Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

P
DENGAN GANGGUAN NUTRISI
PADA DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA
DIRUANGAN ANAK RSUD AS-SYIFA SUMBAWA BARAT
TANGGAL 11 OKTOBER 2022

NYOMAN KANDA SATYAWAN


P07120121071

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM
PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi (Brunner and Suddarth, 2015)
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan isi
kandung kemih sepenuhnya selama proses pengeluaran urine . Retensi urine
adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria. Retensi
urine adalah tertahannya urine di dalam akndung kemih, dapat terjadi secara
akut maupun kronis.

2. Etiologi (Karch, 2012)


Penyebab dari retensi urine antara lain :

a. Diabetes
b. Pembesaran kelenjar prostat
c. Kelainan uretra (tumor, infeksi, kalkulus)
d. Trauma
e. Melahirkan
f. Gangguanpersyarafan (stroke, cidera tulang belakang, multiple
sklerosis dan parkinson)
g. Beberapa pengobatan dapat menyebabkan retensi urine baik dengan
menghambat kontraksi kandung kemih atau peningkatan resistensi
kandung kemih.

3. Manifestasi Klinis (Arif, 2013)


Tanda dan gejala atau menifestasi klinis pada penyakit ini adalah sebagai
berikut:

a. Diawali dengan urine mengalir lambat.


b. Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena
pengosongan kandung kemih tidak efisien.
c. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
d. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK
e. Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc.

4. Patofisiologi (Asmadi, 2014)


Pada retensi urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh
disertai rasa sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi
yang hebat disertai mengejan. Retensi urine dapat terjadi menurut lokasi,
factor obat dan factor lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra,
trauma dan lain sebagainya. Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra
vesikal berupa kerusakan pusat miksi di medulla spinalsi menyebabkan
kerusaan simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga tidak
terjadi koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau
menurunnya relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot
detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor
atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil menyebabk an obstruksi
urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder kemudian
distensi abdomen. Faktor obat dapat mempengaruhi proses BAK,
menurunkan tekanan darah, menurunkan filtrasi glumerolus sehingga
menyebabkan produksi urine menurun. Faktor lain berupa kecemasan,
kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya yang dapat
meningkatkan tensi otot perut, peri anal, spinkter anal eksterna tidak dapat
relaksasi dengan baik. Dari semua faktor di atas menyebabkan urine
mengalir labat kemudian terjadi poliuria karena pengosongan kandung
kemih tidak efisien. Selanjutnya terjadi distensi bladder dan distensi
abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah satunya berupa kateterisasi
urethra

5. Penatalaksanaan ( Potter & Ferry, 2013)


Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada retensi urine adalah sebagai
berikut:
a. Kateterisasi urethra.
b. Pungsi Suprapubic
c. Sistostomy (open cystostomi/troichat)
d. Dilatasi urethra dengan boudy.
e. Drainage suprapubic

6. Pemeriksaan Penunjang (Wilkinso J.M & Ahern N.R, 2014)


Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada retensi urine adalah sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan specimen urine.
b. Pengambilan: steril, random, midstream
c. Pengambilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, HB, Keton dan
Nitrit.
d. Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih)
e. IVP (Intravena Pielogram) / Rontgen dengan bahan kontras.

7. Komplikasi (Wilkinso J.M & Ahern N.R, 2014)


Komplikasi dari retensi urine adalah :
a. Urolitiasis atau nefrolitiasis
b. Pielonefritis adalah infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang
sifatnya akut maupun kronis
c. Hydronetrosi merupakan pengembunggan ginjal akibat tekanan balik
terhadap ginjal karenah aliran air kemih tersebut
d. Pendarahan
e. Ekstravaksasi urine
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus
1. Aktivitas dan istirahat
Tanda : Kelemahan, Keletihan, Malaise Gejala: Kelemahan otot
2. Eliminasi
Tanda: Keluhan nyeri, gelisah, meringis, perilaku distraksi.
Gejala: Poliuria, frekuensi miksi menurun. Abdomen kembung, residu urine
menurun. Penyempitan focus
3. Nyeri / kenyamanan
Tanda: Nyeri abdomen bagian bawah, Kram otot / nyeri kaki, Nyeri panggul.
Gejala: Gelisah, perilaku berhati-hati.
4. Psikososial
Tanda: Peningkatan ketegangan, ansietas. Wajah tampak gelisah.
Gejala: Malu, martabat hilang, kekhawatiran. Mengekspresikan masalah
tentang adanya perubahan. Ketakutan akan konsekuensi tidak spesifik.
5. Pengetahuan
Tanda: Pasien meminta adanya informasi. Menyatakan masalah / indicator non
verbal.
Gejala: Tidak akurat mengikuti instruksi. Terjadinya komplikasi. Kurang
berpartisipasi dalam pengobatan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Retensi urine berhubungan dengan adanya hambatan urethra, kelemahan otot
detrusor.
2. Nyeri akut berhubungan dengan radang urethra, distensi bladder.
3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung
kemih
4. Resiko infeksi berhubungan dengan terpasangnya kateter urethra.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN BUKU 3S


Diagnosa keperawatan SLKI Target SLKI SIKI TTD

Tindakan

1 2 3 4 5

Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi


urine (D.0040) tindakan 3x24 jam Urine
diharapkan gangguan
Berhubungan dengan Tindakan Observasi
eliminasi urine
1. Penurunan menurun - Identifikasi tanda
kapasitas dan gejala retensi
(L.04034)
kandung kemih atau inkontinensia
2. Iritasi kandung Dengan kriteria hasil urine
kemih - Identifikasi faktor
-sensasi berkemih
3. Penurunan yang menyebabkan
kemampuan 1. Menurun retensi atau
menyadari tanda- 2. Cukup menurun inkontinensia urine
tanda gangguan - Monitor eliminasi
3 sedang
kandung kemih urine
4. Efek tindakan 4 cukup meningkat (mis.frekuensi,
medis dan konsistensi,, aroma,
5 meningkat
diagnostik (Miss. volume, Dan warna)
-desakan berkemih
Operasi ginjal
Terapeutik
(urgensi)
operasi saluran
kemih anestesi, - Catat waktu-waktu
1. Meningkat
dan obat-obatan) haluaran berkemih
2. Cukup meningkat
5. Kelemahan otot - Batasi asupan cairan

pelvis 3. Sedang - Ambi Sempel urine

6. Ketidakmampuan tengah (midstream)


4. Cukup menurun
mengakses toilet atau kultur
5. Menurun
(Mis. Imobilisasi) Edukasi
7. Hambatan -distensi kandung
- Ajarkan tanda dan
lingkungan kemih
8. Ketidakmampuan 1 meningkat gejala infeksi
mengkomunikasi saluran kemih
2. Cukup meningkat
kan kebutuhan - Ajarkan mengukur
eliminasi 3. Sedang asupan cairan dan
9. Outlet kandung 4. Cukup menurun haluaran urine
kemih tidak - Ajarkan mengambil
5. Menurun
lengkap (miss. spesimen urine
anomali saluran -berkemih tidak medstream
kemih kongenital) tuntas - Ajarkan mengenali
10. Imaturitas (pada tanda berkemih dan
(Hesitancy)
anak usia tiga waktu yang tepat
1. Meningkat
tahun) untuk berkemih
2. Cukup
- Ajarkan terapi
meningkat
modalitas penguatan
3. Sedang
otot-otot panggul
4. Cukup
berkemih
menurun
- Ajarkan minum
5. Menurun
yang cukup, jika
-volume residu urine tidak ada
kontraindikasi
1. Meningkat
- Anjurkan
2. Cukup meningkat mengurangi minum

3. Sedang menjelang tidur

4. Cukup menurun Kolaborasi

5. Menurun - Kolaborasi
pemberian obat
-urine menetes
suppositoria
1. Meningkat uretra,jika perlu

2. Cukup meningkat

3. Sedang
4. Cukup menurun

5. Menurun

-nokturia

1. Meningkat

2. Cukup meningkat

3. Sedang

4. Cukup menurun

5. Menurun

-mengompol

1. Meningkat

2. Cukup meningkat

3. Sedang

4. Cukup menurun

5. Menurun

-enuresis

1. Meningkat

2. Cukup meningkat

3. Sedang

4. Cukup menurun

5. Menurun

-Disuria

1. Meningkat

2. Cukup meningkat
3. Sedang

4. Cukup menurun

5. Menurun

-anuria

1. Meningkat

2. Cukup meningkat

3. Sedang

4. Cukup menurun

5. Menurun

-frekuensi BAK

1. Memburuk

2. Cukup memburuk

3. Sedang

4. Cukup membaik

5. Membaik

- karakteristik urine

1. Memburuk

2. Cukup memburuk

3. Sedang

4. Cukup membaik

5. Membaik
D. Evaluasi
Evaluasi dapat dibedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi
proses dievaluasi setiap selesai melakukan perasat dan evaluasi hasil berdasarkan
rumusan tujuan terutama kriteria hasil. Hasil evaluasi memberikan acauan tentang
perencanaan lanjutan terhadap masalah nyeri yang dialami oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2014). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jkarta: Salemba Medika.

Anonim. (2016). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman Praktik


Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan.

Carpenito. (2016). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Kemenkes. (2016). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.

Nurarif A.H dan Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatn Praktis. Jakarta: Mediaction

Potter & Ferry. (2013). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC

Wilkinson J.M & Ahern N.R. (2014). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EG

Tim Pokja SIKI DPP PNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SDKI DPP PNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.

Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai