Disusun oleh:
1. Abdullah Muzakkah 2144030585
2. Ana Lindatus Sholehah 2144030593
FAKULTAS SYARI’AH
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-FALAH AS-SUNNIYYAH
(INAIFAS)
KENCONG-JEMBER
TAHUN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Penulis
A. Pengertian Al-ahliyyah
Secara harfiyah (etimologi), ahliyyah berarti kecakapan/kelayakan
menangani suatu urusan”. Misalnya orang yang memiliki
kemampuan dalam suatu bidang, maka ia dianggap ahli untuk
menangani bidang tersebut.
Adapun arti ahliyyah secara terminologi, menurut para ahli ushul
fiqih, yaitu;
“Suatu sifat yang dimiliki seseorang yang dijadikan ukuran oleh
syari’ untuk menentukan seseorang telah cakap dikenai tuntutan
syara’.”(Al-Bukhari : II : 1357)
Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa ahliyyah adalah sifat
yang menunjukkan bahwa seseorang telah sempurna jasmani dan
akalnya, sehingga seluruh tindakannya dapat dinilai oleh syara’.
Orang yang telah mempunyai sifat tersebut dianggap telah sah
melakukan suatu tindakan hukum, seperti transaksi yang bersifat
menerima hak dari orang lain. Dengan demikian, jual belinya,
hibbahnya, dan lain-lain dianggap sah. Ia juga telah dianggap
mampu untuk menerima tanggungjawab, seperti nikah, nafkah, dan
menjadi saksi.
Macam-macam Al-ahliyyah
Adapun Ahliyyah menurut istilah ulama’ ushul fiqih, maka
ahliyyah terbagi kepada dua bagian yaitu:
1. Ahliyyah Al-Wujub
Ahliyyah Al-Wujub ialah sifat kecakapan seseorang untuk
menerima hak-hak yang menjadi haknya, tetapi belum mampu
untuk dibebani seluruh kewajiban.
Misalnya, ia telah berhak menerima hibbah. Dan apabila harta
bendanya dirusak orang lain, ia pun dianggap mampu untuk
menerima ganti rugi. Selain itu, ia juga dianggap mampu untuk
menerima harta waris dari keluarganya.
Menurut ulama’ ushul fiqih, ukuran yang digunakan dalam
menentukan ahliyyah al-wujub adalah sifat kemanusiaannya yang
tidak dibatasi oleh umur, baligh, kecerdasan dan lain-lain. Sifat ini
telah dimiliki seseorang semenjak dilahirkan sampai meninggal
dunia dan akan hilang dari seseorang apabila orang yang
bersangkutan meninggal dunia.
Para ahli Ushul membagi ahliyyah al-wujub itu kepada dua
tingkatan:
a. Ahliyyah al-wujub naqishah ()اهليه الوجوب ناقصة
Para ulama’ ushul fiqih sepakat bahwa ada empat hak bagi seorang
janin, yaitu:
1. Hak keturunaan dari ayahnya
2. Hak warisan dari pewarisnya yang meninggal dunia.
Dalam kaitannya, bagian harta yang harus dia terima diperkirakan
dari jumlah terbesar yang akan ia terima, karena jika laki-laki,
maka bagiannya lebih besar dari wanita, apabila wanita, maka
kelebihan yang disisakan itu dikembalikan kepada ahli waris yang
lain.
3. Wasiat yang ditujukan kepadanya
4. Harta wakaf yang ditujukan kepadanya.