Anda di halaman 1dari 19

Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW
yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas Nursing physical
examination.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Samarinda, 24 Oktober 2018


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem perkemihan adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak di
pergunakan oleh tubuh larut dalam air dan di keluarkan berupa urin (air kemih).
Fungsi sistem perkemihan manusia untuk menghilangkan produk limbah urea dan
asam urat, mengatur elektrolit, mengatur pH darah, mengontrol volume darah,
menjaga tekanan darah dan mengusir limbah olahan lainnya pada akhir sistem. Sistem
kemih manusia, juga disebut sistem ginjal, terutama terdiri dari dua ginjal yang
berfungsi sebagai filter dalam tubuh manusia. Organ yang paling berperan dalam hal
ini adalah ginjal (renal, kidney), ginjal mempertahankan keseimbangan yang sehat
dari bahan kimia dalam darah sesorang, biasanya mereka yang membantu bagian lain
dari fungsi tubuh. Salah satu sistem pengeluaran pada manusia adalah sistem urin.
Sistem urin manusia tersusun dari ginjal, ureter, kantung kemih, dan uretra.
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan berfungsi untuk mengetahui keadaan pasien,
dengan dilakukannya IPPA (Inspeksi,Palpasi,Perkusi,Auskultasi).

Kondisi pasien yang akan dilakukan pemeriksaan fisik adalah adanya


inkontinensia fekal menunjukkan tanda neurologik yang disebabkan oleh gangguan
kandung kemih, konsipasi dapat menyumbat sebagian uretra, menyebabkan tidak
adekuatnya pengosongan kandung kemih, jumlah dan jenis cairan yang biasa
diminum pasien : kopi, alkohol, minuman berkarbonat. Minuman tersebut sering
memperburuk keadaan inflamasi sistem perkemihan. keuntungan di lakukannya
pemeriksaan fisik perkemihan yaitu untuk mengetahui kondisi pasien yang
mengalami gangguan pada organ perkemihannya, mengurangi dampak penyakit
seperti gangguan pada prostat.
BAB 2

PEMBAHASAN

1.Definisi Sistem perkemihan adalah


sistem dimana

Terjadi psoses penyaringan


darah sehingga darah terbebas
dari zat-zat yang tidak
diperlukan oleh tubuh larut
dalam air dan di keluarkan
berupa urine (air kemih)

2.Tujuan 1. Mengetahui keadaan fungsi


sistem perkemihan.

2. Mengetahui ada tidaknya


kelainan sistem perkemihan

3. Menentukan diagnosa pasien


dengan penyakit atau masalah
pada sistem perkemihan
3.Riwayat kesehatan A. Riwayat kesehatan sekarang

Disfungsi ginjal dapat 1. Kaji keluhan utama pasien atau alasan


menimbulkan serangkaian utama mengapa ia datang ke rumah sakit
gejala yang kompleks dan
tampak di seluruh tubuh. 2. Tanya adanya rasa nyeri: kaji lokasi,
Riwayat sakit harus mencakup karakter, durasi, dan berhubungan dengan
informasi berikut yang urinasi; faktor-faktor yang memicu rasa nyeri
berhubungan dengan fungsi dan meringankannya
renal dan urinarius.
3. Kaji adanya gejala panas atau menggigil,
sering lelah, perubahan berat badan, perubahan
napsu makan, sering haus, retensi cairan, sakit
kepala, pruritus, dan penglihatan kabur.

4. Kaji pola eliminasi


a. Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine
output

b. Kaji perubahan warna urine


c. Kaji adanya darah dalam urin
d. Disuria; kapan keluhan ini terjadi: pada saat
urinasi, pada awal urinasi, atau akhir urinasi

e. Hesitancy; mengejan : nyeri selama atau


sesudah urinasi

f. Inkontinensia (stress inkontinensia; urge


incontinence, overlow incontinence,
inkontinensia fungsional). Adanya
inkontinensia fekal menunjukkan tanda
neurologik yang disebabkan oleh gangguan
kandung kemih.

g. Konstipasi dapat menyumbat sebagian


uretra, menyebabkan tidak adekuatnya
pengosongan kandung kemih.

5. Pola nutrisi - metabolik

a. Kaji jumlah dan jenis cairan yang biasa


diminum pasien : kopi, alkohol, minuman
berkarbonat. Minuman tersebut sering
memperburuk keadaan inflamasi system
perkemihan.

b. Kaji adanya dehidrasi, dapat berkontribusi


terjadinya infeksi saluran kemih,
pembentukkan batu ginjal, dan gagal ginjal.

c. Kaji jenis makanan yang sering dikonsumsi


pasien. Makanan pedas memperburuk keadaan
inflamasi system perkemihan.

d. Kaji adanya anoreksia, mual, dan muntah.


Keadaan tersebut dapat mempengaruhi status
cairan.

e. Kaji kebiasaan mengkonsumsi suplemen


vitamin, mineral, dan terapi herbal.

B. Riwayat kesehatan masa lalu


1. Riwayat infeksi traktur urinarius

a. Terapi atau perawatan rumah sakit yang


pernah dialami untuk menangani infeksi
traktus urinarius, berapa lama dirawat.

b. Adanya gejala panas atau menggigil.

c. Sistoskopi sebelumnya, riwayat penggunaan


kateter urine dan hasil-hasil pemeriksaan
diagnostik renal atau urinarius.

2. Riwayat keadaan berikut ini:

a. Hematuria, perubahan warna, atau volume


urin.

b. Nokturia dan sejak kapan dimulainya.

c. Penyakit pada usia kanak-kanak (impetigo,


sindrom nefrotik).

d. Batu ginjal (kalkuli renal), ekskresi batu


kemih ke dalam urin.

e. Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal


atau traktus urinarius (diabetes mellitus,
hipertensi, trauma abdomen, cedera medula
spinalis, kelainan neurologi lain, lupus
eritematosus sistematik, scleroderma, infeksi
streptococcus pada kulit dan saluran napas
atas, tuberculosis, hepatitis virus, gangguan
kongenital, kanker dan hyperplasia prostate
jinak).

3. Untuk pasien wanita: kaji jumlah dan tipe


persalinan (persalinan pervaginan, sectio
caesarea) persalinan dengan forseps; infeksi
vagina, keputihan atau iritasi; penggunaan
kontrasepsi.

4. Adanya atau riwayat lesi genital atau


penyakit menular seksual

5. Pernahkan mengalami pembedahan pelvis


atau saluran perkemihan.

6. Pernahkah menjalani terapi radiasi atau


kemoterapi.

7. Kaji riwayat merokok, merokok dapat


mengakibatkan risiko kanker kandung kemih.
Angka kejadian tumor kandung kemih empat
kali lebih tinggi pada perokok daripada bukan
perokok.

1. Kaji adanya riwayat penyakit ginjal atau


C. Riwayat kesehatan keluarga kandung kemih dalam keluarga (polisistik
renal, abnormalitas kongenital saluran kemih,
sindrom alport’s / nephritis herediter).

2. Kaji adanya masalah eliminasi yang


dikaitkan dengan kebiasaan keluarga.

D. Riwayat kesehatan sosial 1. Kaji riwayat pekerjaan, apakah terpapar


oleh bahan-bahan kimia seperti phenol dan
ethylene glycol. Bau ammonia dan kimia
organic dapat meningkatkan risiko kanker
kandung kemih. Seorang yang lebih sering
duduk cenderung mengalami statis urin
sehingga dapat menimbulkan infeksi dan batu
ginjal.

1. Seorang yang mengalami demineralisasi


tulang dengan keterbatasan aktivitas fisik
menyebabkan peningkatan kalsium dalam
urin.

2. Laki-laki cenderung mengalami iflamasi


prostat kronik atau epididimis setelah
mengangkat barang berat atau mengendarai
mobil dengan jarak jauh

3. Perlu juga informasi tempat tinggal pasien.


Daratan tinggi lebih berisiko terjadi batu
saluran kemih karena kandungan mineral
meningkat dalam tanah dan air di daerah
dataran tinggi.

E. Pengobatan 1. Tanya apakah ada alergi obat

2. Tanya obat apa yang pernah di konsumsi


dahulu.

Nama obat dan efek samping:

1. Deuretik dapt mengubah kuantitas dan


karakter output urin.

2. Phenazopyridine (pyridium) dan


nitrofurantion (macrodantin) dapat mengubah
warna urin.

3. Anticoagulant dapat menyebabkan


hematuria.

4. Antidepresant, antihistamin, dan


obat-obatan untuk mengatasi gangguan
neurology dan musculoskeletal, dapat
mempengaruhi kemampuan kandung kemih
atau sphinter untuk berkontraksi atau relaksasi
secara normal.

4.Persiapan alat 1. Handscoon bersih

2. Stetoskop

3. Manset

4. Manometer

5. Meteran

6. Timbangan

7. Buku kecil

8. Pulpen

9. Sampiran

5.Persiapan pasien 1. Beri salam, perkenalkan diri


dan panggil pasien dengan
nama kesukaan.

2. Jelaskan pada pasien tentang


prosedur yang akan dilakukan.

3. Jaga privasi pasien

4. Atur posisi dalam keadaan


nyaman.
6.Pemeriksaan head 1. Inspeksi 1. Kulit
to toe
Tujuannya : untuk mengetahui turgor kulit dan
tekstur kulit, untuk mengetahui adanya lesi
atau bekas luka.

I = lihat ada atau tidaknya lesi,


hiperpigmentasi (warna kehitaman atau
kecoklatan), edema dan distribusi rambut kulit.

P = Diraba dan tentukan turgor kulit elastic


atau tidak, tekstur kasar atau halus, suhu, akral
dingin atau hangat.

2.Rambut

Tujuan : untuk mengetahui warna, tekstur dan


3. Palpasi
percabangan pada rambut.

Untuk mengetahui mudah rontok dan kotor.

Tindakan : Distribusi rambut merata atau


tidak, kotor atau tidak, bercabang, mudah
rontok atau tidak, teksturnya kasar atau halus.

4. Kuku

Tujuannya : untuk mengetahui keadaan kuku :


warna dan panjang, untuk mengetahui kapiler
refill.

Tindakan :

1. catat mengenai warna : biru : sianosis,


merah : peningkatan visibilitas Hb, bentuk :
clubbing karena hipoksia pada kanker paru.

2. Catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa


detik kapiler refil.

4. Kepala

Tujuannya : untuk mengetahui bentuk dan


fungsi, untuk mengetahui ada luka dan
kelainan pada kepala.

Tindakan : lihat kesimetrisan wajah jika muka


kanan kiri berbeda atau misalnya lebih
condong ke kanan atau ke kiri itu
menunjukkan ada parese atau kelumpuhan.
Cari adanya luka, tonjolan patologik dan
respon nyeri dengan menekan kepala sesuai
kebutuhan.

5.Mata

Tujuannya : Untuk mengetahui bentuk dan


fungsi mata (medan penglihatan, visus dan
otot-otot mata), untuk mengetahui adanya
kelainan atau peradangan dalam mata.

Tindakan : Kelopak mata ada radang atau


tidak, simetris kaki atau tidak, reflek kedip
baik atau tidak, konjungtiva dan scelera.

6.Hidung

Tujuannya : Untuk mengetahui bentuk dan


fungsi hidung, untuk mengetahui adanya
inflamasi atau sinusitis.

Tindakan :

I = apakah hidung simetris, apakah ada


inflamasi, apakah ada secret.

P = apakah ada nyeri tekan, massa.

7.Telinga

Tujuannya : Untuk mengetahui keadaan


telinga luar, saluran telinga, gendang telinga,
untuk mengetahui fungsi pendengaran.

Tindakan :

Telinga luar :
1. Daun telinga simetris atau tidak, warna,
ukuran, bentuk, kebersihan dan adanya lesy.

2. Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri,


rasakan kelenturan kartilago.

Telinga dalam :

1. Daun telinga di tarik ke atas agar mudah


terlihat.

8.Mulut dan Faring

Tujuannya : Untuk mengetahui bentuk dan


kelainan pada mulut, untuk mengetahui
kebersihan mulut.

Tindakan : Amati bibir apakah ada kelainan


kogenital (bibir sumbing), warna,
kesimetrisan, kelembaban, pembengkakan, lesi
dan amati jumlah, bentuk gigi, gigi berlubang,
warna plak dan kebersihan gigi.

9.Leher

Tujuannya : Untuk menentukan struktur


integritas leher, untuk mengetahui bentuk leher
dan organ yang berkaitan, untuk memeriksa
sistem limfatik.

Tindakan :

I = Amati mengenai bentuk, warna kulit,


jaringan perut, amati adanya pembengkakan
kelenjar tirod/gondok dan adanya massa, amati
kesimetrisan leher dari depan , belakang dan
samping.

10.Dada

Tujuannya : Untuk mengetahui bentuk,


kesimetrisan, ekspansi paru, untuk mengetahui
frekuensi, irama pernafasan, untuk mengtahui
adanya nyeri tekan, adanya massa,
peradangan, edema, taktilfremitus untuk
mengetahui batas paru dengan organ di
sekitarnya, mendengarkan bunyi paru/ adanya
sumbatan aliran udara.

Tindakan : Amati kesimetrisan dada kanan


kiri, amati adanya retraksi inter kosta, amati
gerakan paru, amati klavikula dan skapula
simetris atau tidak.

11.Perut/ Abdomen

Tujuannya : untuk mengetahui bentuk dan


gerakan-gerakan perut, untuk mendengarkan
bunyi peristaltik usus, untuk mengetahui
respon nyeri tekan dalam organ abdomen.

Tindakan :

I = Amati bentuk perut secara umum, warna


kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya
ketidaksimetrisan, adanya asites.

P. ringan = Untuk mengetahui adanya massa


dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan
pada abdomen secara berhimpitan dan tekan
secara merata sesuai kuadran.

P.dalam : Untuk mengetahui posisi organ


dalam seperti hepar, ginjal, limfa dengan
metode bimanual 1/2 tangan.

12.Genitalia

Tujuannya : Untuk mengetahui adanya lesi,


untuk mengetahui adanya infeksi, untuk
mengetahui kebersihan genitalia.

Tindakan :

Genitalia laki-laki :
I = amati penis mengenai kulit, ukuran, dan
kelainan lain pada penis yang tidak di
sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala
penis adanya lesi, amati skrotum apakah ada
hernia, inguinal, amati bentuk dan ukuran.

P = tekan dengan lembut batang penis untuk


mengetahui adanya nyeri, tekan saluran
sperma dengan jari dan ibu jari.

13.Rektum dan Anal

Tujuannya : untuk mengetahui kondisi rektum


dan anus, untuk mengetahui adanya massa
pada rektal, untuk mengetahu adanya
pelebaran vena pada rektal.

Tindakannya : Posisi pria sims/berdiri


setengah membungkuk, wanita dengan posisi
litotomi/terlentang kaki di angkat dan di
topang.

I = Jaringan parineal dan jaringan sekitarnya,


kaji adanya lesi dan ulkus.

P = Ulaskan zat pelumas dan masukkan


jari-jari ke rektal dan rasakan adanya nodul
atau pelebaran vena pada rektum.

Pemeriksaan Sistem Perkemiha Pemeriksaan Ginjal


n
A. Inspeksi adanya pembesaran pada daerah
pinggang atau abdomen sebelah atas harus
diperhatikan pada saat melalukan inspeksi
daerah ini.pembesaran tersebut mungkin
disebabkan karena hidronefrosis atau tumor
pada daerah retroperitoneum.

B. Palpasi, ginjal dilalukan dengan memakai


dua tangan. Tangan kiri diletakkan disudut
kostovertebra untuk mengangkat ginjal ke
atas,sedangkan tangan kanan meraba ginjal
dari depan.

Palpasi ini bertujuan untuk memeriksa


adanya masa pada ginjal.secara patologis
ginjal yang membesar biasanya menonjol ke
depan ,sedangkan abses perinefrik atau
pengumpulan cairan cenderung menonjol ke
belakang .ginjal transplantasi di fosailiaka
kanan atau kiri juga dapat dipalpasi.

C. Perkusi ,atau pemeriksaan ketok ginjal


dilakukan dengan memberikan ketokan pada
sudut kostovertebra. Perkusi pada pasien
pielonefritis,batu ginjal pada pelvis,dan batu
ureter akan memberikan stimulus nyeri.

D. Auskultasi tanda yang penting adalah


adanya bruit ginjal.bruit ginjal paling jelas
terdengar tepat diatas umbilikus,kira-kira 2 cm
dari sisi kanan garis tengah.dengarkan dengan
permukaan diafragma dari stetoskop pada
kedua daerah tersebut.

B. Pemeriksaan ureter

Ureter tidak bisa dilakukan pemeriksaan di


luar, harus digunakan diagnostik lain seperti

BNO, IVP, USG, CT Renal, cyloscopy tetapi


keluhan pasien dapat di jadikan petunjuk
adanya masalah pada uretranya, seperti pasien
mengeluh sakit di daerah abdomen yang
menjalar ke bawah, hal ini yang di sebut
dengan kolik dan biasanya berhubungan
dengan adanyan distensi ureter dan spasme
ureter dan adanya obstruksi karena batu.

C. Pemeriksaan kandung kencing

I = 1. perhatikan bagian abdomen bagian


bawah, kandung kemih adalah organ
beronggga yang mampu membesar untuk
mengumpulkan dan mengeluarkan urine yang
dibuat ginjal

2. Di daerah supra pubis apakah adanya


distensi

P = Pasien dalam posisi terlentang, perkusi


dilakukan pengetukan pada daerah kandung
kemih daerah supra pubis

P = lakukan palpasi kandung kemih pada


daerah supra pubis

D. Pemeriksaan uretra dan meatus uretra

Uretra tidak bisa diperiksa dari luar perlu


pemeriksaa penunjang seperti BNO,
CYSTOCOPY, yang bisa di identifikasi
adalah urine yang keluar.

a) Karakteristik urine

1. Jumlah perhari

-Oliguri : 100-

400 cc/hari

-Anuri : urin

Output sampai 100cc/hari

-Total anuri : urin

Output 0cc/hari

-Polyuria : urine

Output lebih dari 1500cc/hari

2. Dysuria sakit pada saat mengeluarkan urin

3. Warna (merah, kuning)

4. Baunya

5. Pola buang air kecil yang mengalami


perubahan

6. Kemampuan mengontrol buang air kecil

- Urgency : tiba-tiba sangat mendesak ingin


BAK

- Hesistensy : kesulitan pada saat memulai dan


mengakhiri BAK

- Dribling : urine keluar secara menetes

- Incontinensia urine : urin keluar dengan


sendirinya tidak bisa di kontrol

- Retensi urin

7. Nocturia bak pada malam hari

E. Pemeriksaan Meatus uretra

Peralatan yang digunakan : sarung tangan,

Inspeksi pada meatus uretra apakah ada


kelainan sekitar labia. Untuk warna apakah
ada kelainan pada orifisiumurertra pada
laki-laki danjuga lihat cairan yang keluar.

F. Pemeriksaan prostat melalui anus

Pemeriksaan prostat untuk mengidentifikasi


pembesaran kelenjar prostat bagi pasien
laki-laki yang mempunyai keluhan yang
mengarah pada hypertrhepy prostat. Prostat
merupakan kelenjar yang berkapsul yang
beratnya kira-kira 20 gram yang melingkari.

Uretra pria dibawah leher kandung kemih


akibat pembesaran kelenjar prostat.
Berdampak penyumbatan partial atau
sepenuhnya pada saluran kemih bagian bawah.

Peralatan yang digunakan : selimut ,sarung


tangan steril,pelumas
Tehnik

1. Bantu pasien mengatur posisi dorsal


rekumben atur paha berotasi keluar,lutut fleksi
dan tutuplah bagian tubuh yang tidak
diperiksa.

2. Nampakan bagian pantat dan anjurkan


pasien untuk memusatkan perhatian

3. Kenakan sarung tangan dan beri pelumas


pada jari telunjuk kemudian perlahan-lahan
masukan jari telunjuk ke dalam anus dan
rectum

4. Lakukan palpasi pada dinding anterior


untuk mengetahui kelenjar prostat.

8. Evaluasi 1. Tanyakan respon klien


terhadap tindakan yang telah di
lakukan.

2. Lakukan kontrak untuk


kegiatan selanjutnya.

3. Mengakhiri kegiatan dengan


baik.

9. Dokumentasi 1. Catat semua tindakan yang


telah di lakukan.

2. Catat hasil pengkajian dan


respon pasien.

3. Dokumentasikan evaluasi
tindakan SOAP.

4. Tanda tangan dan nama


perawat.
BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses


penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih ).

Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis.

Anatomi system perkemihan terdiri dari : Ginjal , Uretra, Kandung kemih ,


Uretha

Saran

Diharapkan kpada perawat agar dapat melakukan pemeriksaan fisik hrad to toe secara
benar, sesuai dengan persiapan, teknik, dan prosedur yang telah ditentukan.
Daftar pustaka

Pearce ,efelin C.2009. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic jakarta :PT
Gramedia pustaka utama

Muttaqin arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:


Salemba Medika

Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai