0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan3 halaman
SOP ini mengatur tentang penempatan pasien infeksius di ruangan isolasi untuk mencegah penularan, meliputi screening pasien, penempatan di ruangan isolasi berdasarkan penyakitnya, dan tatalaksana sesuai kondisi pasien.
SOP ini mengatur tentang penempatan pasien infeksius di ruangan isolasi untuk mencegah penularan, meliputi screening pasien, penempatan di ruangan isolasi berdasarkan penyakitnya, dan tatalaksana sesuai kondisi pasien.
SOP ini mengatur tentang penempatan pasien infeksius di ruangan isolasi untuk mencegah penularan, meliputi screening pasien, penempatan di ruangan isolasi berdasarkan penyakitnya, dan tatalaksana sesuai kondisi pasien.
No. Revisi : 00 Tanggal Terbit : 13 April 2020 SOP
PEMERINTAH Halaman : 1/4
PROVINSI DKI JAKARTA
PUSAT Dr. Dicky Alsadik, M.M
KESEHATAN NIP.19770621 2006041021 MASYARAKAT KECAMATAN CEMPAKA PUTIH
1. Pengertian Penempatan Pasien Infeksius adalah penempatan pasien
berdasarkan penyakit menular atau suspek, dalam satu ruangan tersendiri (Isolasi) untuk mencegah terjadinya kontaminasi dengan pasien yang lain. 2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menempatkan pasien infeksius untuk mencegah terjadi infeksi ke pasien yang lain
3. Kebijakan Keputusan Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan
Cempaka Putih Nomor 53 Tahun 2020 Tentang Pedoman Panduan Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 5. Alat dan Bahan 1. Ruangan Isolasi
6. Prosedur / I. Tenaga Kesehatan menempatkan pasien yang sudah
langkah- discreening baik itu pasien HIV, HBSAg, dan sifilis serta Tb langkah Paru di tempatkan pada suatu ruangan yang terpisah ( Ruangan Isolasi ) atau untuk pasien Tb terdpat Ruangan sendiri yang terpisah dengan pasien umum II. Petugas Kesehatan melakukan screening awal dari IGD atau cek rekam medis pasien untuk HIV dan Sifilis dapat menggunakan Rapid test, dan tes Antigen dari Hepatitis B III. Khusus untuk pasien bersalin, apabila pasien tersebut datang untuk bersalin berikut ketentuan pasien yang dapat dilahirkan di Puskesmas 1. Pasien terinfeksi HIV a. Pasien Ibu hamil HIV dapat bersalin secara pervaginam bila ibu telah minum ARV teratur > 6 bulan atau diketahui kadar viral load < 1000 kopi/mm3 pada minggu ke-36, b. Semua bayi lahir dari ibu HIV harus diberi ARV Profilaksis (Zidovudin) sejak hari pertama (umur 12 jam) selama 6 minggu c. Pemberian kotrimoksasol profilaksis bagi bayi yang lahir dari ibu dengan HIV dimulai pada usia enam minggu, dilanjutkan hingga diagnosis HIV dapat disingkirkan atau hingga usia 12 bulan. d. Semua bayi lahir dari ibu HIV harus dirujuk ke rumah sakit terdekat untuk pemantauan dan mendapatkan perawatan lanjutan e. Pemberian imunisasi tetap dilakukan mengikuti standar pemberian imunisasi pada anak. Semua vaksinasi tetap diberikan seperti pada bayi lainnya, termasuk vaksin hidup (BCG, Polio oral, campak), kecuali bila terdapat gejala klinis infeksi HIV f. Konseling menyusui diberikan secara khusus sejak perawatan antenatal pertama dengan menyampaikan pilihan yang ada , yaitu ASI eksklusif atau susu formula eksklusif. Pilihan yang diambil haruslah ASI saja atau susu formula saja (bukan mixed feeding). Tidak dianjurkan untuk mencampur ASI dengan susu formula. 2. Pasien terinfeksi SIFILIS a. Pada ibu hamil, bila tidak tersedia RPR, pemeriksaan sifilis dapat dilakukan dengan tes cepat TPHA /TP- Rapid b. Sifilis pada kehamilan merupakan indikasi untuk pengobatan. Setiap ibu hamil dengan tes serologi positif (dengan metode apapun) minimal diobati dengan suntikan 2,4 juta UI Benzatin benzyl Penicilin IM. Bila memungkinkan diberikan 3 dosis dengan selang 1 minggu, sehingga total 7,2 juta unit. c. Terapi dengan Benzatin benzyl Penicillin didahului dengan skin test. Diberikan dengan dua dosis terbagi di bokong kanan dan bokong kiri d. Sehingga pasien yang tidak diobati dengan adekuat
No. Dokumen : sop/pkmcp/pkm/193
No. Revisi : 00 Halaman : 2/4 tidak disarankan untuk bersallin dipuskesmas 3. Pasien Hepatitis a. Pasien yang sudah didiagnosis atau terscreening Hepatitis, ditempatkan pada ruangan isolasi b. 100% anak dari ibu Hepatitis B mendapat pelayanan standar vitamin K dan imunisasi HB0, dilanjutkan dengan imunisasi HB1, 2, dan 3, dan 4 (vaksin DPTHB-Hib) sesuai dengan program imunisasi nasional; pemeriksaan serologis HBsAg saat bayi usia 9-12 bulan. 7. Diagram Alir Pasien datang (Jika dibutuhkan) Screening
Pasien positif infeksi
Ruangan Isolasi
Tatalaksana sesuai penyakit
8. Dokumen 1. SOP Universal Precaution
Terkait 2. SOP Kewaspadaan transmisi
9. Unit Terkait Ruang Bersalin, Pelayanan 24 Jam, Ruangan Paru