Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KAJIAN PSIKOSOSIAL DAN KULTURAL PADA MASA NIFAS


Dibuat untuk memenuhi tugas dari tema 12

Dosen Pengampu :
Fitri nurhayati, M.Keb

Nama Penyusun :

Haida wati 314120027


Niken sukmawanti 314120038
Putri Fatimah azzahra

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirahim
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayah, serta kenikmatan iman dan islam sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ‘kajian psikososial dan kultural pada masa nifas’ dengan kemampuan terbaik saya.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada fitri, SST., M.Keb, selaku dosen pengampu mata
kuliah tema 12 asuhan kebidanan nifas yang telah membimbing saya dalam pengerjaan tugas
makalah ini.
Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas pada program studi Sarjana
Kebidanan, FITKES Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi. Saya tentu menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan didalamnya.
Harapan saya semoga makalah laporan ini bermanfaat bagi pembaca sehingga pembaca dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi pengalaman bagi saya untuk
menambah pengalaman dan wawasan sehingga kedepannya saya dapat menyusun makalah
dengan jauh lebih baik dari pada bentuk dan isinya.
Saya akui, isi dari materi yang ada di makalah ini masih banyak kekurangan yang disebabkan
pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, saya
berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi terciptanya
kesempurnaan dalam makalah ini.

tasikmalaya, 17 mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………..…………………………...1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………..………………………..1
1.3 Tujuan Masalah……………………………………..………………………..1
Bab II Pembahasan
1. pengertian psikososial pada masa nifas………………………………
2. pengertian kultural pada masa nifas ………………………………….
3. psikososial pada masa nifas ………………………………………….
4. aspek budaya dalam perawatan masa nifas ………………………….
5. dimensi sosial dan kultural masa nifas……………………………….
6. Pengaruh Bidan dalam Pengaruh Budaya…………………………..
BAB III Penutup
Kesimpulan…………………………………………………….………………..3
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa
masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses
berpikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu
contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan
tertentu sesuai dengan tradisi mereka.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap
kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena
itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi
juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. pengertian psikososial pada masa nifas
2. pengertian kultural pada masa nifas
3. psikososial pada masa nifas
4. aspek budaya dalam perawatan masa nifas
5. dimensi sosial dan kultural masa nifas
6. Pengaruh Bidan dalam Pengaruh Budaya

1.3 Tujuan Masalah


1. apakah pengertian dari psikososial pada masa nifas?
2. apakah pengertian dari kultural pada masa nifas?
3. bagaimanakah psikososial pada masa nifas?
4. bagaimanakah aspek budaya dalam perawatan masa nifas?
5. bagaimanakah dimensi sosial dan kultural masa nifas ?
6. bagaimanakah pengaruh bidan dalam pengaruh budaya ?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian psikososial ibu nifas


Psikososial (Psychosocial) adalah hubungan antara kesehatan mental atau
emosional ibu nifas dengan kondisi sosialnya. Istilah psikososial merupakan
gabungan antara psikologis dan sosial. Dengan demikian, pengertian perkembangan
psikososial adalah perkembangan yang berkaitan dengan emosi atau mental seseorang
dalam berhubungan dengan orang lain
2. Pengertian kultural pada masa nifas

Pengertian kultur adalah Lebih jauh, kultur bukan sekadar akibat pertumbuhan


tradisi sosial, tetapi juga terkait erat dengan seluruh sistem kognitif sehingga
pengalaman kultural ini akan membatasi dan mempengaruhi cara pandang orang
terhadap dunia.

Jadi arti keseluruhan dari aspek sosial budaya pada masa nifas adalah suatu hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia untuk mencapai tujuan bersama pada
masa sesudah persalinan. Macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas. Masa
nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong,daun lembayung,
buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak.

3. Adaptasi Perubahan Aspek Psikososial Pada Masa Nifas


Perubahan emosi dan psikologis ibu nifas terjadi akibat perubahan tugas dan
peran menjadi orang tua. Ibu akan merasa memiliki tanggung jawab untuk merawat
bayinya. Dalam periode masa nifas akan muncul beberapa perubahan-perubahan
perilaku pada ibu.
Perubahan psikologis pada masa nifas terjadi karena pengalaman selama
persalinan, tanggungjawab peran sebagai ibu, adanya anggota keluarga baru (bayi),
dan peran baru sebagai ibu bagi bayi. Hubungan awal antara orang tua dan bayi
(bounding attachment) dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk status sosial
ekonomi ibu, budaya, pengalaman melahirkan dan riwayat keluarga. Adaptasi
psikologis post partum, ibu biasanya mengalami penyesuaian psikologis selama masa
nifasnya. Ibu yang baru melahirkan membutuhkan mekanisme penanggulangan
(coping) untuk mengatasi perubahan fisik dan ketidaknyamanan selama masa nifas
termasuk kebutuhan untuk mengembalikan figur seperti sebelum hamil serta
perubahan hubungan dengan keluarga. Dalam adaptasi psikologis setelah melahirkan
terjadi 3 penyesuaian yaitu :
A. Penyesuaian ibu (Maternal Adjustment)
Menurut Reva Rubin, seorang ibu yang baru melahirkan mengalami
adaptasi psikologis pada masa nifas dengan melalui tiga fase penyesuaian ibu
(perilaku ibu) terhadap perannya sebagai ibu. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya, keinginan ibu untuk merawat diri dan bayinya
sangat meningkat pada fase ini, terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga
untuk mengobservasi bayi, hubungan antar pasangan memerlukan penyesuaian
dengan kehadiran anggota baru (bayi).
B. Penyesuaian Ayah (Paternal Adjustment)
Bayi baru lahir memberikan dampak yang besar terhadap ayah. Sebagai
ayah harus menunjukkan keterbukaan yang dalam dengan bayinya dan mau
merawat bayinya. Menirukan perilaku bayi, seperti bila bayi tersenyum, orang tua
ikut tersenyum. Bila bayi mengerutkan dahi, orangtua ikut mengerutkan dahi.
C. Responsivity
Responsitivity terjadi pada waktu khusus dan sama dalam suatu stimulasi
perilaku mendapatkan suatu perasaan dalam perilaku yang mempengaruhi
interaksi untuk berbuat positif (feedback). Respon-respon tersebut merupakan
imbalan bagi orang yang memberi stimulus, misalnya bila orang dewasa meniru
bayi, baru tampak menikmati respon tersebut.
Tahapan adaptasi psikologis postpartum menurut teori Reva Rubin dalam
Herawati Mansur (2007) sebagai berikut :
● Fase Taking In
Fase taking in adalah periode ketergantungan dimana pada saat
tersebut, fokus perhatian ibu akan tertuju pada bayinya sendiri. Rubin
menetapkan periode selama beberapa hari ini sebagai fase menerima
dimana seorang ibu juga membutuhkan perlindungan serta perawatan yang
bisa menyebabkan gangguan mood dalam psikologi. Dalam
penjelasannya, Rubin mengatakan jika fase tersebut akan berlangsung
antara 2 hingga 3 hari. Sementara dalam penelitian terbaru yang dilakukan
oleh Ament pada tahun 1990 juga mendukung pernyataan Rubin tersebut
kecuali pada wanita sekarang ini yang berpindah lebih cepat dari fase
menerima.
Untuk fase menerima yang terbilang sangat kuat, biasanya hanya
terjadi di 24 jam pertama pasca persalinan. Selama beberapa jam atau
beberapa hari sesudah melahirkan, seorang wanita sehat dewasa akan
terlihat seperti mengesampingkan segala tanggung jawabnya sehari hari.
Mereka akan tergantung pada orang lain untuk respon pada
kebutuhan akan istirahat sekaligus makanan. Dalam fase ini merupakan
waktu yang memiliki banyak kegembiraan dan banyak orang tua yang
juga senang berbicara akan hal tersebut. Mereka akan terus berbicara
tentang masa kehamilan dan juga melahirkan dengan berbagai kata kata.
Sedangkan pemusatan, analisis dan juga sikap menerima dari pengalaman
tersebut nantinya akan membantu para orang tua untuk pindah ke fase
berikutnya.
Rasa cemas, depresi dalam psikologi dan juga kenikmatan
terhadap peran barunya tersebut terkadang juga semakin mempersempit
persepsi seorang ibu sehingga informasi yang disampaikan pada saat
tersebut kemungkinan harus diulang kembali. Beberapa rasa tidak nyaman
yang biasa terjadi dalam masa ini diantaranya adalah sakit perut, nyeri di
area luka jahitan jika ada, tidur tidak cukup dan kelelahan sehingga yang
harus lebih diperhatikan dalam fase tersebut adalah banyak istirahat,
komunikasi dan juga asupan nutrisi. Sedangkan untuk gangguan
psikologis yang biasa dialami oleh ibu selama fase ini diantaranya adalah:
● Rasa tidak nyaman karena perubahan fisik
● Rasa kecewa terhadap bayi
● Merasa tidak bersalah karena tidak dapat menyusui bayi
● Kritik yang berasal dari suami atau keluarga tentang perawatan
bayi.
● Fase Taking Hold
Fase taking hold merupakan masa yang berlangsung antara 3
hingga 10 hari sesudah persalinan. Dalam fase ini, kebutuhan akan
perawatan dan juga rasa diterima dari orang lain akan muncul secara
bergantian serta keinginan agar bisa melakukan semuanya secara mandiri
setelah sebelumnya juga mengalami perubahan sifat yang terjadi pada ibu
hamil. Seorang wanita akan merespon dengan semangat agar bisa berlatih
dan belajar tentang cara merawat bayi atau apabila ia merupakan ibu yang
gesit, maka akan lebih ingin merawat bayi mereka secara mandiri. 6
sampai 8 minggu sesudah persalinan, maka kemampuan ibu untuk
menguasai tugas sebagai orang tua adalah hal penting untuk dilakukan.
Harapan yang realistis nantinya akan mempermudah kehidupan
keluarga selanjutnya sebagai sebuah kesatuan atau unit. Beberapa wanita
namun juga akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri pada
isolasi yang dialami sebab ia diharuskan merawat bayi, tidak menyukai
tanggung jawab di rumah dan juga merawat bayi mereka atau sindrom
baby blues. Beberapa ibu yang membutuhkan dukungan tambahan
diantaranya adalah:
● Ibu berusia remaja
● Wanita yang tidak memiliki suami
● Wanita karier
● Ibu yang belum berpengalaman mengasuh bayi
● Wanita yang tidak punya banyak teman atau keluarga untuk berbagi
rasa. 
Dalam masa ini, depresi postpartum juga sangat sering terjadi
sehingga perasaan mudah tersinggung akan terjadi karena berbagai sebab.
Dilihat secara psikologis, seorang ibu akan merasa jenuh dengan tanggung
jawab yang cukup banyak sebagai orang tua. Ia bisa saja merasa
kehilangan dukungan yang pernah diterima dari anggota keluarga atau
teman ketika sedang hamil. Selain itu, beberapa orang ibu juga akan
menyesal dengan rasa kehilangan atas hubungan ibu dan anak yang belum
lahir. Sedangkan beberapa ibu lain akan merasa kecewa ketika persalinan
dan juga proses kelahiran sudah selesai.
Rasa letih sesudah melahirkan nantinya juga semakin berat dengan
tuntutan bayi yang semakin banyak sehingga perasaan depresi tersebut
akan lebih mudah terjadi. Dalam masa puerperium tersebut, kadar
glukokortikoid bisa berubah menjadi lebih rendah atau terjadi hipotiroid
subklinis. Keadaan fisiologis tersebut bisa menjelaskan depresi pasca
partum yang ringan. Reaksi depresif tersebut tidak harus diperlihatkan
dengan cara verbal namun bisa ditandai dengan perilaku khas seperti
menarik diri, menangis dan juga hilangnya perhatian atas sekeliling.
Namun, disaat segala tugas dan juga penyesuaian sudah dijalankan dan
bisa dikendalikan, maka bisa didapat kondisi stabil sehingga cara
mengatasi gangguan psikologi pada nifas harus dilakukan. 
● Fase Letting Go
Fase letting go merupakan fase dimana ibu dan keluarganya
bergerak maju sebagai sistem dengan para anggota untuk saling
berinteraksi. Hubungan dari pasangan yang meski sudah berubah karena
hadirnya seorang anak akan mulai kembali memperlihatkan banyak
karakteristik awal. Sedangkan untuk tuntutan utamanya adalah
menciptakan sebuah gaya hidup yang melibatkan anak namun dalam
beberapa hal juga tidak melibatkan anak karena pasangan harus berbagi
kesenangan yang bersifat dewasa yakni faktor psikologis yang
mempengaruhi persalinan. Umumnya, banyak suami istri yang kembali
memulai hubungan seksual di minggu ketiga atau keempat sesudah
melahirkan dan beberapa pasangan lagi bahkan ada yang memulai
hubungan lebih awal yakni ketika rasa nyeri sudah tidak lagi terasa.
Fase adaptasi ibu nifas adalah taking in, taking hold dan juga
letting go yang menjadi perubahan perasaan yakni respon alami terhadap
rasa lelah yang dirasakan dan akan kembali secara bertahap sesudah ibu
bisa menyesuaikan dirinya dengan peran baru dan bisa kembali tumbuh
dalam keadaan normal. Meski beberapa perubahan tersebut memang akan
terjadi, akan tetapi sebaiknya ibu tetap menjalani ikatan batin dengan bayi
pada saat awal. Sejak ada dalam kandungan, bayi hanya mengenal ibu
yang bisa memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress yang
dialaminya tidak bertambah semakin berat.

4. Gangguan Psikologis Ibu Selama Masa Nifas


Post partum blues yang sering disebut dengan sindroma gangguan efek ringan
akan sering terlihat di minggu pertama sesudah melahirkan yang  menjadi gangguan
psikologi pada masa persalinan. Selain itu, akan banyak kesedihan atau murung antara 2
hari hingga 3 minggu sesudah bayi dilahirkan. Hal ini bisa terjadi karena perubahan
perasaan yang dialami ibu ketika kehamilan sehingga akan sulit menerima bayi mereka.
Beberapa gangguan psikologis selama masa nifas diantaranya adalah:
● Faktor biologis: Depresi postpartum yang terjadi karena hormon estrogen,
progesteron dan juga prolaktin terlalu tinggi atau terlalu rendah di masa nifas atau
terjadi perubahan hormon terlalu cepat atau bahkan terlalu lambat.
● Faktor umur: Seorang perempuan yang melahirkan di usia 20 hingga 30 tahun maka
bisa mendukung masalah periode. Faktor usia ini sering dihubungkan dengan
kesiapan mental perempuan untuk menjadi seorang ibu.
● Post partum psikosa: Depresi yang terjadi di minggu pertama dalam 6 minggu pasca
persalinan yang terjadi karena wanita menderita bipolar disorder atau schizoaffektif
disorder sehingga sering terobsesi tentang bayi, halusinasi, kesedihan, gangguan tidur
dan delusi.
● Kemurungan masa nifas: Pengaruh faktor psikologis terhadap persalinan disebabkan
karena perubahan dalam diri wanita selama hamil dan juga cara kehidupan sesudah
bayi lahir sehingga akan beresiko mengalami murung yang biasanya akan hilang
sesudah 2 minggu melahirkan.
● Faktor pengalaman: Depresi pasca persalinan akan lebih sering terjadi pada
primipara sebab peran peran ibu dan semua yang berhubungan dengan bayi adalah
situasi yang sangat baru untuk dirinya sehingga menyebabkan stress.
● Faktor pendidikan: Perempuan dengan pendidikan tinggi akan menghadapi tekanan
sosial serta konflik peran diantara tuntutan sebagai wanita yang ingin bekerja atau
beraktivitas diluar rumah dengan peran sebagai ibu rumah tangga dan orang tua.

Fijri, B. (2021). Pengantar: Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani.

5. Aspek budaya dalam perawatan masa nifas


Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status
kesehatan ibu dalam masa kehamilan sampai nifas penanganan bagi ibu hamil,
melahirkan dan nifas memiliki ciri khas budaya yang berbeda-beda dan menjadi
gambaran penting bagi bidan yang bertugas di wilayah seluruh indonesia. Pengaruh
budaya-budaya tersebut ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan.
Bidan dalam Kebudayaan pada Ibu Nifas ilmu pengetahuan sosial
kemasyarakatan sangat penting dipahami oleh seorang bidan dalam menjalankan
tugasnya. Karena bidan sebagai petugas kesehatan yang berada digaris depan dan
berhubungan langsung dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya,
pendidikan dan adat istiadat yang berbeda.
Pengetahuan sosial dan budaya yang dimiliki oleh seorang bidan akan berkaitan
dengan cara pendekatan untuk merubah prilaku dan keyakinan masyarakat yang tidak
sehat, menjadi masyarakat yang berprilaku sehat.
● Contoh Bentuk Budaya Masa Nifas di Indonesia
1. Kaki harus lurus
Menurut Koesmariyah, baik saat berjalan maupun berbaring, kaki
harus lurus. Dalam arti, kaki kanan dan kiri tidak boleh saling
tumpang tindih ataupun ditekuk. Selain agar jahitan akibat robekan
di vagina tak melebar ke mana-mana, juga dimaksudkan supaya
aliran darah tetap lancar /tak terhambat. • Secara medis, posisi kaki
yang lurus memang lebih menguntungkan karena membuat aliran
darah jadi lancar. Dengan catatan, kondisi si ibu dalam keadaan
baik, semisal tak mengalami perdarahan atau kelainan apa pun saat
melahirkan.
2. Tidak boleh keramas
Hal ini dicemaskan bisa membuat si ibu masuk angin. Itu sebab,
sebagai gantinya rambut cukup diwuwung, yakni sekadar disiram
dengan air dingin. Namun agar tidak apek dan tetap harum
disarankan menggunakan ratus pewangi. Padahal kebersihan diri
pada masa nifas merupakan unsur penting yang harus diperhatikan.
3. Hindari makan lembek
Golongan makanan yang harus dijauhi adalah pepaya, durian,
pisang, dan terung. Karena konon ragam makanan tadi bisa
dikhawatirkan membuat benyek organ vital kaum Hawa. Begitu
juga ikan dan telur asin serta makanan lain yang berbau amis
karena dikhawatirkan bisa menyebabkan bau anyir pada ASI yang
membuat bayi muntah saat disusui.

● Budaya masa nifas masyarakat Jawa


1. Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus di pijat, di urut, diberi pilis
atau lerongan dan tapel.
○ Dampak positif : – Jika pijatannya benar maka peredaran darah
ibu dan bayi menjadi lancar.
○ Dampak negatif : – Pijatan yang salah sangat berbahaya karena
dapat merusak kandungan. Pilis dan tapel dapat merusak kulit
bagi yang tidak kuat / menyebabkan alergi.
2. Masa Nifas dilarang tidur siang
Padahal,ibu disarankan agar beristirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan, kembali pada kegiatan rumah tangga
secara perlahan-lahan (Saleha, 2009).
Dampak : ibu akan kekurangan istirahat. Sehingga akan mengganggu
proses pemulihan dan produksi asi.
3. Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.
• Dampak positif : hal ini bertujuan supaya si ibu tidak terlalu letih
beraktivitas. Jika ibu kelelahan ASI- nya berkurang.
• Dampak negatif : ibu tidak bisa melakukan pemeriksaan ke
bidan(kecuali bidan ke rumah pasien)padahal ibu nifas dan bayi
baru lahir (pemberian imunisasi) harus periksa kesehatannya
sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu umur 0-7
hari dan 8-30 hari. Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40
hari.
● Budaya masa nifas masyarakat luar jawa
● Budaya Panggang Api pasca-persalinan oleh masyarakat Desa Teriti
Provinsi Jambi. Ibu dan bayinya dibaringkan sambil dipanasi bara api
yang menyala dari kolong tempat tidur selama 40 hari. Menurut
orangtua, kebiasaan ini ditujukan untuk menghangatkan badan ibu dan
bayi
Dampak : Ibu melahirkan yang melakukan panggang api akan terlihat
pucat karena anemia dan mengeluarkan banyak keringat. Sementara
bayi yang dilahirkannya sangat rentan terkena gangguan pernafasan
atau pneumonia.
● Tradisi panggang(dala) di depan perapian selama masa nifas wanita
Rote
Menurut masyarakat Rote ,tradisi ini dilakukan untuk memulihkan
kekuatan tubuh melalui rasa hangat oleh perapian tersebut.
Dampak : Ibu melahirkan yang melakukan panggang api akan
terlihat pucat karena anemia dan mengeluarkan banyak keringat.
Sementara bayi yang dilahirkannya sangat rentan terkena
gangguan pernafasan atau pneumonia.
● Tradisi Masyarakat Kalimantan setelah melahirkan
ibu setelah melahirkan biasa menggunakan stagen (babad kuningan)
untuk mengikat perut agar mengembalikan perut ibu ke kondisi
semula dengan cepat.

6. Dimensi sosial dan kultural pada masa nifas


Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa
masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses
berpikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu
contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan
tertentu sesuai dengan tradisi mereka.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan
penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting
bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat
mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan
keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.
Masalah kesehatan reproduksi tidak lepas dari proses persalinan. Seorang ibu yang baru
saja menjalani proses persalinan akan memasuki masa yang disebut masa nifas
(puerperium). Masa nifas adalah fase khusus dalam kehidupan ibu dan bayi. Bagi ibu
yang bersalin untuk pertama kalinya, ia akan menyadari perubahan dalam hidupnya yang
mencakup perubahan emosi dan fisik. Terjadi penyesuaian yang bersifat sosial karena
perempuan yang bersalin untuk pertama kali akan memikul tanggung jawab sebagai
seorang ibu.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah status ekonomi rendah, tidak tersedia atau
rendahnya pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hal tersebut berdampak terhadap
keberhasilan promosi kesehatan, deteksi dini, dan penatalaksanaan yang adekuat terhadap
masalah pada masa nifas dan menyusui. Sampai saat ini masih banyak ibu bersalin
dengan bantuan dukun beranak yang umumnya tidak terlatih secara medis, terutama di
daerah terpencil dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau.
Selain itu, masih terdapat masyarakat Indonesia yang mempertahankan kebudayaan bagi
ibu nifas yang tidak memiliki dasar logis, terutama dari segi medis. Masih adanya budaya
mutih, budaya stagen dapat membahayakan ibu dan anak. Di daerah terpencil ibu bersalin
masih dibantu oleh dukun beranak karena berbagai alasan seperti tingkat ekonomi dan
kualitas infrastruktur. Seringkali kematian ibu terjadi akibat keterlambatan membawa ibu
ke rumah sakit karena jarak yang terlalu jauh, atau tidak dibawa sama sekali karena
keterbatasan biaya.
Budaya nifas tidak hanya mencakup mitos, namun juga tradisi tertentu seperti:
1) Masyarakat Aceh, ibu nifas menjalani sale, yaitu ibu nifas tidur di atas dipan (tempat
tidur) yang terbuat dari kayu atau batang bambu yang bercelah-celah dan di bawah
dipan diletakkan tungku berisi arang panas. Tradisi tersebut dianggap mempercepat
proses pengembalian perut dan rahim, merapatkan kemaluan, dan menghangatkan
badan. Pendapat tersebut salah karena panas dapat menyebabkan vasodilatasi,
menurunkan tekanan darah, merangsang pendarahan, dan dehidrasi pada ibu nifas.
2) Dukun beranak di Kelurahan Majene, Sulawesi Barat menangani ibu nifas
berdasarkan ilmu yang didapatnya dari mimpi. Ibu nifas harus mengangkat air dari
sumur ke rumah untuk mengembalikan kekuatan fisik, sedangkan seharusnya ibu
nifas beristirahat setelah melahirkan.
3) Di daerah Jawa, ibu nifas terdapat pantangan atau mitos yang sulit diubah walaupun
tidak rasional. Ibu nifas dilarang makan ikan, telur, dan daging supaya jahitan
lukanya cepat sembuh. Hal tersebut tidak benar, justru sebaliknya, ibu nifas sangat
memerlukan asupan protein yang lebih tinggi untuk membantu penyembuhan luka.
Bila asupan protein tidak cukup, penyembuhan luka akan lambat dan berpotensi
terinfeksi.
4) Kepercayaan ibu yang menolak minum banyak setelah melahirkan karena kuatir luka
jalan lahir basah sehingga proses penyembuhan semakin lama. Padahal, seorang ibu
sangat membutuhkan cairan yang cukup selama nifas.
Untuk mengatasi hal tersebut, bidan perlu memberi pengetahuan kepada dukun beranak
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh ibu nifas. Bidan dapat masuk dan
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat tempat ia bertugas. Untuk menyikapi
fenomena budaya nifas di Indonesia, perlu ditanamkan bahwa kehadiran bidan di
masyarakat bukan untuk menggantikan posisi dukun beranak. Keduanya hadir untuk
membantu seorang ibu dari awal kehamilan hingga menjalani proses persalinan yang
aman.

Ulya Ni'matul, d. (2021). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Pekalongan,
Jawa tengah: Nasya Expanding Management.

7. Upaya Bidan dalam Pengaruh Budaya

• Bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat (melalui


media komukasi. Misal:mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat
setempat.
• Bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat (meliputi tingkat
pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan
sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
• Bidan melakukan promosi kesehatan kepada masyarakat dengan melakukan
penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional.
(Misalnya: Dengan Kesenian wayang kulit melalui pertunjukan ini diselipkan
pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal pertunjukan dan pada akhir
pertunjukan.

Ulya Ni'matul, d. (2021). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Pekalongan,
Jawa tengah: Nasya Expanding Management.

8. Soal-Soal
1) Respon-respon tersebut merupakan imbalan bagi orang yang memberi stimulus,
misalnya bila orang dewasa meniru bayi, baru tampak menikmati respon tersebut.
Pada penjelasan tersebut termasuk ke dalam penyesuaian?
A. Penyesuaian ibu
B. Penyesuaian ayah
C. Taking in
D. Responsivity
E. Taking hold
2) Rubin menetapkan periode selama beberapa hari ini sebagai fase menerima
dimana seorang ibu juga membutuhkan perlindungan serta perawatan yang bisa
menyebabkan gangguan mood dalam psikologi. Pada penjelasan tersebut
termasuk kedalam fase?
A. Taking in
B. letting go
C. Taking hold
D. Responsivity
E. weepy
3) Pada fase ini berlangsung antara 3 hingga 10 hari sesudah persalinan. Dalam fase
ini, kebutuhan akan perawatan dan juga rasa diterima dari orang lain akan muncul
secara bergantian serta keinginan agar bisa melakukan semuanya secara mandiri
setelah sebelumnya juga mengalami perubahan sifat yang terjadi pada ibu hamil.
Merupakan fase?
A. Letting go
B. Overwhelmed
C. Taking in
D. Taking Hold
E. Let down
4) Dibawah ini yang merupakan penjelasan dari Post partum psikosa adalah?
A. Depresi pasca persalinan akan lebih sering terjadi pada primipara sebab
peran peran ibu dan semua yang berhubungan dengan bayi adalah situasi
yang sangat baru untuk dirinya sehingga menyebabkan stress
B. Depresi yang terjadi di minggu pertama dalam 6 minggu pasca persalinan
yang terjadi karena wanita menderita bipolar disorder atau schizoaffektif
disorder sehingga sering terobsesi tentang bayi, halusinasi, kesedihan,
gangguan tidur dan delusi.
C. Perempuan dengan pendidikan tinggi akan menghadapi tekanan sosial
serta konflik peran diantara tuntutan sebagai wanita yang ingin bekerja
atau beraktivitas diluar rumah dengan peran sebagai ibu rumah tangga dan
orang tua.
D. Seorang perempuan yang melahirkan di usia 20 hingga 30 tahun maka
bisa mendukung masalah periode. Faktor usia ini sering dihubungkan
dengan kesiapan mental perempuan untuk menjadi seorang ibu.
E. Pengaruh faktor psikologis terhadap persalinan  disebabkan karena
perubahan dalam diri wanita selama hamil dan juga cara kehidupan
sesudah bayi lahir sehingga akan beresiko mengalami murung yang
biasanya akan hilang sesudah 2 minggu melahirkan.
5) Depresi postpartum yang terjadi karena hormon estrogen, progesteron dan juga
prolaktin terlalu tinggi atau terlalu rendah di masa nifas atau terjadi perubahan
hormon terlalu cepat atau bahkan terlalu lambat. Pada penjelasan tersebut
termasuk faktor?
A. Faktor umur
B. Faktor Biologis
C. Faktor Pendidikan
D. Post partum psikosa
E. Faktor pengalaman

6) Dibawah ini merupakan gangguan yang di alami pada Fase Taking in, Kecuali…
A. Rasa tidak nyaman karena perubahan fisik
B. Rasa kecewa terhadap bayi
C. Merasa tidak bersalah karena tidak dapat menyusui bayi
D. Kritik yang berasal dari suami atau keluarga tentang perawatan bayi.
E. Ingin belajar mandiri
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan ibu
dalam masa kehamilan sampai nifas penanganan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas
memiliki ciri khas budaya yang berbeda-beda dan menjadi gambaran penting bagi bidan
yang bertugas di wilayah seluruh indonesia. Pengaruh budaya-budaya tersebut ada yang
menguntungkan dan ada pula yang merugikan
Bidan dalam Kebudayaan pada Ibu Nifas ilmu pengetahuan sosial kemasyarakatan sangat
penting dipahami oleh seorang bidan dalam menjalankan tugasnya. Karena bidan sebagai
petugas kesehatan yang berada digaris depan dan berhubungan langsung dengan
masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya, pendidikan dan adat istiadat yang
berbeda. Pengetahuan sosial dan budaya yang dimiliki oleh seorang bidan akan berkaitan
dengan cara pendekatan untuk merubah perilaku dan keyakinan masyarakat yang tidak
sehat, menjadi masyarakat yang berperilaku sehat
DAFTAR PUSTAKA

Ulya Ni'matul, d. (2021). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Pekalongan,
Jawa tengah: Nasya Expanding Management.

Fijri, B. (2021). Pengantar: Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani.

https://www.rsabhk.co.id/siaran-kesehatan/peran-seorang-bidan-di-rumah-
sakit#:~:text=Peran%20seorang%20bidan%20yaitu%20memberikan,terjadinya
%20komplikasi%20dari%20persalinan%2C%20memantau
http://klinik.wdh.ac.id/tentang_kami/tujuan_c
https://sipp.sekadaukab.go.id/informasi-pelayanan-publik/izin-pendirian-balai-
pengobatan-klinik-klinik-bersalin
https://pendidikankedokteran.net/index.php/61-pengantar-mingguan/1228-spiritualitas-
dan-spiritual-care-dalam-asuhan-kebidanan

Anda mungkin juga menyukai