Berikut ini beberapa cuplikan dari Sebuah laporan baru dari organisasi tenaga
kerja dan lingkungan – Blue Green Alliance, NRDC, United Steel Workers,
Sierra Club, dan Rainforest Action Network – membahas biaya lingkungan,
ekonomi, dan sosial dari hilangnya hutan hujan Indonesia dari pembalakan
liar.
Hutan Indonesia besar dan hilang pada tingkat yang
mengkhawatirkan. Hutan Indonesia mencakup sekitar 463.300 mil persegi,
sedikit lebih kecil dari hutan Brasil dan Republik Demokratik Kongo. Hutan
Indonesia hilang pada tingkat yang signifikan, yang mengakibatkan polusi
pemanasan global Indonesia berada di peringkat ke-5 terbesar di dunia
(menyumbang sekitar 5% dari emisi dunia). Antara tahun 1990 dan 2005,
sekitar 108.110 mil persegi hutan Indonesia menghilang (area yang lebih
besar dari Negara Bagian Colorado), 77% di antaranya adalah hutan perawan
(lihat grafik untuk visual kehilangan ini).
Reporter : Bisnis.com
Penyidik KLHK menjerat ketiga tersangka dengan Pasal 83 Ayat 1 Huruf b Jo.
Pasal 12 Huruf e UU No 18/2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan dengan ancaman pidana penjara paling singkat 1 tahun dan
paling lama 5 tahun. Selain itu tersangka dijerat dengan ancaman denda
paling sedikit Rp 500 juta dan paling banyak Rp 2,5 miliar
“Yang lumayan tinggi untuk illegal logging itu di Nunukan dan Tarakan.
Walaupun Tarakan itu tidak ada hutan produksinya. Namun, kebanyakan
pelaku penebang liar ini bukan perusahaan, tapi masyarakat individu atau
komunal,” jelas Obed.
Reporter: Darmawan
Editor: Ramli
Dalam patroli itu ditemuka adanya bekas yang ditemukan di lapangan yang
melakukan illegal logging, sehingga Satgas Pamtas Yonif 623/BWU dan
Polhut berkomitmen akan terus melaksanakan patroli gabungan sebagai
upaya mencegah terjadinya pembalakan liar di wilayah perbatasan RI-MLY.
“Patroli ini merupakan kegiatan rutin yang sudah dilakukan oleh anggota
Satgas Pamtas bekerjasama dengan Tim Polhut untuk menekan dan
meminimalisir banyaknya kegiatan illegal logging yang sering terjadi di hutan
lindung,” kata Kapten Inf Firmansyah, Kamis (25/6/2020).
Sementara itu, kayu olahan hasil pembalakan liar yang berhasil disita
sebanyak 7 kubik berjenis kayu bengkirai berbagai ukuran. Guna proses
penanganan lebih lanjut, barang bukti yang ada dibawa dan diserahkan
kepada pihak Polhut Kementerian Kehutanan Provinsi Kaltara.
Patroli secara rutin tetap akan dilakukan, selain untuk mengecek patok
perbatasan, sekaligus untuk mencegah tindakan melawan hukum lainnya.
“Patroli ini merupakan kegiatan rutin yang sudah dilakukan oleh anggota
Satgas Pamtas bekerjasama dengan Tim Polhut untuk menekan dan
meminimalisir banyaknya kegiatan illegal logging yang sering terjadi di hutan
lindung,” ucap Wadansatgas Pamtas RI-Malaysia Yonif 623/BWU, Kapten Inf
Firmansyah
Sementara itu, kayu olahan hasil pembalakan liar yang berhasil disita
sebanyak 7 kubik berjenis kayu bengkirai berbagai ukuran. Guna proses
penanganan lebih lanjut, barang bukti yang ada dibawa dan diserahkan
kepada pihak Polhut Kementerian Kehutanan Provinsi Kaltara.
“Patroli secara rutin tetap kita lakukan, selain untuk mengecek patok
perbatasan, sekaligus untuk mencegah tindakan melawan hukum lainnya,”
katanya.
Pihaknya berharap, guna turut serta menjaga kelestarian lingkungan,
masyarakat diminta untuk menahan diri agar tidak melakukan penebangan
pohon di kawasan hutan lindung, maupun tanaman, serta pohon-pohon yang
dilindungi.(Mk-95).
Ketika ditangkap, di atas kapal terdapat kayu jenis bengkirai, keruing dan
meranti. Asal kayu dari penebangan hutan yang diduga secara liar di
kawasan Sekatak Buji, Kabupaten Bulungan.
Kepala Seksi Intel Sat Brimob Polda Kaltara Ipda Moedji di lokasi kejadian
menyebutkan, penangkapan tersebut berawal dari laporan warga sekitar
Jembatan Bongkok Kelurahan Karang Anyar Pantai. Mereka resah dengan
aktifitas bongkar muat kayu yang diduga illegal.
“Warga melaporkan adanya kegiatan bongkar muat kayu illegal dari Sekatak
di situ,” ucapnya.
Dua orang juru mudi kapal berinitial HE dan Ya sudah diamankan. Dijelaskan,
saat dipergoki salah seorang dari mereka sempat kabur.
Sementara itu perkara dan barang bukti kayu illegal sudah diserahkan ke
Polresta Tarakan untuk ditindaklanjuti.
Dampak negatif illegal logging yang bersifat non fisik, adalah ancaman
terhadap sistem, penyangga, hidup manusia umumnya, dan khususnya
mengancam intgritas dan integritas bangsa dan negara Indonesia. Dampak
tersebut antara lain :