Anda di halaman 1dari 14

LAW AND JUSTICE REVIEW JOURNAL

2021, Vol. 1, No. 1, 12 – 25


http://dx.doi.org/10.11594/ lrjj.01.01.03

Research Article

Cyber Espionage Sebagai Ancaman Terhadap Pertahanan dan Keamanan


Negara Indonesia

Evi Dwi Hastri*

Universitas Wiraraja

Article history: ABSTRAK


Submission June 2021
Revised June 2021 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis norma yang memiliki
Accepted June 2021 kekaburan (Vague Norm) terhadap Cyber Espionage terkait kemam-
puan hukum Indonesia dalam mengakomodir serangan Cyber Espio-
*Corresponding author:
E-mail: gek.eviy@gmail.com nage. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis
upaya Indonesia dalam mengatasi serangan Cyber Espionage yang
dapat mengancam stabilitas pertahanan dan keamanan Negara. Jenis
penelitian dalam Metode penelitian hukum yang digunakan adalah
yuridis normatif dengan tiga pendekatan masalah yaitu pendekatan
Perundang-Undangan (Statute Approach), pendekatan konseptual
(Conceptual Approach), dan pendekatan perbandingan (Comparative
Approach). Bahan hukum primer dan sekunder yang telah dikumpul-
kan akan diolah melalui metode deduktif dan dilakukan analisis ba-
han hukum yaitu dengan interpretasi sistematis dan interpretasi ek-
stentif. Sehingga berdasarkan hasil pembahasan, maka terdapat
norma yang kabur (Vague Norm) tentang Cyber Espionage yang ber-
pengaruh terhadap hukum Indonesia dalam mengakomodir. Upaya
yang dilakukan Indonesia menghadapai Cyber Espionage diluar upaya
yuridis dimulai dengan upaya preventif Cyber Security dan Cyber De-
fence, pengoptimalan peran TNI, BIN, dan POLRI sebagai sumber daya
nasional dalam mempertahankan pertahanan Negara.

Keywords: Cyber Espionage dan Keamanan Negara Indonesia

Pendahuluan manusia sebagai makhluk sosial yang tak bisa


Negara merupakan sebuah organisasi pub- hidup tanpa melakukan hubungan dengan ma-
lik yang terdiri dari beberapa unsur yaitu wila- khluk sosial lainnya, Negara juga membutuh-
yah, rakyat, pemerintah yang berdaulat, dan kan campur tangan dari Negara lain yang meru-
pengakuan dari Negara lain, sehingga dari pakan bentuk dari hubungan sosial antar lintas
keempat unsur tersebut dapat digukanan un- batas. Seperti dalam melakukan kerjasama In-
tuk menajalankan sistem didalamnya baik sis- ternasional dalam beberapa sektor misalnya
tem pemerintahan dan sistem hukumnya. Da- sektor perdagangan, pendidikan dan politik,
lam suatu Negara terdapat masyarakat sebagai selain itu juga melakukan hubungan perjanjian
penggerak mobilitas sistem tersebut. Layaknya bilateral antar Negara.

How to cite:
Hastri, E. D. (2021). Cyber Espionage sebagai Ancaman terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara Indonesia. Law
and Justice Review Journal. 1(1), 12 – 25. doi: 10.11594/lrjj.01.01.03
ED Hastri, 2021 / Cyber Espionage sebagai Ancaman terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara Indonesia

Negara dalam pergaulan Internasional, Upaya itu salah satunya dilakukan melalui
berkepentingan untuk menjelaskan tentang kegiatan Spionase (memata-matai) terhadap
kekayaan alam dan potensi yang dimiliki Negara yang menjadi target untuk ditaklukkan.
kepada Negara dan Bangsa lain demi kemajuan Informasi dan data rahasia yang didapat dari
hubungan kerjasama dan pembangunan Inter- kegiatan spionase akan digunakan untuk
nasional. Sensitifitas terhadap perkembangan mengetahui kelemahan-kelemahan Negara ter-
Internasional semakin tinggi akibat semakin sebut sehingga mereka dapat dengan mudah
terbukanya sistem Internasional di bidang untuk mengatur dan memperkuat strategi
teknologi dan komunikasi. Di satu sisi hal ini penyerangan. Untuk bisa mendapatkan infor-
membuka peluang bagi Negara untuk masi rahasia dari Negara yang menjadi objek
melakukan kerjasama demi mencapai kepent- spionase adalah dengan cara memasuki wila-
ingan mereka dan disi lain hal ini memicu ter- yah terlarang dari Negara yang menjadi objek
jadinya persaingan yang tidak sehat. Namun, spionase tersebut. Di wilayah terlarang ini
dalam melakukan kerjasama ini akan timbul mereka yang ditugaskan untuk mengambil
persaingan global baik dalam sektor ekonomi data dan informasi rahasia adalah mereka yang
mulai dari kualitas dan kuantitas produk yang biasa disebut sebagai agen mata-mata atau
disajikan, sektor pendidikan dalam mencetak agen spionase dengan cara membawa sebagian
sumber daya manusia yang berpotensi dan atau seluruh informasi yang didapat mengenai
mampu berdaya saing, sektor militer dalam kerahasiaan Negara yang didalamnya men-
kaitannya dengan kekuatan untuk pertahanan cakup kelemahan maupun kekuatan dari
dan keamanan negara, hingga pada sektor poli- Negara yangmenjadi target mata-mata. Namun
tik dalam pencapaian strategi. Persaingan cara konvensional seperti ini sudah tidak rele-
global merupakan suatu tahap perkembangan van lagi, selain memakan waktu yang cukup
fenomena budaya yang harus dilalui oleh lama, data dan informasi rahasia yang ingin
kemajuan peradaban dan kehidupan. Hal yang didapat juga terbatas, selain itu keberadaan
terpenting adalah bagaimana menentukan si- subjek spionase akan lebih mudah diketahui.
kap dan mempersiapkan diri untuk Sehingga dalam waktu kapanpun, agen spio-
menghadapi datangnya fenomena tersebut. nase atau agen mata-mata dapat melakukan
Indonesia sebagai suatu Negara yang meru- sabotase dan penyadapan (intersepsi) dengan
pakan sebuah organisasi atau lembaga berbagai cara yaitu dengan memanfaatkan
tertinggi dari kelompok masyarakat yang kecanggihan teknologi dan percepatan digital,
terdiri dari sekumpulan orang di wilayah ter- maka beragam kejahatanpun akan muncul
tentu, yang memiliki cita-cita untuk hidup ber- dengan variasi masing-masing. Salah satu dian-
sama, serta memiliki sistem pemerintahan taranya yaitu Cyber Espionage atau Spionase
yang berdaulat maka Indonesia harus mampu melalui dunia maya.
mewujudkannya melalui kekuasaan yang di- Pemanfaatan Cyber Space (dunia maya) da-
miliki yaitu kedaulatan sehingga dalam lam melakukan kegiatan Spionase melalui pen-
melaksanakan jalannya pemerintahan suatu yadapan (intersepsi) adalah dengan me-
Negara dapat terlaksana melalui pemerintahan nyerang sistem malware. Penyerangan terse-
yang berdaulat. Sebab itulah melalui but dilakukan dengan menyusupmasuk ke da-
kekuasaan yang dimiliki oleh Indonesia berupa lam sistem malware untuk melakukan pengam-
kedualatan, maka untuk menghadapai per- bilan data dan informasi rahasia Negara yang
saingan global bisa menggunakannya sebagai dijadikan target mata-mata. Dengan be-
bentuk proteksi diri dari serangan luar yang ragamnya kegiatan Spionase melalui kemam-
dapat mengancam pertahanan dan keamanan puan teknologi dan informasi seperti diatas, se-
Negara. hingga dengan sangat mudah penyadapan (in-
Persaingan global tersebut dapat memicu tersepsi) dilakukan untuk mengambil infor-
Negara – Negara lain untuk bersaing secara masi rahasia dari Negara yang dijadikan target
tidak sehat dan melalukan berbagai macam mata-mata.
upaya untuk memperkuat Negaranya sendiri Perkembangan teknologi informasi di bi-
dengan cara melumpuhkanNegara pesaingnya. dang Cyber semakin membuka peluang bagi
LRJJ | Law and Justice Review Journal 13 Volume 1 | Number 1 | June | 2021
ED Hastri, 2021 / Cyber Espionage sebagai Ancaman terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara Indonesia

setiap negara yang berambisi untuk menakluk- dengan menggunakan pemanfaat teknologi
kan Indonesia maupun Negara - Negara lain da- dan informasi dapat menghilangkan batas-ba-
lam melakukan aksi spionase melalui penyada- tas wilayah (borderless) sehingga akan
pan. Aksi ini yang dikenal dengan Cyber Espio- berdampak pada kedaulatan suatu Negara
nage menjadi semakin marak dan semakin mu- yang sifatnya akan menjadi kabur ketika infor-
dah dilakukan karena regulasi yang mengatur masi dan data rahasia mudah diakses tanpa
tentang perbuatan Spionase melalui penyada- adanya batas antar ruang dan waktu. Sehingga
pan masih menamppakan kelemahannya da- permasalahan yang timbuldan akan dilakukan
lam mencakup permasalahan ini. Mengingat telaah lebih lanjut adalah Apakah hukum Indo-
Spionaseatau aksi mata-mata yang dilakukan nesia mampu mengakomodir terhadap se-
melalui cara-cara peperangan sangat jauh ber- rangan Cyber Espionage serta bagaimana upaya
beda dengan denganaksi mata-mata yang dil- Indonesia dalam mengatasi serangan Cyber Es-
akukan tanpa adanya peperangan yaitu melalui pionage yang dapat mengancam stabilitas per-
penyadapan. Hal inilah yang justru menjadi tahanan dan keamanan Negara.
kelemahan Pemerintah Indonesia dalam Jenis penelilitan hukum yang dipergunakan
mengambil sikap dan menentukan arah ke- dalam penelitan ini adalah penelitian hukum
bijakan terhadap kasus Cyber Espionage. normatif (Yuridis Normatif). Sedangkan Pen-
Pada dasarnya tindakan penyadapan ada- dekatan masalah yang digunakan pada
lah suatu cara dari kegiatan spionase, karena penelitian ini adalah pendekatan Perundang-
dalam era modern seperti ini kegiatan spionase Undangan (Statute Approach), pendekatan
yang paling memungkinkan untuk dilakukan konseptual (Conceptual Apprach), dan pen-
dengan sedikit resiko diketahui pihak yang di- dekatan perbandingan (Comparative Ap-
mata-matai adalah dengan penyadapan. proach). Bahan hukum yang diperoleh diharap-
(Atmadja, 2017). Dari sini sudah dapat terlihat kan dapat menunjang penulisan Penelitian ini
betapa berbahayanya kegiatan spionase asing yang terdiri dari bahan hukum primer dan
karena merupakan sebuah kejahatan yang sekunder. Bahan hukum primer adalah bahan
dapat merugikan dan mengganggu stabilitas hukum yang terdiri dari peraturan perundang-
keamanan dan pertahanan Negara. Berikut undangan, dan putusan-putusan hakim yang
contoh kasus kegiatan Spionase asing yang dil- dijadikan sebagai yurisprudensi. Bahan hukum
akukan melalui penyadapan dengan me- sekunder adalah bahan hukum berupa pub-
manfaatkan kecanggihan teknologi informasi likasi tentang hukum yang bukan merupakan
dan komunikasi: Dunia internasional baru- dokumen-dokumen resmi misalnya seperti
baru ini dikejutkan oleh kasus spionase yang buku literatur, Majalah, Jurnal Hukum, dan
dilakukan Amerika Serikat dan Australia ter- Penelitian hukum terkait dengan penelitian
hadap pemerintah Indonesia. Kepala Badan In- yang diambil. Teknik yang dipilih dalam
telijen Negara (BIN) Marciano Norman menga- pengumpulan bahan hukum adalah Penelitian
takan, bahwa Australia telah melakukan penya- Kepustakaan (Library Research) dan teknik
dapan percakapan telepon sejumlah pemimpin pengolahan bahan hukum melalui metode
Indonesia dalam kurun waktu 2007-2009” deduktif. Analisis pada penelitianini
(Sudiarta, 2015) menggunakan teknik analisa bahan hukum
Kasus tersebut menjelaskan bahwa kondisi deskripstif kualitatif dengan penafsiran yang
persaingan global saat ini berada dalam tahap digunakan adalah penafsiran sistematis dan
yang sangat mengkhawatirkan. Selain karena penafsiran ekstentif.
saat ini sudah berada dalam era digital (digital
age) dimana kecanggihantekhnologi informasi Hukum Indonesia dalam Mengako-
dan komunkasi dapat disalah gunakan oleh modir Serangan Cyber Espionage
pemakainya dalam hal ini adalah agen spio- Pesatnya perkembangan teknologi infor-
nase, dan ini juga memperlihatkan kelemahan masi menjadikan seluruh sistem kehidupan
Indonesia sebagai target mata-mata dari segi berubah dan semakin berkembang, yang pada
instrumen hukumnya. Pasalnya, tindakan spio- awalnya dilakukan dengan cara-cara konven-
nase yang dilakukan melalui penyadapan sional dan kini cukup dengan hanya
LRJJ | Law and Justice Review Journal 14 Volume 1 | Number 1 | June | 2021
ED Hastri, 2021 / Cyber Espionage sebagai Ancaman terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara Indonesia

menggunakan percepatan digital maka seluruh publik dapat dibenarkan (Lawful Interception)
kegiatan mulai dari berinteraksi sosial, hingga sedangkan penyadapan dengan tujuan yang
melakukan segala macam bentuk transaksi dinilai dapat merugikan pihak-pihak terkait
dengan sangat mudah dapat dilakukan. Fenom- dikatakan sebagai bertentangan dengan
ena seperti ini telah menjajah seluruh lapisan hukum (Unlawful Interception). Tindakan Un-
sistem kehidupan di dunia, karena melalui me- lawful Interception merupakan suatu ancaman
dia ini segala macam bentuk kejahatanpun tim- bagi subjek hukum baik perorangan secara
bul. Kondisi ini menandakan bahwa sistem individu kaitannya dengan hak privasi mau-
hukum nasional maupun internasional juga ha- pun negara sebagai subjek hukum Inter-
rus siap. Siap dalam skala global karena nasional yang besar kaitannya dengan infor-
cakupannya tidak hanya dibatasi oleh batas masi kerahasiaan negara. Informasi yang ber-
teritorial geografis. hasil disadap akan sangat riskan terhadap se-
Dimasa sekarang ini segala sesuatunya rangan-serangan dari luar (out of risk) yang
akan selalu berhubungan dengan komputer dapat mengancam terhadap pertahanan dan
dan internet, dengan segala konsekuensinya. keamanan negara.
Begitu juga dunia spionase atau mata-mata. Penggunaan fasilitas cyber untuk men-
Cyber Espionage kini bukan lagi cerita atau film dukung seluruh kegiatan mengakses dalam do-
fiksi ilmiah lagi, namun merupakan sebuah fe- main yang berbeda disetiap pengguna terma-
nomena yang amat nyata. Meski tidak ada suk kegiatan penyadapan didalamnya merupa-
bukti, namun tidak akan terkejut apabila sudah kan bentuk pelanggaran terhadap ketentuan
banyak pemerintah negara-negara didunia hukum penggunaan dunia maya (cyber space)
yang menggunakan Cyber Espionage, dan bisa di berbagai negara termasuk di Indonesia.
saja jauh lebih canggih dari sekedar virus tro- Dengan munculnya kejahatan di dunia maya
jan GhostNet ini. Dan tentu saja korban Cyber (Cyber Crime) berbentuk Cyber Espionage maka
Espionage tidak akan mengakui terang-ter- pada tanggal 5 November 2013 Indonesia
angan kalau informasi yang dimilikinya bocor memberanikan diri untuk turut serta dalam
ke pihak lain. Salah satu kejahatan inkonven- Resolusi Anti Spionase Perserikatan Bangasa-
sional tersebut diatas salah satu metode yang Bangsa yang telah mendapat dukungan lebih
digunakanan yaitu Penyadapan atau Intersepsi dari 193 Negara anggota PBB. Keikutsertaan
yang secara umum di Indonesia telah Indonesia dalam Resolusi tersebut menan-
mengaturnya dalam Pasal 31 Undang- Undang dakan bahwa Indonesia merasakan dan me-
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan mandang bahwa tindakan spionase adalah san-
Transaksi Elektronik (ITE), pada Pasal 40 Un- gat berbahaya bagi kelangsungan stabilitas
dang- Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang keamanan Negara.
Telekomunikasi, dan Pada Pasal 31 Undang- Kemunculana Cyber Espionage merupakan
Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Inteli- perpaduan antara tiga kejahatan yang dil-
jen Negara. Pada prinsipnya penyadapan meru- akukan dalam satu siklus yaitu penyadapan
pakan suatu kegiatan dengan menembus ma- (Intersepsi), Kejahatan Telematika (Teknologi
suk secara paksa tanpa diketahui oleh objek Informatika), dan Spionase (Aksi Mata-Mata).
penyadapan melalui media teknologi informat- Pada perkembangannya melalui penyadapan
ika. Namun dari ketiga regulasi tersebut mem- kejahatan yang dinamakan Cyber Espionage
iliki definisi berbeda khususnya terhadap yang mulanya merupakan kejahatan konven-
tujuan dilakukan penyadapan atau intersepsi. sional mata-mata yang bercirikan pertemuan
Perbedaan tujuan dilakukan penyadapan secara fisik yang kini mengalami revolusi keja-
menunjukkan adanya otoritas tertentu se- hatan (revolution of crime) dengan menung-
hingga sangat sulit menyamakan persepsi, dan gangi cyber space sebagai transformer. Sistem
perbedaan ini memiliki kecenderungan yang kerja pada konteks Cyber Crime berasal dari
justru dapat membahayakan serta dapat men- tiga komponen utama yang terdiri dari:
jadi celah hukum. Perlu disinggung bahwa pen- 1. Komputer
yadapan dengan tujuan materil dan untuk Sebagai media, komputer berkontribusi be-
mempertahankan kebenaran formil secara sar terhadap keberlangsungan penggunaan
LRJJ | Law and Justice Review Journal 15 Volume 1 | Number 1 | June | 2021
ED Hastri, 2021 / Cyber Espionage sebagai Ancaman terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara Indonesia

internet karena dengan cara mengoperasi- Dari ketiga unsur diatas mendeskripsikan
kan komputer semua jaringan mulai bekerja bahwa adanya mata rantai yang akan terus
sesuai kemauan personalyang secara lang- berkaitan antara komputer, teknologi in-
sung menggunakan tombol-tombol pada formatika, dan internet. Semakin kencangnya
keyboard dan CPU (Central Processing Unit) pemanfaatan internet membuat stabilitas dan
yang memiliki tugas untuk melaksanakan kondusifitas tatanan kehidupan sangat
perintah dan mengolah data dari perangkat mengkhawatirkan mengingat pengguna inter-
lunak dan juga sebagai tempat penyim- net yang masih minim moral dan etika, dan juga
panan semua data-data penting yang akan masih belum bijak dalam menggunakan kelebi-
secara berkelanjutan di share ke beberapa han ini.
titik melalui situs-situs tertentu yang sudah Selain itu terdapat pula aturan dalam
disiapkan oleh pengolala. Maka dari kelelua- konteks Hukum Internasional yaitu dalam Kon-
saan dari para pengguna komputer muncul- vensi Den Haag IV 1907. Pasal 29 Konvensi ini
lah istilah kejahatan komputer (Computer menyatakan unsur-unsur spionase yang ber-
Crime) yang timbul dari kegiatan pemanfaa- bunyi : ”Sesesorang hanya dianggap sebagai
tan komputer sebagai media internet. mata-mata apabila melakukan perbuatan
2. Telematika secara sembunyi-sembunyi atau diam-diam
Telematika secara bahasa merupakan sing- dan berpura-pura untuk mendapatkan infor-
katan dari Telekomunikasi dan Informatika. masi di daerah operasi dari negara berperang
Pada konsep dua komponen ini lahir be- dengan maksud untuk memberitahukannya
berapa jenis hukum yang diwujudkan dari kepada pihak musuh”. Tindakan memata-matai
konvergensi hukum telekomunikasi, hukum (Spionase) diatur dalam Konvensi Inter-
media, dan hukum informatika. Pengiriman nasional yaitu Konvensi Den Haag yang menga-
data melalui Dial Up System yang dihub- tur tentang tata cara berperang dan alat-alat
ungkan ke jaringan internet baik melalui perang, sedangkan Konvensi Jenewa mengatur
jalur telepon, sistem komputer, antena khu- tentang perlindungan terhadap korban perang.
sus nirkabel, wireless system, dan semua me- Pada Pasal 29, 30, dan 31 Konvensi Den Haag
dia telekomunikasi pada penyampaian in- IV 1907 tentang Hukum dan Kebiasaan Perang
formasi satu arah dan juga timbal balik di Darat menyebutkan bahwa seseorang dapat
dengan menggunakan sistem digitaladalah dikatakan sebagai mata-mata apabila per-
sangat dimungkinkan. Sehingga lahir buatannya dilakukan secara sembunyi-sem-
Hukum Telematika atau lebih dikenal bunyi atau diam-diam serta berpura-pura da-
dengan Hukum Konvergensi. lam rangka mencari informasi rahasia dari
3. Internet negara yang berperang. Sedangkan dalam Pasal
Internet berasal dari kata Interconnection 46 Konvensi Jenewa 1949 (Indonesia meratifi-
Networking yang memanfaatkan seluruh kasi dalam Undang-Undang Nomor 59 Tahun
jaringan komputer yang tersambung 1958) Protokol Tambahan 1 menyebutkan
menggunakan Internet Protocol (IP) atau aturan tentang perbuatan memata-matai ada-
Transmission Control Protocol (TCP). Dalam lah apabila tentara perang dari negara lain ter-
jaringan ini disebut sebagai dunia maya tangkap pada saat melakukan kegiatan spio-
atau Cyber Space yang memuat berbagai nase atau mata-mata maka tidak akan
macam fiture dan content yang tidak dapat mendapat status hukum sebagai tawananan
dipisahkan satu sama lain dengan teknologi perang melainkan dianggap sebagai mata-mata
saat ini. Atmosfir ini juga yang menyebab- dantidak akan mendapat haknya sebagai ta-
kan bermacam-macam kejahatan dunia wanan perang sebagaimana Konvensi ini.
maya (Cyber Crime) itu timbul karena etika Dapat ditarik benang merah bahwasanya
pengguna yang masih minim. Perkem- spionase pada umumnya secara konvensional
bangan ini pula yang mengiringi kemuncu- dilakukan dalam masa perang, yang dikatakan
lan hukum siber atau Cyber Law. masa perang menurut prinsip hukum umum
adalah bertemunya pasukan bersenjata antar

LRJJ | Law and Justice Review Journal 16 Volume 1 | Number 1 | June | 2021
ED Hastri, 2021 / Cyber Espionage sebagai Ancaman terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara Indonesia

negara di satu titik untuk merebut dan mem- ponen utama dalam melaksanakan penyeleng-
pertahankan kedaulatan suatu negara secara garaan pertahanan negara dapat dilihat da-
paksa dan ada salah satu cara yang dilakukan lam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor
untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan 34Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indo-
strategi memata-matai. Legalitas kegiatan spi- nesia bahwasanya TNI memiliki fungsi dalam
onase dalam masa perang (espionage in war- menangkal setiap bentuk ancaman militer dan
time) diatur dalam Konvensi Jenewa 1949 yang ancaman bersenjata baik dalam maupun luar
terdiri dari 4 perjanjian dengan 3 Protokol tam- serta menindak setiap bentuk ancaman terse-
bahan serta di atur juga dalam Konvensi Den but. Namun yang menjadi kerancuan dalam hal
Haag 1907 yang terdiri 13 bagian dan 2 Deklar- ini adalah tidak jelasnya TNI dalam melakukan
asi tambahan. tindakan apabila serangan Cyber Warfare da-
Cyber Warfare dijaman yang telah berkem- lam bentuk Cyber Espionage tersebut me-
bang pesat ini, tidak hanya dilakukan oleh nyerang stabilitas pertahanan dan keamanan
suatu negara dalam hal ini pasukan militernya NKRI karena hukum Indonesia tentang Cyber
saja, tetapi dapat dilakukan oleh individual, or- Espionage tidak secara tegas mengatur, hanya
ganisasi, maupun kelompok-kelompok lainnya sebagaian yang menjelaskan tentang tindakan
yang mengatas namakan nasionalisme suatu memata-matai itupun dilakukan dengan cara
bangsa. Dalam hal Cyber Warfare ini, ke- konvensional. Sehingga dalam penerapannya
banyakan yang melakukan serangan-serangan hukum Indonesia tentang Cyber Espionage ter-
dilakukan oleh sekelompok komunitas yang dapat kekaburan norma (Vague Norm) dan
mereka sebut diri mereka sebagai Anonymous. membutuhkan penafsiran secara ekstentif
Dalam klasifikasinya, Cyber Espionage dapat di- yaitu melakukan kegiatan pemahaman ter-
anggap sebagai bentuk dari Cyber Warfare. Ka- hadap ketentuan hukum yang ada dengan tetap
rena Cyber Espionage merupakan jenis keja- mendasarkan diri pada prinsip- prinsip yang
hatan memata-matai untuk mendapatkan in- ada di dalam ketentuan tersebut. Selain itu
formasi rahasia yang memanfaatkan jaringan penafsiran sistematis juga dibutuhkan untuk
internet melalui malware dengan berbagai mendukung dalam memberikan terang ter-
jenis dan tingkat bahaya yang beragam, yang hadap penafsiran pada Pasal yang dianggap
dalam mengkalisifikasikan perbuatan tersebut sesuai denganCyber Espionage.
terhadap perbuatan yang dapat mengancam Aturan tentang kejahatan spionase dalam
pertahanan dan keamanan suatu negara yaitu peraturan perundang-undangan nasional ter-
stabilitas NKRI sesuai dengan Pasal 10 Undang- dapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pi-
Undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Per- dana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang
tahanan Negara, dapatdijabarkan sebagai beri- Hukum Pidana Militer (KUHPM). Unsur-unsur
kut: spionase sebagai sebuah kejahatan tertuang
1. Cyber Espionage mengancam kedaulatan dalam Pasal 117 KUHP pada Buku Kedua Bab 1
negara tentang Kejahatan Terhadap Keamanan Negara
2. Cyber Espionage mengancam kutuhan adalah sebagai berikut: “Barang siapa tanpawe-
wilayah nang, dengan sengaja Memasuki bangunan
3. Cyber Espionage mengancam kehormatan Angkatan Darat atau Angkatan Laut atau Kapal
dan keselamata bangsa Perang Melalui jalan yang bukan jalan biasa,
4. Cyber Espionage mengancam perdamaian Memasuki daerah terlarang, Membuat,
regional dan internasional mengumpulkan, mempunyai, menyimpan, me-
nyembunyikan, atau mengangkut gambar-po-
Dari beberapa indikator diatas, menjelas- tret atau gambar-tangan dan keterangan-ket-
kan bahwa Cyber Espionage merupakan an- erangan atau petunjuk-petunjuk lain mengenai
caman militer yang menempatkan TNI sebagai daerah terlarang”.
komponen utama yang memiliki kapabilitas Sedangkan dalam Pasal 67 KUHPM unsur-
dalam bertindak menurut hal-hal diatas. Tinda- unsur kegiatan spionase dijabarkan sebagai
kan yang dapat dilakukan oleh TNI selaku kom- berikut : “Barang siapa dengan sengaja untuk

LRJJ | Law and Justice Review Journal 17 Volume 1 | Number 1 | June | 2021
ED Hastri, 2021 / Cyber Espionage sebagai Ancaman terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara Indonesia

keperluan musuh berusaha mendapatkan in- asas territorial active tidak dapat diterapkan.
formasi demi kepentingan perang di perahu Pembahasan selanjutnya yang juga belum
atau pesawat udara dari angkatan perang di da- terdapat dalam Pasal tentang penyadapan atau
lam garis pos depan di suatu tempat atau pos intersepsi adalah masalah tempus delicti (ka-
yang diperkuat atau di duduki didalam pan terjadinya peristiwa) karena pelaku dapat
bangungan angkatan perang dalam waktu dengan mudah membuat waktu dan tanggal
perang dengan sembunyi-sembunyi, dengan terjadinya peristiwa berbeda dengan yang
pernyataan palsu, dengan penyamaran, me- sebenarnya hanya dengan mengubah setting
nyusup melalui jalan pintas, dan mencatat system pada perangkat yang digunakan.
suatu hal tentang kepentingan militer. Keadaan yurisdiksi suatu negara yang di-
Karakterisasi suatu perbuatan hukum yang hubungkan dengan batas-batas georafis men-
dapat menimbulkan akibat hukum tidaklah jadi kabur dalam menyikapi kejahatan penya-
hanya berpedoman pada konteks yang dapat dapan dimana sangat dimungkinkan dilakukan
ditimbulkan melainkan spektrum universal se- oleh warga negara asing yang berada di luar
bagai kaitannya ke arah yang dipengaruhi oleh negeri. Sifat multidimensi transnasional dan
unsur perbuatan dan kesalahan (act and mis- borderless pada kejahatan ini merambah pada
take). Unsur-unsur penyadapan atau intersepsi tataran transnasional sehingga penerapan
dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang No- yurisdiksi hukum suatu negara mengalami kek-
mor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan aburan. Kejahatan dunia maya yang bersifat
Transaksi Elektronik (ITE) terdiri dari setiap transnasional dan borderless memberikan im-
orang (subjek hukum/manusia atau badan plikasi terhadap Indonesia yang nantinya dapat
hukum/pelaku), dengan sengaja, tanpa hak menyerang Indonesia kapan saja, sehingga
(onrechtmatighdaad), objek (dokumen el- hukum di Indonesia mengalamikesulitan mem-
ektronik), milik orang lain (privasi). Sedangkan berlakukan yurisdiksi hukumnya. Disamping
ayat (2) pada Pasal yang sama unsur-unsurnya itu pula dengan asas personality, territorial, dan
adalah Setiap orang (subjek hukum/manusia universal akan semakin menghambat dalam
atau badan hukum/pelaku), dengan sengaja, penegakan hukum karena bukan tidak mung-
tanpa hak (onrechtmatighdaad), objek (doku- kin kejahatan ini selalu disamakan dengan ke-
men elektronik), tidak bersifat publik (ra- jahatan konvensional.
hasia), dalam sistem komputer milik orang lain, Oleh karena itu penerapan prinsip ubikui-
menyebabkan dan tidak menyebabkan peru- tas (the principle of ubiquity) dirasa cukup
bahan, penghilangan, dan/atau penghentian in- mumpuni dalam menyikapi kejahatan mayan-
formasi elektronik yang sedang di transmisi- tara (Cyber Crime) yaitu pada pembahasan ini
kan. adalah kasus penyadapan (Intersepsi). Prinsip
Unsur perbuatan penyadapan juga dapat ini menegaskan bahwa setiap delik yang dil-
ditemukan pada Undang-Undang tentang Tele- akukan baik didalam maupun diluar batas teri-
komunikasi Nomor 36 Tahun 1999 pada Pasal torial negara dapat diselesaikan dengan
40 yaitu Setiap orang (subjek hukum/manusia yurisdiksi pada setiap negara yang bersangku-
atau badan hukum/pelaku), melakukan penya- tan. Sehingga, apabila Indoensia menjadi target
dapan informasi, jaringan telekomunikasi da- atau korban dari Cyber Espionage maka hukum
lam bentuk apapun. Indonesia dapat diberlakukan dengan mem-
Pada kedua Pasal dari Undang-Undang perhatikan adanya Locus Delicti (tempat ter-
yang berbeda diatas, batasan tentang penyada- jadinya peristiwa).
pan belum terdapat pembahasan tentang locus Namun saat ini yang menjadi problematika
delicti (lokasi atau tempat terjadinya peri- selanjutnya adalah apabila hukum di Indonesia
stiwa) karena bisa saja dilakukan di luar batas dapat diberlakukan pada serangan ini lalu
teritorial Indonesia dan dengan sangat mudah apakah hukum ini memiliki kapabilitas dalam
menghapus jejak digital melalui perangkat mengakomodir sedangkan konteks kejahatan
yang digunakan dan memanipulasi pengaturan ini bukan lagi kejahatan konvensional yang
Share Location. Tidak jelasnya kedudukan bisa saja dapat diterapkan KUHP.
pelaku pada saat melakukan kejahatan maka
LRJJ | Law and Justice Review Journal 18 Volume 1 | Number 1 | June | 2021
ED Hastri, 2021 / Cyber Espionage sebagai Ancaman terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara Indonesia

Mengingat banyaknya kendala yuridis sep- akan turut serta mempengaruhi perbuatan spi-
erti pembuktian, legalitas, dan yurisdiksi yang onase. Selanjutnya kelemahan Pasal ini adalah
mengakibatkan semakin terlihat kelemahan bentuk memata-matai masih sangat klasik di-
dan celah hukum di Indonesia maka sudah se- mana kondisi virtual sudah sering digunakan
layaknya komponen legislatif sebagai pembuat dalam menjalankan aksi kejahatan sehingga
kebijakan bertanggung jawab terhadap dam- apabila kasus spionase yang dilakukan tanpa
pak dari perkembangan teknologi dan infor- bersinggungan secara fisik maka akan dengan
masi yang mengakibatkan perubahan besar da- sangat mudah lolos dari jeratan Pasal tersebut.
lam seluruh aspek kehidupan masyarakat. Pemanfaatan instrumen dunia maya me-
Namun, kembali hukum Indonesia masih mang rentan akan pelanggaran hukum se-
belum memberikan kepastian hukum yang hingga sangat sulit dilakukan penindakan,
seharusnya diberikan sesuai dengan tujuan mengingat masih lemahnya regulasi di Indone-
hukum itu sendiri, dimana masyarakat yang se- sia serta keterbatasan dalam ruang lingkup
dang berkembang maka hukum juga harus regulasi tersebut. Kelemahan ini oleh penulis
mampu merubah dan mengarahkan kegiatan dapat dijabarkan sebagai berikut:
manusia ke arah yang dikehendaki pem- 1. Spionase, tentang pengertian dari istilah
bangunan dan pembaharuan itu secara cepat tersebut yang masih minim cakupannya
sebagai sarana pembangunan masyarakat un- hanya terbatas pada kegiatan mata-mata
tuk mencapai ketertiban dan kepastian hukum secara konvensional. Sedangkan spionase
sehingga norma yang ada dalam masyarakat melalui internet (Cyber Espionage) sudah
yang sedang bertansisisi sesuai dengan semakin nyata terlihat;
perkembangan. Hukum dalam arti norma Pembuktian pada kegiatan spionase masih
sesuai dengan teori hukum pembangunan belum ada pengklasifikasian secara tegas
Mochtar Kusumaatmadja dalam kasus Cyber mengingat semakin beragamnya model spi-
Espionage masih ambigu dan hukum Indonesia onase pada era digital saat ini yaitu Cyber Es-
cenderung lemah dalam mengakomodir se- pionage. Misal, (a) pembuktian bahwa pen-
rangan Cyber Espionage yang dapat mengan- curian informasi rahasia negara melalalui
cam stabilitas pertahanan dan keamanan pemanfaatan internet (penyadapan) tergo-
negara karena memiliki kekaburan norma long pada aksi spionase; dan (b) pembuk-
(Vague Norm). tian pelaku kejahatan Cyber Espionage
Kejahatan terhadap keamanan negara merupakan tekananan Pemerintah dari
secara eksklusif temaktub dalam KUHP (Kitab Negara propaganda bukan atas kemauan
Undang- Undang Hukum Pidana) pada Buku pribadi. Kegiatan yang dilakukan diluar ba-
Kedua BAB I tentang Kejahatan Terhadap Kea- tas wilayah Indonesia ataupun sebaliknya
manan Negara. Kejahatan spionase tergolong yang subjeknya berada dalam ruang lingkup
pada kejahatan yang berpotensi mengancam Indonesia sedangkan modus operandi serta
stabilitas pertahanan dan keamana negara In- locus delicty diluar batas teritorial Indonesia
donesia. Dalam Pasal tersebut hanya memba- mempersulit pembuktian kasus spionase
has aksi spionase secara langsung yang dil- melalui penyadapan.
akukan dengan menembus masuk pada daerah 2. Kategori informasi rahasia masih belum
pertahanan yang dilarang oleh Pemerintah In- jelas. Banyak tipe informasi rahasia yang
donesia. Masih belum jelas apabila pelakunya akan mampu disalah artikan ketika tidak
bukan pasukan tentara atau pasukan bersen- jelas pengklasifikasiannya.
jata suatu negara yang berada dalam masa 3. Status hukum bagi pelaku masih belum ada
perang melainkan personal secara pribadi na- kepastian yang jelas, karena pada dasarnya
mun atas provokasi Pemerintah negara asing. pelaku spionase masih cenderung dianggap
Mengingat objeknya adalah Negara yang secara berbeda dengan pelaku penyadapan aki-
komprehensif berkaitan dengan masalah sta- batnya celah hukum semakin lebar. Se-
bilitas pertahanan dan keamanan negara. Ka- hingga harus ada ketentuan hukum bagi
rena pada dasarnya persinggungan politik pelaku spionase melalui penyadapan.

LRJJ | Law and Justice Review Journal 19 Volume 1 | Number 1 | June | 2021
ED Hastri, 2021 / Cyber Espionage sebagai Ancaman terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara Indonesia

4. Konsekuensi hukum yang rancu, dimaksud secara visual yaitu pada tingkah dan perilaku
adalah akibat hukum dari perbuatan ini dalam berinteraksi dan berkomunikasi, serta
masih diibaratkan pedang bermata dua. Un- perubahan pola fikir, emosional yang secara
sur-unsur yang termuat masih belum jelas renteng bersinggungan dengan moral
antara pertanggungan jawaban pidana masyarakat.
(pemidanaan) atau pertanggung jawaban Manusia sebagai mahluk sosial yang sejat-
negara melihat subjek dan objek pada Cyber inya selalu berhubungan dan berinteraksi mu-
Espionage. lai dari skala kecil hingga skala global (Inter-
5. Unsur-unsur perbuatan spionase yang nasional) menandakan bahwa telah terjadi
masih terbatas pada pertemuan secara fisik. dinamika pergaulan hidup. Hal tersebut
Harus ada klasifikasi secara substansial dan mendesak agar terwujudnya suatu tatanan
terekonstruktif mana perbuatan Cyber hukum yang dapat dijadikan sebagai pedoman
Crime diluar Cyber Espionage dan mana dalam bertingkah laku agar kepentingan mas-
yang termasuk ke dalam Cyber Espionage ing-masing yang terdapat dalam hak dan
karena spionase dengan memanfaatkan kewajiban tetap seimbang untuk menjamin
kecanggihan teknologi informasi dan inter- kepastian hukum. Hukum yang baik adalah
net tidak hanya terbatas pada penyadapan hukum yang tumbuh dan berkembang dalam
banyak istilah lain yang dipakai misal sep- masyarakat (the living law) serta sesuai dengan
erti Unautirezed acces to computer system nilai-nilai kehidupan masyarakat. Setiap
and service, Cyber sabbotage and extortation, masyarakat yang berada dalam tahap mem-
Hiking, dan masih banyak lagi. bangun selalu diidentikkan dengan adanya pe-
6. Adanya otoritas tertentu yang diberikan rubahan dimana hukum pada konteks ini mem-
kewenangan oleh Undang-Undang untuk iliki fungsi untuk menjamin perubahan terse-
mengakses informasi rahasia kenegaraan but dengan tidak memposisikan dirinya se-
(Lawful Interception) guna kepentingan bagai alat melainkan sebagai sarana pengubah
penyidikan misal yang hanya diperbolehkan dengan tetap memperhatikan cerminan nilai
adalah Badan Intelijen Negara. Jadi, pihak- kehidupan masyarakat yang berada dalam
pihak terkait dalam hal penyadapanguna proses perubahan tersebut. Pendapat ini
kepentingan penyidikan dan penyelidikan dikenal sebagai teori hukum pembangunan
harus tersentral dalam berkoordinasi yang dipelopori oleh Mochtar Kusumaatmadja.
dengan otoritas tersebut karena memang Mochtar menegaskan bahwa hukum juga harus
kewenangan mengakses hanya BIN (Badan dapat membantu proses perubahan masyara-
Intelijen Negara) guna meminimalisisr pen- kat itu. Menurut Mochtar bahwa pandangan
yalahgunaan wewenang oleh setiap yang kolot tentang hukum yang menitikberat-
pengguna kewenangan. kan fungsi pemeliharaan ketertiban dalam arti
7. Penegasan hukum terkait legalitasdalam statis dan menekankan sifat konservatif da-
melakukan kegiatan spionase baik dalam ripada hukum, menganggap bahwa hukum
masa perang (espionage in war time) mau- tidak dapat memainkan suatu peranan yang be-
pun diluar masa perang (espionage in peace rarti dalam suatu pembaharuan (Budhijanto,
time). Karena pada dasarnya spionase 2014)
dengan pemanfaatan internet (Cyber Espio- Tak dapat dipungkiri bahwa kejahatan yang
nage) justru tak melihat berada dalam masa timbul ditengah-tengah masyarakat baik yang
perang atau dalam masa damai. sedang dalam tahap berkembang maupun
tidak sudah merupakan fait accompli dan tanpa
Mobilisasi kehidupan yang saat ini sudah sadar memposisikan dirinya selalu sejajar
berada dalam taraf modernisasi dan era di- dengan perkembangan masyarakat karena
mensi kedua menunjukkan adanya perkem- pada hakikatnya tidak ada kejahatan tanpa
bangan pada nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan tidak ada masyarakat yang
masyarakat bukan hanya perubahan yang ter- tanpa adanya kejahatan mengingat sifat manu-
jadi secara fisik berupa pembangunan infra- sia yang selalu ingin memenuhi kepentingan
struktur namun juga terjadi pada perubahan pribadi. Semakin kompleks kegiatan manusia
LRJJ | Law and Justice Review Journal 20 Volume 1 | Number 1 | June | 2021
ED Hastri, 2021 / Cyber Espionage sebagai Ancaman terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara Indonesia

maka semakin bervariasi jeniskejahatan yang hukum serta pertimbangan- pertimbangan lain
muncul karena kejahatan selain sebagai ma- dalam usaha untuk merekonstruksi hukum
salah kemanusiaan (etika dan moral) juga yang harus bersifat dinamis dan sebagai pem-
merupakan masalah sosial yang bisa bawa kedamaian dan keadilan. Jadi sejatinya
diselesaikan dengan cara-cara sosial yaitu hukum tidak selalu hanya dipandang sebagai
dengan cara mendorong hukum untuk bisa alat untuk mengatur dan mempertahankan
menekan kejahatan sekaligus memberi stimu- nilai tapi juga harus dipandang sebagai sarana
lasi perubahan dalam tatanan masyarakat. pembaharuan dalam masyarakat yang dapat
Fenomena kasus Cyber Espionage merupa- menggiring pada perubahan dan pem-
kan model kejahatan modern yang saat ini bangunan nilai yang hidup dalam masyarakat
memicu kekhawatiran pemerintah Indonesia sehingga sisi lain dari hukum semakin terlihat.
dan menuntut agar revisi regulasi serta Penafsiran hukum dapat dilakukan dengan
penemuan hukum baru (Rechtvinding) segera memperhatikan teori dari Lawrence M. Fried-
dilakukan. Urgensi regulasi memang selayak- man yang mengemukakan bahwa efektif dan
nya cepat dilakukan sebagai upaya proteksi diri berhasil tidaknya penegakan hukum tergan-
terhadap ancaman tersebut karena pada tung tiga unsur sistem hukum, yakni struktur
hakikatnya hukum itu merupakan sarana un- hukum (struktur of law), substansi hukum (sub-
tuk mencapai kepastian, keadilan, dan ke- stance of the law) dan budaya hukum (legal cul-
manfaatan sesuai dengan teori tujuan hukum. ture). Struktur hukum menyangkut aparat
Untuk menyikapi dinamika perkembangan penegak hukum, substansi hukum meliputi
teknologi yang semakin canggih totalitas perangkat perundang-undangan dan budaya
hukum sangat diperlukan untuk mencapai ket- hukum merupakan hukum yang hidup (living
ertiban dan memberikan jaminan dalam law) yang dianut dalam suatu masyarakat.
masyarakat. Tingkat kejahatan yang notabene Sehingga teori sistem hukum Lawrence M.
bergantung pada tingkat perubahan masyarakt Friedman sangat harmonis jika dikaitkan
itulah yang harus dipandang sebagai adagium dengan teori hukum pembangunan Mochtar
bahwasanya hukum sebagai instrumen sosial Kusumaatmadja sebagaimana yang telah di
harus mengikuti perkembangan masyarakat. ulas pada pembahasan terdahulu bahwasanya
Kebijakan hukum yang diwujudkan dalam hukum yang baik adalah hukum yang tumbuh
peraturan perundang-undangan pada kasus dan berkembang dalam masyarakat (the living
Cyber Espionage merupakan salah satu upaya law) serta sesuai dengan nilai-nilai kehidupan
untuk mencapai keniscayaan akan tercapainya masyarakat. Setiap masyarakat yang berada
kedamaian dan terjaminnya rasa khawatir dari dalam tahap membangun selalu diidentikkan
suatu ancaman. Kepentingan-kepentingan dengan adanya perubahan dimana hukum
yang bertentangan dengan konotasi merugikan pada konteks ini memiliki fungsi untuk menja-
hak orang lain dalam lalu lintas kehidupan so- min perubahan tersebut dengan tidak mempo-
sial tidak dapat dihindari oleh sebab itulah sisikan dirinya sebagai alat melainkan sebagai
peran hukum disoroti secara subtansial dan sarana pengubah dengan tetap memperhatikan
fungsional untuk bisa menjaga dan memper- cerminan nilai kehidupan masyarakat yang be-
tahankan kondusifitas masyarakat. rada dalam proses perubahan tersebut.
Berdasarkan pada beberapa hal diatas Teori Hukum Pembangunan Mochtar
maka penerapan Teori Hukum Pembangunan Kusumaatmadja juga memakai kerangka acuan
yang digemakan oleh Mochtar Ku- pada pandangan hidup masyarakat serta
susmaatmadja yang memiliki kecenderungan bangsa Indonesia yang meliputi struktur, kul-
dengan konsep law as a tool of social enginering tur, dan substansi, yang sebagaimana
yang telah dikemukakan oleh Roscoe Pound dikatakan oleh Lawrence F. Friedman. Pada da-
yang dikenal sebagai aliran pragmatical legal sarnya memberikan dasar fungsi, hukum se-
realism bahwasanya hukum merupakan suatu bagai sarana pembaharuan masyarakat, dan
sarana dalam melakukan perubahan sosial da- hukum sebagai suatu sistem yang sangat diper-
lam kehidupanmasyarakat, sangat pas dan co- lukan bagi bangsa Indonesia sebagai Negara
cok untuk diaplikasikan pada pembaharuan yang sedang berkembang. Pokok-pokok
LRJJ | Law and Justice Review Journal 21 Volume 1 | Number 1 | June | 2021
ED Hastri, 2021 / Cyber Espionage sebagai Ancaman terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara Indonesia

pikiran yang melandasi konsep tersebut adalah Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam
bahwa ketertiban dan keteraturan dalam usaha menghadapi tantangan ini, Indonesia dalam
pembangunan dan pembaharuan memang di- upaya-upaya yang harus dilakukan terhadap
inginkan, bahkan mutlak perlu, dan bahwa serangan Cyber Espionage sebagai bentuk
hukum dalam arti norma diharapkan dapat Cyber War juga harus memperhatikan dari sisi
mengarahkan kegiatan manusia kearah yang preventif bukan hanya menyelesaikan perma-
dikehendaki oleh pembangunan dan pembaha- salahan dengan jalur hukum namun upaya pre-
ruan itu. Oleh karena itu, maka diperlukan sa- ventif juga sangat perlu dilakukan. Ketahanan
rana berupa peraturan hukum yang berbentuk nasional akan keamanan cyber sangatlah pent-
tidak tertulis itu harus sesuai dengan hukum ing guna mencegah tindak-tindak kriminalitas
yang hidup dalam masyarakat. Negara yang di- dan menjaga keamanan industri-industri
angkat pada penelitian ini untuk dilakukan an- teknologi, sebagai salah satu contohnya adalah
lisa terhadap perbandingan hukum yaitu Cyber Espionage yang menyerang sistem infor-
Amerika Serikat yang menjadi target mata- masi dan data-data kerahasiaan negara yang
mata oleh negara lain. Selanjutnya, Negara rival nantinya akan membahayakan terhadap stabil-
dari Negara Adidaya tersebut yang diambil se- itas pertahanan dan keamanan negara.
bagai perbandingan hukum adalah Cina dan Keamanan Cyber (Cyber Security) tidak
Rusia. Amerika Serikat yang juga dikenal se- dapat serta merta merupakan tanggung jawab
bagai Negeri Paman Sam kini kekuatan mili- pemerintah, justru hal ini juga merupakan
ternya melemah. Kelemahan ini juga semakin tanggung jawab bersama karena pada ken-
nampak saat kasus kampanye Amerika Serikat yataannya setiap orang adalah user. Bukan be-
disinyalir ada campur tangan dari Rusia se- rarti orang awam yang tidak pernah ber-
hingga Rusia dituduh dalam melakukan mata- singgungan dengan Teknologi Informasi tidak
mata melaui pembobolan e-mail para pem- akanterjerat dalam perangkap para pengguna
impin Demokrat Clinton (Cyber Espionage). Ka- yang dapat merugikan mereka. Sehingga
sus ini kemudian dilakukan tindakan hukum keadaan semacam ini dimana keamanan Cyber
oleh Amerika Serikat berupa pengusiran Dip- lemah yang justru dijadikan sebagai jalur untuk
lomat Rusia dari negara Amerika Serikat dan menembus masuk kedalam jaringan sistem
menjatuhkan sanksi lebih lanjut kepadaRusia komputer lainnya. Serangan di dunia cyber
sebagai pertanggung jawaban negara. Amerika tidak hanya menyasar pada sistem keamanan.
Serikat dalam menghadapi serangan Cyber Es- Bahkan, sebagian besar malware menargetkan
pionage yang melanggar prinsip-prinsip ked- serangannya kepada para pengguna. Selanjut-
aulatan wilayah, melaui hukum positif di nya, malware tersebut bertugas mencuri pass-
negaranya adalah dengan cara pertanggung ja- word akun seseorang. Kesadaran tentang
waban negara. Namun pada kasus ini, Amerika tanggung jawab berawal dari dalam diri setiap
Serikat memiliki riwayat dalam melakukan se- orang bahwasanya dirinya merupakan
rangan Cyber Espionage yang sama terhadap pengguna yang juga memiliki kemungkinan
Cina dan Rusia sehingga klaim tersebut dapat dapat dijadikan target, jadi harus ada rasa
ditanggalkan. mawas diri dan kepedulian terhadap diri
sendiri akan dampak nyata namun seakan
Upaya Mempertahankan Stabilitas Per- tidak berimbas pada dirinya karena anggapan
tahanan dan Keamanan Negara Indone- bahwa dirinya bukan merupakan pihak-pihak
sia dari Serangan yang bbersinggungan langsung dengan
Cyber Espionage Teknologi Informasi.
Efek dari perang cyber bisa bermacam- Selain persoalan tentang keamanan Cyber
macam, salah satu diantaranya adalah pengam- (Cyber Security), selanjutnya yang juga harus
bilan informasi kerahasiaan negara dimaksimalkan dalam melakukan upaya pre-
menggunakan kecanggihan Teknologi Infor- ventif adalah tentang pertahanan Cyber (Cyber
masi atau yang dikenal dengan Cyber Espionage Defence). Pertahanan Cyber (Cyber Defence)
yang dapat mengancam pertahanan dan merupakan kebutuhan yang tak dapat terelak-
kemanan suatu Negara. kan di era digital seperti saat sekarang ini
LRJJ | Law and Justice Review Journal 22 Volume 1 | Number 1 | June | 2021
ED Hastri, 2021 / Cyber Espionage sebagai Ancaman terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara Indonesia

karena memang koherensi diantara keduanya dibawah Presiden dalam hal pengerahan dan
sangat erat. Dengan melihat dampak dari Cyber penggunaan kekuatan militer sedangkan dalam
Warfare tersebut, maka pembangunan per- hal administrasi dan kebijakan strategi per-
tahanan cyber adalah sebuah kebutuhan dan tahanan beradah di bawah koordinasi Departe-
keharusan untuk melindungi pertahanan dan men pertahanan. Badan Intelijen Negara se-
keamanan serta keberlangsungan hidup se- bagaimana yang dijelaskan dalam peran, tugas,
buah Negara. Selain melakukan upaya preven- fungsi, dan ruang lingkup Intelijen Negara pada
tif baik dari segi keamanan (Security) maupun Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 ten-
pertahanan (Defence) hal yang juga perlu tang Intelijen Negara sebagaimana dituangkan
diketahuia bahwa serangan Cyber Espionage dalam Pasal 4 “Intelijen Negara berperan
adalah dengan memanfaatkan sistem malware. melakukan upaya, pekerjaan,kegiatan,dan tin-
peran malware dalam serangan Cyber Espio- dakan untuk deteksi dini dan peringatan dini
nage melalui media internet dapat dengan mu- dalam rangka pencegahan, penangkalan, dan
dah masuk kedalam system komputer user penanggulangan terhadap setiap hakikat an-
yang tidak memiliki cyber security yang caman yang mungkin timbul dan mengancam
mumpuni sehingga melaui perantara tersebut kepentingan dan keamanan nasional“. Pada
semakin banyak terinfeksi dan menyerang sis- pasukan Militer TNI cenderung bertindak da-
tem pertahanan cyber negara. Oleh karenaitu, lam melakukan upaya dalam mempertahankan
sifat mawas diri dan kesadaran akan bahaya kemanan dan stabilitas negara melalui pen-
Cyber Espionage harus ditanamkan pada setiap jagaan ketat batas- batas geografis dari se-
individu. rangan musuh, sedangkan BIN (Badan Intelijen
Polri dalam kaitannya dengan kehidupan Negara) titik ordinatnya berada pada upaya
bernegara, merupakan alat negara yang ber- pendeteksian dini terhadap ancaman yang
peran dalam memelihara keamanan dan ket- dinilai dapat membahayakan stabilitas kea-
ertiban masyarakat, menegakan hukum, serta manan negara. Dengan adanya BIN (Badan In-
memberikan perlindungan, pengayoman, dan telijen Negara) yang juga merupakan elemen
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka bagi pertahanan dan keamanan negara Indone-
terpeligharanya keamanan dalam negeri. agar sia yang sudah tentu sangat berkontribusi dan
dalam melaksanakan fungsi dan perannya dise- saling berkoordinasi dengan pasukan Militer
luruh wilayah negera Republik Indonesia atau untuk mempersatukan kekuatan.Namun pada
yang dianggap sebagai wilayah negara republik Pasal 9 UU Nomor 17 Tahun 2011 ten-
Indonesia tersebut dapat berjalan dengan efek- tangIntelijen Negara TNI termasuk dalam salah
tif dan effisien. Undang-Undang No. 2 Tahun satu penyelenggara Intelijen Negara dalam per-
2002 tentang Kepolisian Negara Republik In- tahanan dan atau militer. Dapat diambil kes-
donesia, menegaskan tugas dan wewenang impulan bahwa anggota TNI yang terpilih
kepolisian dalam Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, sekaligus sebagai anggota BIN mempunyai hak
dan Pasal 16 dimana Institusi Kepolisian meru- dan kewajiban sesuai Pasal 17 UU Nomor 17
pakan salah satu pondasi penegak hukum yang Tahun 2011 tentangIntelijen Negara yang sama
diharapkan dapat memberikan pengayoman dengan seluruh penyelenggara Intelijen
dan perlindungan kepada masyarakat terkait Negara. Maka oleh sebab itu, TNI mempunyai
serangan Cyber Espionage. akses yang semakin kuat dalam tugasnya mem-
Komponen selanjutnya yang posisinya pertahankan keamanan negara.
dapat dilakukan pengoptimalan dalam upaya Kesiapan militer Indoensia dalam menjaga
menghadapi serangan Cyber Espionage adalah pertahanan dan keamanan negara masih san-
TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan BIN (Ba- gat minim, hal ini sangat jelas terlihat dalam
dan Intelijen Negara). Letak kedudukan Militer Pasal 7 ayat (2) tentang tugas pokok TNI dalam
dalam kacamata hukum sebagai pemegang menegakkan kedaulatan negara, memper-
peran dalam mempertahankan keamanan tahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
negara dari segala ancaman menurut Pasal 3 Republik Indonesia yang hanya dibagi dalam
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Ten- dua aspek yaitu operasi militer untuk perang
tang TNI bahwasanya TNI berkedudukan dan operasi militer selain perang. Pada operasi
LRJJ | Law and Justice Review Journal 23 Volume 1 | Number 1 | June | 2021
ED Hastri, 2021 / Cyber Espionage sebagai Ancaman terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara Indonesia

militer selain perang ada 14 tugas yang dibe- tegas mengatur, hanya sebagaian yang men-
bankan dimana tidak ada satupun yang mem- jelaskan tentang tindakan memata-matai itu-
bahas tentang aspek Cyber. Aspek ini bersama pun dilakukan dengan cara konvensional. Se-
dengan konvergensi juga menentukan ter- hingga dalam penerapannya hukum Indonesia
hadap pengoperasian militer di luar perang. tentang Cyber Espionage terdapat kekaburan
Peralatan perang bukan hanya pada senjata api norma (Vague Norm) dan membutuhkan
melainkan berkembang menggunakan penafsiran secara ekstentif. Selain itu
teknologi informasi karena dunia virtual yang penafsiran sistematis juga dibutuhkan untuk
juga tidak dapat dipisahkan dari setiap lini ke- mendukung dalam memberikan terang ter-
hidupan termasuk dalamdunia militer. hadap penafsiran pada Pasal yang dianggap
Perlu di ingat bahwa negara sebagai subjek sesuai denganCyber Espionage. Upaya Indone-
hukum internasional yang terbesar tidak dapat sia dalam menghadapi ancaman Cyber Espio-
serta merta disamakan dengan subjek hukum nage yaitu : melakukan upaya preventif dengan
internasional lain pada tataran personal atau Cyber Defense dan Cyber Security, mengopti-
individu terlebih pada konteks pertanggung ja- malisasikan alat negara yaitu TNI (Tentara Na-
waban secara hukum. Adanya pertanggung ja- sional Indonesia) sebagai penjaga kemanan
waban hukum bagi negara ditentukan oleh negara dan BIN (Badan Intelijen Negara) se-
sintesa yuridis secara internasional. bagai wadah untuk melakukan deteksi dini ter-
Konsep pertangung jawaban negara mun- hadap serangan dari luar selain itu juga
cul berdasarkan dua unsur dan dau unsure menempatkan POLRI sebagai sumber hukum
tambahan yaitu: nasional sebagai komponen pendukung dalam
1. Adanya perbuatan maupun kelalaian (act or upaya pertahanan negara. Upaya selanjutnya
omission); adalah Penangan terhadap upaya yuridis da-
2. Adanya pelanggaran hak dan kewajiban lam Hukum positif Indonsia dengan konsep
Internasional; dan pertanggung jawaban negara.
3. Diluar dari dua unsur tersebut terdapat pula
unsur kerugian (loss) dan kerusakan Daftar Pustaka
(damage). Adolf, Huala, (2006). Hukum Penyelesaian Sengketa Inter-
nasional, Sinar Grafika, Jakarta
Anggriani, Jum, (2012). Hukum Administrasi Negara,
Akuntabilitas negara dalam hukum inter- Graha Ilmu, Yogyakarta
nasional bergantung dari bentuk kegiatan yang Antaranwes.com, Kemhan Bangun Pusat “Cyber Defence”,
dilakukan yaitu kegiatan yang bertentangan diterbitkan pada Minggu 21 Juli 2019,diakses dari
dengan kewajiban internasioal negara terse- https://www.anta-
ranews.com/berita/366664/kemhan-bangun-
but, apabila kegiatan itu ada pada batas wila- pusat-cyber-defence, pada tanggal 22 Juli 2019
yahnya baik yang bersifat kenegaraan maupun pukul 08.45 WIB
pribadi secara perdata maka sudah pasti Atmadja, Nugrha Purna ( 2017), “Dukungan Indonesia
negara juga ikut bertanggung jawab oleh ka- Terhadap Resolusi Anti Spionase Perserikatan
Bangsa-Bangsa”, e-Journal Ilmu Hubungan Inter-
rena itu harus ada check and balances terhadap nasional, ISSN 2477-2615
seluruh bentukaktivitas yang ada pada lingkup Bakrie, Conni Rahakundini ( 2007). Pertahanan Negara
suatu negara. dan Postur TNI Ideal, Yayasan Obor Indonesia,Ja-
karta
Bhakti Ardiwisastra, Yudha, (2012). Penafsiran dan Kon-
Kesimpulan struksi Hukum, PT.Alumni, Bandung
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis Budhijanto, Danrivanto, (2014). Teori Hukum Konver-
dalam pembahasan maka dapat disimpulkan gensi, PT. Refika Aditama, Bandung
bahwa hukum Indonesia dalam menghadapi Budapest Convention (2001). On Cybercrime Kitab Un-
dang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Cyber Espionage sebagai bentuk dari Cyber
C. R. Terry, Patrick, “Don’t Do as I Do”—The US Response
Warfare yang dapat mengancam terhadap sta- to Russian and Chinese Cyber Espionageand Public
bilitas pertahanan dan keamanan NKRI masih International Law, German Law Journal Vol. 19
belum mampu mengakomodir karena hukum Demarest, Lt. Col. Geoffrey B. (1996). Espionage in Inter-
Indonesia tentang Cyber Espionage tidak secara national Law, 24 Denv. J. Int'l L. &Pol'y 321

LRJJ | Law and Justice Review Journal 24 Volume 1 | Number 1 | June | 2021
ED Hastri, 2021 / Cyber Espionage sebagai Ancaman terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara Indonesia

Effendi, Jonaedi, (2016). Metode penelitian Hukum Nor- Shoelhi, Mohammad, ( 2001). Diplomasi Praktik Komu-
matif dan Empiris, Prenamedia Group, Jakarta nikasi Internasional, Simbiosa Rekatama Media,
Evans, G. dan Grant, B., ( 1991). Australia's Foreign Re- Bandung
lations in the World of the 1990s, Melbourne Uni- Starke, J.G, (2010), Pengantar Hukum Internasional, Edisi
versity Press Ke-10, Sinar Grafika, Jakarta
Hague Convention IV 1907 Sudiarta, I Ketut, ( 2015). “Pelanggaran Kedaulatan
Henley, China's Use of Cyber Warfare: Espionage Meets Negara Terkait Tindakan Spionase dalam Hubungan
Strategic Deterrence, ISSN: 1944-0464 (Print); Diplomasi Internasional”, Bagian Hukum Inter-
1944-0472 (Online), Putnam University nasional Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Humas Polkam, Peran Masyarakat dalam Menghadapi An- Suhariyanto, Budi, ( 2013). Tindak Pidana Teknologi In-
caman Terhadap Pertahanan dan Keamanan formasi (Cybercrime) Urgensi Pengaturan danCe-
Negara, diakses dari https://polkam.go.id/peran- lah Hukumnya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
masyarakat-dalam-menhadapi-ancaman-terhadap- Supriyadi, Dedi, (2013). Hukum Internasional (Dari Kon-
pertahanan-dan-keamanan-negara/. Pada Tanggal sepsi Sampai Aplikasi), Pustaka Setia, Bandung
30 Desember 2018, Pukul 23.42 WIB Susanto, Anthon F, (2005). Semiotika Hukum (Dari Dekon-
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM) struksi Menuju Progresifitas Makna), PT. Refika
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Tel- Aditama, Bandung
ekomunikasi Undang-Undang Dasar 1945
Konvensi Jenewa Tahun 1949 tentang Perlakuan Ter- Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
hadap Tawanan PerangKonvensi Den Haag IV tahun Republik IndonesiaUndang-Undang Nomor 3 Tahun
1949 2002 tentang Pertahanan Negara
Kurdinanto Sarah, Cyber Warfare (Sudah siapkah Kita Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara
Menghadapinya?), diakses dari: Nasional Indonesia Undang-Undang Nomor 17 Ta-
http://www.lemhannas.go.id/portal/in/daftar- hun 2011 tentang Intelijen Negara
artikel/1556-cyber-warfare.html pada tanggal 20 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Peru-
April 2019, Pukul : 08.05 WIB bahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Kusumaatmadja, Mochtar (1985). Pembinaan Hukum Da- tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
lam Rangka Pembangunan Nasional, Bina Cipta,Ban- Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (2007).
dung Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Ja-
Kusumaatmadja dkk, Mochtar, (2003). Pengantar Hukum karta
Internasional, PT Alumni, Bandung Wahid, Abdul dan Labib,Mohammad, ( 2005) Kejahatan
Mahmud Marzuki, Peter, (2010). Penelitian Hukum, Mayantara (Cyber Crime), Refika Aditama, Bandung
Kencana Prenada Media Group, Jakarta Wangen, Gaute, The Role of Malware in Reported Cyber Es-
Maskun, (2013). Kejahatan Siber Cyber Crime, Kencana, Ja- pionage: A Review of the Impact andMechanism, Nor-
karta wegian Information Security Laboratory, Center for
Reda Manthovani, Peter, Problematika dan Solusi Pe- Cyber and Information Security, Gjøvik University
nanganan Kejahatan Cyber di Indonesia, PT. Mal- College, Teknologivn. 22, 2815 Gjøvik, Norway
ibu,Jakarta
Sabon, Max Boli, ( 2017). Ilmu Negara Bahan Pendidikan
untuk Perguruan Tinggi, Penerbit Universitas Atma
Jaya, Jakarta

LRJJ | Law and Justice Review Journal 25 Volume 1 | Number 1 | June | 2021

Anda mungkin juga menyukai