Anda di halaman 1dari 2

Contoh Kasus Kerusakan Lingkungan: Penebangan Hutan di

Kalimantan

Penebangan hutan secara ilegal (illegal logging) sebenarnya persoalan klasik


bagi masyarakat Indonesia. Setiap hari, kegiatan tersebut marak dilakukan
di sejumlah kawasan hutan dengan diketahui petugas instansi berwenang,
aparat dan masyarakat setempat. Meskipun berkali-kali diberitakan bahwa
penertiban terus diupayakan, namun penebangan dan perusakan hutan
semakin merajalela.

Di kabupaten Ketapang misalnya, sasaran penebangan liar adalah Taman


Nasional Gunung Palung ( TNGP ). Sudah sekitar 5 tahun penjarahan itu
berlangsung. Sekitar 80 % dari 90.000 ha luas TNGP sudah dirambah para
penebang dan mengalami rusak berat. Para penebang yang dibayar untuk
memotong pohon itu diperkirakan jumlahnya sebanyak 2000 orang dengan
menggunakan motor pemotong chainsaw [4] .

Selain itu di hutan Kapuas Hulu, penebangan hutan liar juga tak kalah
mengerikan. Sasaran penebangan adalah pohon-pohon dengan jenis Kayu
Ramin, Meranti, Klansau, Mabang, Bedaru, dan jenis Kayu Tengkawang yang
termasuk jenis kayu dilindungi. Kayu-kayu gelondongan yang telah ditebang
langsung diolah menjadi balok dalam berbagai ukuran antara lain: 24 cm x 24
cm, 12 cm x 12 cm dengan panjang rata-rata 6 meter. Setiap hari jumlah truk
yang mengangkut kayu ini ke wilayah Malaysia sekitar 50 60 truk. Menurut
Sekjen Silva Indonesia, pengangkutan ini berlangsung siang dan malam
dihadapan mata aparat instansi berwenang tanpa ada pemungutan dana
reboisasi dan pajak lainnya .

2.1 Kerugian bidang Ekonomi

Berdasarkan pada perkiraan Prof. Dr. Herujono Hadisuprapto, MSc,


Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, setiap hari kayu ilegal
berbentuk balok yang diselundupkan dari Kal-Bar ke Serawak mencapai
10.000 m kubik. Kayu-kayu ini terbebas dari iuran resmi seperti dana reboisasi,
provisi sumber daya hutan, dan pajak ekspor. Diprediksi kerugian negara
mencapai Rp. 5,35 milyar per hari, atau sekitar Rp 160,5 milyar perbulan.
Maka sebenarnya sangat ironis jika kerugian ini dihubungkan dengan
usaha mati-matian dari pemerintah Indonesia untuk mencari pinjaman dana
dari IMF. Ketika pemerintah mengemis pada IMF dana senilai 400 juta $ AS,
sebenarnya pemerintah kehilangan pendapatan atas pajak senilai 4 Milyar $ AS
setiap tahunnya akibat penebangan hutan liar sejak 1998.

2.2 Dampak kerusakan terhadap ekologi lingkungan

Penebangan hutan secara ilegal ini juga menimbulkan akibat yang


sangat merugikan bagi hutan itu sendiri maupun lingkungan di sekelilingnya.
Secara umum, dampak penebangan hutan menyebabkan: pertama, masalah
pemanasan global; kedua, masalah degradasi tanah; dan ketiga, mempercepat
kepunahan keanekaragaman hayati di dalamnya.

2.2.1 Masalah pemanasan global


Para ahli memperkirakan bahwa dampak dari pemanasan global akan
sangat meningkat bila kelestarian dan keutuhan hutan tidak dipelihara. Ada
beberapa akibat yang akan muncul akibat pemanasan global ini, antara lain
terjadinya perubahan iklim. Hal ini akan mempercepat penguapan air sehingga
berpengaruh pada curah hujan dan distribusinya. Akibat selanjutnya adalah
terjadinya banjir dan erosi di daerah-daerah tertentu. Seperti kasus yang
terjadi di Pontianak ( Kalimantan Barat ) dan Nias ( Sumatra Utara ) yang
menelan korban materi dan nyawa yang sangat besar. Musim kering yang
berkepanjangan juga akan melanda daerah-daerah yang areal hutannya
digunduli, bahkan dibakar. Sebagai contoh adalah kebakaran hutan Kalimantan
Barat. Resiko yang timbul kemudian adalah banyaknya lahan yang dibiarkan
kosong.

2.2.2 Masalah degradasi tanah


Penebangan hutan secara tak terkendali pasti juga menyebabkan
degradasi tanah dan berkurangnya kesuburan tanah. Data dari Biro Pusat
Statistik menyebutkan bahwa lahan produktif yang telah diolah di Indonesia
sebanyak 17.665.000 hektar. Sebesar 70 % dari lahan itu adalah lahan kering.
Sisanya adalah lahan basah. Akibat penebangan liar yang terjadi banyak lahan
kering yang tidak digarap. Akibatnya erosi menjadi mudah terjadi dan tanah
berkurang kesuburannya.

2.2.3 Masalah kepunahan keranekaragaman hayati


Masalah ini cukup mendapat perhatian penting saat ini. Berdasar
penelitian para ahli, dikatakan bahwa jumlah spesies binatang
atau spesies burung semakin berkurang, khususnya di Kalimantan
Barat. Akibat penebangan hutan yang dilakukan terus menerus,
banyak hewan yang menyingkir dan mencari habitat yang baru.
Misalnya, harimau Kalimantan semakin terjepit karena tempat
tinggalnya semakin sempit dan terus di babat. Bukan tidak
mungkin bahwa tahun-tahun mendatang spesies harimau akan
punah. Para ahli memperkirakan bahwa pada tahun 2015 dengan
penggundulan hutan tropis di Kalimantan akan menyebabkan
punahnya 4-8% spesies dan 17,35 % pada tahun 2040

Anda mungkin juga menyukai