PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliah Kerja Profesi Teknik (KKPT) adalah pengaplikasian secara
menyeluruh, di bidang disiplin ilmu pengetahuan dari teori-teori yang
dimilikinya ke dalam sebuah wujud nyata pengabdian kepada masyarakat .
Kuliah Kerja Profesi Teknik (KKPT) merupakan program wajib yang
harus di tempuh mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk mengakhiri
studi strata I (S1), tentunya dengan persyaratan akademik yang
sebelumnya sudah di tentukan dan di penuhi oleh mahasiswa tingkat akhir
.
Kegiatan Kuliah Kerja Profesi Teknik (KKPT) sebagai program
intrakurikuler dilaksanakan sebagai salah satu perwujudan dan tridharma
perguruan tinggi. Pelaksanaan KKPT di samping dilakukan secara reguler,
juga dilaksanakan melalui program khusus sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada pada masyarakat. Kegiatan mahasiswa KKPT dilakukan
dengan proses pendampingan dan kontrol oleh Dosen Pembimbing
Lapangan (DPL) secara terprogram. Universitas Sintuwu Maroso Poso
melalui tridharma perguruan tinggi juga memiliki peran tanggung jawab
sosial dan permasalahan yang sedang dihadapi bangsa dan masyarakat saat
ini.
Kuliah Kerja Profesi Teknik mempunyai empat kelompok sasaran,
yaitu mahasiswa, masyarakat, pemerintah daerah, dan perguruan tinggi.
Bagi mahasiswa Kuliah Kerja Profesi Teknik mempunyai sasaran untuk
membina mahasiswa agar menjadi motivator dan inovator. Sasaran bagi
masyarakat dan Pemda adalah untuk memperoleh bantuan pemikiran,
tenaga, serta IPTEK dalam merencanakan dan melaksanakan
pembangunan. Sasaran bagi perguruan tinggi adalah untuk memperoleh
umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswa dalam masyarakat.
A. Sejarah Desa
Awalnya suku bangsa Wawongkota adalah nama utama dari suku Wanga,
namun dari Wawongkota telah terjadi perpisahan beberapa kelompok. Sebagian
penduduk Wawongkota turun gunung melewati wilayah Suku Dolupo, melalui
bukit Wawondoda lalu terus bermukim di tanah Belala dan menetap disana,
Kemudian mereka menamai diri mereka sebagai orang Belala atau Suku Belala
yang menguasai tanah di Solua. Keturunan laki-laki dari Suku bangsa ini ialah
Lama, Lamunde, Ladombe, Lumalo, Sangkalia, Angge, Bulage, Tomberenge,
Siganti, Siombo dan Tosubu.
Kemudian kelompok berikut nya yang masih bertahan di Wawongkota juga turun
gunung meninggalkan perkampungan itu melalui Rano Moana hingga tiba di
suatu tempat yang bernama Wanga, sehingga mereka menamai diri mereka
KKPT MEMBANGUN DESA UNSIMAR ANG. 03
5
sebagai Suku Wanga. Wanga pada zaman purbakala terletak di antara
Pandoralabu dan Pu'uwasu Matabomba. Pada tahun 1899, Marunduh
menyampaikan bahwa jumlah laki-laki potensial (Tadulako) dari kalangan suku
Wanga berjumlah 40 orang Tadulako dengan pemimpin atau Kabosenya bernama
Lagonda dan Lalenda adiknya. Lagonda pernah bermukim di Wawondumuku dan
menjadi Kepala Kampung disana. Beberapa turunan laki-laki dari Suku bangsa ini
yang masih ada hingga sekarang yakni Lalenda, Gintoe, Rumpa'oti, Puruku, dan
Linggupa, sementara keturunan laki-laki Suku Wanga yang menikah dengan Suku
Molio'a menurunkan Ue Bantulu, Lambengko, dan Lambei yang bermukim di
Tandainsule lalu pindah ke Talemboi. Nama-nama keturunan laki-laki yang ada
diatas adalah penduduk ENSA ASLI (UMBU WUTE ENSA). Kampung Ensa
mula-mula sekitar tahun 1900 berada di hamparan padang Tansoeli, terletak pada
sisi kanan sungai Laa dari arah kampung Suku Pada di Tombaincebe. Kampung
ini hanya terdapat 2 buah rumah besar, masing-masing rumah terdapat 5 sampai 7
kepala keluarga, pemimpin Ensa mula-mula bernama Lalenda. Namun Ensa
bukanlah tempat tinggal tunggal dari Suku Wanga karena mereka menyebar,
beberapa keluarga tinggal di Wanga dan Pandoralabu sedangkan seorang
Tadulako bernama Bansale bertahan di Minanga hingga ia mati disana.
Seiring berjalannya waktu Pada tahun 1941, Suku Belala yang berada dikampung
Solua dipanggil oleh Kepala Kampung Ensa saat itu untuk pindah ke Ensa dan
bergabung dengan mereka. Adapaun keluarga-keluarga dari kampong Solua yang
pindah ke Ensa pada tahun 1941 ialah Lama, Lamunde, Ladombe, Lumalo,
Sangkalia, Angge, Bulage, Tomberenge, Siganti, Siombo dan Tosubu. Kepala
Kampung Solua pada saat itu bernama Ue Lahoe Lamunda.
Kemudian pada tahun 1949, Suku Mosilu dari kampong Betania juga
pindah ke Ensa dibawah kepala kampong mereka yakni Ue Baholida Modaso.
Adapun keluarga-keluarga dari kampong Betania yang pindah ke Ensa sebagai
berikut : Keluarga Modaso, pombu, panggili, latampa, salumatondo, lore,
ponsedo, tohiuka, landusa, soloda, posawa, mena, saripa dll.
Pada Tahun 1953, kampong solua bersatu dengan kampong induk yakni
Ensa dibawa kepemimpinan Ue Lambei Siombo, bekas juru tulis dari Tadulako
Nto’alumi. Kemudian pada tahun 1955 Tokoh-Tokoh dari tiap kampong
mengadakan pertemuan dirumah Tadulako Nto’alumi guna membahas penyatuan
Kampung Kolaka & Kampung Betania yang direncanakan akan digabung dengan
kampong Ensa. Maka hasil pertemuan itu menyepakati bahwa pada tahun 1955 itu
juga akan diadakan pemilihan Kepala Kampung, ada dua tokoh yang menjadi
kandidat yakni Ue Lambei Siombo yang saat itu menjabat sebagai kepala
kampong Ensa dan Ue Bangkuwoli Kampua bekas penduduk kampong
Lembomanente yang pindah ke Mata Londi.
Maka hasil pemilihan kepala kampong saat itu dimenangkan oleh Ue Bangkuwoli
Kampua, maka sejak saat itu Kampung Betania dan Kolaka resmi bergabung
dengan kampong ensa dengan kepala kampong terpilih ialah Ue Bangkuwoli
kampua. Maka sejak saat itu di Kampung Ensa tidak ada lagi kampong dalam
kampong, semuanya menjadi Satu yakni Kampong Ensa dengan bermacam-
macam suku yang memiliki sejarahnya sendiri.
Dilihat dari topografi dan kontur tanah, Desa Ensa secara umum
berupa wilayah perbukitan dengan suhu rata-rata berkisar antara 29° - 30°
celcius. Desa Ensa terdiri dari 4 (empat) Dusun dan 8 (delapan) RT. Jarak
dari Ibu Kota Kecamatan ± 37 Km dengan waktu tempuh ± 80 menit dan
jarak dari Ibu Kota Kabupaten ± 72 Km dengan waktu tempuh ± 120 menit.
A. Program Kegiatan
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan di Desa Ensa, kami
memutuskan beberapa Program Kerja yang akan kami lakukan
menimbang situasi dan kondisi yang ada. Program Kerja yang kami
lakukan ini berdasarkan kebutuhan dari Pemerintah Desa Maupun
Masyarakat di Desa Ensa. Adapun Program-program kerja tersebut
adalah, sebagai berikut :
B. Waktu Kegiatan
Kegiatan Utama
1 Plang nama Jalan dan Tanggal: 18, 19, 20, 21, 22. Oktober 2022
Lorong
BAB IV
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I PENDAHULUAN
A. Sejarah Desa
B. Peta Desa
BAB III LAPORAN KEGIATAN
A. Program Kegiatan
B. Waktu Kegiatan
C. Hasil kegiatan yang dicapai
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran