Anda di halaman 1dari 2

Aspek Teknis Operasional Pro-poor Budgeting

Prinsip umum penganggaran yang baik menurut International Monetary Fund dan Forum
Trnasparansi Anggaran :
1. Transparan: Beberapa indikator yang dapat dijadikan acuan antara lain
a. Dokumen anggaran dapat dengan mudah diakses oleh publik
b. Dibukanya akses/partisipasi aktif publik dalam proses perumusan program dan
pengambilan keputusan, yang dindikasikan oleh:
c. Adanya kebijakan yang memberikan tempat/ruang kontrol dan monitoring oleh
lembaga independen dan masyarakat, sebagai media "checks and balancer".
d. Adanya prosedur pertanggungjawaban pelaksanaan/ pengelolaan keuangan
(negara dan daerah) yang transparan dan menjamin hak informasi publik.
2. Rasional, Perhitungan besaran penerimaan dan pengeluaran dilakukan dengan cermat
berdasarkan data yang akurat sesuai dengan kondisi aktual ekonomi makro dan mikro.
Perhitungan dilakukan dengan metode yang jelas dan terukur, bukan dengan
perkiraan-perkiraan dan kepentingan pihak tertentu.
3. Akuntabel: Adanya tanggung jawab yang tinggi dari dalam mengelola anggaran:
a. Adanya komitmen pemerintah untuk mengelola anggaran secara transparan:
b. Adanya jaminan yang jelas terhadap, hak-hak masyarakat.
c. Adanya prosedur pertanggungjawaban anggaran kepada publik yang diatur dalam
suatu kebijakan/peraturan (daerah).
4. Keadilan dan Proporsional: Anggaran dialokasikan secara proporsional pada sektor-
sektor tertentu yang sifatnya mendesak serta mengutamakan kepentingan masyarakat
luas dan kompensasi masyarakat miskin demi mengurangi ketimpangan pendapatan .

Tiga aspek yang harus diperhatikan oleh pemerintah (daerah) dalam menyusun dan
mengimplementasikan kebijakan anggaran agar bersifat pro orang miskin:
1. Aspek Penyusunan Anggaran
Salah satu elemen strategi peluang terciptanya kebijakan Pro-poor Budgeting adalah
melalui mekanisme participatory budgeting. Namun sayangnya, di Indonesia maupn
di negara lain, penentuan keputusan terhadap persoalan yang terkait dengan ekonomi,
sosial. kemiskinan, dan anggaran masih relatif tertutup. Penyelesaian persoalan
tersebut masih sering dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan hanya melibatkan
segelintir pihak saja dimana masyarakat lokal dan kelompok masyarakat miskin tidak
didorong atau diberikan kesempatan untuk Ikut berpartisipasi.
2. Aspek Penerimaan Daerah
a. Tidak membuat kebljakan pungutan daerah yang secara langsung dirasa
membebani orang miskin. Misalnya, membebaskan dari keharusan membayar
pengobatan di Puskesmas, SPP. retribusi pembuatan KTP, dan sebagainya.
b. Tidak membuat kebijakan pungutan daerah yang secara tidak langsung
membebani orang miskin. Misalnya, mempertimbangkan kembali pengenaan
pajak daerah terhadap hasil produksi pertanian, perikanan, peternakan, Industri
rumah tangga, Industri kecil yang diproduksi oleh kelompok masyarakat miskin.
c. Jika dua pilihan tersebut tidak dapat dilaksanakan, setidaknya pemerintah daerah
dapat membuat kebijakan pungutan yang bersifat progressif, yakni mengenakan
tarif khusus terhadap kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin.
3. Aspek Pembelanjaan Daerah
Langkah yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk menciptakan anggaran yang
bersifat pro orang miskin adalah melalui perekayasaan aspek pembelanjaan daerah.
Terdapat dua pendekatan yang dapat ditempuh sekaligus:
a. Pembelanjaan Sektoral dan lintas sektor.
b. Pembelanjaan untuk Program penanggulangan kemiskinan

Berdasarkan jurnal “Analisis Pengaruh Penganggaran Partisipatif, Informasi Asimetris,


dan Motivasi Karyawan terhadap Senjangan Anggaran pada Bank BUMN di Indonesia” telah
diketahui bahwa penganggaran partisipatif memiliki pengaruh negatif yang signifikan
terhadap senjangan anggaran. Penganggaran partisipatif dapat diartikan sebagai proses
penganggaran dengan keterlibatan bawahan di dalam proses penyusunannya. Penganggaran
partisipatif yang dilakukan pada dasarnya dapat memunculkan perpindahan informasi yang
cukup efektif. Penganggaran partisipatif sendiri menunjukkan pengaruh negatif pada
senjangan anggaran jika ditinjau dari penelitian yang dilakukan sebelumnya. Penganggaran
partisipatif sendiri pada dasarnya merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan senjangan
anggaran. Oleh karena itu, keberadaan penganggaran partisipatif tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap keberadaan senjangan anggaran. Faktor lain yang juga
memengaruhi senjangan anggaran antara lain informasi asimetris. (Rentor & Carolina, 2020)
Rentor, A. B., & Carolina, Y. (2020). Analisis Pengaruh Penganggaran Partisipatif, Informasi
Asimetris, dan Motivasi Karyawan terhadap Senjangan Anggaran Pada Bank Bumn Di
Indonesia. COMPETITIVE Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 4(1), 13.
https://doi.org/10.31000/c.v4i1.1903

Anda mungkin juga menyukai