a) Menyajikan aset hak-guna secara terpisah dari aset lainnya. Jika penyewa tidak
menyajikan aset hak-guna secara terpisah dalam laporan posisi keuangan, maka
penyewa:
i. Menyajikan aset hak-guna dalam pos yang sama dengan pos yang digunakan
untuk menyajikan aset pendasar serupa jika aset tersebut dimiliki; dan
ii. Mengungkapkan pos mana dalam laporan posisi keuangan yang mencakup
aset hak-guna tersebut.
b) Menyajikan liabilitas sewa secara terpisah dari liabilitas lain. Jika penyewa tidak
menyajikan liabilitas sewa secara terpisah dalam laporan posisi keuangan, maka
penyewa mengungkapkan pos mana dalam laporan posisi keuangan yang mencakup
liabilitas tersebut.
Penyajian sewa diatas tidak diterapkan pada asset hak-guna yang memenuhi syarat atau
definisi properti investasi, yang disajikan dalam laporan posisi keuangan sebagai property
investasi. Dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, penyewa menyajikan
beban bunga atas liabilitas sewa secara terpisah dari beban penyusutan untuk aset hak-guna.
Karena beban bunga merupakan komponen biaya keuangan dan telah diatur dalam PSAK 1
dimana untuk penyajiannya secara terpisah dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lainnya.
Dalam penyajian laporan arus kas maka penyewa harus mengklasifikasikan sebagai berikut:
a) Pembayaran kas untuk bagian pokok liabilitas sewa dalam aktivitas pendanaan;
b) Pembayaran kas untuk bagian bunga liabilitas sewa dengan menerapkan persyaratan
dalam PSAK 2: Laporan Arus Kas untuk pembayaran bunga; dan
c) Pembayaran sewa jangka-pendek, pembayaran sewa aset bernilai- rendah, dan
pembayaran sewa variabel yang tidak termasuk dalam pengukuran liabilitas sewa
dalam aktivitas operasi.
Informasi tambahan juga diperlukan dalam pengungkapan salah satunya yaitu pembayaran
sewa variabel yang, bergantung pada keadaan, dapat diperlukan untuk memenuhi tujuan
pengungkapan. informasi yang membantu pengguna laporan keuangan untuk menilai, sebagai
contoh:
a) alasan penyewa untuk menggunakan pembayaran sewa variabel dan kelaziman
pembayaran tersebut;
b) besaran pembayaran variabel relatif terhadap pembayaran tetap.
c) variabel kunci di mana pembayaran sewa variabel bergantung dan bagaimana
pembayaran diperkirakan akan berbeda sebagai akibat dari perubahan variabel kunci
tersebut; dan
d) dampak operasional dan keuangan lainnya dari pembayaran sewa variabel.
Informasi tambahan terkait opsi perpanjangan atau opsi penghentian bahwa, bergantung pada
keadaan, dapat diperlukan untuk memenuhi tujuan pengungkapan termasuk informasi yang
membantu pengguna laporan keuangan untuk menilai, sebagai contoh:
a) alasan penyewa untuk menggunakan opsi perpanjangan atau opsi menghentikan dan
kelaziman opsi tersebut;
b) besaran pembayaran sewa opsional relatif terhadap pembayaran sewa;
c) kelaziman mengeksekusi opsi yang tidak termasuk dalam pengukuran liabilitas sewa;
dan
d) dampak operasional dan keuangan lain dari opsi tersebut.
Informasi tambahan terkait jaminan nilai residual yang, bergantung pada keadaan, dapat
diperlukan untuk memenuhi tujuan pengungkapan termasuk informasi yang membantu
pengguna laporan keuangan untuk menilai, sebagai contoh:
a) alasan penyewa memberikan jaminan nilai residual dan kelaziman jaminan tersebut;
b) besaran eksposur penyewa terhadap risiko nilai residual;
c) sifat aset pendasar di mana jaminan tersebut diberikan; dan
d) dampak operasional dan keuangan lain dari jaminan tersebut.
Informasi tambahan terkait transaksi jual dan sewa-balik yang, bergantung pada keadaan,
dapat diperlukan untuk memenuhi tujuan pengungkapan termasuk informasi yang membantu
pengguna laporan keuangan untuk menilai, sebagai contoh:
a) alasan penyewa untuk melakukan transaksi jual dan sewa-balik dan kelaziman
transaksi tersebut.
b) syarat dan ketentuan kunci dari masing-masing transaksi jual dan sewa-balik;
c) pembayaran yang tidak termasuk dalam pengukuran liabilitas sewa; dan
d) dampak arus kas dari transaksi jual dan sewa-balik dalam periode pelaporan.
BAB III
Perubahan Kebijakan
Akuntansi PT. Unilever
Indonesia Tbk.
STUDI KASUS
Perubahan Kebijakan
Akuntansi PT. Unilever
Indonesia Tbk
Pada tanggal insepsi kontrak, PT Unilever Indonesia Tbk menilai apakah kontak
merupakan sewa atau mengandung sewa. Kontak merupakan atau mengandung sewa jika
kontrak tersebut mengakibatkan adanya pemberian hak untuk mengendalikan aset
identifikasian yang digunakan selama jangka waktu tertentu yang dipertukarkan dengan
imbalan. Untuk menguji apakah suatu kontrak memiliki pemberian hak dalam
mengendalikan aset identifikasian, PT Unilever Indonesia Tbk menguji apakah kontrak
melibatkan penggunaan aset identifikasian, ini dapat ditentukan secara eksplisit atau
implisit dan harus berbeda secara fisik atau mewakili secara substantial semua
kapasitas aset yang berbeda secara fisik. Jika pemasok memiliki hak substitusi substantif,
maka aset tidak teridentifikasi. PT Unilever Indonesia Tbk memiliki hak untuk memperoleh
secara substansial semua manfaat ekonomi dari penggunaan aset selama periode
penggunaan, serta memiliki hak untuk mengarahkan penggunaan aset. PT Unilever
Indonesia Tbk memiliki hak ini ketika hak pengambilan keputusan yang paling relevan untuk
mengubah bagaimana dan untuk apa tujuan aset tersebut.
Perubahan Kebijakan Akuntansi PT. Unilever
Indonesia Tbk.
Dalam kasus yang jarang terjadi di mana semua keputusan tentang bagaimana dan
untuk tujuan apa aset itu digunakan telah ditentukan sebelumnya, PT Unilever Indonesia Tbk
memiliki hak untuk mengarahkan penggunaan aset tersebut jika entitas memiliki hak untuk
mengoperasikan aset, atau merancang aset dengan cara yang sebelumnya telah
ditentukan tentang bagaimana dan untuk tujuan apa aset itu akan digunakan.
Pada awal atau pada penilaian kembali kontrak yang mengandung komponen sewa,
PT. Unilever Indonesia Tbk mengalokasikan pertimbangan dalam kontrak untuk setiap
komponen sewa berdasarkan harga relatif yang berdiri sendiri. Dalam pengukuran liabilitas
sewa, pembayaran sewa yang termasuk terdiri dari pembayaran tetap yang termasuk
pembayaran tetap secara substansi, pembayaran sewa variabel yang bergantung pada
indeks atau kurs (awalnya diukur menggunakan kurs indeks sebagai tanggal dimulainya),
jumlah yang diharapkan akan dibayarkan berdasarkan jaminan residual, dan harga
pelaksanaan di bawah opsi pembelian bahwa entitas cukup yakin untuk melakukan.
Pembayaran sewa dalam periode perpanjangan opsional jika entitas cukup yakin untuk
melakukan opsi perpanjangan dan penalti untuk penghentian awal dari sewa kecuali jika
cukup yakin tidak berakhir lebih awal.
PT Unilever Indonesia Tbk mengakui kewajiban sewa dan aset hak guna di
tanggal dimulainya sewa. Awalnya, aset hak guna diukur pada biaya, yang terdiri dari
jumlah awal dari kewajiban sewa disesuaikan untuk setiap pembayaran sewa yang dilakukan
pada atau sebelum tanggal dimulainya, ditambah dengan biaya langsung awal yang
dikeluarkan dan perkiraan biaya untuk membongkar dan menghapus yang mendasari aset
atau untuk memulihkan aset atau lokasi di mana ia berada, dikurangi insentif sewa yang
diterima. Aset hak guna kemudian disusutkan dengan metode garis lurus dari tanggal
dimulainya sewa hingga akhir masa manfaat aset hak guna atau akhir masa sewa (mana
yang lebih dahulu). Aset hak guna secara berkala dikurangi dengan kerugian penurunan
nilai, jika ada, dan disesuaikan dengan pengukuran kembali dari liabilitas sewa untuk
menetahui estimasi masa manfaatnya. Pengukuran kewajiban sewa diukur pada biaya
perolehan yang diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif. Ketika ada
perubahan pembayaran sewa masa depan yang timbul dari perubahan indeks atau kurs ,
maka diukur kembali. Selain itu, kewajiban sewa diukur kembali jika ada perubahan
estimasi dari jumlah yang diharapkan akan dibayarkan atas jaminan nilai residu, atau
jika entitas mengubah penilaian apakah akan melakukan opsi pembelian, perpanjangan
atau penghentian.
PT Unilever Indonesia Tbk menyewa tanah dan bangunan untuk ruang kantor dan
Gudang. Sewa ruang kantor secara umum berlaku untuk 3 – 5 tahun periode, dan untuk
gudang berlaku untuk 1 – 3 tahun periode. Beberapa sewa memasukkan opsi untuk
memperbaharui periode sewa untuk durasi yang sama setelah kontrak berakhir. PT
Unilever Indonesia Tbk menyewa kendaraan dan peralatan, dengan periode 3 – 5 tahun. PT
Unilever Indonesia Tbk juga menyewa peralatan IT dan mesin dengan periode kontrak 3
tahun.
Beberapa sewa Gedung mengandung opsi perpanjangan yang dapat diambil PT
Unilever Indonesia Tbk sebelum kontrak yang tidak dapat dibatalkan berakhir. Jika
memungkinkan, entitas berupaya untuk memasukkan opsi perpanjangan dalam sewa baru
untuk memberikan fleksibilitas operasional. PT. Unilever Indonesia Tbk menilai pada saat
dimulainya sewa apakah ada kepastian untuk melaksanakan opsi perpanjangan. Entitas
menilai kembali apakah cukup masuk akal untuk melaksanakan opsi jika ada peristiwa yang
signifikan atau perubahan keadaan yang signifikan dalam kendalinya.
PT Unilever Indonesia Tbk secara retrospektif telah menyajikan kembali laporan
keuangan. Penyajian kembali mengharuskan entitas bisnis melakukan penyajian laporan
posisi keuangan komparatif dalam 3 peiode (tahun). Pengungkapan pada CALK juga wajib
menjelaskan akun yang terpengaruh akibat perubahan standar akuntansi ini. Berdasarkan
laporan keuangan interim I dan II 2019, entitas telah menyajikan liabilitas sewa asset hak
guna. Merujuk pada catatan penyajian Kembali atas laporan posisi keuangan yang
dilaksanakan dengan komparatif 2 tahun sebelumnya, disajikan asset hak guna dan liabilitas
sewa (lihat pada table 2 dan 3)
Setelah disajikan kembali secara komparatif untuk saldo pada 1 Januari serta 31
Desember 2018, aset hak guna pada PT Unilever Indonesia Tbk mengalami penurunan
12,61%, diikuti dengan liabilitas sewa yang juga mengalami penurunan 9,1% pada
periode 31 Desember 2018. Dengan penerapan secara retrospektif, pengguna laporan
keuangan dapat membandingkan dengan jelas angka-angka pada laporan keuangan dan
menganalisis keterkaitannya karena telah dilakukan penyesuaian untuk periode-periode
sebelumnya. Sehingga, untuk menentukan hubungan pada pos pos tertentu dalam laporan
keuangan dapat menggunakan analisis perbandingan internal. Meskipun secara komparatif
disajikan persentase terhadap aset hak guna dan liabilitas sewa mengalami penurunan,
namun hasil menunjukkan dampak yang berbeda pada aset dan liabilitas pada kondisi
sebelum dan setelah penerapan PSAK 73.
Setelah mengumpulkan dan mengolah data laporan keuangan untuk periode 31
Desember 2018 pada kondisi sebelum dan sesudah penerapan PSAK 73, dalam studi kasus
ini menunjukkan bahwa nilai total aset yang bertambah karena adanya pengakuan pos akun
baru aset hak guna. Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa terjadi kenaikan total aset sebesar
3,96%. Hal ini juga memiliki pengaruh pada total liabilitas yang naik sebesar 7,7%
karena adanya pengakuan liabilitas sewa. Sesuai dengan latar belakang diterbitkannya
PSAK 73, standar ini bertujuan untuk memberikan penyajian transaksi penyewaan yang
tepat secara utuh dimana sebelumnya disajikan secara off balanced sheet. Untuk selanjutnya,
kenaikan total asset dan liabilitas memiliki pengaruh dan hubungan positif pada rasio
keuangan yang menggunakan pos asset dan liabilitas sebagai perhitungannya.
hutang. PT Unilever Indonesia Tbk mengalami peningkatan Debt to Aset sebesar 2,51%
yang menggambarkan bahwa aset perusahaan lebih banyak didanai oleh hutang.
Berimplikasi positif juga, Debt To Equity yang mengalami peningkatan 17,79%
mengindikasikan perusahaan menggunakan lebih banyak hutangnya daripada menerbitkan
saham. Dari sisi rasio profitabilitas, dalam mengetahui kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba dari pendapatan terkait penjualan, aset, dan ekuitas, PT Unilever
Indonesia Tbk mengalami penurunan Return On Aset sebesar 1,57% yang menggambarkan
total aset yang bertambah dikarenakan pencatatan sewa tidak berpengaruh positif pada
penambahan laba. Perusahaan mengalami kenaikan 2,33% pada Return on Equity yang
memiliki implikasi positif karena adanya penerapan dini PSAK 73.
Ahalik. (2019). Perbandingan standar akuntansi sewa PSAK 30 sebelum dan sesudah
adopsi
IFRS serta PSAK 73. Jurnal Aset (Akuntansi Riset), 11(1), 169-178.
https://doi.org/10.17509/jaset.v11i1.17612
Ikatan Akuntan Indonesia (2015). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 73
Tentang Sewa. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.