Anda di halaman 1dari 10

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
A. LATAR BELAKANG........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................2
C. BATASAN MASALAH.....................................................................................3
D. TUJUAN DAN MANFAAT...............................................................................3
E. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4
F. METODE PENELITIAN....................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
1

A. LATAR BELAKANG
Manusia selalu hidup dalam alam, berdampingan dengan alam, dan selalu
membutuhkan alam. Dengan ragamnya sumber daya alam yang melimpah di
Indonesia ini pun, banyak sekali hal yang dimanfaatkan sebagai keperluan sehari-
hari. Mulai dari kebutuhan sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan
(tempat tinggal), semua itu berasal dari alam. Salah satu contohnya yakni batu.
Batu memiliki peran pada ketiga kebutuhan pokok tersebut. Sebagai tempat untuk
mengolah makanan, batu juga biasa digunakan sebagai material konstruksi,
bahkan bisa menjadi pewarna alami.

Batuan meliputi permukaan bumi dimana tempat kita berpijak, di dalam


perut bumi, di dasar laut, bahkan di luar angkasa. Definisi batuan secara umum
adalah semua bahan penyusun kerak bumi dan merupakan kumpulan dari mineral
yang telah menghablur. Namun, selain itu adapun batuan yang merupakan hasil
dari pelapukan kimiawi atau mekanik sekumpulan tanah dan bahan lepas lainnya.
Berdasarkan proses terbentuknya, batuan terdiri dari tiga jenis. Batuan beku
terbentuk dari proses pembekuan magma dalam jangka waktu yang panjang.
Batuan beku berada di dalam kerak bumi dan paling sering digunakan sebagai
material konstruksi atau bangunan.

Beberapa contoh batuan beku ialah batu andesit, batu apung, batu batu
granit, lavastone, batu basalt, batu dasit, dan batu opsidian. Kemudian ada
batuan sedimen yang terbentuk di atas permukaan bumi akibat pembekuan pada
tekanan suhu rendah. Selain itu, batuan sedimen juga bisa karena pelapukan pada
batuan yang sudah ada di permukaan bumi, Contohnya seperti batu gamping, batu
konglomerat, batu breksi, batu pasir, batu lempeng, batu serpih, dan batu rijang.
Yang terakhir adalah batuan metamorf, terbentuk dari batuan sedimen dan batuan
beku yang bermetamorfosis. Batuan metamorf berasal dari batuan yang sudah ada,
kemudian mengalami perubahan secara fisika dan kimia. Proses metamorfose
dapat berlangsung hingga jutaan tahun. Faktor yang mempengaruhi intensitas
metamorfisme batuan yaitu suhu, tekanan, larutan yang terlibat, waktu, dan media
metamorfisme. Tipe-tipe metamorfosa batuan metamorf yaitu metamorfosa
regional/dinamothermal, metamorfosa orogenic, metamorfosa burial,
2

metamorfosa dasar samudera, metamorfosa lokal, metamorfosa kontak,


metamorfosa kataklasitik, metamorfosa metamatisme, metamorfosa impact, dan
metamorfosa diaropteris/retrograde.

Dari masa ke masa, sudah menjadi pengetahuan umum kalau batuan


memiliki pigmen alami. Hal ini dapat dilihat dari lukisan zaman pra sejarah yang
memanfaatkan batu sebagai pewarna. Manusia pada zaman prasejarah
meninggalkan bukti bahwa mereka memakai batu sebagai media ekspresi seni
visual yang banyak ditemukan di dinding-dinding gua. Di Indonesia, bukti
konkretnya dapat dilihat pada lukisan zaman prasejarah di Gua Karst Leang Bulu
Sipong (Maros-Sulawesi Selatan), Gua Beloyot (Merabu, Kalimantan Timur),
serta Tebing situs Manikaippo Atsa (Misool, Papua Barat). Tidak jauh bedanya
jika dibandingkan dengan masa kini. Batu sudah mulai dikenal akan pigmen
alaminya. Tentu saja banyak faktor yang menyebabkan perbedaan warna pada
setiap batu, yaitu faktor tekanan, suhu, dan mineral pembentuknya. Di Indonesia
sendiri tersedia bebatuan yang bisa menghasilkan warna-warna bumi atau yang
biasa disebut dengan earth tone, seperti warna putih, krem, oranye, hijau
kecokelatan, abu-abu, hingga warna hitam.

 Homedeco lighting

 Makrame

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara mengolah bebatuan menjadi pigmen alami yang dapat
diterapkan pada produk home deco?
2. Apa saja perbedaan yang didapat sebagai pewarna pada produk home
deco?

C. BATASAN MASALAH
Berikut ini batasan masalah dalam pengkajian tugas akhir penulis :
1. Menggunakan bebatuan yang menghasilkan warna earth tone.
2. Bebatuan didapatkan dari daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Pigmen warna dari bebatuan akan diaplikasikan kepada .
3

D. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Tujuan
Tujuan dari pengkajian ini, yaitu untuk mengetahui manfaat bebatuan
sebagai pewarna alami pada kain. Mempelajari bagaimana cara
pengolahan dan penerapannya pada pada kain sehingga kualitasnya
tidak kalah dengan pewarna sintetis.

2. Manfaat
Manfaat Bagi Mahasiswa
Manfaat yang diperoleh mahasiswa dalam pelaksanaan Pengkajian ini
ialah:
a. Menambah pengalaman sebagai bekal persiapan diri dalam
menghadapi tugas akhir pengkajian.
b. Mengetahui dan belajar bahwa bebatuan bisa menjadi pewarna
kain dengan teknik ecoprint.
c. Menambah relasi dan wawasan bersama dengan narasumber yang
akan berbagi ilmu mengenai bebatuan dan pigmentasinya.
Manfaat Bagi Lembaga Pendidikan
Manfaat yang diperoleh Lembaga Pendidikan dalam pelaksanaan
Pengkajian ini ialah:
a. Menjadi sarana tolak ukur dan evaluasi dari Lembaga Pendidikan
kepada penulis.
c. Menambah referensi jurnal ilmiah yang bermanfaat bagi Lembaga
Pendidikan terkait
Manfaat Bagi Masyarakat
Manfaat yang diperoleh masyarakat dalam pelaksanaan Pengkajian ini
antara lain ialah:
a. Mempelajari alternatif pewarna kain selain pewarna sintetis, yang
berasal dari bebatuan.
b. Memberi dampak positif bagi masyarakat yang mendukung gerakan
ramah lingkungan.
4

c. Hasil dari penelitian dapat dimanfaatkan sebagai pondasi awal untuk


merancang pengembangan, perbaikan dan perubahan pada penelitian
atau praktek selanjutnya.

E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan Teori
a. Pengertian Bebatuan
Dalam Ilmu Geologi, pengertian batuan adalah semua bahan
penyusun kerak bumi dan merupakan kumpulan dari mineral-
mineral yang telah mengkristal. Bahan lepas lain yang terbentuk
dari hasil pelapukan kimia maupun pelapukan mekanis, serta
proses erosi batuan, juga tidak termasuk kategori batuan.
Berdasarkan asal-usulnya, batuan terpilah dalam 3 jenis, yakni
batuan beku; batuan sedimen; dan batuan metamorf. Batuan
beku merupakan kumpulan mineral silikat hasil dari
pendinginan magma. Adapun batuan sedimen adalah hasil
rombakan dari bantuan beku, batuan metamorf, atau batuan
sedimen yang telah ada sebelumnya. Sementara batuan
metamorf terbentuk dari batuan induk yang mengalami
perubahan tekstur dan komposisi mineral di fase padat, usai ada
perubahan fisika (tekanan, temperatur, atau keduanya).

b. Pengertian Ecoprint
Eco print merupakan “cara pengolahan kain dengan
memanfaatkan berbagai tumbuhan yang dapat mengeluarkan
pewarna alami” (Nuning, 2018: 4). Pada dasarnya, semua
tanaman dapat digunakan sebagai zat pewarna. Keunikan dari
eco print ini adalah pembuatannya yang langsung menggunakan
daun atau bunga, ditempelkan ke kain, dan diproses dengan
teknik tertentu. Berdasarkan penelitian, “ada 150 jenis tanaman
yang dapat menghasilkan pewarna alami” (Sumino, 2013: 1).
Eco print di Indonesia masih bertahan sampai sekarang karena
5

Indonesia memiliki banyak tanaman yang dapat dijadikan


sebagai bahan pewarna. Warna alam ini sudah dipakai sejak
zaman dahulu. Bahkan, suatu penelitian menyatakan bahwa
“pewarna alam sudah digunakan sejak tahun 1600-an” (Tim
Penulis The Trustees of The British Museum, 2012, 65).
Beberapa hal juga sering dikaitkan dengan isu-isu lingkungan,
karena warna alam dinilai lebih ramah lingkungan. Isu-isu
lingkungan menjadikan eco print sebagai salah satu produk yang
mendukung gerakan cinta lingkungan.

2. Penelitian Terdahulu
Sebuah lukisan purbakala yang mencitrakan rangkaian perburuan
hewan tergambarkan di dinding gua di Maros, Sulawesi Selatan.
Beberapa lukisan cap tangan juga ditemukan di sudut-sudut lain dari
gua di situs Leang Bulu Sipong ini . Nampaknya manusia dari zaman
prasejarah menggunakan metode cetak dan semprot ketika melukis
telapak tangan mereka yang ditempel. Hasil uji umur radioaktif dari
lukisan hasil karya budaya manusia tersebut menunjukkan usia yang
sangat lampau, yaitu 40.000 tahun lalu. Mereka memakai zat pewarna
alami dari mineral yang mudah ditemui, yaitu: hematit, dan oker untuk
spektrum warna merah, kuning hingga kecoklatan. Hematit adalah
mineral besi oksida (Fe2O3) berwarna hitam tetapi menjadi kemerahan
sebab teroksidasi, ketika sudah lama terpapar udara bebas. Oker adalah
mineral lempung yang bercampur dengan lapukan mineral oksida besi.
Sifat warna dari mineral-mineral ini terjadi secara alami dan inheren
adanya. Oleh karena itu, sifat zat pewarna dari mineral akan bertahan
lama hingga ribuan tahun lamanya.

F. METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian data kualitatif. Menurut
Creswell dalam Raco (2010: 7) mengungkapkan bahwa metode
penelitian kualitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk
6

mengeksplorasi dan memahami gejala sentral. Gejala sentral didapatkan


melalui proses wawancara dengan hasil informasi berupa kata atau teks.
Selanjutnya, informasi tersebut dikumpulkan dan dianalisis. Hasil akhir
dari penelitian ini adalah laporan dalam bentuk tertulis.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
b. Observasi.
c. Identifikasi.
d. Eksperimen
e. Dokumentasi

3. Subyek/responden/sampel Penelitian
Dalam pengkajian ini, penulis akan mewawancarai narasumber
yang kompeten dalam bidang pengolahan bebatuan menjadi pewarna
alami pada kain. Kemudian mengeksplor bebatuan sebagai pewarna
dengan teknik dan ilmu yang telah diberikan oleh narasumber.

4. Analisis Data
Batu adalah benda alam yang tersusun atas kumpulan mineral
penyusun kerak bumi yang menyatu secara padat maupun yang
berserakan. Pembentukan batu merupakan hasil proses alam. Di dalam
batu dapat terkandung satu atau beberapa jenis mineral.
Warna adalah kesan yang diterima oleh organ penglihatan kita yang
berasal dari spektrum cahaya dengan panjang gelombang tertentu, yang
dipantulkan atau dibiaskan melalui sebuah material. Jadi, ketika
manusia melihat warna merah pada suatu benda maka sebenarnya orang
melihat spektrum warna dengan panjang gelombang 635–700
nanometer yang dipantulkan dari benda tersebut, sedangkan aneka
warna-warna lain diserap oleh benda itu. Warna adalah fitur yang
memukau dari mineral dan sangat mudah diamati dengan mata. Salah
satu cara memahami warna adalah dengan melakukan analisis apa itu
mineral dan apa itu sistem kristal agar dapat mengenali perilaku cahaya
7

terhadap material. Mineral adalah material padat dengan susunan kimia


sejenis yang terbentuk secara alami dan membentuk sistem kristal yang
teratur.
Pigmen adalah zat pewarna utama yang dicampurkan ke sejenis
medium untuk menghasilkan cat, tinta, atau kosmetik. Pigmen yang
berasal dari mineral perlu dihancurkan dan digerus hingga sangat halus
sebelum dicampur ke dalam suatu medium tersebut. Medium untuk
membuat cat itu dapat berupa isi telur, madu, damar, minyak biji rami,
getah, air, lemak hewan, atau akrilik.
8

DAFTAR PUSTAKA

W. Irwan & Solehuddin. (2014). Kreatif & Dinamis dengan Batu Alam. Griya
Kreasi.

Irianingsih, N. (2018). Yuk Membuat Eco Print Motif Kain dari Daun dan Bunga.
PT Gramedia Pustaka Utama.

Saraswati, R., Susilowati, M. H. D., Restuti, R. C., & Pamungkas, F. D. (2019).


PEMANFAATAN DAUN UNTUK ECOPRINT DALAM
MENUNJANG PARIWISATA. Departemen Geografi FMIPA
Universitas Indonesia

Suryani, H., Megavitry, R., & Irmayanti. (2020). Pemanfaatan Bahan Alami
Untuk Pembuatan Ecoprint Pada Peserta Kursus Menjahit Yayasan
Pendidikan Adhiputeri Kota Makassar. Universitas Negeri Makassar,
44-45.

Gandar, S. & Kurnia, E. D. N. (2021). EVOLUSI ECO PRINT:


PENGEMBANGAN DESAIN DAN MOTIF ECO PRINT. Institut
Seni Indonesia, 213-217.

Purnomo, M. A. J. (2018). BATUAN PEWARNA PURBA SEBAGAI


ALTERNATIF BAHAN PEWARNA ALAMI BATIK RAMAH
LINGKUNGAN SEBAGAI PENCIRI PENGUATAN KARAKTER
DAERAH SRAGEN. Institut Seni Indonesia Surakarta, 13-14.

Kabar Kampus. (2020, Juni). Warna dalam Mineral.


https://kabarkampus.com/2020/06/warna-dalam-mineral/

Tribun Bali. (2015, Oktober). Lukisan Khas Kamasan, Cat Berbahan Dasar Batu
Gamping. https://bali.tribunnews.com/2015/10/21/lukisan-khas-
kamasan-cat-berbahan-dasar-batu-gamping?page=all

Kompas.com. (2018, November). Oker, Pewarna Alami Tertua yang Dipakai


sejak Ratusan Ribu Tahun Lalu.
https://sains.kompas.com/read/2018/11/25/170000423/oker-pewarna-
alami-tertua-yang-dipakai-sejak-ratusan-ribu-tahun-lalu?page=all

Bobo. (2020, Januari). Keren! Ternyata 3 Jenis Batuan Ini Dulu Digunakan
Sebagai Pewarna. https://bobo.grid.id/read/081981088/keren-ternyata-
3-jenis-batuan-ini-dulu-digunakan-sebagai-pewarna?page=all

Anda mungkin juga menyukai