapasitas kerja per
tahun = 5110 / 1925 = 2,65 (dibulatkan menjadi 3 orang)
Kekurangan ahli gizi = 0 orang.
2. Kebutuhan Juru Masak
Jumlah juru masak = 3 orang
Rata-rata melayani pasien 20 orang / hari
Jarak produksi dan distribusi makanan dekat (bobot = 1)
Beban kerja per tahun = (2 orang x 7 jam x 365 hari) x 1 = 5110
jam
Kebutuhan juru masak = Beban kerja per tahun / kapasitas kerja
per tahun = 5110 / 1925 = 2,65 (dibulatkan menjadi 3 orang)
Kekurangan juru masak = 0 orang.
3. Kebutuhan Asisten Juru Masak
Jumlah asisten juru masak = 1 orang
Rata-rata melayani pasien 20 orang / hari
Jarak produksi dan distribusi makanan dekat (bobot = 1)
Beban kerja per tahun = (1 orang x 7 jam x 365 hari) x 1 = 2555
jam
Kebutuhan asisten juru masak = Beban kerja per tahun / kapasitas
kerja per tahun = 2555 / 1925 = 1,32 (dibulatkan menjadi 1
orang).
4. Kebutuhan Pramusaji
Jumlah pramusaji = 6 orang
Rata-rata melayani pasien 20 orang / hari
Jarak distribusi makanan ke kamar rawat inap cukup jauh (bobot
= 1)
Beban kerja per tahun = (6 orang x 7 jam x 365 hari) x 1 = 15330
jam
9
Kebutuhan pramusaji = Beban kerja per tahun/kapasitas kerja per
tahun = 15330/1925 = 7.9 (dibulatkan menjadi 8 orang)
Kekurangan pramusaji = 2 orang.

Berdasarkan perhitungan ISN maka jumlah dan jenis tenaga yang


dibutuhkan disajikan dalam tabel 2.1

Tabel 2.1 Jumlah dan Jenis Kualifikasi Tenaga Gizi

Keadaan Tenaga
N Kualifikasi
Satuan Kerja Standa Tersedi Kelebiha Kekuranga
o Tenaga
r a n n
1 Pengawas/ D3 Ahli Gizi/S1 3 3 - -
Ahli Gizi Gizi
2 Juru Masak SMK Tata 3 3 - -
Bohga/Perhotela
n
3 Asisten Juru SMK Tata 1 - - 1
Masak Boga/SMA+
Kursus Masak
4 Pramusaji SMA 8 6 - 2
5 Pengawas SMA/Sederajat 1 - - 1
Gudang
6 Cleaning SMP/Sederajat 1 - - 1
Service
Kebutuhan Total 17 12 0 5
Dengan memenuhi jumlah optimal tenaga RD dan TRD tersebut
diharapkan dapat melaksanakan pelayanan gizi yang baik dan berkualitas
untuk menjamin keamanan pasien. Jika rumah sakit belum memiliki tenaga
gizi sesuai klasifikasi tersebut, dapat memanfaatkan tenaga gizi yang dimiliki
dengan cara bertahap melakukan peningkatan kemampuan dan pembinaan
tenaga tersebut agar memenuhi kualifikasi yang dimaksud.

10
C. Pengaturan Jaga
Pelayanan gizi di Rumah Sakit Primaya Hospital Betang Pambelum beroperasi
selama 24 jam. Agar pelayanan gizi dapat berjalan dengan baik perlu dilakukan
pengaturan jaga yang tepat.Didalam unit gizi pengaturan jaga dibuat berdasarkan
uraiantugas masing-masing profesi meliputi koordinator, ahli gizi (MSPM dan
Klinik), petugas gudang, juru masak/koki, asisten juru masak dan pramusaji.Berikut
ini merupakan pengaturan jaga di Unit Gizi :
1. Koordinator Gizi merupakan karyawan dengan shift normal yang bekerja
selama 8 jam dengan jadwal dinas senin-jumat mulai pukul 08.00 WIB-
16.00 WIB dan hari sabtu mulai pukul 08.00 WIB-13.00 WIB.
2. Ahli Gizi merupakan karyawan dengan jam kerja selama 8 jam, dengan
pembagian Ahli Gizi Klinik 08.00 WIB-1.00 WIB dan Ahli Gizi MSPM
mulai pukul 11.00 WIB-18.00 WIB.
3. Petugas Gudang merupakan karyawan dengan shift normal yang bekerja
selama 8 jam kerja dimulai dari pukul 08.00 WIB-16.00 WIB.
4. Juru Masak merupakan karyawan dengan 3 shift kerja yaitu shift pagi
dimulai pukul 07.00 WIB-16.00 WIB, shift normal dimulai pukul 08.00
WIB-16.00 WIB, Shift Sore dimulai pukul 13.00 WIB – 20.00 WIB.
5. Pramusaji merupakan karyawan dengan 3 shift kerja yaitu shift pagi
dimulai pukul 07.00 WIB – 14.00 WIB, shift siang 14.00 WIB – 21.00
WIB dan shift malam dimulai pukul 21.00 WIB – 07.00 WIB.
6. Cleaning Service merupakan karyawan dengan shift normal yang bekerja
selama 8 jam kerja dimulai dari pukul 07.00 WIB – 16.00 WIB.

11
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan

Gambar 3.1 Denah Ruangan Unit Gizi

B. Standard Fasilitas
Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila
didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan
pelayanan gizi rawat inap, rawat jalan dan penyelenggaraan makanan.
1. Sarana dan Prasarana Penyelenggaraan Makanan
a. Letak tempat penyelenggaraan makanan

12
Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai letak tempat
penyelenggaraan makanan di rumah sakit antara lain :
1) Mudah dicapai dari semua ruang perawatan, agar pelayanan dapat
diberikan dengan baik dan merata untuk semua pasien.\
2) Kebisingan dan keributan di ruang pengolahan tidak mengganggu
ruangan lain disekitarnya.
3) Mudah dicapai kendaraan dari luar, untuk memudahkan
pengiriman bahan makanansehingga perlu mempunyai jalan
langsung dari luar.
4) Tidak dekat dengan pembuangan sampah, kamar jenazah, ruang
cuci laundry dan lingkungan yang kurang memenuhi syarat
kesehatan.
5) Mendapat udara dan sinar yang cukup.
b. Konstruksi
Beberapa persyaratan mengenai konstruksi tempat pengolahan
makanan:
1) Lantai: harus kuat, mudah dibersihkan, tidak
membahayakan/tidak licin, tidak menyerap air, tahan terhadap
asam dan tidak memberikan suara keras. Bahan yang digunakan
adalah teraso tegel.
2) Dinding: harus halus, mudah dibersihkan, dapat memantulkan
cahaya yang cukup bagi ruangan, tahan terhadap cairan, semua
kabel dan pipa dalam keadaan terbungkus atau tertanam pada
dinding.
3) Langit-langit: bertutup, jarak antara langit-langit dan lantai cukup
tinggi agar udara panas dapat bersirkulasi dengan baik.
4) Penerangan dan ventilasi: harus cukup, baik penerangan langsung
maupun penerangan listrik yang berkekuatan minimal 200 lux.
Ventilasi cukup untuk mengeluarkan asap, bau makanan, bau uap
lemak, bau air dan panas, digunakan “exhause fan” pada tempat-
tempat tertentu. Ventilasi mengatur pergantian udara sehingga
13
udara tidak terasa panas, tidak terjadi kondensasi uap air atau
lemak pada lantai, dinding dan langit-langit.
c. Alur Kerja
Alur kerja yang dimaksud adalah urut-urutan kegiatan kerja dalam
memproses bahan makanan menjadi hidangan, meliputi kegiatan dari
penerimaan bahan makanan, persiapan, pemasukan,
pemorsian/distribusi makanan.yang selalu diperhatikan adalah:
1) Pekerjaan sedapat mungkin dilakukan searah atau satu jurusan
2) Pekerjaan dapat lancar sehingga energi dan waktu dapat dihemat
3) Bahan makanan tidak dibiarkan lama sebelum diproses
4) Jarak yang ditempuh pekerja sependek mungkin dan tidak bolak
balik
5) Ruang dan alat dapat dipakai seefektif mungkin
6) Biaya produksi dapat ditekan
Setiap orang memerlukan ruang kerja seluas 2 m2 untuk dapat
bekerja dengan baik.

14
Gambar 2. Alur Kerja Penyelenggaraan Makanan

Penerimaan dan
Perencanaan Pengadaan Bahan Penyimpanaaan bahan
Menu (1) Makanan (2) Makanan (3)

Persiapan dan
Penyajian Distribusi Pengolahan
Makanan (6) Makanan (5) Makanan (4)

Pelayanan
Makanan pasien
(7)

Berdasarkan arus kerja, maka macam peralatan yang dibutuhkan


sesuai alur penyelenggaraan adalah :

a. Ruang Penerimaan Bahan Makanan


Ruang ini digunakan untuk memeriksa jenis, kualitas dan kualitas
bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan dan spesifikasi
yang telah ditetapkan dalam perjanjian jual beli dengan pihak
supplier. Tempat penerimaan bahan mudah dijangkau oleh
transportasi yang digunakan oleh leveransir dan terletak dekat dengan
ruang penyimpanan serta persiapan bahan makanan. Peralatan yang
dibutuhkan: timbangan 1-50 kg, rak bahan makanan, pallet, trolley
angkut, termometer, plastik, formulir penerimaan bahan makanan,
alat-alat kecil seperti pembuka botol, pisau, dan sebagainya.

15
b. Ruang Penyimpanan Bahan Makanan
Ruang penyimpanan atau gudang bahan makanan di unit gizi
terbagi menjadi dua, yaitu gudang kering dan gudang basah. Gudang
kering terdiri darirak-rak bertingkat dan dilengkapi pendingin
ruangan agar bahan makanan dapat bertahan lama. Gudang basah
terdiri dari chiller, coller dan freezer. untuk menyimpan bahan
makanan mentah dan setengah matang yang akan diolah. Jumlah
bahan makan yang dipesan adalah untuk pemakaian bahan makanan
basah setiap hari dan bahan makanan kering setiap 2 minggu
sekali.Peralatan yang dibutuhkan :timbangan 1-50 kg, rak bahan
makanan, formulir monitoring suhu, lemari es/chiller, freezer, tempat
bahan makanan dari plastik atau stainless steel, dan sebagainya.

c. Ruang Persiapan dan Pengolahan Bahan Makanan


Ruang persiapan merupakan tempat untuk mempersiapkan bahan
makanan dan bumbu meliputi kegiatan membersihkan, mencuci,
mengupas, menumbuk, menggiling, memotong, mengiris, dan lain
lain sebelum makanan dimasak. Ruangan ini menjadi satu dengan
ruangan pengolahan bahan makanan. Peralatan yang dibutuhkan
:meja kerja dari stainless steel, pengiling daging, pisau, blender,
mixer, timbangan 1-5 kg, talenan, bak cuci, dan sebagainya.

d. Ruang Pengolahan
Ruang pengolahan makanan merupakan tempat pengolahan
makanan utama, untuk pasien rawat inap. Di dalam ruang pengolahan
unti gizi telah dilengkapi dengan exhaust dan blower. Makanan yang
diolah telah dibagi sesuai dengan jenis diet pasien dan ditempatkan
dalam wadah tertutup sehingga bebas dari kontaminasi benda
asing.Peralatan yang dibutuhkan :kompor, oven, mixer, blender,
toaster, meja kerja dari stainless steel, dan sebagainya.

16
e. Ruang Penyajian
Ruang penyajian digunakan untuk menyajikan makanan pasien
kedalam piring-piring saji yang telah disesuaikan dengan diet pasien.
Kemudian makanan tersebut akan dimasukkan kedalam food warmer
untuk didistribusikan kepada pasien, ruang penyajian terletak
berdekatan dengan ruang pengolahan makanan.Peralatan yang
dibutuhkan: rak alat, meja penyajian stainlees steel, piring saji, troli
distribusi makanan, food warmer, tempat sampah, dan sebagainya.

f. Ruang Pencucian dan Penyimpanan Alat Masak dan Alat


Makan.
Ruang pencucian dan penyimpanan alat masak dan alat makan di
unit gizi terletak ditempat khusus yang dilengkapi dengan sarana air
panas. Tempat pencuicn peralatan makan pasien terpisah dengan
tempat pencucian bahan makanan dan pencucian peralatan masak.
Tempat pencucian peralatan telah di lengkapi dengan :
1. Rak dan penyimpanan sementara yang bersih
2. Mesin pencuci (dishwasher) untuk pencucian alat makan
3. Alat penyaring untuk mengatasi sumbatan dan vektor
4. Air mengalir dengan jumah dan tekanan yang cukup
5. Sabun dan lap pengering yang bersih
6. Tempat sampah
7. Lemari B3

g. Dapur Susu

Dapur susu digunakan untuk menyimpan dan menyiapkan


formula enteral untuk pasien. Peralatan yang
dibutuhkan :meja kerja dari stainless steel, tempat sampah,
pencuci botol, bak cuci, sterilisator, water heater, lemari
es, dan lain sebagainya.

17
h. Ruang administrasi
Ruang administrasi digunakan sebagai ruang pengawas. Letak
harus cukup baik sehingga ahli gizi dapat mengawasi semua kegiatan
didapur. Alat yang tersedia : meja kerja, lemari buku, komputer,
ATK, perlengkapan konsultasi gizi (leaflet, food model, buku-buku)
dan sebagainya.

18
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

1. Ketentuan Umum
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan
dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan
status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh
pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit
dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi
klien/pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya.
Pengaruh tersebut bisa berjalan timbal balik, seperti lingkaran setan.
Hal tersebut diakibatkan karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi
tubuh untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan
lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi.
Disamping itu masalah gizi lebih dan obesitas yang erat hubungannya
dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung
koroner dan darah tinggi, penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis
untuk membantu penyembuhannya.
Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama
penyembuhan tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi
kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi
gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ
selama proses penyembuhan. Dengan kata lain, pemberian diet pasien
harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis
dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat
jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di
dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab
tenaga kesehatan, terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi.
Kegiatan terapi gizi yang baik juga harus didukung oleh sistem
penyelenggaraan makanan yang sistematis dan termonitoring oleh pihak
19
Unit Gizi PHBP mulai dari kegiatan perencanaan menu hingga kegiatan
pendistribusian makanan pada klien baik pasien maupun non pasien.

2. Mekanisme Pelayanan Gizi

Gambar 4.1 Mekanisme Pelayanan Gizi

20
3. Asuhan Gizi
1. Pengertian
Asuhan Gizi merupakan serangkaian kegiatan yang
terorganisir/terstruktur yang memungkinkan untuk identifikasi
kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Asuhan gizi yang aman, efektif, dan berkualitas tinggi
diwujudkan dengan proses terstandar yang disebut Proses Asuhan
Gizi Terstandar (PAGT). PAGT ini menjadi sebuah metode
pemecahan masalah sistematis dalam menangani problem gizi dengan
menggunakan struktur dan kerangka kerja yang konsisten sehingga
setiap pasien bermasalah gizi akan mendapatkan 4 (empat) langkah
proses asuhan gizi yaitu: asesmen, diagnosis, intervensi, serta
monitoring dan evaluasi gizi.
2. Tujuan
Tujuan pemberian asuhan gizi adalah untuk mengembalikan kepada
status gizi baik dengan mengintervensi beberapa faktor penyebab baik
pada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. PAGT
dilaksanakan pada pasien dengan risiko masalah gizi yang dapat
diketahui dari proses skrining gizi dan rujukan yang dilakukan oleh
perawat. Keberhasilan PAGT ditentukan oleh efektivitas intervensi
gizi melalui edukasi dan konseling gizi yang efektif, pemberian
dietetik yang sesuai dan kolaborasi dengan profesi lain.
3. Pelaksanaan Asuhan Gizi di Rumah Sakit
1) Tim Asuhan Gizi
Tim Asuhan Gizi merupakan team fungsional yang
mengkoordinasikan penyelenggaraan asuhan gizi mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Tim
ini dipimpin oleh seorang dokter dengan anggota yang
terdiri dari dietisien, perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
Tim Asuhan Gizi bertugas menyelenggarakan pelayanan
gizi paripurna kepada pasien/klien, terutama yang
21
membutuhkan terapi gizi, termasuk pelayan gizi pada pasien
rawat jalan.
2) Peran Anggota tim asuhan gizi
a. Dokter
1) Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait
dengan keadaan klinis diagnosa masalah gizi
klien/pasien.
2) Menentukan diet klien/pasien bersama dietisien
3) Memberikan penjelasan kepada klien/pasien dan
keluarganya tentang peranan terapi diet
4) Merujuk klien/pasien untuk konseling terapi gizi
5) Melakukan pemantauan dan evaluasi berkala
bersama anggota tim selama klien/pasien dalam
masa perawatan
b. Ahli Gizi/ Dietesien
1) Mengkaji status gizi klien/pasien berdasarkan data
yang ada di rekam medis
2) Melakukan anamnesis riwayat diet klien/pasien
3) Menerjemahkan rencana diet ke dalam bentuk
makanan yang disesuaikan dengan kebiasaan
makanan serta keperluan terapi.
4) Memberikan saran kepada dokter berdasarkan hasil
pemantauan/evaluasi terapi gizi.
5) Memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan
gizi kepada klien/pasien, bersama dengan perawat
ruangan.
6) Memberikan edukasi, motivasi dan konseling gizi
kepada klien/pasien dan keluargannya.
7) Melakukan kunjungan baik sendiri maupun bersama
dengan tim asuhan Gizi kepada klien/pasien.

22
8) Mengevaluasi status gizi klien/pasien secara
berkala, asupan makanan, dan bila perlu melakukan
perubahan diet pasien berdasarkan hasil diskusi
dengan Tim Asuhan Gizi.
9) Mengkomunikasikan hasil terapi gizi kepada semua
anggota Tim asuhan Gizi.
10) Berpartisipasi aktif dalam pertemuan/diskusi dengan
dokter, perawat, anggota tim asuhan gizi lain,
klien/pasien dan keluargannya dalam rangka
evaluasi keberhasilan pelayanan gizi.
11) Menentukan rencana diet awal/sementara bilamana
belum ada penentuan diet dari dokter.
12) Melakukan pemantauan interaksi obat dan makanan
bersama dengan Tim Asuhan Gizi lainnya
c. Perawat
1) Melakukan kerjasama dengan dokter dan dietisien
dalam memberikan pelayanan gizi kepada
pasien/klien.
2) Membantu klien/pasien pada waktu makan
3) Melakukan pengukuran antropometri untuk
menentukan dan mengevaluasi status gizi
klien/pasien.
4) Bersama dengan dietisien memantau masalah-
masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada
klien/pasien.
5) Melakukan pemantauan, mencatat dan melaporkan
asupan makanan dan respons klinis klien/pasien
terhadap diet yang diberikan.

23
4. Pelayanan Pasien Rawat Jalan
Dalam pelayanan gizi rumah sakit, asuhan gizi dapat dilaksanakan
kepada pasien rawat jalan dan rawat inap. Asuhan gizi yang
diberikan oleh Rumah Sakit Primaya Hospital Betang Pambelum
Palangka Raya melalui Unit Gizi berupa pengkajian status gizi,
pemberian terapi nutrisi, pemberian edukasi gizi, serta monitoring
dan evaluasi terhadap gizi yang diberikan.

Gambar 4.2 Alur dan Proses Asuhan gizi Pada Pasien Rawat Jalan

5. Asuhan Gizi Rawat Jalan Poliklinik Gizi


Serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari pengkajian gizi, perencanaan diet,
pelaksanaan konseling diet hingga evaluasi rencana diet kepada
klien/pasien rawat jalan. Kegiatan asuhan gizi rawat jalan dilakukan
oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik di ruang poliklinik. Tujuan
memberikan pelayanan gizi kepada klien/pasien rawat jalan agar
memperoleh asupan makanan yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian
kegiatan yang meliputi :

24
1. Pengkajian Status Gizi
2. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan
penyakitnya.
3. Penentuan macam atau jenis diet sesuai dengan status gizi dan
penyakitnya serta secara pemberian makanan.
4. Konseling Gizi.
5. Pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut terapi gizi
(kunjungan ulang pasien).
1. Pengkajian Status Gizi
1) Antropometri
Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada setiap
klien/pasien dilakukan pengukuran antropometri Tinggi Badan
(TB)/panjang Badan (PB) dan berat badan (BB). Pada kondisi
tinggi badan klien/pasien tidak dapat diukur, dapat dilakukan
pengukuran rentang lengan atau separuh rentang lengan atau
tinggi lutut. Pengukuran antropometri lain seperti lingkar lengan
atas (LILA), skin fold thickness, Lingkar Kepala, Lingkar dada,
RLPP (Rasio Pinggang Panggul) dapat dilakukan sesuai
kebutuhan.

2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk
menentukan hubungan sebab akibat antara status gizi dengan
kesehatan, serta menentukan terapi obat dan diet. Pemeriksaan
fisik meliputi: tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat kurus, pucat
atau bengkak) atau gizi lebih (gemuk atau sangat gemuk/obesitas);
sistem kardiovaskuler; sistem pernafasan, sistem gastrointestinal;
sistem metabolik/endokrin dan sistem neurologik/psikiatrik.

25
3) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit
serta menegakkan masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaan ini
dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan
memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Pemeriksaan laboratorium
yang perlu dilakukan antara lain :
- pemeriksaan darah (Hb, kolestrol total, HDL, LDL, gula
darah, ureum, creatine, asam urat, trigliserida dll).
- Urine (glukosa, kadar gula, albumin dll)
- Feces

4) Riwayat Gizi
Ada dua anamnesis riwayat gizi pasien yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif. Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan
untuk memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari
berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan.
Analisis secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan
gambaran asupan zat gizi sehari, dengan cara recall 24 jam, yang
diukur dengan menggunakan food model. Analisis asupan gizi
menggunakan “Daftar Penukaran Bahan Makanan”. Semua data
gizi (riwayat gizi, antropometri, klinis, biokimia, dan
laboratorium) yang dapat dicatat pada formulir asuhan gizi dan
selanjutnya sebagai hasil kajian untuk digunakan dalam penentuan
rencana diet.

26
5) Penentuan Kebutuhan Gizi
Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada klien/pasien atas
dasar status gizi, pemeriksaan klinis, data laboratorium. Selain itu
perlu juga memperhatikan kebutuhan untuk pengganti zat gizi,
kebutuhan untuk pemulihan jaringan atau organ yang sedang
sakit.

6) Penentuan Jenis Diet


Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit yang diderita
serta kemampuan pasien untuk menerima makanan dengan
memperhatikan: Prinsip Menu Seimbang (energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, air dan serat) dan kebiasaan
makanan/pola makan.

7) Konseling Gizi
Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu
dibuat rencana konseling yang mencakup: penetapan tujuan,
sasaran, strategi, materi, metode, penilaian dan tindak lanjut.
Tujuan konseling gizi adalah membuat perubahan pengetahuan,
sikap dan perilaku makan, serta pola makan sesuai dengan
kebutuhan untuk melaksanakan rencana diet tersebut.

8) Evaluasi dan Tindak Lanjut


Evaluasi terhadap pelayanan asuhan gizi rawat jalan dapat
diperoleh melalui kunjungan ulang pasien ke Poli Gizi. Evaluasi
tersebut mencakup:
1. Rencana diet yang diberikan dan kepatuhan menjalankan
rencana diet diatas.
2. Klinis dan hasil laboratorium
3. Status Gizi.

27
Tindak lanjut yang dibutuhkan tergantung hasil evaluasi
pelayanan gizi yang diperoleh di rumah, bila perlu dilakukan
kunjungan ulang pasien ke poli gizi.

Asuhan Gizi Rawat Jalan Hemodialisa


Pengertian :
Suatu proses kegiatan pengkajian status gizi dan pemberian edukasi
pada pasien rawat jalan hemodialisa. Kegiatan asuhn gizi ini
dilakukan oleh ahli gizi/dietisien di ruang hemodialisa pada semua
pasien setiap 1 bulan sekali atau sesuai dengan kondisi/kebutuhan
pasien.
Tujuan:
Mengetahui status gizi pasien hemodialisa dengan resiko malnutrisi
untuk mendapatkan pelayanan dan terapi gizi lebih lanjut serta
pasien dapat mengerti terhadap diet yang sesuai dengan
penyakitnya. Pelayanan gizi ini merupakan serangkaian kegiatan
yang meliputi:
1. Pengkajian status gizi
2. Pemberian edukasi diet sesuai dengan kondisi pasien
3. Pemantauan dan evaluasi status gizi pasien

1. Pengkajian Status Gizi


1) Antropometri
Antropometri pada pasien hemodialisa dapat dilakukan dengan
cara anamnesa (bertanya langsung kepada pasien) atau
pengukuran langsung. Pada pengukuran langsung, setiap
klien/pasien dilakukan pengukuran antropometri Tinggi Badan
(TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB). Pada kondisi
tinggi badan klien/pasien tidak dapat diukur, dapat dilakukan
pengukuran lingkar lengan atas (LILA), kemudian berat badan

28
diestimasi dengan menggunakan rumus. Rumus berat badan
estimasi adalah sebagai berikut:

Laki-laki :

Perempuan:
2) Laboratorium
Pemeriksa laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit
serta menegakkan masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaan ini
dilakukan juga untuk menentukan intefensi gizi danmemonitor
atau mengevaluasi terapi gizi. Pemeriksaan laboratorium yang
perlu dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan darah (Hb, kolestrol total, HDL, LDR, gula
darah, albumin, ureum, creatine, asam urat, trigliserida,
elektrolit, dan lain-lain.
b. Pemeriksaan urine (glukosa, kadar gula, albumin dan lain-
lain)

3) Riwayat Gizi
Anamnesis riwayat gizi pasien dilakukan dengan cara food
recall 24 jam, dengan cara menanyakan asupan makanan
pasien selama 24 jam terakhir. Semua data gizi (riwayat gizi,
antropometri, klinis, biokimia, dan laboratorium) yang dapat
dicatat pada formulir asuhan gizi selanjutnya sebagai hasil
kajian untuk digunakan dalam penentuan rencana diet.

4) Edukasi Gizi
Setelah dikaji, setiap pasien hemodialisa akan diberikan
edukasi mengenai diet gagal ginjal serta batasan-batasan
selama tidak melakukan hemodialisa. Tujuan dari pemberian
edukasi ini adalah untuk membuat pasien mematuhi prinsip
29
dan syarat diet, sehingga dapat merubah pengetahuan, sikap
dan perilaku makan, serta pola makan sesuai dengan
kebutuhan gizi dan penyakitnya. Edukasi yang tealah
diberikan akan ditulis dalam lembar edukasi pasien.

5) Evaluasi dan Tindak Lanjut


Evaluasi terhadap pelayanan asuhan gizi rawat jalan
hemodialisa diperoleh dari hasil pengkajian ulang pasien tiap
satu bulan atau apabila dibutuhkan. Evaluasi tersebut
mencakup:
1) Kepatuhan pasien dalam menjalankan rencana diet atas
2) Status gizi
3) Klinis dan hasil laboratorium.
Tindak lanjut yang dibutuhkan tergantung dari hasil
pengkajian, apabila ditemukan penurunan status gizi, pasien
akan diberikan edukasi untuk penatalaksanaan diet pasien
selama dirumah dan saat menjalani hemodialisa serta akan
dikonsultasikan kepada dokter spesialis gizi klinik dengan
sepengetahuan dan persetujuan dari dokter penanggung jawab
pelayanan.

6. Pelayanan Pasien Rawat Inap


Pengertian : Serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari peracanaan diet hingga evaluasi diet
pasien diruang rawat inap.
Tujuan : Memberikan pelayanan pada pasien rawat inap agar
memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya
mempercepat proses penyembuhan.

30
Gambar 4.3 Alur dan Proses Asuhan Gizi Pada Pasien Rawat Inap

Keterangan: *) = Skrining ulang setelah 7 hari

Sumber: Modifikasi dari AsDI (2011), Proses Asuhan Gizi Terstandar

Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut :


1. Pengkajian Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan pengkajian
gizi pasien oleh ahli gizi klinik dan penetapan diet awal dari dokter
juga bangsal/dokter penanggung jawab pelayanan. Pengkajian gizi
bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang tidak beresiko malnutrisi,
beresiko malnutrisi, atau dalam kondisi khusus. Kondisi khusus yang
dimaksud adalah pasien dengan kelainan metabolik, pasien anak,
geriatri, kanker dengan kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien dengan
imunitas menurun, sakit kritis dan sebagainya.
Pengkajian gizi dilakukan pada pasien baru dalam jangka waktu
1x24 jam setelah pasien masuk rumah sakit. Metode pengkajian
dilakukan dengan singkat dan cepat, pada lembar pengkajian gizi
(lampiran). Bila hasil pengkajian gizi menunjukkan pasien berisiko
malnutrisi, malnutrisi, dan geriatri maka dilakukan pengkajian
lanjutan/asessment gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah proses
asuhan gizi terstandar oleh dietisien atau direkomendasikan untuk

31
dikonsultasikan kepada Dokter Spesialisasi Gizi Klinik atas
sepengetahuan dan persetujuan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
untuk mendapatkan perencanaan terapi gizi berupa konsultasi gizi atau
rawat bersama.
Pasien dengan status gizi baik atau tidak beresiko malnutrisi
dianjurkan dilakukan pengkajian ulang setelah 1 minggu. Jika hasil
pengkajian ulang beresiko malnutrisi maka dilakukan proses asuhan
gizi terstandar. Pada bayi yang dirawat diruang Perinatologi (Peristi
level 1, 2, dan 3) pengkajian dan monitoring gizi dilakukan oleh Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan. Sedangkan untuk penatalaksanaan diet
pada pasien anak dengan gizi buruk atau malnutrisi berat mengacu pada
buku Pedoman “Pelayanan Anak Gizi Buruk Kemenkes RI Tahun
2011” dan “Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Jilid I Kemenkes RI
Tahun 2011”

2. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)


Proses asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang berisiko
kurang gizi, sudah mengalami kurang gizi atau kondisi khusus dengan
penyakit tertentu, proses ini merupakan serangkaian kegiatan yang
berulang (siklus).
Langkah PAGT terdiri dari:
1) Assesment/Pengkajian gizi
- Antropometri
Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada
setiap klien/pasien dilakukan pengukuran antropometri Tinggi
Badan (TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB). Pada
kondisi tinggi badan klien/pasien tidak dapat diukur, dapat
dilakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA), kemudian
berat badan diestimasi dengan menggunakan rumus.
- Pemeriksaan Fisik

32
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelalanan klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi atau
untuk menentukan hubungan sebab akibatbantara status gizi
dengan kesehatan, serta menentukan terapi obat dan diet.
- Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa
penyakit serta menegakkan masalah gizi klien/pasien.
Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk menentukan invertensi
gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Pemeriksaan
laboratorium yang perlu dilakukan antara lain yaitu :
1. Pemeriksaan darah (Hb, kolestrol total, HDL, LDL, gula
darah, ureum, creatinine, asam urat, trigliserida,
elektrolit, dan lain-lain) ;
2. Urine (glukosa, protein, albumin, dan lain-lain)
3. Feces
2) Diagnosa Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang
terkumpul dan kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah
masalah gizi yang spesifik dan menyatakan masalah gizi secara
singkat dan jelas Diagnosa gizi dikelompokkan menjadi tiga
domain yaitu :
- Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan
dengan asupan energi, zat gizi, cairan, substansi dari
makanan baik yang melalui oral maupun parenteral dan
enteral.
- Domain klinis adalah masalah bagi yang berkaitan dengan
kondisi medis atau fisik/fungsi organ.
- Domain perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang
berkaitan dengan pengetahuan, perilaku/kepercayaan,
lingkungan fisik dan akses kemananan makanan.
33
3) Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaan
intervensi dan implementasi
- Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang
ditegakkan. Perencanaan meliputi penetapan tujuan intervensi,
dan preskripsi diet (perhitungan kebutuhan gizi, jenis diet,
modifikasi diet, jadwal pemberian diet, dan jalur pemberian
makanan).
- Implementasi Intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana
dietisien melakasanakan dan mengkomunikasikan rencana
asuhan kepada pasien dan tenaga kesehatan atau tenaga lain
yang terkait. Intervensi dikelompokkan menjadi 4 domain
yaitu pemberian makanan, edukasi gizi, konseling gizi dan
koordinasi pelayanan gizi. Pemberian makan diawali dengan
cara pemesanan diet pasien ke unit gizi yaitu dengan cara
perawat ruangan mengisi Formulir Permintaan Makan Pasien
(lampiran). Selain untuk pemesanan diet pasien baru, formulir
tersebut juga digunakan untuk informasi diet pasien yang
pindah ruangan serta perubahan diet pasien. Setelah formulir
permintaan makan pasien diterima oleh ahli gizi MSPM
(Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan), selamjutmya
akan dicatat dalam Form Rekapitulasi Permintaan Makan
Pasien (lampiran). Konsultasi dilakukan oleh ahli gizi atau
Dokter Spesialis Gizi Klinik. Konsultasi gizi oleh dokter
spesialis gizi diberikan atas rekomendasi dari dokter
penangnggung jawab pelayanan. Apabila konsultasi sudah
dilakukan dan pasien diberikan leaflet diet. Pasien yang
dikonsulkan akan difollow up atau monitoring evaluasi setiap
2 hari sekali.
34
4) Monitoring dan Evaluasi Gizi
Salah satu fungsi managemen yang mengusahakan agar pekerjaan
atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi,pedoman,
standar, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan
sebelumnya,mencapai tujuan yang diharapkan adalah dengan
melakukan pengawasan,pengendalian, monitoring, dan evaluasi.
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan
pengumpulan kemajuan melalui pencatatan dan pelaporan seluruh
kegiatan pelayanan gizi sehingga dapat terpantaunya seluruh
kegiatan dan tersedianya data dasar untuk menjawab permasalahan
dalam setiap kegiatan.
Evaluasi adalah proses mempelajari atau menganalisa kejadian
berdasarkan data hasil proses monitoring, sehingga dapat diberikan
solusi atau saran perbaikan. Evaluasi merupakan salah satu
implementasi fungsi manajemen yang bertujuan untuk menilai
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijakan yang
disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.
Melalui evaluasi pengelola dapat memperbaiki rencana yang lalu
bila perlu, atau membuat rencana program yang baru.
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui respon
pasien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Monitoring
dan evaluasi gizi dilaksanakan oleh ahli gizi klinik setiap hari pada
pasien dengan kriteria pasien dengan IMT < 18.5 atau > 25 serta
pasien dengan penyakit metabolik (Hipertensi, Diabetes,
Dislipidemia, Gangguan Hati dan Gangguan Ginjal) dan pada
pasien keadaan khusus (pasca operasi, HIV, Combustio, Geriatri,
Tuberculosis, dan Kanker).
Perkembangan dan respon pasien terhadap terapi gizi yang
diberikan kepada pasien dengan kriteria tersedia diatas akan
dimonitor dan evaluasi setiap hari guna mencapai status nutrisi
yang optimal. Monitoring evaluasi gizi (follow up) yang dilakukan
35
oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik tergantung kondisi pasien,
sedangkan monitoring evaluasi gizi dilakukan oleh ahli gizi
dilakukan setiap hari dengan melihat asupan/daya terima pasien
terhadap makanan yang diberikan. Hasil monitoring dan evaluasi
dicatat dalam catatan integrasi pasien (Lampiran).
Langkah – langkah kegiatan monitoring evaluasi yaitu :
1. Monitoring perkembangan yaitu kegiatan mengamati
perkembangan kondisi pasien yang bertujuan untuk melihat
yang terjadi sesuai yang diharapkan. Kegiatan yang berkaitan
dengan monitor perkembangan antara lain :
- Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien
- Mengecek asupan makanan pasien
- Menentukan apakah intervensi dilaksanakan
sesuai
dengan rencana/preskripsi diet
- Menentukan apakah status gizi pasien tetap atau
berubah
- Mengumpulkan informasi yang menunjukan
alasan
tidak adanya perkembangan dari kondisi pasien
2. Mengukur hasil yaitu mengukur perkembangan/perubahan
yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter
yang digunakan berdasarkan tanda gejala dari diagnosis gizi.
- Melihat sisa makanan pasien setiap hari oleh pekarya
dengan melakukan pencatatan di formulir sisa makanan
pasien (lampiran)
- Evaluasi hasil
- Pencatatan pelaporan
- Pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan gizi merupakan
bentuk pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan dan
komunikasi.
36
3. Prosedur Kerja Asuhan Gizi di Ruang Rawat Inap

UNSUR
No KEGIATAN MEKANISME PJ
TERKAIT
1 Penentuan Dilakukan untuk
Status Gizi Setiap pasien baru dan Dokter Dokter
a. Klinis dimonitor setiap hari.

Dilakukan pada saat


pasien baru masuk

b. Deteksi Penimbangan Dokter Dokter


dilakukan seminggu
sekali

c. Antropometri Perawat/dietisien Kepala


diukur BB Glukosa darah, Hb, ruangan
dan TB/BB Urine lengkap, feses
Dokter/Analis Dokter/
d. Laboratorium Mengatasi semua Analis
gejala penyakit
(hipiglikemia, Dokter/Perawat Dokter
hipotermia, dehidrasi,
infeksi dll)
2 Intervensi → Menentukan diet Dokter/Diet Dietisien/
a. Klinis → Pemantauan Isien/ Perawat
→ Konsumsi Makanan Perawat
→ Status Gizi
→ Penyuluhan Gizi

→ Pemberian diet
→ Persiapan pulang
→ Pencatatan gizi
b. Diet
3 Pelaporan Berdasarkan rekam Dokter/ Dokter/
Medik : Dietisien/ Dietisien/

37
→ Ruang rawat jalan Perawat Kepala

→ Ruang rawat inap Ruangan

5) Edukasi Gizi
Jenis pelayanan lainnya yaitu edukasi tentang gizi kepada pasien
dan keluarga. Kegiatan yang dilakukan yaitu :
1. Kunjungan pasien baru saat pasien baru masuk 1 x 24 jam,
kegiatan ini meliputi penjelasan diet pasien, menanyakan opini
pasien terhadap pelayanan makanan PHBP, dan melakukan
anamnesa tentang kebiasaan makan, alergi, serta pantangan
makanan pasien dan menjelaskan mengenai diet yang sedang
dijalani oleh pasien pada pasien dan keluarga pasien.
2. Konsultasi gizi, kegiatan pelayanan konsultasi gizi dimulai
dari pukul 08.00 s/d pukul 12.00 setiap hari.

6) Waktu Pelayanan Unit Gizi


Pelayanan di Unit Gizi Rumah Sakit Primaya Hospital Betang
Pambelum (PHBP) tersedia terus menerus 24 jam/hari dan tujuh
hari dalam seminggu.

7) Sasaran Pelayanan
Sasaran pelayanan makanan Unit Gizi di Rumah Sakit Primaya
Hospital Betang Pambelum (PHBP) adalah sebagai berikut:
1. Pasien
Pasien rawat inap, pasien Hemodialisa, pasien Medical Check
Up, pasien One Day Surgery, pasien Ruang Gawat Darurat
jika ada permintaan.

38
2. Non pasien
Keluarga pasien, dokter yang malaksanakan operasi, petugas
dan dokter laboratorium kateterisasi jantung, petugas
radiologi, snack/makanan bagi karyawan PHBP yang berdinas
malam, karyawan tertentu yang melakukan pemesanan
langsung.

H. Penyelenggaraan Makanan

Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan serangkaian kegiatan mulai


dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan
anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan
serta evaluasi.

Unit Pelayanan Gizi menyediakan layanan makanan atau zat gizi sesuai dengan
kondisi, kebutuhan, dan kecukupan gizi pasien secara reguler sesuai dengan agama,
adat, sosial, dan budaya serta menyediakan pilihan makanan untuk keluarga pasien
dan acara acara rumah sakit.

Proses penyelenggaraan makanan dilakukan melalui kontrol dari ahli gizi dengan
memperhatikan keamanan, higienitas, kualitas, dan ahli gizi yang ada pada bahan
makanan. Tujuan Umum adalah menyediakan makanan yang berkualitas, sesuai
kebutuhan gizi serta layanan yang layak dan memadai. Sedangkan Tujuan Khusus
ialah :

1. Adanya standar makanan rumah sakit


2. Adatnya standar kebutahan diet pasien
3. Adanya formula menu dan perencanaan kebutuhan bahan makanan
4. Adanya anggaran belanja gizi
5. Terlaksananya kegiatan pengadaan bahan makanan, penerimaan,
penyimpanan dan distribusi bahan makanan.
6. Terlaksananya pengelolaan produksi dan distribusi makanan bagi pasien
rawat inap dan pasien rawat jalan serta pegawai sesuai kebutuhan.
39
a. Standar Makanan Rumah Sakit
Standar makanan rumah sakit adalah standar jumlah dan jenis
bahan makanan rumah sakit yang diberikan kepada pasien sesuai
keadaan umum dan penyakit yang dideritanya yang mengandung
zat-zat gizi cukup umtuk proses penyembuhan yang terdiri dari :
1) Standar Makanan Biasa
2) Standar Makanan Lunak
3) Standar Makanan Saring
4) Standar Makanan Cair
b. Standar Diet Pasien Rawat Inap
1) Diet Diabetes Mellitus
2) Diet Nefropati Diabetik
3) Diet Dislipidemia
4) Diet Jantung
5) Diet Stroke
6) Diet Penyakit Ginjal Akut
7) Diet Penyakit Ginjal Kronik Rendah Protein
8) Diet Penyakit Ginjal Kronik dengan Dialisis
9) Diet Rendah Purin
10) Diet Hati
11) Diet Lambung
12) Diet Hiperemesis
13) Diet Preeklampsia
14) Diet Rendah Lemak
15) Diet Rendah Energi
16) Diet Tinggi Energi Tinggi Protein
17) Diet Rendah Garam
18) Diet Rendah Sisa
19) Diet Rendah Serat
20) Diet HIV/AIDS
(Lampiran)
40
I. Penyusunan Kebutuhan Diet Pasien Rawat Inap
Penyusunan diet pasien adalah serangkaian kegiatan menyusun
makanan yang sesuai dengan penyakit pasien, usia, kebutuhan zat
gizi, keadaan umum, keluhan, kebiasaan makan, dan lain lain untuk
mencapai statu gizi yang optimal dan mempercepat penyembuhan
pasien.
Tujuan Umum :
Mempercepat penyembuhan pasien melalui diet yang diberikan
selama masa perawatan.
Tujuan Khusus :
1. Tercapainya status gizi pasien optimal
2. Terpenuhinya kecukupan gizi pasien
3. Agar pasien memperoleh diet sesuai dengan penyakit dan
kebiasaan makannya.
Pelaksanaan :
1. Penentuan diet pasien awal/baru masuk ditentukan oleh dokter
jaga dan dipesankan oleh perawat melalui Formulir Permintaan
Makan Pasien sesuai dengan prosedur cara pemesanan diet yang
sudah dibuat ahli gizi.
2. Penentuan diet selanjutnya ditentukan oleh dokter yang
merawat/Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
3. Jenis diet diberikan kepada pasien atas dasar status gizi,
pemeriksaan klinik, dan data laboratorium, selain itu juga
memperhatikan kebutuhan untuk mengganti zat gizi, kebutuhan
harian, kebutuhan tambahan karena kehilangan serta tambahan
untuk pemulihan jaringan atau organ yang sedang sakit sesuai
dengan perhitungan kebutahan zat gizi.
4. Evaluasi diet pasien dilakukan oleh tim asuhan gizi, saat
pengkajian gizi dan monitoring evaluasi pasien.
5. Evaluasi diet mencakup antara lain perubahan diet, bentuk
makanan, asupan makanan, toleransi terhadap makanan yang
41
diberikan, gangguan saluran cerna, riwayat penyakit dan hasil
laboratorium.
6. Hasil evaluasi diet harus tercatat dalam buku rekam medis
pasien. Implementasi kegiatan ini secara lebih rinci diuraikan
dalam kegiatan pelayanan gizi rawat inap dan asuhan gizi.
J. Formula Menu dan Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan
1. Perencanaan menu
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang
akan di olah untuk memenuhi selera konsumen/pasien dan
kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang.
Tujuan :
1) Tersedianya siklus menu 10+1 hari untuk pasien rawat inap
2) Tersedia siklus menu pasien hemodialisa
3) Tersedia siklus menu pasien vegetarian

Langkah-langkah penyusunan menu :


1. Penyusunan menu dilakukan bersama oleh Tim Kerja
Penyusunan Menu yang terdiri dari koordinator gizi, ahli gizi
dan bagian pengolahan
2. Penyusunan menu dibuat untuk siklus 10+1 hari
3. Menu yang telah dibuat oleh tim kerja penyusun menu
diajukan ke Kepala Divisi HRGA
4. Setelah disetujui dilakukan uji coba dalam satu siklus
5. Selama masa uji coba dilakukan pemantaupan terhadap pola
menu, kombinasi warna, tekstur, konsistensi, rasa, aroma,
ukuran bentuk, potongan, temperatur makanan, lama
pengolahan, ketersediaan alat, dan pengulangan penyajian
6. Buat perbaikan menu dan selanjutnya menu siap digunakan
7. Dalam pelaksanaannya menu diolah berdasarkan buku
standar resep
8. Disusun dalam standar menu
42
2. Kebutuhan Bahan Makanan
1. Kebutuhan bahan makanan dihitung dengan cara :
Jumlah pasien X standar porsi (berat kotor) X frekuensi
penggunaan bahan makanan.
2. Perencanaan kebutuhan bahan makanan dibuat oleh petugas
gudang setiap hari kepada supplier untuk bahan makan basah
dan 2 minggu sekali kepada supllier untuk bahan makanan
kering, dan pengambilan susu setiap hari selasa ke unit
farmasi.
3. Penerimaan bahan makanan dilakukan oleh petugas gudang
dan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dalam
perjanjian pengadaan bahan makanan (bahan makanan basah
dan kering)
K. Pengelolaan Produksi dan Distribusi
1. Penyusunan anggaran belanja gizi
Penyusunan anggaran belanja gizi adalah suatu kegiatan
penyusunan anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan
bahan makanan bagi konsumen/pasien yang dilayani.
Tujuan : tersedianya taksiran anggaran belanja makanan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan, macam dan jumlah
bahan makanan bagi konsumen/pasien yang dilayani sesuai
dengan standar kecukupan gizi.
Pelaksanaan :
1. Penyusunan Anggaran Belanja berdasarkan pada :
a. Buku Rencana Penyusunan RAB Rumah Sakit Primaya
Hospital Betang Pambelum
b. Standar harga bahan makanan
c. Siklus menu
d. Biaya overhead (alat, inventaris, bahan bakar)
e. Macam dan jumlah sebelumnya
f. Anggaran Belanja tahun sebelumnya
43
2. Penyusunan anggaran belanja dibuat oleh koordinator gizi
dengan memperhitungkan kebutuhan bahan makanan, bahan
bakar, alat dan inventaris yang digunakan
3. Perhitungan kebutuhan bahan makanan berdasarkan pada
siklus menu, standar porsi, dan frekuensi pemakaian bahan
makanan.
4. Perhitungan biaya overhead diperoleh dari perhitungan
kebutuhan peralatan dan inventaris serta bahan makanan
5. Usulan Anggaran Belanja disampaikan kepada Kepala Divisi
HRGA
6. Apabila usulan anggaran belanja tidak disetujui,maka
dilakukan perbaikan
7. Setelah mendapat persetujuan, dalam pelaksanaannya
anggaran belanja dibuat tiap bulan
8. Laporan pertanggungjawaban belanja unit gizi dibuat per
tahun dan per bulan.
9. Indeks harga makanan perorang perhari (unit cost) diperoleh
dari perhitungan anggaran belanja makanan dan biaya
overhead dibagi dengan jumlah konsumen
10. Dalam kegiatan unit pelayanan gizi berkoordinasi dengan
bagian logistik dan farmasi.
2. Pemesanan dan pembelian bahan makanan
Pemesanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan
makanan berdasarkan menu atau pedoman menu dan rata-rata
jumlah konsumen atau pasien yang dilayani.
Tujuan : tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai
standar atau spesifikasi yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan :
1. Petugas gudang membuat rekapitulasi kebutuhan bahan
makanan harian dengan memperhatikan juga sisa bahan yang
ada
44
2. Pemesanan bahan makanan segar dan kering ditulis dalam
buku pemesanan bahan makanan, sedangkan untuk
pemesanan susu dibuat dalam formulir Request order.
3. Jenis dan jumlah bahan makanan/barang yang dipesan, akan
dikoreksi kembali dan ditandatangani oleh koordinator
4. Setelah disetujui petugas gudang langsung memesan bahan
makanan, sedangkan untuk formulir permintaan susu
Request order diserahkan terlebih dahulu kepada Manager
YanMed dan JangMed untuk dimintai persetujuan sebelum
diberikan kepada pihak logistik farmasi, formulir
permintaan-pembelian/purchase requestion cetak putih untuk
logistik farmasi dan cetak merah untuk dokumentasi unit
gizi.
5. Laporan pembelian bahan makanan basah dan kering dibuat
oleh petugas gudang satu minggu sekali.
6. Pembayaran belanja dilakukan oleh bagian keuangan satu
minggu setelah pertukaran faktur ke bagian logistik umum.
3. Penerimaan Bahan makanan
Adalah suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan/penelitian,
pencatatan, dan pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas
bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta
spesifikasi yang telah ditetapkan (spesifikasi bahan makanan
dapat dilihat pada lampiran)
Tujuan : tersedianya bahan makanan yang sesuai standar atau
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan :
1. Bahan makanan basah, bahan makanan kering dan susu
diterima dan dicek oleh petugas gudang.
2. Untuk bahan makanan kering/barang lainnya dicek dan
disesuaikan dengan formulir Permintaan-

45
Pembelian/Purchese Requestion serta dicatat dalam kartu
stock
3. Semua bahan makanan basah yang diterima dicek
berdasarkan kualitas dan kuantitas serta disesuaikan dengan
formulir daftar pesanan barang/Market List Order dan nota
order cetak kuning yang diberikan dari rekanan/supplier,
sedangkan untuk bahan makanan beku/frozen akan segera
diukur suhunya dengan menggunakan termometer laser dan
suhu akan ditulis dalam buku penerimaan makanan. Suhu
yang dicapai untuk bahan makanan protein hewani suhu
<7°C
4. Bahan makanan basah yang memenuhi kriteria langsung
diberi label yang berisi tanggal penerimaan
5. Dalam penerimaan bahan makanan apabila ada item bahan
makanan yang tidak ada, kurang jumlahnya, atau tidak sesuai
dengan spesifikasinya harus dilaporkan ke koordinator atau
logistik dan pihak rekanan harus mengganti/memenuhi
sesuai permintaan.
6. Bahan makanan yang diterima akan langsung dimasukkan ke
gudang sesuai dengan spesifikasinya.
4. Penyimpanan bahan makanan
Adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara
keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas
maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering maupun
basah serta pencatatan dan pelaporannya.
Tujuan : Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas
dan kuantitas yang tepat sesuai dengan perencanaan, mencegah,
dan melindungi bahan makanan yang disimpan dari kerusakan,
kebusukan, dan gangguan lingkungan lainnya, meminimalkan
resiko kontaminasi dari hazard material yang dapat
membahayakan kesehatan tubuh, serta dapat memelihara dan
46
mempertahankan kondisi, mutu, dan kandungan gizi bahan
makanan yang disimpan.
Pelaksanaan :
1. Sistem penyimpanan dan penanganan bahan makanan
menggunalan prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO
(First Expired First Out)
2. Penyimpanan dan penanganan bahan makanan dilakukan
secara terpisah antara bahan makanan kering dan makanan
basah.
3. Hospital Tempat atau wadah penyimpanan disesuaikan
dengan jenis bahan makanan contohnya bahan makanan
yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin dan
bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering tidak
lembab.
4. Penyimpanan bahan makanan basah berupa ikan, daging,
ayam potong, dan lainnya disimpan dalam freezer dengan
suhu 0°C s/d -20°C., sayur dan buah dalam chiller pada suhu
0°C – 16 °C . penyimpanan bahan makanan kering dan
nutrisi enteral pada suju 22°C-30°C.
5. Untuk kelembapan penyimpanan bahan makanan basah
antara 80-90%, sedangkan untuk penyimpanan bahan
makanan kering antara 40-45%.
6. Semua suhu penyimpanan bahan makanan dicatat dalam
formulir suhu (lampiran)
7. Pemasukan dan pengeluarian bahan makanan kering dicatat
secara teratur dalam kartu stock bahan makanan.

47
5. Persiapan bahan makanan
Adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan makanan
yaitu meliputi berbagai proses antara lain membersihkan,
memotong, mengupas, mengocok, merendam, dan sebagainya.
Tujuan : Mempersiapkan bahan-bahan makanan serta bumbu-
bumbu sebelum dilakukan kegiatan pemasakan.
Pelaksanaan :
1. Semua bahan makanan ditimbang sesuai standar porsi dan
jumlah porsi dalam keadaan mentah
2. Semua bahan dibersihkan dari kotoran baik tanah maupun
bahan-bahan yang tidak sempurna
3. Mencuci semua bahan sebelum memotong/merebus sesuai
macam menu
4. Untuk jenis daging dan ayam, bahan direbut menggunakan
pressure cooking
5. Semua perlakukan dalam prosedur persiapan sedapat
mungkin mempertahanakan kandungan gizi dalam bahan.
6. Pengolahan bahan makanan
Merupakan suatu kegiatan mengubah (memasak) bahan makanan
mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan
aman untuk dikomsumsi
Tujuan :
1. Mengurangi resiko kehilangan zat zat gizi bahan makanan
2. Meningkatkan nilai cerna
3. Meningkatkan dan mempertahankan warna,rasa,keempukan,
dan penampilan makanan.
4. Bebas dari organisme dan zat berbahaya untuk tubuh.
48
Pelaksanaan :
1. Proses pengolahan dilakukan 2 kali disetiap shift.
2. Setiap shift dilakukan oleh dua orang tenaga pengolahan
3. Proses pengolahan bahan makanan memperhatikan higiene,
4. ,siklus, standar menu, jumlah pasien dan nilai gizi makanan.

7. Pengambilan sampel makanan pasien


Serangkaian kegiatan pengambilan sampel makanan pasien yang
telah diproduksi
Tujuan : Tersedianya sampel makanan pasien untuk diuji
apabila terjadi keracunan atau hal-hal yang tidak diinginkan.
Pelaksanaan :
Pengambilan sampel makanan dilakukan sebelum proses
penyajian makan dimulai, ditutup menggunakan plastik wrap dan
diberi label tanggal pengambilan dan jam makan pasien.
Pemusnahan sampel makanan dilakukan setelah 3 x 24 jam
dilakukan pada saat waktu jam makan sesuai pengambilan.

8. Penyajian makanan pasien


Serangkaian kegiatan dalam menyajikan makanan sesuai dengan
menu, standar porsi, dan estetika makanan.
Tujuan : Mempertahankan nilai gizi makanan, memperindah
tampilan makanan, dan mengurangi kontaminasi dari hazard
material
Pelaksanaan :
1. Penyajian makanan dilakukan oleh waiter dan ahli gizi
MSPM (Managemen Sistem Penyelenggaraan Makanan)

49
2. Petugas penjamah makanan wajib melakukan kebersihan
tangan dan memakai alat pelindung diri berupa penutup
kepala, masker, sarung tangan, dan sepatu safety.
3. Sebelum dilakukan penyajian, ahli gizi MSPM (Managemen
Sistem Penyelenggaraan Makanan) melakukan uji
organoleptik terhadap rasa, tekstur, warna, dan aroma
makanan.

9. Pendistribusian makanan
Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran
makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan pasien
yang dilayani (makanan biasa maupun makanan khusus)
Tujuan : Tersedianya makanan untuk konsumen/pasien yang
sesuai dengan diet dan ketentuan yang berlaku serta distribusi
makanan untuk konsumen/pasien yang sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan.
Pelaksanaan :
1. Distribusi makanan pasien menggunakan sistem sentralisasi
(cara terpusat) yaitu makanan dibagikan dan disajikan dalam
alat makan di ruang produksi makanan.
2. Proses distribusi makanan pasien menggunakan Food
Warmer, agar makanan yang disajikan tetap hangat. Suhu
Food Warmer berkisar antara 60°C-65°C, suhu Food
Warmer dicatat di formulir yang ada (lampiran) sebelum
dilakukan pendistribusian makanan ke ruangan perawatan.
Sedangkan untuk distribusi makanan lain untuk OK, VK,
MCU, HD, dan lainnya menggunakan trolley makanan di
tutup menggunakan linen/penutup trolley.
3. Makanan diantar ruang rawat inap sesuai dengan jam
penyajian makan yang telah ditetapkan :
a) Makan pagi pasien : pukul 06.00 – 08.00 WIB
50
b) Snack pagi pasien : pukul 09.00 – 10.00 WIB
c) Makan siang pasien : pukul 11.30 – 13.30 WIB
d) Snack sore pasien : pukul 15.00 – 16.00 WIB
e) Makan sore pasien : pukul 17.30 – 19.30 WIB
4. Distribusi makanan cair dilakukan sesuai dengan jam yang
telah ditentukan atau atas permintaan dari pasien/DPJP
(Dokter Penanggung Jawab Pelayanan)/Dokter Spesialis Gizi
Klinik/ahli gizi/perawat ruangan.
5. Permintaan makanan pasien ditulis Formulir Rekapitulasi
Permintaan makan pasien harian (lampiran)
6. Makanan yang diberikan sesuai dengan etiket makan pasien
(lampiran) yang terdapat di setiap tray.
7. Kegiatan distribusi makanan dilakukan dengan cara
identifkasi pasien untuk mencegah terjadinya kesalahan
pemberian makan pasien.

10. Pencucian alat


Pengertian : Pencucian alat adlah suatu proses kegiatan
membersihkan sisa-sisa bahan yang tidak berguna yang
menempel pada alat makan maupun alat masak. Pencucian alat
meliputi pencucian alat makan pasien dan alat masak.
Tujuan : Tersedianya peralatan makan dan masak yang bersih
dan higienis serta aman digunakan.
Pelaksaan :
1. Tempat pencucian alat dibedakan menjadi 2, yaitu pencucian
alat makan pasien dan alat masak. Sedangkan alat makan
pasien infeksi dan non infeksi dibedakan.
2. Proses pencucian dilakukan oleh petugas General Service
dan dibantu oleh satu orang pekarya gizi. Pencucian
peralatan makan menggunakan washing machine yang
dilengkapi oleh air dingin dan panas.
51
3. Sedangkan untuk pencucian alat masak dilakukan secara
manual oleh petugas General Service. Untik alat yang
berminyak, proses awal pembersihan dilakukan perendaman
menggunakan air panas untuk menghilangkan minyak,
pencucian dengan air panas berkisar antara 70°C-80°C.
4. Setiap seminggu sekali dilakukan pembersihan alat makan,
yaitu dengan cara perendaman alat dengan menggunakan
cairan klorin dan air panas. Alat makan dibersihkan dari
kotoran/kerak yang menempel.

11. Ketentuan Umum


a. Pelayanan Makan Pasien
Suatu pedoman khusus tentang cara-cara memberikan
pelayanan gizi kepada pasien baik pasien rawat inap maupun
pasien rawat jalan.
Tujuan : Terciptanya pelayanan makan pasien yang sesuai
secara reguler dengan sistem pelayanan gizi di rumah sakit.
Pelaksanaan :
1. Permintaan diet pasien baru, perubahan diet, dan diet
pasien yang pindah ruangan dilaporkan kepada unit gizi
melalui telepon dan disertakan dengan pengisian formulir
permintaan makan pasien
2. Pesanan pasien diluar diet yang telah ditentukan akan
dikenakan biaya ekstra.
3. Jika pasien diruangan merusakkan alat makan, perawat
ruangan segera memberi informasi kepada petugas gizi
dan mencatat kerusakan tersebut pada buku status pasien.
4. Apabila pasien pulang atau meninggal, maka perawat
ruangan akan segera memberitahukan kepada petugas
gizi.

52
5. Apabila pasien dipuasakan maka jatah makan tidak
diberikan kepada keluarga pasien terkecuali pada pasien
bayi dibawah enam bulan.
6. Sedangkan untuk diet yang diberikan kepada pasien
berupa makanan cair dan makanan cair tersebut dibeli
sendiri oleh pasien atau keluarga pasien, maka jatah
makan dari rumah sakit diberikan untuk keluarga pasien.
7. Keluarga pasien di ruang rawat presiden suite dan
mendapatkan jatah makan berupa makanan biasa / tanpa
diet.
b. Pemberian Makan Pasien dan Keluarga
Serangkaian pemberian makan pasien dan keluarga pasien
rawat inap sesuai dengan dietnya dan waktu pemberian
makan.
Tujuan : Pemberian makana yang memenuhi syarat
kebutuhan gizi pasien untuk mencapai kesembuhan pasien
dan keluarga pasien mendapatkan makanan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di rumah sakit.
Pelaksanaan :
1. Pemberian makan pasien untuk kelas I, kelas II, dan
kelas III diberikan hanya kepada pasien dengan dietnya,
apabila pasien puasa maka makanan untuk keluarga tidak
diberikan.
2. Pemberian makan pasien untuk kelas SVIP dan VIP
diberikan kepada pasien sesuai dengan dietnya, apabila
pasien puasa maupun dengan diet cair yang telah
diresepkan maka makan diberikan untuk keluarga dalam
bentuk makanan biasa/tanpa diet.
3. Pemberian makan pasien untuk ruangan khusus seperti
ICU, HCU atau NICU diberikan hanya kepada pasien
sesuai dengan dietnya, apabila pasien puasa atau diet
53
makanan cair yang diresepkan dokter maka makanan
untuk keluarga tidak diberikan.
4. Untuk pasien dengan diet yang diberi sendiri, maka jatah
makanan rumah sakit diberikan kepada keluarga pasien.
c. Pelayanan Makanan Berdiet Pasien Rawat Inap
Suatu pedoman umum tenbtang tat cara pelayanan gizi
kepada pasien rawat inap yang harus menjalani diet.
Tujuan :
Terciptanya pelayanan makanan pasien yang sesuai dan
adanya sistem pelayanan gizi untuk pasien yang berdiet yang
dirawat.
Pelaksanaan :
1. Penyelenggaraan makanan bagi pasien diet dilaksanakan
dipelayanan gizi, dibawah pengawasan ahli gizi dan
disesuaikan dengan kondisi umum dan status gizi pasien
serta pantangan yang ada pada pasien
2. Bentuk makanan diet berupa makanan cair, makanan
saring, makanan lunak, dan makanan biasa.
3. Makanan diet yang tidak dibedakan berdasarkan kelas
meliputi makanan cair, makanan saring, makanan
cincang, makanan lunak, makanan biasa, dan diet khusus.
4. Makanan cair berupa jus buah dan makanan
enteral/sonde komersial buatan buatan pabrik dengan
cara meresepkan susu tersebut sesuai dengan diet pasien.
5. Pasien yang berdiet tidak diperkenankan membawa
makanan dari luar atau rumah, kecuali dengan
persetujuan ahli gizi/dokter yang merawat.
d. Pembuatan dan Pemberian Nutrisi Enteral
Serangkaian pemberian nutrisi atau makanan dalam bentuk
cair kepada pasien rawat inap berdasarkan diet yang telah
ditentukan.
54
Tujuan : Memenuhi kebutuhan asupan nutrisi pada pasien
yang mengalami kesulitan menelan guna mencegah terjadi
kekurangan energi protein serta mencapai standar pelayanan
gizi rumah sakit
Pelaksanaan :
1. Jenis makanan cair atau nutrisi enteral yang diberikan
kepada pasien disesuaikan dengan kondisi dan diet
pasien.
2. Makanan cair atau nutrisi enteral yang diberikan berupa
produk komersial.
3. Pembuatan makanan cair atau nutrisi enteral
memperhatikan hygiene dan nilai gizi yang ada.
e. Penyediaan Makanan Karyawan
Penyediaan makanan karyawan adalah penyajian
makanan/minuman kepada karyawan Rumah Sakit Primaya
Hospital Betang Pambelum sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Tujuan :
1. Memberikan tambahan asupan energi kepada karyawan
2. Menyajikan makanan kepada karyawan.
Pelaksanaan :
1. Penyediaan makanan karyawan berupa makanan pokok,
lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah dilaksanakan
oleh unit gizi berdasarkan jumlah permintaan setiap unit.
2. Penyediaan makan karyawan tidak boleh melebihi
standar harga yang telah ditetapkan dalam anggaran
belanja unit gizi.
3. Penyediaan makan karyawan hanya diberikan bagi
karyawan yang dinas malam.

55
BAB V

LOGISTIK

A. Pengadaan Bahan Makanan


Pengadaan bahan makanan adalah serangkaian proses yang dimulai
dari pemesanan sampai penerimaan bahan makanan dari unit tertentu
atau supplier hingga diterima oleh petugas gudang gizi.
Pengadaan bahan makanan dibagi menjadi dalam dua kategori yaitu
pengadaan bahan makanan kering dan bahan makanan basah.
Pengadaan bahan makanan kering dan bahan makanan basah dilakukan
oleh supplier yang telah ditunjuk sebagai rekanan.
Tujuan : tersedianya bahan makanan sesuai standar atau spesifikasi
yang telah ditetapkan demi pemenuhan bahan makanan untuk
kelancaran pelayanan gizi runah sakit.
Pelaksanaan :
1. Petugas gudang membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan
harian dengan memperhatikan juga sisa bahan yang ada
2. Pemesanan bahan makanan basah seperti sayur, buah, daging, ikan,
telur, tahu, tempe, dan bahan makanan kering seperti teh, gula kopi,
tepung, beraas dan lainnya ditulis dalam buku pemesanan bahan
makanan, sedangkan untuk pemesanan susu melalui gudang utama
farmasi.
3. Pengadaan bahan makanan basah dilakukan setiap hari. Sedangkan
untuk bahan makanan kering dilakukan setiap 2 minggu sekali.
4. Jenis dan jumlah bahan makanan/barang yang dipesan, akan
dikoreksi kembali dan ditandatangani oleh koordinator.
5. Laporan pembelian bahan makanan basah dibuat oleh petugas
gudang diserahkan setiap hari, sedangkan untuk bahan makanan
kering dibuat dan diserahkan setiap 2 minggu sekali.

56
B. Pengadaan Nutrisi Enteral
Pengadaan nutrisi enteral dilakukan oleh unit farmasi rumah sakit
setiap 1 minggu sekali dengan tujuan tersedia nutrisi enteral siap pakai
dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai standar atau spesifikasi
yang telah ditetapkan demi pemenuhan bahan makanan untuk
kelancaran pelayanan gizi rumah sakit.
Pelaksanaan :
1. Petugas gudang membuat rekapitulasi kebutuhan nutrisi enteral
dengan memperhatikan jumlah pemakaian nutrisi enteral pasien
rawat inap.
2. Pemesanan nutrisi enteral dilakukan dengan cara input Request
Order (RO) melalui program inventory (secara online) pada unit
farmasi setiap satu minggu sekali.
3. Penginputan dilakukan setiap hari senin, sedangkan untuk
pengambilan nutrisi enteral tersebut dilakukan setiap hari selasa di
gudang farmasi.
C. Pengadaan Peralatan dan Perlengkapan
Pengadaan peralatan dan perlengkapan dilakukan oleh unit
logistik/pembelian, unit farmasi, atau unit rumah tangga untuk
menunjang pelayanan gizi rumah sakit.
Untuk pengadaan peralatan berupa barang tidak habis pakai maka
koordinator akan membuat permintaan melalui formulir Permintaan-
Pembelian/Puechase Requestion akan diserahkan terlebih dahulu
kepada kepala divisi HRGA untuk dimintai persetujuan sebelum
diberikan kepada pihak logistik, formulir
Permintaan-Pembelian/Puechase Requestion cetak putih untuk logistik
dan cetak biru untuk dokumentasi unit gizi.
Adapun jenis barang yang diperlukan oleh unit gizi yaitu :

57
1. Logistik Umum
Pengadaan perlengkapan berupa barang habis seperti,gelas/piring
disposable, clingwrap, tissue, paper dolly, plastik, alat tulis kantor
(ATK) dan lainnya dilakukan setiap seminggu sekali atau ketika
barang akan habis dipakai. Permintaan dapat dilakukan melalui
formulir Permintaan-Pembelian/Puechase Requestion yang ditujukan
kepada unit logistik.
2. Logistik Medis
Pengadaan alat pelindung diri (APD) berupa masker dan penutup
kepala dilakukan melalui cara input Request Order (RO) melalui
program Inventory (secara online) pada unit farmasi setiap satu
minggu sekali bersamaan dengan penginputan kebutuhan nutrisi
enteral. Sedangkan untuk alat pelindung diri berupa celemek, apron,
sepatu safety dan sarung tangan dilakukan melalui Permintaan-
Pembelian/Puechase Requestion ke unit logistik.

58
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman.
Standar keselamatan pasien yang diterapkan di Rumah Sakit Primaya
Hospital Betang Pambelum adalah berdasarkan International Patient
Safety Goal (IPSG), di antaranya: Identifikasi pasien dengan benar,
tingkatkan komunikasi yang efektif, mengurangi resiko HCAI dengan
Hand Hygiene 5 moment dan 6 langkah dan mengurangi resiko pasien
cedera karena jatuh.

1. Identifikasi pasien dengan benar


Identifikasi pasien dilakukan dari nama lengkap dan tanggal lahir
pasien. Identifikasi dilakukan disetiap tahapan prosedur pemberikan
obat, transfusi darah atau produk darah, mengambil darah atau
spesimen lainnya untuk pemeriksaan, saat memberikan perawatan
atau prosedur pelayanan.
Cara mengidentifikasi pasien dilakukan di pelayanan rawat inap
maupun rawat jalan. Petugas meminta pasien untuk menyebutkan
nama dan tanggal lahir sebelum melakukan prosedur apapun. Untuk
kondisi pasien tidak sadar, pasien anak atau pasien yang mengalami
keterbatasan lainnya, identitas pasien dapat ditanyakan kepada
penunggu pasien, selanjutnya petugas mencocokkan identitas pasien
dengan gelang pasien. Nomor kamar tidak boleh digunakan sebagai
identifikasi pasien di rawat inap.

2. Tingkatkan Komunikasi yang Efektif\


Peningkatan komunikasi efektif dilakukan dengan Read Back dan
teknik komunikasi SBAR, sebaiknya utamakan komunikasi secara

59
tertulis dan gunakan singkatan yang telah ditetapkan di Rumah Sakit
Primaya Betang Pambelum

3. Mengurangi Resiko HCAI dengan Hand Hygiene 5 Moment dan


6 Langkah
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit setelah
dirawat 48 – 72 jam atau lebih. Pencegahan dan pengendalian infeksi
adalah kegiatan menentukan, mencegah dan menurunkan risiko
terjadinya serta tersebarnya infeksi. Akibat yang dapat ditimbulkan
karena infeksi nosokomial diantaranya perawatan di RS menjadi lebih
lama, biaya meningkat, menganggu pasien lain yang memerlukan
perawatan (waiting list), menjadi penyebab langsung atau tidak
langsung pada kematian pasien.
Pengurangan risiko infeksi nosokomial dilakukan dengan
memberlakukan 6 (enam) langkah cuci tangan yang dijadikan standar
oleh WHO, yang dilakukan pada saat sebelum menyentuh pasien,
sebelum prosedur bersih/aseptik, setelah terpapar cairan tubuh pasien,
setelah menyentuh pasien dan setelah menyentuh area sekitar pasien.

4. Mengurangi Resiko Pasien Cedera karena Jatuh


Pengurangan risiko infeksi nosokomial dilakukan dengan
memberlakukan 6 (enam) langkah cuci tangan yang dijadikan standar
oleh WHO, yang dilakukan pada saat sebelum menyentuh pasien,
sebelum prosedur bersih/aseptik, setelah terpapar cairan tubuh pasien,
setelah menyentuh pasien dan setelah menyentuh area sekitar pasien.
Pengurangan risiko pasien cedera akibat jatuh dilakukan dengan cara
seluruh pasien rawat inap dinilai risiko jatuhnya, dilakukan
pengkajian risiko ulang jika ada perubahan kondisi pengobatan atau
setelah 3 hari penilaian awal. Identifikasi pasien dengan risiko jatuh
dilakukan dengan gelang warna kuning dan tanda di tempat tidur.
Upaya pencegahan pasien jatuh dilakukan dengan tempat tidur yang
60
harus dijaga dalam kondisi rendah dan terkunci, pagar samping
pengaman tempat tidur harus terpasang, dan tombol pemanggilan
harus diletakkan pada posisi yang mudah dicapai dan harus segera
dijawab oleh perawat.

61
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja
petugas ataupun kelalaian/kesengajaan. Penyehatan dan keselamatan kerja
mempunyai kegiatan yang sangat berkaitan erat dengan kejadian yang disebabkan
kelalaian petugas dapat pula mengakibatkan kontaminasi terhadap makanan.
Pekerjaan yang terorganisir, dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang
terjamin dan aman, istirahat yang cukup dapat mengurangi bahaya dan kecelakaan
dalam proses penyelenggaraan makanan. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya,
tetapi dapat dicegah, terjadi dengan tiba-tiba dan tentunya tidak direncanakan ataupun
tidak diharapkan oleh pegawai, yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat-alat,
makanan, dan melukai karyawan

B. Tujuan
Syarat-syarat keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya,
dengan tujuan :
1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi perlindungan pada pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelem
bapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara, dan getaranMencegah dan .
8. mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/psikis,
keracunan, infeksi, dan penularan.

62
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
10. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
11. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
12. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman, atau barang.
13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
14. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
15. Mencegah terkena aliran listrik.
16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
17. Upaya-upaya tersebut juga berlaku bagi karyawan/pegawai yang bekerja
pada penyelenggaraan makanan atau pelayanan gizi di rumah sakit

C. Prinsip Keselamatan Kerja Petugas dalam proses penyelenggaraan makanan


1. Pengendalian teknis mencakup :
a. Letak, bentuk, dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi
syarat yang telah ditentukan
b. Ruangan dapur cukup luas denah sesuai dengan arus kerja dan dapur
dibuat dari bahan-bahan atau konstruksi yang memenuhi syarat
2. Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis
3. Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat
4. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai.
5. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah
ditetapkan.
6. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari
pegawai.
7. Perawatan alat dilakukan secara terus menerus agar peralatan tetap dalam kondisi
yang layak pakai.
63
8. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai.
9. Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang
cukup.
10. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja

D. Prosedur Keselamatan Kerja


1. Keamanan kerja di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan :
a. Menggunakan alat pembuka peti/bungkus bahan makanan menurut
cara yang tepat dan tidak melakukan dan meletakkan posisi tangan
pada tempat kearah bagian alat yang tajam atau berbahaya.
b. Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah
dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut.
c. Pergunakan tutup kotak/tutup panci yang sesuai dan hindari
tumpahan bahan.
d. Tidak diperkenankan merokok di ruang penerimaan dan
penyimpanan bahan makanan.
e. Mematikan lampu bila tidak dipergunakan atau diperlukan.
f. Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan
kemampuan.
g. Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar, yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang.
h. Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin di ruang
penerimaan dan penyimpanan.
2. Keamanan kerja di ruang persiapan dan pengolahan bahan makanan :
a. Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik,
misalnya gunakan pisau, parutan, maupun benda tajam lainnya
dengan baik dan tidak bercakap-cakap selama menggunakan alat
tersebut.
b. Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan/mengolah bahan
makanan.

64
c. Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk
pemakaiannya.
d. Membersihkan mesin menurut petunjuk dan matikan mesin
sebelumnya.
e. Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan
dibersihkan.
f. Berhati-hati bila membuka dan menutup, menyalakan atau
mematikan mesin, lampu, gas, listrik, atau lainnya.
g. Meneliti dahulu semua peralatan sebelum digunakan.
h. Pada saat selesai menggunakannya, meneliti kembali apakah semua
alat sudah dimatikan mesinnya.
i. Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan tidak melebihi
porsi yang ditetapkan.
j. Tidak memasukkan muatan ke dalam kereta makan yang melebihi
kapasitasnya.
k. Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi.
l. Bila ada alat pemanas perhatikan cara penggunaan dan
pengisiannya.
m. Bila membawa air panas, menutup dengan rapat dan tidak mengisi
terlalu penuh.
n. Bila membawa makanan pada baki/tray tidak sampai tertumpah atau
makanan tersebut tercampur.
o. Memperhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan
isi kaleng
3. Keamanan kerja di ruang distribusi makanan :
a. Tidak mengisi panci atau piring terlalu penuh.
b. Tidak mengisi kereta makan melebihi kapasitas
c. Meletakkan alat dengan teratur dan rapi
d. Bila ada alat pemanas, perhatikan waktu menggunakannya
e. Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi
tempat tersebut sampai penuh
65
4. Keamanan kerja di ruang dapur :
1. Menggunakan peralatan yang bersih dan kering.
2. Menggunakan dengan baik peralatan sesuai dengan fungsinya
3. Menggunakan alat pelindung kerja selama berada di dapur
4. Tidak menggaruk, batuk, dan bersin selama menjamah makanan
5. Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang
dibersihkan.
6. Berhati-hati dan teliti bila membuka dan menutup atau menyalakan
dan mematikan kompor, lampu, gas, dan listrik
7. Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan
8. Menata makanan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
9. Mengikuti petunjuk atau prosedur kerja yang ditetapkan. Sebelum
mulai bekerja dan bila akan meninggalkan ruangan harus cuci
tangan dengan sabun atau desinfektan
10. Membersihkan atau mencuci peralatan makan atau dapur atau
makanan sesuai dengan prosedur
11. Membuang atau membersihkan sisa makanan atau sampah segera
setelah alat makan/alat dapur selesai digunakan
12. Tidak meninggalkan dapur sebelum yakin bahwa kompor, lampu,
gas, dan listrik sudah dimatikan dan kemudian pintu dapur harus
ditinggalkan dalam keadaan tertutup/terkunci
5. Alat Pelindung Kerja :
1. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas,
tidak licin, dan nyaman dipakai sehingga tidak mengganggu gerak
pegawai sewaktu kerja
2. Menggunakan sepatu yang tidak licin bila berada di lingkungan dapur
dan tidak menggunakan sepatu berhak tinggi
3. Menggunakan serbet pada tempatnya
4. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih
dan jumlah yang cukup, sabun, alat pengering, dan sebagainya

66
5. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang
mudah dijangkau
6. Tersedia alat atau obat P3K yang sederhana.

67
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

A. Pengawasan
Pelayanan gizi di rumah sakit dikatakan bermutu jika memenuhi 3 komponen
mutu, yaitu: pengawasan dan pengendalian mutu untuk menjamin bahwa
produk yang dihasilkan aman, menjamin kepuasan konsumen, dan asesmen
yang berkualitas.
Dalam Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (Kemkes RI 2008),
ditetapkan bahwa indikator Standar Pelayanan Gizi meliputi : ketepatan waktu
pemberian makanan kepada pasien (100%), sisa makanan yang tidak
dihabiskan oleh pasien (≤20%), dan tidak ada kesalahan pemberian diet
(100%).
Mengingat ruang lingkup pelayanan gizi di rumah sakit yang kompleks
meliputi pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, penyelenggaraan
makanan, dan penelitian dan pengembangan maka Rumah Sakit Primaya
Hospital Betang Pambelum mengembangkan beberapa indikator mutu
pelayanan gizi agar tercapai pelayanan gizi yang optimal.

B. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan
agar pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana dan kebijakan
yang ditetapkan dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Pengawasan
memberikan dampak positif berupa :

1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,


penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidaktertiban.
2. Mencegah terulang kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, hambatan, dan ketidaktertiban.
3. Mencari cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik untuk
mencapai tujuan dan melaksanakan tugas organisasi.

68
C. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan yang
terjadi sesuai dengan tujuan arah pengawasan dan pengendalian bertujuan
agar semua kegiatan-kegiatan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil
guna, dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja,
pedoman pelaksanaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan dan pengendalian (Wasdal) merupakan unsur penting yang harus
dilakukan dalam proses manajemen. Fungsi manajemen :

1. Mengarahkan kegiatan yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan


2. Identifikasi penyimpangan
3. Dapat dicapai hasil yang efisien dan efektif

D. Evaluasi/Penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen. Evaluasi ini
bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan
kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang
dikehendaki. Melalui penilaian, pengelolaan dapat memperbaiki rencana bila
perlu ataupun membuat rencana program yang baru. Pada kegiatan evaluasi,
tekanan penilaian dilakukan terhadap masukan, proses, dan dampak untuk
menilai relevansi kecukupan, kesesuaian, dan kegunaan.
Pengawasan dan pengendalian mutu mkerupakan suatu kegiatan dalam
mengawasi dan mengendalikan mutu untuk menjamin hasil yang diharapkan
sesuai dengan standar. Strategi pengawasan dan pengendalian berupa
pemantauan dan pengendalian melalui proses atau teknik statistik untuk
memelihara mutu produk yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode yang
sering digunakan dalam pengawasan dan pengendalian mutuadalah, menilai
mutu akhir, evaluasi terhadap output, kontrol mutu, monitoring terhadap
kegiatan sehari-hari.

69
Pada dasarnya terdapat 4 langkah yang dapat dilakukan dalam pengawasan
dan pengendalian mutu pelayanan, yaitu :

1. Penyusunan standar, baik standar biaya, standar performance mutu,


standar kualitas keamanan produk, dan lainnya
2. Penilaian kesesuaian, yaitu membandingkan dari produk yang dihasilkan
atau pelayanan yang ditawarkan terhadap standar tersebut
3. Melakukan koreksi apabila diperlukan, yaitu dengan mengoreksi
penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
4. Perencanaan peningkatan mutu, yaitu membangun upaya-upaya yang
berkelanjutan untuk memperbaiki standar yang ada
E. Tujuan Pengawasan dan Pengendalian Mutu Pelayanan Gizi Rumah
Sakit
Pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan gizi di rumah sakit, ditujukan
untuk menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan gizi. Fungsi dari kegiatan
pengawasan dan pengendalian mutu dalam pelayanan gizi di rumah sakit
adalah mengawasi setiap tahapan proses, menjamin keamanan pelayanan yang
dihasilkan serta menghasilkan pelayanan yang bermutu.
F. Indikator Mutu Pelayanan Gizi
Pelayanan gizi di rumah sakit dapat dikatakan berkualitas, bila hasil
pelayanan mendekati hasil yang diharapkan dan dilakukan sesuai dengan
standar dan prosedur yang berlaku. Indikator mutu pelayanan gizi
mencerminkan mutu kinerja unit gizi dalam ruang lingkup kegiatannya
(pelayanan asuhan gizi, pelayanan makanan, dan sebagainya), sehingga
manajemen dapat menilai apakah organisasi berjalan sesuai jalurnya atau
tidak, dan sebagai alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam
rangka perencanaan kegiatan untuk masa yang akan datang. Beberapa
indikator yang dapat digunakan untuk menilai atau mengukur mutu pelayanan
gizi adalah :
1. Indikator berdasarkan kegawatan (kejadian sentinel dan rated based)
2. Indikator berdasarkan pelayanan yang diberikan (indikator proses,
struktur, dan outcome)
70
3. Indikator yang mencirikan arah dari penampilan (indikator yang
diinginkan dan indikator yang tidak diinginkan)
Beberapa indikator mutu pelayanan gizi Rumah Sakit Primaya Hospital
Betang Pambelum yaitu :
1. Ketepatan pemberian diet dari Unit Gizi kepada pasien rawat inap dengan
target pencapaian 100%.
2. Ketepatan waktu pemberian makan kepada pasien rawat inap dengan
target pancapaian ≥ 90%.
3. Sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh pasien kurang dari standar
minimal yaitu ≤20%.
G. Pengawasan Sanitasi Dalam Penyelenggaraan Makanan
Dalam pelaksanaannya unit gizi bekerjasama dengan Panitia Pengendalian
Infeksi meliputi:
1. Penjamah makanan, dengan melakukan pemeriksaan kesehatan dan usap
dubur/kulit secara berkala selama 6 bulan sekali.
2. Bahan makanan dan minuman meliputi pemeriksaan kualitas bahan
makanan dan minuman melalui uji laboratorium.
3. Peralatan dengan melakukan uji sanitasi peralatan misalnya: uji usap meja
kerja, peralatan masak, dsb
4. Lingkungan dengan melakukan uji sanitasi lingkungan misalnya: uji
sanitasi lantai, dinding, dll
H. Hygiene Tenaga Penjamah Makanan
a. Syarat
1. Bukti sehat diri dan bebas dari penyakit
2. Tidak menderita penyakit kulit, penyakit menular, scabies ataupun
luka bakar
3. Bersih diri, pakaian dan seluruh badan
4. Mengikuti pemeriksaan kesehatan secara periodic
5. Mengetahui proses kerja dan pelayanan makanan yang benar dan
tepat

71
6. Mengetahui teknik dan cara menerapkan hygiene dan sanitasi dalam
penyelenggaraan makanan
7. Berperilaku yang mendukung terwujudnya penyehatan makanan
b. Perilaku, Kebiasaan dan Sikap Bekerja
Hal-hal yang harus dilakukan tenaga penjamah makanan adalah:
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum mulai/sesudah bekerja, setiap
keluar dari WC, sesudah menjamah bahan yang kotor
2. Menggunakan APD sesuai dengan area kerjanya
3. Sebelum dan selama bekerja tidak menggaruk kepala, muka, hidung
dan bagian tubuh lain yang dapat menimbulkan kuman
4. Mengalihkan wajah dari makanan dan alat-alat makan dan minum
bila batuk atau bersin
5. Menggunakan masker/penutup hidung
6. Pengolahan makanan hendaknya dilakukan menurut proses yang
ditetapkan, sesuai dengan peralatan masak, waktu dan suhu ataupun
tingkat pemasakan
7. Tidak sekalipun menjamah makanan yang sudah masak, pergunakan
sendok, garpu atau alat lainnya
8. Makan di ruang makan yang disediakan
9. Tidak merokok di tempat kerja
10. Selalu menjaga agar tempat kerja, ruang pengganti pakaian, kamar
mandi dan WC serta alat-alat tetap bersih setiap waktu
11. Penjamah makanan dianjurkan untuk memakai sarung tangan
c. Prosedur Kerja
Kontaminasi makanan atau kontaminasi ulang dapat disebabkan oleh
perilaku si penjamah makanan selama bekerja. Hal ini disebabkan karena
pegawai tidak bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang ada. Semua
prosedur kerja sudah diatur dalam SPO gizi.
d. Upaya Pengendalian
Upaya pengendalian faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
kuman pada makanan dan minuman, dapat dilakukan dengan pemantauan
72
titik-titik rawan pada jalur penanganan makanan dan minuman yang
diperkirakan memudahkan timbulnya bakteri dan fungi. Titik-titik rawan
dalam proses penanganan makanan dan minuman adalah:
1) Proses pembersihan makanan
Pada proses ini hendaknya tidak ada makanan dan minuman yang
membusuk setelah proses pembersihan badan
2) Proses persiapan bahan makanan
proses ini hendaknya:
a. Tersedianya air bersih yang cukup
b. Kran-kran air dan saluran ruangan persiapan dalam keadaan
bersih
c. Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang kuat dan
mudah dibersihkan/dilapisi kantong plastik
3) Proses penyimpanan
Proses ini tidak akan mengalami kerawanan bila:
a. Dalam penyimpanan bahan mentah
Bahan mentah disimpan dalam ruangan/tempat yang terpisah
dari ruang makanan terolah yang suhunya diatur sesuai dengan
yang seharusnya
b. Penyimpanan makanan terolah
Bahan mentah disimpan dalam ruangan/tempat yang terpisah
dari ruang makanan terolah yang suhunya diatur sesuai dengan
yang seharusnya.
- Penyimpanan makanan terolah yang tidak tepat membusuk dan
dalam keadaan tertutup, dilakukan pada suhu 10°C.
- Penyimpanan makanan terolah yang cepat membusuk harus
disimpan pada suhu 4°C selama 6 jam, jika >6 jam harus
disimpan pada suhu 15°C sampai -1°C.
4) Proses Pemasakan dan Penghangatan Makanan
Untuk kepentingan pengolahan biasanya bahan makanan diproses
dengan bantuan panas sesuai dengan teknik/cara pemasakanya
73
sehingga tidak memungkinkan kuman tumbuh dan berkembang biak.
Makanan dihangatkan lagi dalam keadaan Food Warmer sebelum
makanan diberikan ke pasien.
5) Proses Pembersihan Ruang dan Pencucian Alat Masak
a. Pembersihan ruang dilakukan segera setelah
proses/penanganan selesai yang sesuai dengan prosedurnya.
Proses pembersihan meliputi ruang, lantai dan langit-langit.
b. Pencucian alat masak dilakukan setiap kali selesai masak,
dengan langkah sebagai berikut: membuang sisa makanan yang
melekat pada alat, untuk alat yang berminyak/lemak akan
direndam dengan air panas, disabun, dibilas dengan air/air
panas dan dikeringkan
6) Proses Pengangkutan Makanan ke Ruangan
Alat pengangkut makanan-minuman yang dipakai dilengkapi dengan
tutup untuk menghindari debu, di luar gedung dapur. Alat
dibersihkan secara periodik.
7) Proses Penyajian Makanan di Ruang Rawat
a. Alat-alat makan yang akan dipakai untuk menyajikan makanan
harus dalam keadaan bersih (sudah dicuci dengan
sabun/desinfektan dan dibilas/direbus dengan air panas).
b. Tidak ada tanda-tanda vector (lalat, lipas, tikus), ataupun bekas
jejaknya di ruangan dapur.
c. Penyajian makanan kepada pasien harus dalam keadaan
tertutup.
I. Bentuk-Bentuk Pengawasan dan Pengendalian
1. Pengawasan Standar Porsi
a. Penimbangan dan pengukuran menggunakan alat rumah tangga
b. Menggunakan standar resep dan standar bumbu
2. Pengawasan Harga
a. Pencatatan penerimaan bahan makanan tiap putaran menu
b. Kalkulasi harga penerimaan dan pemakaian bahan makanan
74
c. Perhitungan stok akhir gudang bahan makanan
d. Mengumpulkan data jumlah pasien dan karyawan tiap putaran menu
e. Menghitung unit cost atau harga makanan per porsi
3. Pengendalian Biaya
a. Standar harga bahan makanan
b. Survey harga pasar
c. Langkah kegiatan:
1. Membuat standar untuk pelaksanaan
a. Standar kualitas adalah suatu mutu dari bahan jadi dan
pelayanan serta jasa yang harus ditentukan atau ddibuat
patokan (tolak ukur). Untuk memudahkan pelaksanaan
standar ini dapat berupa peraturan, pembakuan insstruksi
yang dituangkan dalam bentuk kebijakan.
b. Standar kuantitas adalah ukuran berat, jumlah dan volume
yang diwujudkan dalam ukuran bentuk. Standar biaya adalah
harga taksiran dari suatu barang atau jasa yang digunakan
untuk mengukur biaya
c. Standar prosedur adalah patokan yang berkenaan dengan
cara/teknik yang ditetapkan sebagai cara yang benar untuk
kegiatan sehari-hari dalam proses penyelenggaraan makanan
2. Melatih tenaga penyelenggara makanan untuk memahami dan
melaksanakan standar-standar yang telah ditetapkan.
3. Memonitor, melihat, mengukur, mengecek pelaksanaan yang
dilakukan kemudian membandingkan antara pelaksanaan kegiatan
yang benar-benar dilakukan dengan standar yang telah dibuat
sebelumnya.
4. Menetapkan tindakan perbaikan untuk mengatasi penyimpangan
dengan melaksanakan cara-cara yang telah disepakati berdasarkan
data kegiatan terdahulu
5. Ciri-ciri pengendalian efektif :

75
- Terkoordinasi dengan arus kerja dan dapat memberikan
informasi langsung kepada atasan
- Terfokus pada titik strategis. Sistem harus jelas dan mudah
dimengerti oleh petugas
- Obyektif dan menyeluruh
- Fleksibel sehingga mudah diterapkan
- Secara ekonomi dan organisasi harus realistis
- Akurat/tepat yaitu informasi yang dihasilkan oleh sistem harus
benar
- Tepat waktu
- Dapat diterima oleh semua petugas
J. Indikator Keberhasilan
1. Terselenggaranya diagnosis terhadap gangguan gizi dan metabolisme zat
gizi berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis dan biokimia tubuh
(laboratorium).
2. Terselenggaranya pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan
anamnesis diet dan pola makan.
3. Terwujudnya penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien
4. Terwujudnya bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan
makanan, jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan
5. Terselenggaranya evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai
perubahan keadaan klinis, status gizi dan status laboratorium
6. Terwujudnya penterjemahan preskripsi diet, penyediaan dan pengolahan
sesuai dengan kebutuhan dan keadaan pasien.
7. Terlaksananya penyelenggaraan penelitian aplikasi di bidang gizi dan
dieteti
8. Terwujudnya standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dapat membantu penyembuhan penyakit
9. Diselenggarakannya penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet
pada pasien dan keluarganya

76
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit ini diharapkan dapat menjadi
pegangan dan mendorong terciptanya pelayanan gizi yang cepat, tepat dan
akurat sejalan dengan peraturan yang berlaku dan didukung sumber daya
manusia yang cukup dan kualifikasi memenuhi. Sehingga dapat terpenuhinya
kebutuhan gizi pasien secara proporsional sesuai dengan dietnya untuk
membantu kesembuhan pasien di Rumah Sakit Primaya Betang Pambelum.
Pedoman pelayanan gizi ini dilengkapi dengan lampiran tentang
standar makanan, standar diet dan formulir-formulir yang mendukung kegiatan
pelayanan gizi di ruang rawat inap, ruang rawat jalan, dan pengelolaan
penyelenggaraan makanan rumah sakit yang mutakhir di Rumah Sakit Primaya
Betang Pambelum .

Ditetapkan di : Palangkaraya
Pada Tanggal : 16 Juni 2022

DIREKTUR RUMAH SAKIT


PRIMAYA BETANG PAMBELUM

dr. Kristiawan Basuki Rahmat, M.Kes

77

Anda mungkin juga menyukai