Anda di halaman 1dari 5

NAMA : OSMAR ALDI WINALDA TAMBUNAN

KELAS : 2F PLI

NIM : 1930282

KELOMPOK 2

LAPORAN PRAKTIK PAAL

I. JUDUL : Penetapat Kadar COD


II. TUJUAN : Mengetahui kadar COD pada limbah elektronik
III. PRINSIP :Zat organic yang terdapat dalam air dioksidasi oleh K2Cr2O7 berlebih
dalam suasana asam dan pada suhu 150°C selama 2 jam. Sisa K2Cr2O7 yang tidak
bereaksi dititrasi oleh larutan standar Fero Amonium Sulfat dengan indicator Feroin
hingga terjadi perubahan warna dari kuning kehijauan menjadi merah bata.
IV. REAKSI: CXHYOZ + Cr2O7 2- → CO2 + H2O + Cr3+ Cr2O7 2- (Kelebihan) + Fe2+ → Fe3+ +
2Cr3+ + H2O Oksidator Kuat (K2Cr2O7) → Tidak semua dapat dioksidasi → +Ag2SO4
(Katalisator) → Air yang mengandung Cldiikat dengan HgSO4.
V. CARA KERJA
VI. Standarisasi Fero Amonium Sulfat (FAS) 0,02 N

Ditambahkan H2SO4
Dilarutkan dengan
K2Cr2O7 ditimbang sebanyak pekat sebanyak 15 mL
aquades lalu
0,0245 gram. dan dilakukan diruang
dihomogenkan
asam

Dilakukan titrasi dengan


DIdinginkan dengan cara Ditambahkan indikator
FAS. diamati perubahan
dialirkan/direndam feroin sebanyak 2-3
warnanya dan dicatat
dengan air kran tetes
volume FAS
H2O, sampel inlet dan
Ditambahkan 2 ml
sampel outlet Ditambahkan K2Cr2O7
Ag2SO4 dan H2SO4
dimasukkan ke tabung tepat 2 ml
dilakukan di ruang asam
COD sebanyak 2 ml

Tabung COD dimasukkan


Tabung COD ditutup
ke dalam reaktor selama
rapat dan di beri label di larutan dihomogenkan
2 jam dihitung sejak
atas tutup tabung
suhu 150⁰C

Setelah 2 jam, reaktor Didinginkan dengan cara


Didiamkan selama 5
dimatikan dan tabung dialirkan/direndam
menit lalu diaduk
COD diambil dengan air kran

Larutan dimasukkan ke Dilakukan titrasi dengan


Ditambahkan indikator
erlenmeyer dan tabung FAS, diamati perubahan
feroin 2-3 tetes lalu
COD dibilas dengan warnanya dan dicatat
diaduk
aquades sampai bersih volume FAS

VII. DATA SEKUNDER


DATA STANDARISASI LARUTAN FAS
Data Kelompok 2
Ulangan 1 2
Bobot K2Cr2O7 (g) 0,0245 0,0246
Volume FAS (ml) 43,65 42,43
DATA HARIL PENGAMATAN COD
Volume FAS (ml) Kelompok 2
Blanko 24,12
Inlet 10,37
Outlet 20,06
VIII. PERHITUNGAN
A. Standarisasi FAS 0,02 N
N FAS =
N FAS (1) = = 0,0115 grek/L

N FAS (2) = = 0,0118 grek/L

( ) ( )
N FAS = = = 0,0118

B. Perhitungan Nilai COD


( )
COD ( O2 ) =
Inlet
( )
COD ( O2 ) = = 638 O2
Outlet
( )
COD ( O2 ) = = 188,38 O2

C. Perhitungan Efisiensi IPAL


Efisiensi = x 100%

= x 100%

= 70,47%

D. Relatif Percent Different (RPD)


% RPD = x 100%
= x 100%
= 2,59 %

IX. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini dilakukan penetapan kadar COD pada industri elektronik
dengan menggunakan data sekunder. Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan
oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai atau
mengoksidasi seluruh bahan organik yang terkandung dalam satu liter air. Kandungan
COD yang tinggi akan menyebabkan terjadinya pencemaran dan mengurangi
kemampuan badan air dalam menjada ekosistem yang ada. Oleh karena itu, diperlukan
adanya pengolahan air untuk menurunkan kadar COD yang terkandung dalam air limbah.
Pada percobaan kali ini, penurunan kadar COD dilakukan dengan teknik refluks tertutup
dengan acuan SNI 6989-73-2009. Sebelum melakukan penetapan kadar COD, perlu
dilakukan standardisasi FAS. Standardisasi dilakukan secara duplo dan kemudian
ditentukan presisinya dengan cara menghitung selisih nilai pengujian duplo (Relative
Percent Different, RPD) dan dibandingkan dengan nilai tetapan SNI yaitu tidak boleh
lebih besar atau sama dengan 10%. Dari perhitungan persentase RPD, didapatkan hasil
sebesar 2,57 %. Hasil rpd tersebut didapat dari data yang menunjukan COD inlet sebesar
638 mg/L yang kemudian di olah di IPAL lalu diukur hasil COD di outlet yang
mendapatkan hasil 188,38 mg/L dari hasil IPAL tersebut masih melampaui standar yang
ada dengan peraturan 110 mg/L yang ada dalam PerMen LH No 5 tahun 2014 hal ini
dapat terjadi karena beberapa hal yang salah dengan pemeliaharan IPAL yang
menyebabkan adanya unit pengolahan yang berjalan kurang baik. Dari data yang didapat
, keefektifan IPAL adalah 70,47 ini harus terus di tingkatkan dengan melakukan
maintenece dengan baik dan tepat pada waktu nya

Repitabilitas merupakan pengulangan pengujian yang bertujuan untuk mengukur


keragaman nilai hasil pengujian terhadap sampel yang sama dari seorang analis dengan
menggunakan metode pengujian dan peralatan tertentu dalam interval waktu yang
sesingkat mungkin. Repitabilitas merupakan perbedaan ukuran presisi yang terkecil.
Semakin kecil nilai repitabilitas maka semakin presisi hasil pengulangan pengujian yang
dilakukan oleh seorang analis. Dari uji repitabilitas dihasilkan nilai RPD yang pada
percobaan ini dihasilkan nilai RPD sebesar 2,59% nilai tersebut dapat dikatakan sesuai
dengan SNI 6989.2:2009 karena ≤ 5%.

X. KESIMPULAN

Pada pengamatan kali ini didapatkan data sekunder yang menunjukan bahwa outlet IPAL
yang ada mengalirkan COD dengan kadar 188,38 mg/L dimana ini masih diatas ambang
batas yang ada di peraturan yang berlaku. Nilai RPD yang didapat sebesar 2,59%.
XI. DAFTAR PUSTAKA

BADAN STANDAR NASIONAL. 2009. SNI 6989.2:2009 Air dan Air Limbah –
Bagian 2 : Cara Uji Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand /
COD) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri. Jakarta.

KUSTIASIH, T. (2011). PENENTUAN ANGKA KEBUTUHAN OKSIGEN KIMIA


AIR LIMBAH DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR
KETIDAKPASTIAN. Jurnal Permukiman, 121-128.

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA. 2014. Peraturan


Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Thun 2014 Tentang
Baku Mutu Air Limbah. Departemen Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai