Anda di halaman 1dari 11

Paper Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan

Disusun oleh :
Miftahul Zannah (H0420049)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan paper Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan ini disusun


guna melengkapi tugas mata kuliah Perhutanan Sosial. Laporan ini telah diketahui
dan disahkan oleh Dosen Perhutanan Sosial pada :
Hari :
Tanggal :

Disusun oleh :
Nama : Miftakhul Zannah (H0420049)
Program Studi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Mengetahui,
Dosen Pengampu Perhutanan Sosial

Dr. Sapja Anantanyu, S.P., M.Si


NIP. 196812271994031002
A. Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya yang menempati posisi yang sangat
strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga dalam
pengelolaan hutan yang berkelanjutan memerlukan sumber daya manusia yang
berkualitas, berkemampuan IPTEK, serta manajemen yang baik. Pemanfaatan
sumber daya hutan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tingkat
pendidikan masyarakat dan tingkat kemiskinan masyarakat sekitar yang masih
sangat tinggi (Sagita et al, 2019). Masyarakat sekitar hutan perlu dilibatkan
dalam mewujudkan konsep pengelolaan hutan lestari karena masyarakat
sekitar hutan merupakan pelaku utama yang sering berinteraksi dengan hutan.
Partisipasi masyarakat mengacu pada gelanggang sosial, masyarakat, atau
proyek pembangunan. Selain itu, konsep partisipasi semakin banyak
dihubungkan dengan hak-hak kewargaan dan pemerintahan yang demokratis.
Partisipasi didefinisikan sebagai penyertaan mental dan emosi seseorang
didalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk menyumbangkan
ide, pikiran, dan perasaan untuk menciptakan tujuan bersama dan bertanggung
jawab terhadap tujuan tersebut. Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan
hutan dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam kelompok tani hutan.
Kelompok tani sebagai pendamping dalam melakukan belajar bersama di
berbagai bidang seperti teknologi dan produksi, pelatihan teknis sistem usaha
tani, pengembangan kelembagaan dan sistem informasi. Partisipasi masyarakat
dalam pemanfaatan hutan secara lestari sangat dibutuhkan, aspek-aspek kunci
pembangunan berkelanjutan meliputi pemberdayaan masyarakat lokal,
swasembada dan keadilan sosial.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengerti partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan
2. Mahasiswa dapat memahami bentuk partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan hutan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tingkat partisipasi masyarakat dalam
mengelola hutan

C. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
definisi partisipasi ialah keadaan ikut terlibat pada sebuah kegiatan.
Berdasarkan Peraturan Mendagri No.:5/2007, partisipasi merupakan bentuk
keikutsertaan masyarakat secara aktif pada tiap fase perencanaan
pembangunan. Lebih lanjut, partisipasi ialah sebuah sistem tatkala warga,
selaku perseorangan atau komunitas dan lembaga/institusi, berperan untuk turut
serta dalam memberikan pengaruh terhadap proses perancangan (perencanaan),
implementasi (pelaksanaan) dan monitoring (pemantauan) peraturan yang
langsung berdampak bagi kehidupan warga tersebut.
Selanjutnya Slamet (1990) dalam Winarto (2003) mengutarakan,
partisipasi oleh masyarakat sangat absolut dibutuhkan dalam rangka mencapai
suksesnya sebuah pekerjaan pembangunan. Jika tidak ada partisipasi
masyarakat, maka tingkat kesuksesan setiap pekerjaan pembangunan akan
rendah. Seterusnya, digambarkan juga bahwa keterlibatan (partisipasi)
masyarakat dalam rangkaian pekerjaan yang terkait dengan pembangunan,
biasanya melewati pembelajaran (proses). Maka dari itu, masyarakat harus
melewati pembelajaran agar memahami kemungkinan kemungkinan
berpartisipasi dalam pekerjaan pembangunan. Bahkan, kadangkala kapasitas
dan keahlian mereka masih harus dioptimalkan dalam memanfaatkan
kemungkinan-kemungkinan tersebut.
D. Bentuk Partisipasi Masyarakat
Huraerah (2008), menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat dapat
dibedakan menjadi 5 (lima) bentuk sebagai berikut
a. Partisipasi Buah Pikiran
Tingginya partisipasi mereka dalam bentuk buah pikiran dimana ide,
pandangan maupun pendapat yang disampaikan sangat terkait dengan
pengelolaan areal hutan. Kesediaan masyarakat dalam mengikuti
pertemuan-pertemuan dan memberikan gagasan menjadi hal yang menarik
selain karena terkait dengan pengelolaan areal kelola hutan adalah karena
keberadaan pendamping atau penyuluh yang memfasilitasi pertemuan dan
memancing mereka untuk berdiskusi dan saling memberikan ide.
Berdasarkan observasi yang dilakukan ditemukan bahwa adanya
peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Yayasan Pesona Tropis Alam
Indonesia (PETAI) yang memfasilitasi pertemuan dalam kaitannya dengan
program pengelolaan hutan, berdampak pada kehadiran masyarakat yang
cukup tinggi, mereka secara aktif terlibat dalam memberikan ide dan bahkan
memberikan pertanyaan kritis pada materi atau topik yang mereka tidak
mengerti. Selain itu, mereka juga terlibat aktif dalam persiapan rencana
kegiatan, walaupun seringkali dalam pengambilan keputusan, mereka
menyerahkannya kepada ketua kelompok, kepala desa dan/atau tokoh
masyarakat yang dianggap lebih mengetahui. Kondisi ini sejalan dengan
pernyataan Suprayitno (2008) yakni eksistensi atau kehadiran seorang
petugas penyuluh kehutanan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan
implementasi program-program kehutanan di tingkat tapak. Petugas
penyuluh kehutanan memiliki kontribusi yang sangat signifikan dan vital
terutama dalam memberikan informasi, mengedukasi serta menggugah
penduduk yang tinggal di sekitar kawasan hutan supaya bersedia dan ikut
terlibat dalam kegiatan pengelolaan dan pemafaatan kawasan hutan yang
berkelanjutan
b. Partisipasi Tenaga,
Pada kriteria ini, bentuk partisipasi dilihat dari pemberian sumbangan
dalam bentuk tenaga selama programpengelolaan hutan, seperti membantu
merealisasikan program tanpa mengharapkan imbalan berupa uang.
disampaikan oleh masyarakat melalui beragam aktivitas/pekerjaan demi
perbaikan atau pengembangan desa, bantuan untuk pihak lain, dan lain lain.
Partisipasi tenaga dapat dilihat wujudnya pada saat mengimplementasikan
rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, contohnya dalam
pembangunan fasilitas pembibitan (nursery), pembuatan kompos dan
pembuatan pupuk organik cair.
c. Partisipasi Harta Benda
Bentuk partisipasi yang merepresentasikan kriteria ini adalah
memberikan sumbangan berupa harta benda misalnya uang, pakaian,
makanan dan lain sebagainya. Partisipasi ini disampaikan oleh masyarakat
melalui beragam aktivitas/pekerjaan demi perbaikan atau pengembangan
desa. Meskipun jumlah persentase partisipasi dalam bentuk memberikan
sumbangan harta-benda rendah, namun beberapa wujud partisipasi yang
ditemukan sangat menunjang keberhasilan program pengelolaan hutan
diantaranya adalah penyediaan konsumsi ringan ketika rapat, pembangunan
pembibitan atau pembuatan pupuk organik. Disamping itu, ada juga warga
yang menghibahkan lahannya untuk dijadikan sebagai pembibitan dan
percontohan.
d. Partisipasi Ketrampilan dan Kemahiran
Pada kriteria ini, bentuk partisipasi direpresentasikan dengan
pemberian sumbangan oleh masyarakat dalam bentuk keterampilan atau
keahlian dalam implementasi program hutan. Partisipasi ini disampaikan
oleh partisipan dalam mendukung beragam usaha/bisnis. Rendahnya tingkat
partisipasi masyarakat dalam hal keterampilan dan kemahiran disebabkan
oleh minimnya keahlian atau keterampilan yang dimiliki masyarakat di
ketiga desa. Hal ini merupakan kendala bagi masyarakat untuk
menyumbangkan keahlian mereka dalam program pengelolaan hutan.
Menurut Pasaribu dan Simanjuntak (1986), Partisipasi keterampilan, yakni
mempersembahkan dukungan berupa keahlian, kompetensi atau
keterampilan yang dimiliki seseorang kepada orang lain yang
memerlukannya, tujuannya adalah supaya orang yang dimaksud mampu
melaksanakan aktivitas atau kegiatan yang bisa menambah
kesejahteraannya.
e. Partisipasi Sosial
Partisipasi dalam bentuk sosial direpresentasikan dengan keterlibatan
responden dalam kegiatan sosial di desa seperti arisan, gotong-royong
dan/atau serikat tolong menolong. Hubungan sosial antara masyarakat desa
masih terjalan dengan erat. Masyarakat pedesaan masih sangat mengenal
satu sama lain, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang masih mempunyai
ikatan kekerabatan atau persaudaraan yang amat dekat, hal ini menjadi
faktor utama yang mengakibatkan tingginya partisipasi sosial dibandingkan
dengan bentuk partisipasi lainnya. Terdapat beberapa bentuk kegiatan
sosial, salah satunya adalah urup-urup (saling membantu di musim tanam),
menanam padi, pernikahan, merencanakan kegiatan adat, dan lain lain.
Hampir semua penduduk desa biasanya mengambil bagian dalam kegiatan
ini, setidaknya satu perwakilan dari masing-masing keluarga akan
berpartisipasi.
E. Tingkat Partisipasi Masyarakat
Tingkat partisipasi dinilai dengan mengacu pada 4 tahapan yaitu
pembuatan rencana, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta pemanfaatan
hasil. Partisipasi dimaksudkan untuk mengerakkan independensi masyarakat
sehingga pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dapat
tercapai.
a. Pembuatan Rencana
Tingginya partisipasi masyarakat pada tahap pembuatan rencana dan
pelaksanaan kegiatan ini mengindikasikan bahwa kondisi ideal implementasi
program pengelolaan hutan adalah dengan melibatkan masyarakat sejak
memulai perencanaan kegiatan. Kondisi ini sejalan dengan yang diutarakan
oleh Tilaar (2009) yakni partisipasi merupakan bentuk dari cita-cita untuk
menumbuh-kembangkan semangat demokrasi dengan metode desentralisasi
yaitu penyerahan sebagian wewenang/kekuasaan oleh pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah, dimana metode ini membutuhkan perencanaan
mulai dari tingkat paling bawah (bottom-up) yang melibatkan masyarakat.
Partisipasi masyarakat yang tinggi terutama pada tahap pembuatan rencana
adalah komponen paling utama yang akan memastikan berhasil atau gagalnya
capaian sebuah agenda/program. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan
rencana akan membuat program pengelolaan hutan menjadi lebih aplikatif
dan sejalan dengan kepentingan masyarakat.
b. Pelaksanaan Kegiatan
Pada tahap ini, tingkat partisipasi masyarakat biasanya sangat tinggi.
Kondisi ini terjadi terutama dikarenakan pada kegiatan tersebut memang
benar-benar dibutuhkan oleh masyrakat sehingga mereka secara sukarela juga
terlibat dalam pelaksanaan kegiatannya.
c. Pemantauan dan Evaluasi
Keberhasilan suatu kegiatan salah satunya ditentukan oleh pemantauan dan
evaluasi yang dilaksanakan atas proyek atau kegiatan yang dimaksud
sehingga apabila terdapat kekeliruan, kealpaan, atau kelalaian pada saat
implementasi, bisa dilaksanakan koreksi, pembaruan atau rekonstruksi
dengan secepat mungkin.
d. Pemanfaatan Hasil
Bentuk kegiatan pemanfaatan hasil yang ditemukan diantaranya adalah
mengambil hasil hutan bukan kayu (HHBK) dari dalam areal hutan, seperti
gambir, rotan dan madu. Secara keseluruhan, tingkat partisipasi masyarakat
dalam 4 tahapan (pembuatan rencana, pelaksanaan, pemantauan, serta
pemanfaatan) adalah tinggi. Kondisi ini sejalan dengan penjelasan Uphoff et
al (1979) dalam Manule (2002), yaitu tingkat partisipasi tinggi jika
informan/responden ikut serta pada tiap tingkatan kegiatan yakni
perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan serta monitoring dan evaluasi.
F. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Di dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
disebutkan bahwa hutan dikelola untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Seharusnya, indikator yang digunakan ialah kesejahteraan masyarakat desa
hutan, karena sumberdaya hutan ialah unsur yang tidak terpisahkan dari sistem
kehidupan. Sayangnya, pendekatan pengelolaan hutan jarang sekali dikaitkan
dengan aspek sosial dan ekonomi. Padahal masalah terbesar dalam pengelolaan
sumberdaya alam justru menyangkut kondisi sosial dan kondisi ekonomi
masyarakat di sekitar hutan. Akibatnya, kesejahteraan masyarakat sekitar hutan
tidak pernah terwujud.
Jika dikaitkan dengan konsepsi pembangunan yang berkelanjutan dengan
tiga fondasi utama yang saling berkesinambungan, yakni; pertumbuhan
ekonomi, keberlanjutan sosial serta keberlanjutan lingkungan, maka partisipasi
atau keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan sumberdaya alam dan
lingkungan sangat berkaitan dengan tiga pilar yang disebutkan diatas. Lebih
lanjut, Suryono (2010) menegaskan bahwa di Indonesia tidak cukup hanya
bergantung pada tiga pilar saja seharusnya diterapkan lima pilar pembangunan
berkelanjutan yaitu sosial, ekonomi, ekologi, kelembagaan lingkungan dan
penegakan hukum.
G. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari paper ini adalah:
a. Bentuk partisipasi atau keterlibatan masyarakat pada program
Pengelolaan Hutan dinilai berdasarkan 5 kriteria yaitu buah pikiran,
tenaga, harta-benda, keterampilan dan sosial.

b. Tingkat partisipasi dinilai dengan mengacu pada 4 tahapan yaitu


pembuatan rencana, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta
pemanfaatan hasil.

c. Peran Perguruan Tinggi salah satunya adalah melakukan kajian-


kajian ilmiah untuk dapat dijadikan sebagai masukan terhadap
langkah korektif kebijakan pemerintah demi kesejahteraan
masyarakat dan kelestarian hutan.

2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada paper ini adalah:
a. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program
pengelolaan hutan, sebaiknya pendekatan yang dilakukan adalah
dengan terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial di desa seperti;
arisan, gotong-royong, urup-urup, dan lain sebagainya. Interaksi
sosial yang dibangun akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat.
b. Dalam mengimplementasikan program-program yang terkait
dengan masyarakat, Pemerintah perlu mengintervensi penataan
kelembagaan kelompok masyarakat melalui peningkatan kapasitas
petani/kelompok dan memfasilitasi akses terhadap data, keterangan
dan fakta yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Huraerah, A. 2008. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat: Model dan
Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Bandung: Humaniora
Pasaribu, I.L. dan Simanjuntak, B. 1986. Sosiologi dan Pembangunan. Tarsito.
Bandung.
Sagita, M. N., Akhbar, A., & Muis, H. (2019). Partisipasi Petani Dalam Pengelolaan
Hutan Kemasyarakatan Di Desa Labuan Toposo Kecamatan Labuan
Kabupaten Donggala. Jurnal Warta Rimba, 7(2).
Suprayitno, A.R., 2011. Model Peningktan Partisipasi Petani Sekitar Hutan Dalam
Mengelola Hutan Kemiri Rakyat. [Disertasi]. IPB. Bogor.
Suryono, A. 2010. Dimensi-Dimensi Prima Teori Pembangunan. Universitas
Brawijaya Press. Malang
Tilaar, H.A.R. 2009. Kekuasaan dan Pendidikan: Manajemen Pendidikan
Nasional dalam Pusaran Kekuasaan. Rineka Cipta. Jakarta.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
Winarto, H. 2003. Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Agoforestry. [Tesis].
Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai