hubungan antara huruf Ahkamul maddi wal qasr, yakni panjang dan pendeknya dalam
melafazkan ucapan dalam tiap ayat Al-Quran Ahkamul waqaf wal ibtida’, yakni mengetahui
huruf yang harus mulai dibaca dan berhenti pada bacaan bila ada tanda huruf
Shifatul Huruf Hams merupakan sifat huruf yang ketika dibaca mengalirkan udara.
Berkebalikan dengan sifat Jahr yang menahan udara keluar ketika membacanya. huruf-huruf
yang bersifat Jahr adalah huruf hijaiyah selain huruf dibawah ini. Huruf hijaiyah yang bersifat
hams terdapat sepuluh huruf yang biasa disingkat dengan bacaan “Fahatssahu Syakhshun
Sakat”, yaitu huruf
فثهح صس ك تشخ
Isiti’la bermakna lidah terangkat ketika membaca sebagian huruf, sedangkan Istifal ialah
merendahnya lidah ketika membaca huruf tertentu. Huruf-huruf Isti’la adalah
Ithbaq bermakna terangkatnya lidah hingga menutup semua langit-langit mulut, yang
termasuk dalam sifat ini adalah huruf
Sedangkan infitah yang berarti terbukanya lidah (tidak menutup semua langit-langit mulut)
berupa huruf selain keempatnya.
• Shafir
Shafir bermakna berdesis. Dalam arti ketika membaca huruf bersifat tersebut mengeluarkan
bunyi desisan “sss”. Huruf yang termasuk dalam kategori ini adalah huruf
ص, س,ز
Tafassyi bermakna udara yang banyak berhembus dari mulut. Sedangkan Istithalah berarti
makhraj yang memanjang dari ujung lidah ke ujung yang lain. Huruf yang bersifat Tafassyi
adalah huruf ش, dan yang bersifat Istithalah adalah huruf ض.
Inhiraf bermakna meyimpang. Dalam arti makhrajnya menyimpang ke makhraj huruf lain
pada saat tertentu. Contohnya makhraj huruf لmenyimpang ke makhraj huruf نketika ل
dibaca tebal (tafkhim). Sedangkan takrir adalah gerakan berulang ketika membaca suatu
huruf. Yang termasuk dalam sifat inhiraf, menurut al-Jazari adalah huruf لdan ر, sedangkan
menurut as-Syathibi adalah huruf لsaja. Sementara itu yang termasuk dalam takrir menurut
keduanya adalah huruf ر.
• Qalqalah
Qalqalah adalah bunyi pantulan dari pembacaan huruf tertentu. Adapun yang termasuk dalam
huruf Qalqalah adalah huruf
Kedua sifat ini adalah khusus pada thoriq al-Jazari. Idzlaq berarti mudah dikeluarkan
(diucapkan) dari mulut, karena makhrajnya dekat dengan ujung lidah. Ishmat berarti
kebalikannya, yakni tidak semudah idzlaq dalam pengucapan. Huruf-huruf Idzlaq adalah
• Ghunnah
Ghunnah disini sifat yang dikhususkan oleh as-Syathibi, yang berupa huruf Nun dan Mim
sukun, dan yang bertasydid.
• Al-Hawi
al-Hawi disini adalah sifat yang juga dikhususkan oleh as-Syathibi. Al-Hawi berarti huruf
yang makhrajnya leluasa untuk mengeluarkan suara yang lebih keras dibandingkan dengan
makhraj huruf lain. Huruf yang termasuk disini hanya satu huruf, yaitu اAlif.
Isitilah Mad wal lin merupakan gabungan dari thoriq as-Syathibi dan al-Jazari. Mad
merupakan istilah dari as-Syathibi yang berupa huruf Ya, Wawu, dan Alif yang sebelumnya
didahului huruf yang berharakat kasrah, dhummah ataupun fathah. Adapun istilah liin
merupakan thoriq al-Jazariyyah yang artinya lembut. Huruf yang termasuk liin disini adalah
huruf وdan يsukun yang didahului huruf berharakat fathah.
Hukum nun mati dan tanwin adalah salah satu tajwid yang terdapat dalam Al-Qur'an. Hukum
ini berlaku jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf tertentu. Hukum ini terdiri dari 4
jenis, yaitu:
1) Idhar ()اظهار
Idhar artinya jelas atau terang, Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu
huruf halqi hukum bacaanya di sebut idhar. Huruf halqi ada enam yaitu: اح خ ع غ ﻫContoh
bacaan idhar:
2) Idgham ()اذغام
Idgham artinya memasukan atau melebur, apabila nun mati atau tanwin bertemu huruf
idgham yaitu: ي ن م و ل ر maka wajib di baca idgham, cara membacanya seolah
mentasydidkan nun mati atau tanwin. Idgham terbagi dua: idgham bighunnah dan idgham
bilaghunnah.
a. Idgham bighunnah
Hukum bacaannya wajib di baca berdengung dengan meleburkan suara nun mati atau tanwin
ke dalam huruf idgham bighunnah yaitu: ي ن م و
م س ٍد
ْ ِمنْ َم عَا بِ ٌد َما َعبَ ْدتُ ْم
Ketentuan bacaan idgham bighunnah tidak berlaku lagi jika nun mati berada dalam satu kata.
Hukum bacaannya wajib dibaca idhar/jelas nun matinya. Contoh: ٌص ْن َوان
ِ - ٌقِ ْن َوان ٌ بُ ْنيَان- ُد ْنيَا-
b. Idgham bilaghunnah
Idgham bilaghunnah artinya memasukkan atau meleburkan tanpa berdengung. Apabila nun
mati atau tanwin bertemu salah satu huruf idgham bilaghunnah yaitu: ل ر
3) Iqlab
Iqlab artinya membalik atau mengganti. Apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan
huruf ب maka hukum bacaannya disebut iqlab. Cara membacanya adalah bunyi nun mati
atau tanwin berubah menjadi mim. Huruf iqlab hanya satu yaitu ب .
Contoh bacaan iqlab:
Huruf Nun mati Tanwin
ب ِمنْ بَ ْع ِد ِه ْم ص ْي ٌر
ِ َس ِم ْي ٌع ب
َ
4) Ikhfa
Ikhfa artinya menyamarkan atau menyembunyikan bunyi nun mati atau tanwin. Maksudnya
bunyi nun mati atau tanwin dibaca samar-samar antara jelas dan dengung, serta cara
membacanya ditahan sejenak. Hukum bacaan dibaca ikhfa apabila nun mati atau tanwin
bertemu dengan salah satu huruf ikhfa yang jumlahnya ada 15 yaitu: - ش- س- ز- ذ- د- ج- ث-ت
ك- ق- ف- ظ- ط- ض-ص
Contoh bacaan ikhfa:
3. Hukum RO’
Hukum membaca ro’ itu ada dua yaitu:
1) Tafkhim
Yaitu ro’ yang dibaca berat atau tebal ketika mengucapkan huruf ini, maka bibir dibawah
terangkat naik. Sedangkan untuk ukuran getaran ro’ paling banyak adalah tiga getaran dan
tidak boleh lebih dari tiga getaran. Adapun ciri-ciri ro’ yang dibaca tebal adalah sebagai
berikut:
a. Ro’ yang berharokat fathah atau dhommah. Contoh :َر ْح َمةٌ – َربَّنَا
b. Ro’ mati jatuh setelah harokat fathah atau dhommah. Contoh: َق – يُ ْر َزقُ ْون
ُ يَ ْر َز
c. Ro’ mati jatuh setelah harokat kasroh dan bertemu drngan huruf isti’la dalam satu kalimat.
Jumlah hurufnya ada tujuh yaitu: ق- ظ- ط- غ- ض- ص-خ. Contoh : صا ِد – ِمنْ ُك ِّل فِ ْرقَ ٍة
َ لَبِا ْل ِم ْر
Tetapi jika ro’ mati jatuh setelah kasroh dan meskipun bertemu dengan huruf isti’la tetapi
tidak dalam satu kalimat, maka ro’ tetap dibaca tipiz.
Contoh :َص ْب ًرا َج ِم ْيال ْ َق
َ اصبِ ْر
d. Ro’ mati didahului oleh hamzah washol (baik harokat fathah, kasroh, atau dhommah).
Contoh : اِ ْر ِج ِعى
2) Tarqiq
Yaitu ro’ yang dibaca tipis atau ringan. Sedangkan ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a. Semua ro’ yang berharokat kasroh, baik diawal, tengah, atau akhir kalimat. Contoh : َ َكا فِ ِريْن-
َاَ ِرنَا الَّ ِذيْن
b. Ro’ mati jatuh setelah harokat kasroh asli dan sambung sekaligus tidak bertemu dengan
salah satu huruf isti’ladalam satu kalimat. Contoh :
اصطَبِ ْر
ْ َو- ََوقَالَفِ ْرع َْون
c. Semua ro’ yang mati tidak asli (karena waqof) baik ro’ berharokat fathah, dhommah atau
َّ اَل-س ْح ُر
kasroh dan selama ro’ tidak jatuh setelah harokat fathah atau dhommah. Contoh : سرا َّ اَل
ِئ ُر
d. Ro’ mati jatuh setelah harokat kasroh meski bertemu dengan huruf isti’la tetapi tidak dalam
satu kalimat. Contoh : َُص ِّع ُر َخ َّد ك
َ َواَل ت
e. Ro’ mati sebab waqof dan didahului oleh ya mati. Contoh : َخبِ ْي ٌر-َخ ْي ٌر
Hukum ra'
Hukum ra' adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra' dalam bacaan. Terdapat tiga
cara yaitu kasar atau tebal, halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan.
Bacaan ra' yang harus dikasarkan dan ditipiskan adalah apabila setiap ra' yang berbaris mati
yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf
isti'la'.
Contoh: ﻓِ ْﺮﻕ