Lembar Fakta
Sejak tahun 1970 penggundulan hutan mulai marak di Indonesia. Pada tahun 1997-2000, laju kehilangan dan kerusakan hutan Indonesia mencapai 2,8 juta hektar/tahun. Saat ini diperkirakan luas hutan alam yang tersisa hanya 28%. Jika tidak segera dihentikan, maka hutan yang tersisa akan segera musnah. Kerusakan hutan di Indonesia terutama disebabkan oleh: - penebangan liar (illegal logging) - kebakaran hutan dan lahan - kegiatan penambangan - peralihan fungsi hutan (konversi) menjadi perkebunan skala besar dan hutan tanaman industri - penebangan yang tidak lestari (unsustainable logging) Industri pengolahan kayu Indonesia saat ini membutuhkan sekitar 80 juta meter kubik kayu untuk memenuhi kebutuhan industri penggergajian, kayu lapis, kertas, dan pulp. Lebih dari setengahnya didapatkan dari hasil pembalakan illegal di hutan alam. Tahukah Anda? Laju kehilangan dan kerusakan hutan pada tahun 2000-2005 di Indonesia setara dengan 364 lapangan bola/jam.
Other 3%
NON-ENERGY EMISSIONS
Menurut laporan Bank Dunia, Indonesia telah melepaskan 300 ton emisi karbon untuk setiap 1 hektar lahan hutan yang dibuka menjadi perkebunan.
Lembar Fakta
Hutan Gambut: Penyerap dan Pelepas Emisi GRK terbesar Lahan gambut merupakan penyerap emisi gas rumah kaca yang sangat signifikan. Bayangkan jika lahan gambut dibuka dan apalagi dibakar, maka emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer sangatlah besar (3 10 kali emisi gas rumah kaca yang dilepaskan oleh ekosistem lainnya di daratan). Indonesia memiliki 20 juta hektar lahan gambut, sebagian besar terletak di Sumatra dan Kalimantan. Kebakaran hutan berskala besar yang terjadi tahun 1997-1998 telah melahap sekitar 10 juta hektar lahan gambut. Akibatnya, terhitung 0,81-2,57 gigaton karbon dilepas ke atmosfer. Sangat signifikan untuk mempercepat pemanasan global.
Kesimpulan:
Dengan luas sekitar 109 juta hektar, hutan Indonesia sangat berpotensi sebagai penyerap emisi gas rumah kaca yang dihasilkan berbagai kegiatan manusia. Namun jika tidak dikelola dengan serius, maka hutan Indonesia juga berkontribusi mempercepat laju pemanasan global. Belum ditambah kerugian ekonomi dan sosial yang sangat besar karena tingginya tingkat deforestasi di Indonesia. Jangan tunggu sampai hutan Indonesia punah untuk bertindak!
Informasi lebih lanjut silakan hubungi: Program Iklim dan Energi WWF-Indonesia Kantor Taman Blok A9 Unit A1 Kawasan Mega Kuningan. Jakarta 12950 www.wwf.or.id/climate climate@wwf.or.id 576 10 70 #205 576 10 80 (fax)
Lembar Fakta
Grafik kebakaran hutan dan lahan di Indonesia (diolah oleh WWF Indonesia/Arief Budiman dan Dedi Hariri dari citra satelit NOAA)
600,000 500,000
Jumlah Hotspot
400,000
300,000
200,000
100,000
0 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Tahun Kebakaran
Gambar 1.
Perbandingan Jumlah Titik Panas dan Luas Areal Hutan yang Terbakar Selama 10 Tahun Terakhir (1997-2006)
80
70
60
Persentase (%)
50
40
30
20
10
0 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Sumatera Kalimantan
Tahun Kebakaran
Gambar 2.
Persentase jumlah titik panas pada Lahan Gambut di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Selama 10 Tahun Terakhir