Anda di halaman 1dari 21

ILLEGAL LOGGING DI KALIMANTAN UTARA

A. Pengertian dan Topiknya

Pembakaran liar atau penebangan liar (bahasa Inggris: illegal logging)


adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang
merupakan bentuk ancaman faktual disekitar perbatasan yang tidak sah atau
tidak memiliki izin dari otoritas setempat.
Walaupun angka penebangan liar yang pasti sulit didapatkan karena
aktivitasnya yang tidak sah, beberapa sumber tepercaya mengindikasikan
bahwa lebih dari setengah semua kegiatan penebangan liar di dunia terjadi di
wilayah-wilayah daerah aliran sungai Amazon, Afrika Tengah, Asia
Tenggara, Rusia dan beberapa negara-negara Balkan. (WIKIPEDIA).

Berikut ini beberapa cuplikan dari Sebuah laporan baru dari organisasi tenaga
kerja dan lingkungan – Blue Green Alliance, NRDC, United Steel Workers,
Sierra Club, dan Rainforest Action Network – membahas biaya lingkungan,
ekonomi, dan sosial dari hilangnya hutan hujan Indonesia dari pembalakan
liar.
Hutan Indonesia besar dan hilang pada tingkat yang
mengkhawatirkan. Hutan Indonesia mencakup sekitar 463.300 mil persegi,
sedikit lebih kecil dari hutan Brasil dan Republik Demokratik Kongo. Hutan
Indonesia hilang pada tingkat yang signifikan, yang mengakibatkan polusi
pemanasan global Indonesia berada di peringkat ke-5 terbesar di dunia
(menyumbang sekitar 5% dari emisi dunia). Antara tahun 1990 dan 2005,
sekitar 108.110 mil persegi hutan Indonesia menghilang (area yang lebih
besar dari Negara Bagian Colorado), 77% di antaranya adalah hutan perawan
(lihat grafik untuk visual kehilangan ini).

Pembalakan liar merupakan penyumbang utama hilangnya hutan


Indonesia. Laporan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun
2007 memperkirakan bahwa 73-88% kayu yang ditebang di Indonesia
bersumber secara ilegal. Perkiraan yang lebih baru menempatkan angka
pada tingkat yang lebih rendah, tetapi masih meresahkan 40-55%. Dan
pembalakan liar ini tidak hanya merugikan lingkungan, tetapi juga masyarakat
Indonesia. Hal ini merugikan pemerintah Indonesia sekitar $ 2 miliar per tahun
karena korupsi, pajak yang tidak tertagih, subsidi yang tidak diakui, dan
pengelolaan sumber daya yang buruk secara umum.

Selera konsumen terhadap pulp, kertas, furnitur, dan minyak sawit (yang


digunakan untuk biofuel dan komoditas seperti margarin, pasta gigi, cokelat,
dan sabun), di negara-negara seperti AS, Uni Eropa, Jepang, Cina, dan India
memicu hilangnya deforestasi Indonesia. Misalnya pada tahun 2007, 45%
ekspor kayu Indonesia masuk ke AS, Eropa, dan China.*

Kita dapat dan harus mengambil langkah-langkah untuk mengatasi


kerugian ini. Untungnya pemerintah Indonesia tampaknya fokus untuk
mengatasi masalah ini sampai batas yang belum pernah disaksikan di masa
lalu. Sebagai bagian dari Kesepakatan Kopenhagen, mereka berkomitmen
untuk mengurangi polusi pemanasan global mereka sebesar 26% pada tahun
2020 dari tingkat bisnis seperti biasa (seperti yang kami lacak di sini) –
banyak di antaranya perlu dicapai dari pengurangan deforestasi karena
menyumbang 80% dari emisi Indonesia. Jadi ada beberapa momentum politik
di Indonesia dan kita perlu membantu/ mendorong momentum itu dengan
memanfaatkan semua alat yang kita miliki. Berikut adalah yang diidentifikasi
oleh laporan tersebut:

 Pemerintah Indonesia harus menegakkan undang-undang kehutanan dan


antikorupsi yang ada serta meningkatkan transparansi dan akses publik
terhadap informasi.
 Perdagangan produk yang dibuat dari pembalakan liar harus ditangani
sebagai subsidi perdagangan dan diperbaiki melalui undang-undang
perdagangan.
 Perjanjian perdagangan dan investasi harus mengakhiri permintaan dan
perdagangan produk kayu yang bersumber secara ilegal dan atau tidak
berkelanjutan.
 Pendanaan yang memadai harus diberikan kepada Departemen
Pertanian AS untuk menegakkan Lacey Act.
 Pulp dan kertas harus dimasukkan dalam jadwal persyaratan deklarasi
impor Lacey Act sehingga importir bertanggung jawab penuh atas bahan
yang mereka impor.
 Negara-negara maju dan berkembang harus menyempurnakan dan
menerapkan skema REDD dengan sistem pemantauan, pelaporan dan
verifikasi multi-level yang kuat, perlindungan untuk hak dan masa jabatan
masyarakat, dan reformasi tata kelola yang memastikan pertumbuhan
yang langgeng dan berkelanjutan dengan manfaat nyata bagi masyarakat
lokal. (Ketentuan-ketentuan utama menuju tujuan ini dimasukkan dalam
RUU iklim yang disahkan DPR seperti yang saya bahas di sini dan
mudah-mudahan dimasukkan dalam RUU Senat seperti yang saya
bahas di sini).
Karena deforestasi adalah kontributor signifikan terhadap emisi pemanasan
global, kita harus mengambil tindakan untuk memastikan bahwa insentif untuk
penghancuran hutan tropis dunia dihilangkan. Dan kita harus membantu
pemerintah Indonesia dan rakyatnya dalam mengatasi tantangan ini,
menggunakan setiap alat di kotak peralatan kita. Lagi pula, mengatasi
tantangan ini adalah kepentingan AS seperti yang ditunjukkan oleh petani dan
peternak Amerika baru-baru ini (seperti yang saya bahas di sini), dan seperti
yang baru saja ditunjukkan oleh tenaga kerja. (link : Illegal Logging in
Indonesia: Environmental, Economic, & Social Costs Outlined in a New
Report | NRDC) topik atau berita ini ditulis oleh Jake Schimidt, 4 mei 2010.

B. KASUS YANG TERJADI DI KALIMANTAN UTARA DALAM KURUN


WAKTU 5 TAHUN TERAKHIR

1. kasus Illegal Logging di Nunukan Digagalkan, Pelaku Diancam Denda


2,5 M

Reporter : Bisnis.com

Editor : Rr.Ariyani Yakti Widyastuti

Minggu, 14 Juli 2019


Tim gabungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama
Polres Nunukan berhasil mengamankan ribuan potong kayu olahan serta dua
unit circle saw sebagai barang bukti perdagangan kayu olahan ilegal
atau illegal logging di Nunukan, Kalimantan Utara.

Penyidik Satuan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat (SPORC) Brigade


Enggang Seksi Wilayah II Samarinda, Balai Gakkum LHK Wilayah
Kalimantan, pada Rabu lalu, 10 Juli 2019, menangkap sedikitnya tiga aktor
intelektual illegal logging tersebut. Mereka berinisial N asal Nunukan, Y asal
Balikpapan, dan RH asal Nunukan, di Kabupaten Nunukan.

Selanjutnya, penyidik menetapkan ketiga orang itu sebagai tersangka. Siaran


pers KLHK  menyebutkan ketiga tersangka ditahan di Rutan Polresta
Samarinda.

Adapun barang bukti berupa dua lokasi penampungan atau penumpukan


kayu olahan, 2.089 potong sortimen papan/balok kayu olahan (44 meter
kubik) berbagai jenis dan ukuran, serta dua unit circle saw juga telah
diamankan. "Sedangkan kayu olahan dititipkan ke Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP) Nunukan, Dinas Kehutanan Provinsi Kaltara," seperti
dikutip dari siaran pers KLHK, Sabtu, 13 Juli 2019.

Penyidik KLHK menjerat ketiga tersangka dengan Pasal 83 Ayat 1 Huruf b Jo.
Pasal 12 Huruf e UU No 18/2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan dengan ancaman pidana penjara paling singkat 1 tahun dan
paling lama 5 tahun. Selain itu tersangka dijerat dengan ancaman denda
paling sedikit Rp 500 juta dan paling banyak Rp 2,5 miliar

Kasus ini bermula dari laporan masyarakat tentang aktivitas penampungan


dan perdagangan kayu olahan ilegal di Nunukan. Laporan ini ditindaklanjuti
Balai Gakkum Kalimantan dengan menurunkan tim untuk memverifikasi
laporan tersebut di lapangan. 
Tim SPORC Brigade Enggang Seksi Wilayah II Samarinda kemudian
menggerebek dua usaha penampungan dan perdagangan kayu olahan ilegal
tersebut. Selanjutnya, tim operasi yang dibantu Polres Nunukan
mengamankan barang bukti dan membawa 3 tersangka ke Samarinda, untuk
diproses lebih lanjut oleh PPNS Balai Gakkum LHK Wilayah Kalimantan. 

Terungkapnya kasus illegal logging ini merupakan kerja sama yang telah


terjalin baik antara Balai Gakkum LHK Wilayah Kalimantan dengan Polda
Kalimantan Utara (Polres Nunukan) dan KPHP Nunukan serta Dinas
Kehutanan Provinsi Kaltara.

2. Illegal Logging di Nunukan dan Tarakan Ternyata Tinggi

(pemerintah kesulitan awasi Illegal Loging)

Radar Tarakan, Sabtu 19 Maret 2016

Kayu yang berhasil diamankan Polhut di Tarakan. (Dok/Ruri Jamianto/Radar Tarakan)

TANJUNG SELOR – Dengan luasan hutan produksi yang dimiliki Kalimantan


Utara (Kaltara) yang mencapai 3 juta hektare, sehingga memiliki potensi yang
dapat dikatakan cukup melimpah terjadinya illegal logging.

Berdasarkan analisis peta dengan lampiran SK.718/Menhut-II/2014 tentang


Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, diketahui
areal yang difungsikan sebagai kawasan hutan mencapai 5.629.112 ha atau
sekitar 80 persen dari luas daratan Provinsi Kalimantan Utara.

Plt Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan Kaltara,


Frederick Ellia mengatakan saat ini tidak bisa memantau secara langsung
kegiatan illegal logging, karena eksploitasi tersebut sifatnya lebih kepada
kelompok perorangan.

“Masyarakat yang mengambil kayu di hutan itu kebanyakan dengan skala


kecil untuk memenuhi kebutuhan di rumahnya. Dan kalau untuk skala besar
itu bisa jadi itu bukan di blok penebangannya,” sebut Frederick.
Senada, Kepala Bidang Kehutanan dan Perkebunan, Obed Daniel mengaku
saat ini pihaknya terkendala dengan pengawasan serta penindakan
masalah illegal logging.

“Yang lumayan tinggi untuk illegal logging itu di Nunukan dan Tarakan.
Walaupun Tarakan itu tidak ada hutan produksinya. Namun, kebanyakan
pelaku penebang liar ini bukan perusahaan, tapi masyarakat individu atau
komunal,” jelas Obed.

3. Pelaku "Illegal Logging" Tinggalkan Ratusan Kubik Kayu di Hutan


Lindung Nunukan

Kompas. Com , 17 November 2017

Penulis Kontributor Nunukan, Sukoco

Editor : Erwin Hutapea


NUNUKAN, KOMPAS.com – Komandan Satgas Pamtas Yonif
621/Manuntung Letkol Inf Rio Neswan mengatakan, pihaknya menemukan 16
titik penebangan liar di hutan lindung Pulau Nunukan ketika melaksanakan
patroli pada Selasa (7/11/2017). Di lokasi penebangan liar itu, ratusan kubik
kayu ditinggalkan oleh pelaku illegal logging. “Yang masih gelondongan yang
sudah akan dipotong-potong itu bisa ratusan kubik. Jadi kan ada yang kayu
itu misalnya 30 meter, sudah 10 meter yang sudah dipotong, 20 meternya
masih belum,” ujar Rio Neswan, Jumat (17/11/2017). Untuk mencegah para
pelaku illegal logging mengangkut ratusan kubik kayu di hutan lindung,
anggota Satgas Pamtas Yonif 621/Manuntung masih melakukan patroli.
Selain mengamankan sebuah mobil truk dan puluhan kubik kayu, Satgas
Pamtas juga mengamankan dua ekor kerbau yang digunakan untuk menarik
kayu. Rio Neswan mengaku masih ada kerbau lain yang belum tertangkap
milik pelaku illegal logging. “Kami mau cari kerbau yang lain. Kalau kerbaunya
kami angkutin berarti orang pun akan mikir-mikir memotong lagi dan yang
sudah dipotong ini juga tidak akan turun,” imbuh dia. Barang yang diamankan
oleh Satgas Pamtas tersebut saat ini telah diserahkan kepada PHK dan
Polres Nunukan untuk diproses hukum. Hutan Lindung Pulau Nunukan seluas
1.000 hektar, menurut Rio Neswan, kondisinya sungguh mengkhawatirkan
karena selain menjadi permukiman, hutan lindung juga ditanami sawit oleh
warga.

Berikut link video berita . https://youtu.be/jxGk2M8pDAo

4. Satgas Perbatasan Sita Truk dan Kayu Hasil "Illegal Logging"


Kompas. Com , 08 November 2017

Penulis Kontributor Nunukan, Sukoco

Editor : Erwin Hutapea

NUNUKAN, KOMPAS.com – Satuan Tugas Pengamanan Wilayah


Perbatasan Yonif 621/ Manuntung menyita truk dan tujuh kubik kayu hasil
illegal logging di tengah hutan lindung Pulau Nunukan, Kalimantan Utara.
Komandan Yonif 621/Manuntung Letkol Inf Rio Niswan mengatakan,
penangkapan pelaku illegal logging berawal dari kecurigaan anggota Satgas
Pamtas yang menemukan salah satu warga yang berkendara roda dua
membawa kepingan papan dari arah hutan lindung. “Anggota yang sedang
berpatroli kemudian masuk ke hutan lindung dengan mengikuti jejak ban
mobil. Di tengah hutan, tim patroli menemukan truk warna merah bernopol KT
8526 AL. Saat melihat tim patroli, sopir truk terkejut dan lari ke arah hutan,”
ujar Rio Niswan, Selasa (7/11/2017). Kemudian, dua personel Satgas
mengejar pelaku, sedangkan dua anggota lainnya berjaga di jalan masuk
hutan lindung. Namun, sopir truk itu ternyata bisa meloloskan diri ke dalam
hutan lindung. Baca juga: Diduga Terlibat Illegal Logging Seorang Kapolsek
Ditangkap Polisi   Di atas truk tersebut, Satgas menemukan tumpukan 20
batang kayu campuran berupa papan dan balok kayu ulin dan meranti. “Di
sekitar lokasi juga ditemukan beberapa kayu yang siap angkut terdiri dari
papan maupun balokan sebanyak tujuh kubik,” imbuh Rio. Satgas Pamtas
Yonif 621/Manuntung akan berkoordinasi dengan Kodim 0911/Nunukan,
Dansubdenpom Nunukan, Dinas Kehutanan, dan unsur Muspida Kabupaten
Nunukan mengenai temuan tersebut.

5. Patroli Gabungan Temukan Bekas Illegal Logging sebanyak 7 kubik


kayu di Nunukan
Oleh Benuanta09, 25 Juni 2020

Reporter: Darmawan
Editor: Ramli

NUNUKAN – Satgas Pamtas Yonif 623/BWU Pos Kotis bersama Polhut


Kabupaten Nunukan, melaksanakan patroli gabungan mencegah terjadinya
tindakan pembalakan liar (illegal logging) di kawasan hutan lindung oleh
oknum yang tidak bertanggung jawab.

Dalam patroli itu ditemuka adanya bekas yang ditemukan di lapangan yang
melakukan illegal logging, sehingga Satgas Pamtas Yonif 623/BWU dan
Polhut berkomitmen akan terus melaksanakan patroli gabungan sebagai
upaya mencegah terjadinya pembalakan liar di wilayah perbatasan RI-MLY.

Dikatakan Wadansatgas Kapten Inf Priya Firmansyah SE, terungkapnya


aktivitas pembalakan liar atau yang kerap disebut illegal logging itu sendiri
bermula dari patroli rutin yang dilakukan oleh TNI serta Polhut, sebagai tindak
lanjut dari laporan masyarakat dan intelijen Satgas bahwa masih marak
kegiatan illegal logging di kawasan tersebut.

Saat tim patroli gabungan melakukan penyisiran, ditemukan adanya


tumpukan kayu tak bertuan, yang diduga kuat kayu tersebut merupakan hasil
aktivitas pembalakan liar.

“Patroli ini merupakan kegiatan rutin yang sudah dilakukan oleh anggota
Satgas Pamtas bekerjasama dengan Tim Polhut untuk menekan dan
meminimalisir banyaknya kegiatan illegal logging yang sering terjadi di hutan
lindung,” kata Kapten Inf Firmansyah, Kamis (25/6/2020).

Sementara itu, kayu olahan hasil pembalakan liar yang berhasil disita
sebanyak 7 kubik berjenis kayu bengkirai berbagai ukuran. Guna proses
penanganan lebih lanjut, barang bukti yang ada dibawa dan diserahkan
kepada pihak Polhut Kementerian Kehutanan Provinsi Kaltara.

“Untuk penyelidikan dan penangangan lebih lanjut, kita serahkan ke Polhut.


Sedangkan anggota Satgas tetap akan melakukan pemantauan di titik-titik
yang kerap terjadi aktivitas penebangan pohon secara ilegal,” ujarnya.

Patroli secara rutin tetap akan dilakukan, selain untuk mengecek patok
perbatasan, sekaligus untuk mencegah tindakan melawan hukum lainnya.

Dia juga berharap, untuk turut serta menjaga kelestarian lingkungan,


masyarakat diminta untuk menahan diri agar tidak melakukan penebangan
pohon di kawasan hutan lindung, maupun tanaman, serta pohon-pohon yang
dilindungi.(*)

6. Cegah Ilegal Logging, Satgas Pamtas Yonif 623/BWU Operasi


Gabungan Bersama Polhut Kab.Nunukan

Oleh, Pelopor Wiratama, 24 Juni 2020


Nunukan – PW; Satgas Pamtas Yonif 623/BWU Pos Kotis dipimpin
Wadansatgas Kapten Inf Priya Firmansyah SE, bersama Polhut Kab.
Nunukan melaksanakan patroli gabungan mencegah terjadinya tindakan
pembalakan liar (illegal logging) di kawasan hutan lindung oleh oknum tidak
bertanggung jawab, dengan adanya bekas yg ditemukan dilapangan Satgas
Pamtas Yonif 623/BWU dan Polhut berkomitmen akan terus melaksanakan
patroli gabungan sebagai upaya mencegah terjadinya pembalakan liar (ilegal
logging) di wilayah perbatasan RI-MLY, Selasa (23/6/2020).

Terungkapnya aktivitas pembalakan liar atau yang kerap disebut illegal


logging itu sendiri bermula dari patroli rutin yang dilakukan oleh TNI serta
Polhut, sebagai tindak lanjut dari laporan masyarakat dan intelijen Satgas
bahwa masih marak kegiatan illegal logging di kawasan tersebut.

Saat tim patroli gabungan melakukan penyisiran, ditemukan adanya


tumpukan kayu tak bertuan, yang diduga kuat kayu tersebut merupakan hasil
aktivitas pembalakan liar.

“Patroli ini merupakan kegiatan rutin yang sudah dilakukan oleh anggota
Satgas Pamtas bekerjasama dengan Tim Polhut untuk menekan dan
meminimalisir banyaknya kegiatan illegal logging yang sering terjadi di hutan
lindung,” ucap Wadansatgas Pamtas RI-Malaysia Yonif 623/BWU, Kapten Inf
Firmansyah

Sementara itu, kayu olahan hasil pembalakan liar yang berhasil disita
sebanyak 7 kubik berjenis kayu bengkirai berbagai ukuran. Guna proses
penanganan lebih lanjut, barang bukti yang ada dibawa dan diserahkan
kepada pihak Polhut Kementerian Kehutanan Provinsi Kaltara.

“Untuk penyelidikan dan penangangan lebih lanjut, kita serahkan ke Polhut.


Sedangkan anggota Satgas tetap akan melakukan pemantauan di titik-titik
yang kerap terjadi aktivitas penebangan pohon secara ilegal,” ujarnya.

“Patroli secara rutin tetap kita lakukan, selain untuk mengecek patok
perbatasan, sekaligus untuk mencegah tindakan melawan hukum lainnya,”
katanya.
Pihaknya berharap, guna turut serta menjaga kelestarian lingkungan,
masyarakat diminta untuk menahan diri agar tidak melakukan penebangan
pohon di kawasan hutan lindung, maupun tanaman, serta pohon-pohon yang
dilindungi.(Mk-95).

7. Polda Tarakan Gerebek Kayu Illegal di Tarakan

BERITAKALTIM.CO , Kamis 17 Juni 2021

Wartawan: Abd Latif

BERITAKALTIM.CO- Dua perahu bermuatan sekitar 50 kubik kayu olahan


tanpa dokumen ditangkap tim Polda Kaltara, Rabu (16/6/2021), sekitar pukul
05.00 Wita. Penangkapan dilakukan saat perahu berada di sekitar
Keluarahan Karang Anyar Pantai Tarakan.

Ketika ditangkap, di atas kapal terdapat kayu jenis bengkirai, keruing dan
meranti. Asal kayu dari penebangan hutan yang diduga secara liar di
kawasan Sekatak Buji, Kabupaten Bulungan.
Kepala Seksi Intel Sat Brimob Polda Kaltara Ipda Moedji di lokasi kejadian
menyebutkan, penangkapan tersebut berawal dari laporan warga sekitar
Jembatan Bongkok Kelurahan Karang Anyar Pantai. Mereka resah dengan
aktifitas bongkar muat kayu yang diduga illegal.

“Warga melaporkan adanya kegiatan bongkar muat kayu illegal dari Sekatak
di situ,” ucapnya.

Berdasarkan laporan tersebut anggota dari Intel Brimob Polda Kaltara


melakukan penelusuran dan menemukan adanya aktifitas tersebut. Ketika
diperiksa, juru mudi kapal tidak dapat menunjukkan dokumen kayu yang
dibawanya.

Dua orang juru mudi kapal berinitial HE dan Ya sudah diamankan. Dijelaskan,
saat dipergoki salah seorang dari mereka sempat kabur.

Keduanya mengaku hanya suruhan dari seorang tauki kayu di Tarakan.


Belum ada informasi apakah pengusaha kayu akan ditangkap juga.

Sementara itu perkara dan barang bukti kayu illegal sudah diserahkan ke
Polresta Tarakan untuk ditindaklanjuti.

C. DAMPAK Dari Illegal Logging DI KALIMANTAN UTARA

Kejahatan pencurian kayu dan kejahatan turunannya terjadi karena beberapa


sebab utama yaitu kesenjangan permintaan dan ketersediaan bahan baku
kayu, lemahnya penegakkan hukum, banyaknya industri prkayuan tanpa izin,
tersedianya pasar gelap dan kemiskinan masyarakat yang dimanfaatkan
cukong/pemodal. Sedangkan aktor utamanya adalah cukong, oknum aparat
dan masyarakat.

Dampak negatif illegal logging yang bersifat non fisik, adalah ancaman
terhadap sistem, penyangga, hidup manusia umumnya, dan khususnya
mengancam intgritas dan integritas bangsa dan negara Indonesia. Dampak
tersebut antara lain :

Sumber : Strategi Kebijakan Penanganan Illegal Logging di wilayah


Kalimantan, PKP2A III LAN SAMARINDA,2006
D. SOLUSI PEMERINTAH DAN KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM
MEMERANGI ILLEGAL LOGGING

Dalam menangani illegal logging, pemerintah telah mengeluarkan berbagai


kebijakan antara lain :

Kemudian illegal logging yang terjadi di KALTARA, salah satunya ialah


Kabupaten Nunukan, melihat kondisi yang ada pemerintah kabupaten
nunukan mengambil langkah dengan menerbitkan Surat Keputusan Bupati No
488 Tahun 2005 tentang Pembentukan Tim Terpadu Pemberantasan
Penebangan Kayu Secara Illegal di Kawasan Hutan dan Peredarannya di
Kabupaten Nunukan dimana dalam pelaksanaan kegiatan diantaranya :
E. APAKAH SOLUSI SUDAH DI JALANKAN?
F. Apa saja keterkaitannya dengan Undang-Undang atau Peraturan
lainnya?

Anda mungkin juga menyukai