Anda di halaman 1dari 12

BAB 6-9

KELOMPOK 2
1. Kharina Nadya
2. Fitria Sakinah
3. Julia Cantika C
4. M Nasrul
5. Haykal Dwi Rifkiyadi

(BAB 6) APBN DAN APBD DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI


Pengertian Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN)
Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). APBN merupakan salah satu perwujudan pasal 23 Undang-undang Dasar 1945 dan tahun
2020 APBN diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2019. Pengertian ini dijabarkan secara
luas sebagai daftar yang merinci segala pendapatan dan pengeluaran suatu negara dalam satu
periode.

Fungsi APBN
a. Fungsi Alokasi.
Fungsi alokasi adalah salah satu fungsi yang bertujuan untuk membagi proporsionalitas anggaran
dalam melakukan pengalokasian pembangunan dan pemerataan.

b. Fungsi Distribusi
Sesuai namanya, distribusi, fungsi ini bertujuan untuk penyaluran dana kepada masyarakat
berdasarkan alokasi yang sudah ditetapkan. Diharapkan, kebijakan dalam anggaran negara harus
lebih teliti terhadap rasa pantas dan keadilan.

c. Fungsi Stabilisasi
Fungsi stabilitasi bermakna bahwa anggaran negara berfungsi untuk Menjaga keseimbangan antara
masyarakat melalui intervensi guna mencegah inflasi.

d. Fungsi Otoritas
Fungsi otoritas mengandung artian bahwa anggaran negara adalah tonggak atau pokok pelaksanaan
pendapatan dan belanja dalam setiap tahunnya.

e. Fungsi perencanaan
Perencanaan APBN berfungsi untuk mengalokasikan sumber daya sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan setiap tahunnya.

f. Fungsi regulasi
Fungsi regulasi APBN, digunakan untuk mendorong kebutuhan ekonomi suatu negara, dan bertujuan
jangka panjang untuk meningkatkan kemakmuran rakyat.

Tujuan APBN
 Sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara dalam melaksanakan tugas
kenegaraan
 Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah Kepada DPR dan
masyarakat luas
 Meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah
 Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal
 Memungkinkan pemerintah memenuhi prioritas belanja
Mekanisme penyusunan APBN
 Pemerintah menyusun rencana APBN dalam bentuk nota keuangan melalui rapat dengan
departemen dan lembaga teknis
 Pengajuan RAPBN oleh Pemerintah kepada DPR
 Pembahasan RAPBN oleh DPR dalam masa sidang
 Persetujuan RAPBN oleh DPR menjadi APBN dengan undang-undang, jika tidak disetujui
pemerintah menggunakan APBN tahun sebelumnya
 APBN dilaksanakan dengan diperkuat oleh keputusan Presiden tentang Pelaksanaan APBN

Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


APBD merupakan Instrument kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Anggaran daerah juga
digunakan sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluaran. Berdasarkan
pengertian di atas maka APBD yang dikeluarkan setiap tahun akan mencerminkan besaran
pendapatan dan pengeluaran yang dibutuhkan unutk Pengelolaan suatu daerah.

Fungsi APBD
a. Fungsi otorisasi
APBD bisa melaksanakan pendapatan dan belanja daerah di tahun bersangkutan. Otorisasi berarti
pemberian kekuasaan pada pihak yang berwenang untuk melaksanakan anggaran, pendapatan,
belanja dan pembiayaan sesuai APBD yang dibuat.

b. Fungsi perencanaan
APBD menjadi sebuah pedoman bagi manajemen di aalam hal merencanakan sebuah aktivitas atau
kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

c. Fungsi pengawasan
APBD menjadi sebuah pedoman untuk bisa menilai apakah aktivitas penyelenggaraan pemerintah
daerah sesuai dengan Ketentuan yang ditetapkan.

D. Fungsi alokasi
APBD diarahkan untuk bisa menciptakan lapangan kerja maupun mengurangi pengangguran. Serta
meningkatkan efesiensi serta efektivitas perekonomian.

E. Fungsi distribusi
APBD adalah ‘uang rakyat’, maka penggunaannya pun Harus digunakan untuk memakmurkan dan
menyejahterakan rakyat di daerah yang bersangkutan. Penyusunan APBD ini harus bisa mendukung
berbagai aktivitas daerah yang menjadi contoh kegiatan memajukan Kesejahteraan umum daerah
yang bersangkutan.

F. Fungsi stabilitasi APBD


menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan Keseimbangan fundamental perekonomian pada
suatu daerah.

Tujuan APBD
 Membantu pemerintah daerah mencapai tujuan fiskal.
 Meningkatkan pengaturan atau juga kordinasi tiap bagian yang berada di lingkungan
pemerintah daerah.
 Menciptakan efisiesnsi terhadap penyediaan barang dan jasa.
 Menciptakan prioritas belanja pemerintah daerah.

Mekanisme Penyusunan APBD


 Pemerintah daerah menyusun RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah).
 Pemerintah daerah akan mengajukan RAPBD tersebut kepada DRPD untuk Dirapatkan
apakan RAPBD tersebut disetujui atau tidak
 Jika DPRD memutuskan untuk menyetujui RAPBD, maka RAPBD akan disahkan Menjadi
APBD
 APBD ditetapkan dengan perda paling lambat satu bulan setelah APBN disahkan
 Perubahan APBD ditetapkan dengan Perda paling lambat tiga bulan sbelum berakhirnya
anggaran
 APBD yang telah ditetapkan dengan Perda disampaikan kepada gubernur bagi pemerintah
kota/kabupaten dan kepada presiden melalui Mendagri bagi pemerintah provinsi

Komponen APBD
Komponan APBD terdiri atas Pendapatan dan belanja daerah.
Pendapatan terbagi atas pendapatan daerah yang terdiri atas pendapatan asli daerah, dana
perimbangan dan pendapatan daerah lain-lain yang sah
Belanja daerah terdiri atas belanja tidak langsung dan belanja langsung.

(BAB 7) PERPAJAKAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI


Pengertian Pajak
Apa Itu Pajak? Pajak adalah pungutan yang wajib diberikan pada negara oleh orang pribadi maupun
badan/perusahaan berdasarkan undang-undang yang akan digunakan untuk kepentingan negara
dan kesejahteraan masyarakat umum. Pemungutan, pelayanan, dan pengawasan pajak dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Fungsi Pajak
a. Fungsi Anggaran (budgetair)
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran
rutin dan pembangunan sebagaimana tertuang dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN).
b. Fungsi Mengatur (regulerend)
Disebut juga fungsi tambahan yaitu suatu fungsi dalam mana pajak dipergunakan oleh
pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu.
c. Fungsi Stabilitas
Pajak juga memiliki fungsi stabilitas yang memainkan peranan penting dalam keseimbangan
perekonomian suatu negara seperti mengatasi inflasi maupun deflasi. Salah satu contoh
fungsi stabilitas terlihat ketika ketika nilai tukar rupiah mengalami penurunan terhadap
dollar Amerika Serikat.
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Salah satu penjelasan yang sering dikaitkan dengan fungsi redistribusi adalah pemanfaatan
pajak untuk membuka lapangan pekerjaan. Dengan bertambahnya lapangan pekerjaan,
maka semakin banyak pula penyerapan tenaga kerja sehingga pendapatan masyarakat pun
dapat diperoleh secara merata.

Manfaat Pajak
 Pembangunan sarana umum seperti fasilitas dan infrastruktur
 Pertahanan dan keamanan
 Subsidi pangan dan bahan bakar minyak
 Kelestarian lingkungan hidup dan budaya bangsa
 Dana pemilu, transportasi, dan lain-lain

Tarif Pajak
Tarif pajak digunakan untuk menentukan besarnya pajak terutang. Tarif pajak dibagi menjadi empat
jenis yaitu,

a. Tarif Progresif
Dimana dalam tarif progresif, saat pemungutan pajaknya, atas persentasenya akan naik
sebanding dengan jumlah dasar pengenaan pajaknya. Di Indonesia sendiri, jenis tarif pajak
inilah yang diterapkan sebagai metode pengenaan pajak penghasilan orang pribadi.
b. Tarif Degresif
Kebalikan dengan pajak progresif, persentase pajak dengan tarif degresif yang dipungut akan
lebih kecil saat dasar pengenaan pajaknya meningkat. Dengan kata lain, persentase atas tarif
pajak akan semakin rendah atau menurun ketika dasar pengenaan pajaknya semakin besar.
c. Tarif Proporsional
Tidak seperti tarif progresif dan tarif degresif, tarif proporsional saat pemungutan pajaknya
atas persentasenya akan tetap dan tidak terjadi perubahan terhadap keseluruhan dasar
pengenaan pajaknya. jadi bisa dibilang bahwa sebesar apapun jumlah objek pajak yang
dikenakan dalam pajak penghasilannya, persentasenya pun akan tetap sama.
d. Tarif Regresif (tarif tetap)
Saat pemungutan tarif pajaknya akan selalu tetap tanpa melihat jumlah dari keseluruhan
dasar pengenaan pajaknya. Tarif akan selalu sama dan sesuai dengan peraturan yang
diberlakukan oleh pemerintahan seperti contoh bea meterai dengan nilai yang sudah
ditentukan oleh pemerintahan.

Perbedaan Pajak dengan Pemungutan Resmi Lainnya


 Pajak dipungut berdasarkan undang-undang, sedangkan pungutan resmi berdasarkan
peraturan pemerintah
 Yang menjadi objek pemungutan pajak adalah semua orang yang memenuhi syarat tertentu,
sedangkan untuk pungutan resmi adalah khusus untuk orang yang menggunakan fasilitas
maupun jasa tertentu
 Pajak memiliki surat ketetapan, sedangkan pungutan resmi tidak memiliki surat ketetapan
 Perhitungan tarif pajak dilakukan oleh wajib pajak sedangkan pungutan resmi dihitung
pemerintah
 Jatuh tempo pembayaran pajak pada tahun fiskal sementara pungutan resmi disesuaikan
dengan pemakaian
 Pemungutan pajak sifatnya memaksa, pungutan resmi sifatnya sesuai kebijakan pemerintah

Asas Pemungutan Pajak


1. Asas equality
pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan dan
penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.
2. Asas certainty
semua pungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar akan dapat
dikenai sanksi hukum.
3. Asas convinience of payment
pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya
disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah.
4. Asas efficiency
biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya
pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.
Jenis-Jenis Pajak
1. Pajak Menurut Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung.

a. Pajak langsung
yaitu pajak yang dipungut setahun sekali berdasarkan surat ketetapan pajak (kohir) dan tidak
dapat dilimpahkan kepada orang lain.
Contohnya: Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Bumi Bangunan (PBB).
b. Pajak tidak langsung
yaitu pajak yang dipungut setiap terjadi transaksi tanpa adanya surat ketetapan pajak dan
dapat dilimpahkan kepada orang lain.
Contohnya: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Bea Balik Nama (BBN).

2. Pajak Menurut Instansi yang Memungutnya Menurut instansi yang Memungutnya


Pajak dibagi menjadi pajak pusat dan pajak daerah.

a. Pajak pusat
yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat (Direktorat Jenderal Pajak) yang
pengelolaannya dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Misalnya, PPh dan PPN.
b. Pajak daerah
yaitu pajak yang dipungut pemerintah daerah, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah
kabupaten/kota.
Contohnya, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak Reklame, Pajak Hotel dan Restoran.

3. Pajak Menurut Subjeknya


Menurut subjeknya, pajak dapat dibagi menjadi pajak orang pribadi dan pajak badan.

a. Pajak orang pribadi


yaitu pajak yang dikenakan bagi seseorang atau seorang wajib pajak, seperti PPh.
b. Pajak badan
yaitu pajak yang dikenakan pada sebuah badan usaha atau organisasi, seperti PT, CV, atau
Yayasan.

4. Pajak Menurut Asalnya


Menurut asalnya, pajak dapat dibagi menjadi pajak dalam negeri dan pajak luar negeri.

a. Pajak dalam negeri


yaitu pajak yang dipungut kepada setiap warga negara yang tinggal di Indonesia dan
memiliki salah satu objek pajak.
b. Pajak luar negeri
yaitu pajak yang dipungut kepada warga negara asing yang memiliki usaha atau penghasilan
dan tinggal di Indonesia.

Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia


1. Official Assessment System
Sistem ini memberikan kewenangan kepada aparat pajak untuk menentukan jumlah pajak
terutang yang harus dibayar oleh setiap Wajib Pajak. Perhitungan jumlah pajak terutang
ditetapkan dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak.
2. Self Assessment System
Sistem ini memberikan kepercayaan dan wewenang kepada Wajib Pajak untuk
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, menghitung, memperhitungkan, membayar,
dan melaporkan pajak terutang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pada sistem
ini petugas pajak bertugas untuk melakukan pengawasan dan bimbingan kepada Wajib Pajak
selain melakukan penegakan hukum (law enforcement) terhadap Wajib Pajak.
3. Withholding System
Pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga yang wajib melakukan
pemotongan dan/atau pemungutan pajak atas objek pajak tertentu. Objek pajak yang
dimaksud, antara lain penghasilan karyawan, penghasilan atas sewa penggunaan harta,
bunga atas deposito, bunga atas tabungan, dan hadiah undian. Pihak ketiga setelah
melakukan pemotongan dan/atau pemungutan pajak, wajib melakukan penyetoran dan
pelaporan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada sistem ini, petugas pajak
bertugas melakukan pengawasan dan bimbingan kepada Wajib Pajak selain melakukan
penegakan hukum (law enforcement) terhadap Wajib Pajak.

Alur Administrasi Perpajakan di Indonesia


 Wajib Pajak dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui e-Registration secara online
menggunakan media internet.
 Setelah terdaftar, Wajib Pajak harus menghitung jumlah pajak yang terutang. Atas pajak
yang terutang tersebut, Wajib Pajak segera membayarnya ke Bank Persepsi (bank yang
ditunjuk pemerintah untuk menerima pembayaran pajak) atau kantor pos.
 Selanjutnya, Wajib Pajak mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dan melaporkannya secara
langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau mengirimnya melalui jasa pengiriman
surat/dokumen. Setelah menyerahkan SPT yang sudah diisi, Wajib Pajak akan mendapatkan
tanda terima penyampaian SPT tersebut.

Objek dan Cara Pengenaan Pajak


Perhitungan pajak ditetapkan dalam Undang-Undang tentang Perpajakan. Adapun undang-undang
yang berhubungan dengan perpajakan, yaitu sebagai berikut.

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan di


Indonesia
a. Tanggung jawab pelaksanaan pajak ada pada anggota masyarakat.
b. Sistem pemungutan dan perhitungan pajak menggunakan sistem "self assessment".
c. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
d. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang PPh


a. Subjek Pajak
1) Dalam pasal 2 disebutkan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi, warisan
yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, badan dan bentuk
usaha tetap.
2) Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri

b. Objek Pajak
UU No 36 Tahun 2008 pasal 4 menyebutkan bahwa yang menjadi objek pajak adalah penghasilan,
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apa pun.
c. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Berdasarkan Peraturan Meteri Keuangan (PMK) Nomor 101/PMK.010/2016, besarnya PTKP yang
berlaku sejak 27 Juni 2016 adalah sebagai berikut.

1) Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi:
2) Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang
menikah;
3) Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami;
4) Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

d. Tarif Pajak Penghasilan


Pada 2008 sudah ditetapkan Undang-Undang Perpajakan yang baru dan mulai berlaku per 1 Januari
2009. Salah satu perubahan mendasar yang dilakukan oleh Undang-Undang Pajak Penghasilan baru
adalah berubahnya tarifumum pajak penghasilan yang diatur dalam pasal 17. Baik tarif untuk wajib
pajak orang pribadi maupun Wajib Pajak Badan, kedua duanya mengalami perubahan. Namun
demikian, sifat perubahannya berbeda. Jika tarif PPh orang pribadi hanya berubah dalam hal tarif
dan lapisan kena pajaknya, tetapi perubahan tarif PPh badan lebih ke jenis tarifnya yaitu dari tarif
proporsional menjadi tarif tunggal (single tax).

3. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM


Undang-Undang ini terbit tanggal 15 Oktober 2009 dan mulai berlaku 1 April 2010. Pajak
Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan
secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi.

a. Objek Pajak
1) Pajak pertambahan nilai dikenakan atas, penyerahan barang kena pajak di dalam daerah
pabean yang dilakukan oleh pengusaha, impor barang kena pajak, penyerahan jasa kena pajak di
dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha, pemanfaatan barang kena pajak tidak
berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean, pemanfaatan jasa kena pajak dari luar
daerah pabean di dalam daerah pabean, ekspor barang kena pajak berwujud oleh pengusaha kena
pajak, ekspor barang kena pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak, dan ekspor jasa kena
pajak oleh pengusaha kena pajak.

2) Pajak penjualan atas barang mewah dikenakan atas:


a. penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang
menghasilkan barang tersebut di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya; dan impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.
b. pajak penjualan atas barang mewah dikenakan hanya 1 (satu) kali pada waktu penyerahan
barang kena pajak yang tergolong mewah oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada
waktu impor barang kena pajak yang tergolong mewah.

b. Tarif Pajak
UU No 42 tahun 2009 Bab IV Pasal 7 dan 8 menjelaskan sebagai berikut.

1) Tarif pajak pertambahan nilai adalah 10%. 2) Tarif pajak pertambahan nilai sebesar 0%
diterapkan atas, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor barang kena pajak tidak berwujud, dan
ekspor jasa kena pajak.
2) Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan
paling tinggi 15 % yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
3) Tarif pajak penjualan atas barang mewah ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi 200%.
4) Ekspor barang kena pajak yang tergolong mewah dikenai pajak 0%.

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Hal-hal yang diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah
sebagai berikut.

Objek PBB adalah bumi dan bangunan. Bumi adalah permukaan bumi (tanah dan perairan) dan
tubuh bumi, termasuk kandungan di dalam permukaan bumi. Bangunan adalah konstruksi teknik
yang ditanam dan diletakkan secara tetap di dalam tanah atau perairan.

Pengelolaan PBB mulai tahun 2014 dibagi menjadi:


a. PBB Sektor Perkebunan, Perhutanan dan Pertambangan (P3)
b. Pengenaan PBB Sektor P3 didasarkan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana diubah dengan Undang Undang No. 12 Tahun 1994.
PBB Sektor P3 dikelola oleh Pemerintah Pusat.
c. PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan (P2) Pengenaan PBB Sektor P2 berdasarkan UU No. 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Pengelolaan PBB Sektor P2
merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai dan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Materai dan Besarnya Batas
Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea Materai
Bea materai adalah pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang menurut Undang-Undang Bea
Materai menjadi objek bea materai.

a. Objek Bea Materai


Pada prinsipnya dokumen yang harus dikenakan materai adalah dokumen menyatakan nilai nominal
sampai jumlah tertentu, dokumen yang bersifat perdata dan dokumen yang digunakan di muka
pengadilan, antara lain:

1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai
alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
2. Akta-akta notaris termasuk salinannya.
3. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-rangkapnya.
4. Surat yang memuat jumlah uang
5. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep dan cek.
6. Dokumen yang dikenakan bea materai juga terhadap dokumen yang akan digunakan sebagai
alat pembuktian di muka pengadilan

b. Tarif Bea Materai


1) Tarif Bea Materai Rp 6.000,00 untuk dokumen sebagai berikut,

 Surat Perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai
alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat pendata.
 Akta-akta Notaris termasuk salinannya.
 Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep selama nominalnya lebih dan
Rp1.000.000,00.
 Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan.

2) Untuk dokumen yang menyatakan nominal uang dengan batasan sebagai berikut,

 Nominal sampai Rp250.000,- tidak dikenakan bea materai.


 Nominal antara Rp250.000,- sampai Rp1.000.000,- dikenakan bea materai Rp3.000,-.
 Nominal di atas Rp1.000.000,- dikenakan bea materai Rp6.000,-.
3) Cek dan bilyet giro dikenakan bea materai dengan tarif sebesar Rp3.000

4) Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp
1.000.000,- dikenakan bea materai Rp 3.000, sedangkan yang mempunyai harga nominal lebih dari
Rp1.000.000, dikenakan bea materai Rp6.000.-.

(BAB 8) KONSEP DAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN


INTERNASIONAL
Pengertian
Perdagangan internasional adalah aktivitas transaksi yang dilakukan pelaku ekonomi lintas negara
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.

Manfaat perdagangan internasional


 Menjaga stabilitas harga
 Menambah devisa negara
 Memperluas lapangan lapangan kerja
 Transaksi teknologi memperluas pasar hasil produksi dalam negeri
 Peningkatan kualitas produk,meningkatkan daya saing negara di dunia internasional
 Serta mempererat persahabatan antarnegara dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Faktor Pendorong Kegiatan Perdagangan Internasional


 Perbedaan sumber daya alam
 Perbedaan sumber daya manusia
 Keuntungan dari adanya spesialisasi,selera,perbedaan teknologi
 Kemampuan negara memproduksi barang/jasa
 Perbedaan biaya produksi
 Perbedaan sosial dan kebudayaan.

Teori perdagangan internasional meliputi teori klasik (teori keunggulan mutlak dan teori
keunggulan kompratif) dan teori modern.

Kebijakan perdagangan internasional


adalah kebijakan pemerintah dalam mengatur proses pertukaran barang atau jasa antarpelaku
ekonomi lintas negara.
Kebijakan perdagangan internasional dapat di kelompokan dalam dua bagian, yaitu kebijakan
perdagangan internasional dalam bidang ekspor dan kebijakan perdagangan internasional dalam
bidang impor.

Tujuan kebijakan internasional


antara lain meningkatkan pertumbuhan ekonomi, melindungi produksi dalam negri menyehatkan
neraca pembayaran.

Alat pembayaran perdagangan internasional


antara lain uang tunai, barang, dan emas. Adapun pembayaran internasional berdasarkan
perkembanganya dapat dilakukan dengan cara pembayaran tunai, pengiriman wesel, letter of
credit, private compenstation.

 Neraca perdagangan merupakan catatan yang berisi nilai barang-barang yang di ekspor maupun
di impor oleh suatu negara.
 Devisa adalah sejumlah valuta asing yang dimiliki pemerintah atau swasta dan digunakan untuk
membiayai transaksi perdagangan internasional.

(BAB 9) KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL


Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional
Kerja sama ekonomi Internasional adalah hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya
dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip
keadilan dan saling menguntungkan.

Tujuan
 Memenuhi kebutuhan dalam negeri akan barang/jasa
 Memperluas pasar hasil produksi barang dan jasa atau memajukan perdagangan dunia
 Mendorong peningkatan produktivitas hasil produksi
 Memperluas lapangan kerja
 Menambah devisa negara
 Mendistribusikan manfaat sumber daya
 Mengurangi ketimpangan antara negara maju dan negara berkembang
 Mempercepat pembangunan ekonomi dunia
 Meningkatkan kualitas hidup bangsa-bangsa di dunia

Manfaat
 Memperkuat dan meningkatkan kerja sama ekonomi, perdagangan, dan investasi di antara
para anggota
 Meliberalisasi secara progresif dan meningkatkan perdagangan barang dan jasa, serta
menciptakan suatu sistem perdagangan yang transparan dan mempermudah investasi
 Menggali bidang-bidang kerja sama yang baru dan mengembangkan kebijakan yang tepat
dalam rangka kerja sama ekonomi di antara para anggota
 Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dari para anggota, dan menjembatani
kesenjangan pembangunan ekonomi di antara para anggota

Bentuk-Bentuk Kerjasama Ekonomi Internasional


1. Kerja Sama Ekonomi Bilateral
Kerja sama ekonomi bilateral adalah kerja sama ekonomi yang melibatkan dua negara dan bersifat
saling membantu.
Contoh: kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan Malaysia, Indonesia dengan Inggris, Indonesia
dengan Amerika, dan sebagainya.

2. Kerja Sama Ekonomi Regional


Kerja sama ekonomi regional adalah kerja sama ekonomi di antara beberapa negara yang berada di
kawasan tertentu.
Contoh: ASEAN, UNI EROPA, EFTA, APEC, AFTA, dan sebagainya.

3. Kerja Sama Ekonomi Multilateral/Internasional


Bentuk kerja sama ekonomi ini melibatkan banyak negara dan tidak terikat oleh batas region atau
wilayah atau kawasan negara tertentu.
Contoh: Kerja sama antara Indonesia, Prancis, Jepang, Korea, Singapura, dan sebagainya.

4. Kerja sama Ekonomi Antarregional


Kerja sama ekonomi antarregional yaitu kerja sama ekonomi di antara dua kelompok kerja sama
ekonomi regional.
Contoh: Kerja sama antara Uni Eropa dengan ASEAN.

Lembaga-Lembaga Kerjasama Ekonomi Internasional


a. World Bank (Bank Dunia)
Lembaga ini bertugas memberikan bantuan ekonomi untuk perbaikan usaha-usaha dalam bidang
pertanian, industri, jalan raya, dan pembangunan negara-negara di dunia.

b. ASEAN (Association of South East Asian Nation)


Kerja sama regional negara-negara Asia Tenggara di bidang seperti ekonomi, sosial, budaya dan
politik yang didirikan pada tanggal 8 agustus 1967 di Bangkok, Thailand.

c. WTO (World Trade Organization)


Bergerak di bidang perdagangan internasional untuk mempertahankan tata niaga internasional dan
mengatur perdagangan secara umum. Tujuan pembentukan WTO adalah menghilangkan atau
mengurangi tarif bea yang menghambat perdagangan antarnegara dan menyelesaikan sengketa
dagang di antara anggotanya.

d. AFTA (ASEAN Free Trade Area)


AFTA adalah kesepakatan perdagangan bebas antar negara-negara yang tergabung di dalam ASEAN.
Tujuan berdirinya AFTA adalah sebagai berikut: Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang merata
dan berkesinambungan. Meningkatkan ekspor dan impor Meningkatkan investasi bagi negara
ASEAN.

e. ASEM (Asian-European Meeting)


ASEM dibentuk untuk membicarakan permasalahan-permasalahan yang melibatkan negara-negara
Eropa dan Asia. Forum ini membahas berbagai hal yang tidak dibatasi tetapi selama ini
membicarakan aspek ekonomi, politik, startegi pertahanan, pendidikan, kebudayaan dan lingkungan
hidup.

f. APEC (Asia-Pasific Economic Coorporation)


APEC merupakan forum ekonomi untuk meningkatkan kerja sama dan liberalisasi perdagangan yang
meliputi semua ekonomi besar di wilayah Asia Pasifik. Pertama kali dibentuk pada tahun 1989, saat
pertemuan tingkat menteri Negara-negara Asia Pasifik diadakan di Canberra, Australia.

Bentuk Perjanjian Kerjasama Ekonomi Internasional


1. Preferential Trading Arrangements (PTA) atau Pakta Perdagangan antar Negara
Memberikan tingkat kemudahan atau preferensi dagang paling rendah yakni penurunan – bukan
penghapusan – hambatan tarif dengan cakupan jenis barang dan waktu yang terbatas.
Contohnya, Indonesia menandatangani PTA dengan Mozambik, memberikan penurunan tarif atau
bea masuk sekitar 217 pos tarif kepada Indonesia, diantaranya produk perikanan, buah-buahan,
minyak kelapa sawit, margarin, sabun, karet, produk kertas, alas kaki, dan produk tekstil. PTA bisa
dilakukan secara unilateral, semisal dalam bentuk Generalised System of Preferences (GSP) yang
diberikan AS kepada Indonesia, atau PTA resiprokal antara dua negara atau lebih.

2. Free Trade Agreements (FTA) atau Perjanjian Perdagangan Bebas


Memberikan penghapusan hambatan dagang secara bertahap dengan cakupan barang
dan jasa yang lebih luas dari PTA.
Contohnya: Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Free Trade Area (AFTA) yang membuat
negara-negara di Asia Tenggara bisa saling berdagang tanpa dihalangi oleh bea masuk.

3. Comprehensive Economic Partnership Agreements (EPA/CEPA) atau Persetujuan


Kemitraan Ekonomi Komprehensif
Mencakup penghapusan hambatan dagang untuk sebagian besar barang dan jasa, serta mengatur
kerja sama ekonomi lain seperti pergerakan tenaga kerja, investasi dan persaingan usaha. Hingga
kini, Indonesia tercatat paling banyak terlibat dalam FTA dan CEPA, dan saat ini hanya memiliki dua
PTA resiprokal yaitu dengan Pakistan dan Mozambik. Dalam perjanjian dagang model EPA/CEPA,
Indonesia bisa melibatkan diri secara mandiri seperti dalam Indonesia-Australia Comprehensive
Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), atau secara kolektif melalui ASEAN, seperti pada
ASEAN-China FTA (ACFTA). Misalnya, Regional Comprehensive Economic Cooperation (RCEP)
merupakan perjanjian kolektif via ASEAN yang bertujuan untuk mengkonsolidasi berbagai FTA
terdahulu yang sudah dimiliki ASEAN dengan mitra yang sama.

Anda mungkin juga menyukai