Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN MATERI

ORGANISASI BISNIS ISLAM

(Akad-akad Kemitraan dalam Bisnis)

A. Akad Kemitraan Bisnis Islam


Transaksi atau akad dalam fiqh muamalah merupakan keterkaitan atau
pertemuan ijab dan qabul yang berkaitan timbulnya akibat hukum. Dalam bahasa
Indonesia disebut sebagai kontrak. Akad merupakan tindakan hukum dua pihak, karena
akad pertemuan ijab yang mempresentasikan kehendak dari satu pihak dan qabul yang
menyatakan pihak lainnya. Akad memiliki maksud bersama yang akan dituju dan hendak
diwujudkan oleh para pihak melalui pembuatan akad.

B. Jenis-jenis Akad Kemitraan dalam Bisnis Islam


1. Mudharabah, yakni perjanjian antara dua orang atau lebih, dimana pihak pertama
memberikan modal usaha, sedangkan pihak lain menyediakan tenaga keahlian,
dengan keuntungan dibagi sesuai kesepakatan.
a) Rukun Mudharabah
(1) Pemilik modal (shahibul mal)
(2) Pengelola (mudharib)
(3) Ucapan serah terima (shigat ijab wa qabul)
(4) Modal (ra`sul mal)
(5) Pekerjaan
(6) Keuntungan
b) Syarat Mudharabah
(1) Pemilik modal dan pengelola harus mampu bertindak sebagai pemilik modal
dan manajer
(2) Terdapat kejelasan tujuan kemauan dala melakukan transaksi dengan ucapan
serah terima (shigat ijab wa qabul) kedua pihak
(3) Modal diketahui jumlahnya, jenisnya, dan modal harus disetor tunai kepada
pengelola (mudharib)
(4) Keuntungan adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal,
keuntungan dan tujuan akhir dari mudharabah
(5) Pekerja atau usaha perdagangan merupakan kontribusi pengelola (mudharib)
dalam kontrak mudharabah yang disediakan pemilik modal
c) Macam-macam Mudharabah
(1) Mudharabah Muthlaq, pemilik modal memberikan modal pada pengelola
(mudharib) tanpa disertai batasan mengenai tempat kegiatan usaha, jenis
usaha, barang yang menjadi objek usaha, dan ketentuan lainnya.
(2) Mudharabah Muqayyadah, pemilik modal memberikan ketentuan dan batasan
yang berkaitan dengan tempat usaha, jenis usaha, barang yang menjadi objek
usaha, waktu, dan dari siapa barang tersebut dibeli.
d) Pembatalan Mudharabah
(1) Tidak terpenuhinya salah satu / beberapa syarat mudharabah sedangkan modal
sudah dipegang oleh pengelola dan sudah dijalankan usahanya
(2) Pengelola (mudharib) sengaja meninggalkan tugasnya sebagai pengelola
modal atau pengelola (mudharib) berbuat sesuatu yang pengelola modal
bertanggungjawab jika terjadi kerugian karena dialah penyebab kerugiannya.
(3) Apabila pemodal atau pengelola meninggal dunia
2. Kemitraan (Syirkah / Musyarakah)
Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika, yasroku yang
artinya menjadi sekutu atau serikat. Al-Musyarakah merupakan akad kerja sama
usaha dimana setiap pihak menyetorkan modalnya sesuai kesepakatan, dan bagi hasil
atas usaha bersama diberikan sesuai dengan kontribusi dana / sesuai kesepakatan
bersama.
a) Rukun yang harus dipenuhi:
1) Pelaku akad, yakni mitra usaha
2) Objek akad, yakni modal (mal), kerja (dharobah), dan keuntungan (ribh)
3) Shighah, yakni ijab dan qabul
b) Syarat Syirkah
1) Akad syirkah akan terwujud apabila seseorang berstatus merdeka, baligh, dan
pandai (rasyid)
2) Modal syirkah diketahui
3) Modal syirkah ada ketika melakukan transaksi
4) Besarnya keuntungan diketahui dengan penjumlahan yang berlaku seperti
setengah, dsb.
c) Macam-Macam Syirkah
1) Syirkah al-Milk (non kontrak) terbentuk tanpa melalui akad kerja sama,
didapat dari warisan dan wasiat
2) Syirkah al-`Uqud (sesuai kontrak) terbentuk karena ada akad-akad kerja sama,
terdiri atas empat jenis, antara lain:
(a) Syirkah Inan, yakni kerja sama antara dua pihak atau lebih yang masing-
masing menyediakan modal dan tenaga, dengan bagi hasil keuntungan.
Dalam syirkah Inan, tidak disyaratkan harus sama dalam modal, tenaga
dan pembagian laba. Masing-masing mitra mendapat keuntungan dan
menanggung kerugian sesuai nilai modal yang disetorkan.
(b) Syirkah Mudharabahl, yakni kerja sama usaha dimana pihak pertama
menyediakan modal, pihak lainnya menjadi pengelola / pengusaha, dan
keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan. Pemodal disebut sebagai
Shahibul Mal, dan pelaku usaha disebut Mudharib.
(c) Syirkah Wujuh, yakni kerja sama dua pihak atau lebih untuk membeli
sesuatu tanpa modal karena kepercayaan dan kedudukannya dimata
pemilik barang, lalu diperdagangkan bersama, kemudian keuntungan
dibagi sesuai kesepakatan.
(d) Syirkah Abdan / A`mal, yakni kerjasama dua pihak atau lebih dalam
mengerjakan suatu proyek; seperti borongan tukang, kemudian keuntungan
dibagi sesuai aturan yang disepakati.
d) Pembatalan Syirkah
Akad syirkah akan batal karena beberapa hal, antara lain:
1) Salah satu pihak membatalkannya meski tanpa persetujuan pihak lain
2) Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk ber-tasharuf (keahlian dalam
mengelola kontrak), baik karena gila atau alasan lainnya
3) Salah satu pihak meninggal dunia, tetapi jika anggota syirkah lebih dari dua
orang, yang batal hanyalah yang meninggal saja
4) Salah satu pihak jatuh bangkrut yang berakibat tidak berkuasa lagi atas harta
yang menjadi saham syirkah
5) Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan atas nama syirkah
3. Muzara`ah, Mukhabarah, dan Musaqah
a. Muzara`ah dan Mukhabarah
Muzara`ah, kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani
penggarap, dimana benih tanamannya dari petani. Sedangkan Mukhabarah
benihnya berasal dari pemilik lahan.
a) Rukun
(1) Pemilik lahan
(2) Petani penggarap / pengelola
(3) Objek al-muzara`ah
(4) Shigat
b) Syarat-syarat
(1) Harus berakal
(2) Adanya penentuan jenis tanaman yang akan ditanam
(3) Perolehan bagi hasil harus disebutkan jumlahnya, hasil adalah milik
bersama
(4) Lokasi dan batas tanah jelas
c) Penyebab batalnya akad
(1) Bagian pemilik lahan dan penggarap tidak disebutkan dengan jelas
(2) Adanya tipu daya yang menimbulkan persengketaan
b. Musaqah, kerja sama antara pemilik kebun dan tukang kebun, dimana pemilik
kebun mempersilakan tukang kebun untuk memeliharanya, sedangkan
penghasilannya akan dibagi sesuai dengan perjanjian keduanya sewaktu akad.
a) Rukun
(1) Aqidain (pemilik kebun dan penggarap)
(2) Obyek akad yaitu pekerjaan dan buah
(3) Shigat
(4) Obyek musaqah
b) Syarat-syarat Musaqah
(1) Memiliki kecakapan dan sama-sama boleh mennasarufkan hartanya
(2) Objek musaqah boleh semua jenis pohon yang berbuah ataupun tidak
berbuah namun butuh perawatan dan menghasilkan
(3) Presentasi pembagian hasil panen sesuai dengan kesepakatan awal
(4) Akad ditentukan jangka waktunya

Anda mungkin juga menyukai