DISUSUN OLEH
Kelompok II
Anite Karoba
Dimas Achmad Aliansyah
Ismael Serongon
Isna Ainurrohimah
Karmila Uduas
Rismawati Basri
Rispi aprilia Matarru
Tamara Vanesha
UNIVERSITAS CENDRAWASIH
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
2022/2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..1
BAB I PENDAHULU………………………………………………………………...2
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………2
1.2 METODE PEMBAHASAN……………………………………………………...3
1.3 RUMUSAN MASALAH ………………………………………………………...3
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..4
2.1 PENGERTIAN ADOPSI ANAK INTERNASIONAL…………………………4
2.2 PENGANTURAN DAN PROSES PELAKSANAAN PENGANGKATAN
ANAK INTERNASIONAL………………………………………………………….4
2.3 PROSES PELAKASANAAN PENGANGKATAN ANAK
INTERNASIONAL DI INDONESIA……………………………………………….5
BAB 3 PENUTUP………….…………………………………………..……………15
3.1 KESIMPULAN …………………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….………...….17
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena at
as berkat, rahmatdan pertolongan-Nya kami bias menyelesaikan makalah
ini.
Makalah ini kami buat memenuhi tugas dari dosen.Makalah ini membaha
s tentang “PENDIDIKAN DAN PERILAKU KESEHATAN”, semoga de
ngan makalah yang kami susun ini kita sebagai mahasiswa FKM UNCEN
dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita.
Kami mengetahui bahwa makalah yang kami susun ini masih sangat jauh
dari sempurna, maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran
dari bapak selaku dosen kami serta teman-teman sekalian, karena kritik d
an saran itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar.Semo
ga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita s
emua, akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULU
Anak merupakan anugerah terindah yang tidak tergantikan dalam sebuah keluarga.
Mengangkat anak dapat dikatakan sebagai upaya mempertahankan keutuhan ikatan
perkawinan yang sejatinya memiliki kekhawatiran akan terjadinya ketidakharmonisan
suatu perkawinan dan suatu keluarga karena tidak adanya keturunan. Adopsi berasal
dari kata adoptie (Bahasa Belanda) atau adopt(adoption) dalam Bahasa Inggris yang
berarti pengangkatan anak (R. Soeroso, 2007: 174). Istilah terkait pengangkatan anak
juga dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu adoptant (yang melakukan adopsi) dan
adoptandus (anak yang akan diadopsi).Anak angkat adalah anak orang lain yang
diambil (dipelihara) serta disahkan secara hukum sebagai anak sendiri.Pengangkatan
anak internasional dapat diartikan WNA (orang asing) yang mengangkat anak
Indonesia.Orang asing dapat diberi pengertian yaitu orang yang bukan Warga Negara
Indonesia (WNI) dan sedang berada di Indonesia.Sehubungan dengan pengertian itu,
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia menyebutkan setiap orang yang bukan Warga Negara Indonesia
diperlakukan sebagai orang asing.Berdasarkan prinsip Undang-Undang, orang asing
yang berada di Indonesia dapat menjadi WNI (Gatot Supramono, 2012:
5).Pemantauan Pelaksanaan Hak-Hak Anak di Tempat Pemantauan pelaksanaan hak-
hak anak di tempat tinggal setelah pelaksanaan adopsi internasional warga negara
Indonesia pelaksanaan adopsi internasional warga negara Indonesia.Adopsi
Internasional (intercountry adoption) cenderung dilihat sebagai praktik yang dibuat
untuk memuaskan keuntungan finansial sedangkan kenyataannya praktiknya
ditujukan untuk memenuhi cinta kasih untuk anak.Tujuan terbesar dalam
pengangkatan anak adalah untuk semata-mata meningkatkan kesejahteraan anak
angkat itu sendiri terutama dalam kedudukannya mendapatkan hak dan memenuhi
kewajibannya.
Jurnal Privat Law Vol.VII No 1 Januari-Juni 2019 Pemantauan Pelaksanaan
Hak-Hak Anak di Tempat ...
Salah satu kodrat yang diberikan oleh Tuhan YME kepada manusia adalah berkemban
g biak atau meneruskan keturunan salah satu tujuan hidup berkeluarga adalah untuk m
eneruskan keturunan.
Masing masing orang memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam rangka meneruskan k
eturunannya, tergantung dari budaya, agama atau pandangan hidup yang mereka anut.
Tuhan memang seringkali memberikan anugrah kebahagiaan bagi pasangan rumah ta
ngga yaitu berupa keturunan, akan tetapi tidak semua pasangan rumah tangga dapat di
karunia keturunan. Di satu sisi alangkah sepi dan sedihnya pasangan yang belum di ka
runiai keturunan apalagi yang sudah menikah bertahun-tahun. Di sisi lain banyak terd
apat anak-anak yang membutuhkan perindungan baik secara psikis atau secara ekono
mi, atau membutuhkan ke duaduanya baik secara pikis atau ekonomi.
Biasanya anak yang membutuhkan perlindungan secara psikis biasanya mereka lahir d
i luar perkawinan dan anak yang membutuhkan perlindungan secara ekonomi biasany
a anak tersebut terlahir dari orang tua yang tidak mampu secara ekonomi. Adapun yan
g membutuhkan perlindungan secara psikis maupun ekonomi yaitu anak-anak yang ke
hilangan keluarganya karena menjadi korban peperangan atau bencana alam.
Ada dua permasalahan utama yang dibahas dalam penelitian ini adalah
1) Bagaimanakah pengaturan dan proses pelaksanaan pengangkatan anak Internasiona
l di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
C. Persyaratan Administratif
Persyaratan nya sebagai berikut:
a/. Surat keterangan sehat Calon Orang Tua Angkat ( COTA ) dari rumah sakit pemerintah.
b/. Surat keterangan kesehatan dari dokter
Spesialis jiwa pemerintah yang berisi Calon Orang Tua Angkat ( COTA ) tidak memiliki
gangguan kesehatan jiwa.
c/. Surat keterangan tentang fungsi organ reproduksi Calon Orang Tua Angkat ( COTA)
dari dokter spesialis obstetri dan Ginekologi Rumah sakit pemerintah.
d/. Akte kelahiran Calon Orang Tua Angkat ( COTA ) di negara asal dikeluarkan nya surat
tersebut.
e/. Photo copy paspor, Kartu Ijin Tinggal Terbatas ( KITAS ), kartu ijin tinggal tetap
( KITAP ), dan surat keterangan tempat tinggal.
f/. Photo copy KTP orang tua kandung, Photo copy kartu keluarga orang tua kandung, surat
keterangan identitas agama orang tua kandung, dan penetapan pengadilan tentang agama.
g/. Surat Keterangan Catatan Kepolisian ( SKCK ) Calon Orang Tua Angkat dari MABES
POLRI.
h/. Photo copy akte perkawinan yang dilegalisir di negara asal dikeluarkan nya surat
tersebut.
i/. Photo copy akte kelahiran anak kandung Calon Orang Tua Angkat ( COTA ) jika Calon
Orang Tua Angkat tersebut memiliki anak.
j/. Keterangan penghasilan dari tempat bekerja Calon Orang Tua Angkat yang dilegalisir
oleh Kedutaan besar negara Calon Orang Tua Angkat, dilihat dan dicatat dideplu dan
diphukham.
k/. Surat pernyataan persetujuan CCA di atas kertas bermaterai cukup bagi anak yang
mampu menyampaikan pendapat nya dan hasil laporan Pekerja Sosial.
l/. Surat ijin dari orang tua/Wali di atas kertas bermaterai.
m/. Surat pernyataan di atas kertas bermaterai yang menyatakan bahwa pengangkatan anak
untuk kesejahteraan, perlindungan anak, dan demi kepentingan terbaik anak.
n/. Membuat pernyataan tertulis di atas kertas bermaterai yang menyatakan bahwa akan dan
bersedia melaporkan perkembangan anak kepada Departemen Luar Negeri Indonesia
melalui perwakilan RI setempat setiap tahun hingga anak berusia 18 tahun.
o/. Membuat surat pernyataan di atas kertas bermaterai yang menyatakan bahwa dalam hal
CCA dibawah ke luar negeri Calon Orang Tua Angkat harus melaporkan ke Departemen
Sosial dan keperwakilan RI terdekat dimana mereka akan tinggal setelah tiba di negara
tersebut.
p/. Surat pernyataan di atas kertas bermaterai yang menyatakan bahwa Calon Orang Tua
Angkat bersedia dikunjungi oleh perwakilan RI setempat untuk melihat perkembangan
anak sampe berusia 18 tahun.
q/. Surat pernyataan dan jaminan Calon Orang Tua Angkat secara tertulis di atas kertas
bermaterai yang menyatakan bahwa seluruh dokumen yang diajukan adalah sah dan sesuai
fakta yang sebenarnya.
r/. Surat pernyataan di atas kertas bermaterai yang menyatakan bahwa akan memperlakukan
anak angkat dan anak kandung tanpa diskriminasi sesuai dengan hak-hak dan kebutuhan
anak di atas kertas bermaterai.
s/. Surat pernyataan di atas kertas bermaterai yang menyatakan bahwa Calon Orang Tua
Angkat akan memberitahukan kepada anak angkatnya tentang asal usulnya dan orang tua
kandung nya dengan memperhatikan kesiapan hati anak.
t/. Surat ijin dari pemerintah negara asal Calon Orang Tua Angkat yang dilegalisir
departemen luar negeri setempat.
u/. Persetujuan dari keluarga Calon Orang Tua Angkat yang dilegalisir di negara asal
dikeluarkan nya surat tersebut.
v/. Laporan sosial mengenai CAA yang dibuat oleh Pekerja Sosial Lembaga Pengasuhan
Anak.
w/. Surat penyerahan anak dari ibu kandung kepada rumah
sakit/Kepolisian/Masyarakat/yang dilanjutkan dengan penyerahan anak kepada Instansi
sosial.
x/. Surat penyerahan anak dari Instansi sosial kepada Lembaga Pengasuhan Anak.
y/. Laporan sosial mengenai Calon Orang Tua Angkat dibuat oleh pekerja sosial Instansi
sosial.
z/. Surat keputusan Ijin Asuhan yang ditanda tangan Direktur Jenderal Pelayanan dan
Rehabilitas Sosial atas nama Menteri sosial RI tentang pemberian izin pengasuhan
sementara.
A): laporan sosial dari pekerjaan sosial Instantis sosial propinsi dan pekerjan sosial Lembang
pengasuhan anak mengenai perkembangan anak selama diasuh sementara oleh COTA.
a): foto CAA bersama COTA.
b): surat keputusan TIM PIPA. tentang pertimbangan izin pengangkatan anak:dd.surat
keputusan menteri sosial c.q Direktur jenderal pelayanan dan Rehabilitas sosial tentang
pemberian izin pengangkatan anak untuk proses lebih lanjut dipengadilan dan
c): netapan pengadilan bahwa status CAA sebagai anak terlantar.
B).menteri c.q Direktur pelayanan sosial anak menugaskan pekerjaan sosial instansi sosial
untuk melakukan penilaian kelayakan COTA dengan dilakukuan kunjungan rumah kepala
keluarga COTA.
C).Direktur pelayanan sosial anak atas nama menteri sosial cq Direktur jenderal pelayanan
dan.Rehabilitas sosial mengeluarkan surat keputusan izin pengasuhan sementara kepada
COTA melalui Lembaga pengasuhan anak.
D).penyerahan anak dari Lembaga pengasuhan anak kepada COTA.
E).bimbingan dan pengawasan dari pekerjaan sosial selama pengasuhan sementara.
F).COTA mengajukan permohonan izin pengangkatan anak disertai pernyataan mengenai
motivasi pengangkatan anak kepada menteri sosial di kertas bermaterai cukup
G).kunjungan rumah oleh pekerja sosial Departemen sosial dan Lembaga pengasuhan anak
untuk mengetahui perkembanga CAA Selama diasuh COTA.
H).Direktur pelayan sosial anak membahas hasil penilaian kelayakan COTA , dan memeriksa
serta meneliti berkas/dokumen. Permohonan Pengangakatan anak dalam Tim PIPA.
I).Diterbitkannya surat rekomendasi dari Tim PIPA tentang penrizinan pertimbangan
pengangkatan anak.
J).menteri sosial c.q,Direktur jenderal pelayanan dan Rehabilitas sosial mengeluarkan surat
izin pengangkatan anak untuk ditetapkan di pengadilan.
K).Apabila permohonan pengangkatan anak di tolak maka anak akan di kembalikan kepada
orang tua kandung/wali yang sah/kerabat. Lembaga pengasuhan anak atau pengasuha
alternatif lain sesaui dengan kepentingan terbaik anak.
Tim Pertimbangan Perizinan Pengangkatan Anak yang selanjutnya disebut Tim PIPA adalah s
uatu wadah pertemuan koordinasi lintas instansi secara komprehensif dan terpadu guna
memberikan pertimbangan pemberian izin pengangkatan anak) Keanggotaan TIM
PIPA sebagaimana terdiri atas unsur Instansi/Lembaga terkait yang meliputi
wakil-wakil dari :
a. Wakil dari Kementerian Sosial
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan pengangkatan anak;
2. Meneliti dan memeriksa keabsahan serta kelengkapan dokumen
persyaratan pengangkatan anak yang diajukan oleh COTA;
3. Menelaah permohonan izin pengangkatan anak oleh COTA;
4. Memeriksa hasil kunjungan rumah I (pertama) keluarga COTA;
5. Meneliti keabsahan Surat Keputusan Izin Asuhan yang ditandatangani
oleh Pejabat Eselon II yang menangani bidang pengangkatan anak;
6. Memeriksa hasil kunjungan rumah II (kedua) keluarga COTA setelah 6
bulan dalam asuhan keluarga COTA;
7. Menyelenggarakan sidang TIM PIPA; dan
8. Meneruskan rekomendasi hasil sidang Tim PIPA kepada Menteri.
b. Wakil dari Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Meneliti dan memeriksa keabsahan serta kelengkapan dokumen persyaratan
pengangkatan anak yang diajukan oleh COTA sesuai dengan lingkup tugasnya, antara lain : m
eneliti dan memeriksa surat pernyataan bahwa COTA akan
memperlakukan anak angkat dan anak kandung tanpa diskriminasi sesuai dengan hak-hak dan
kebutuhan anak.
c. Wakil dari Kementerian Hukum dan HAM
a. Meneliti dan memeriksa keabsahan dokumen COTA;
b. Merekomendasikan kepada Kementerian Sosial untuk mengajukan permohonan ke
Direktur Jenderal Imigrasi, agar anak yang sedang dalam proses pengangkatan anak tidak dite
rbitkan paspornya;
c. Meneliti legalisasi tanda tangan pejabat pemerintah dan pejabat umum yang diangkat oleh
pemerintah, terhadap dokumen yang akan dipergunakan di Negara lain; dan pejabat Kementer
ian Luar Negeri terhadap dokumen asing yang akan dipergunakan di Indonesia.
d. Wakil dari Kementerian Luar Negeri
1. Meneliti dan memeriksa keabsahan dokumen COTA,antara lain surat
pernyataan kesamaan status dan hak anak angkat dengan anak kandung; surat pernyataan moti
vasi pengangkatan anak yang diketahui oleh perwakilan asing asal COTA; copy akte kelahira
n suami dan isteri yang disahkan oleh Notaris dan Perwakilan Republik Indonesia
dinegara COTA berasal; paspor dan keterangan izin tinggal suami Pengangkatan Anak Intern
asional Di Indonesia 236dan/atau isteri; surat keterangan penghasilan suami dan isteri yang di
sahkan oleh perwakilan Republik Indonesia di negara COTA berasal; surat pernyataan persetu
juan adopsi dari pihak keluarga isteri yang disahkan oleh Notaris dan perwakilan Republik In
donesia di negara COTA berasal; surat kelayakan untuk mengangkat anak
dari perwakilan asing asal COTA atau instansi yang berwenang dari negara yang bersangkuta
n; dan surat pernyataan akan menghubungi perwakilan Republik Indonesia dimana COTA tin
ggal.
2. Melegalisasi pengesahan tanda tangan pejabat Kementerian Hukumdan HAM;
3. Melegalisasi pengesahan dokumen yang berasal dari luar negeri oleh KBRI dan KJRI untu
k kemudian dibawa ke Indonesia;
4. Dokumen disahkan oleh Direktorat Konsuler Kementerian Luar Negeri;
5. Merekomendasikan kepada Kementerian Sosial untuk melakukan koordinasi dengan perwa
kilan Republik Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri untuk kunjungan rumah kepada k
eluarga COTA di negara asal COTA yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang pada perw
akilan Republik Indonesia di luar negeri.
3.1 KESIMPULAN
1. Meskipun adopsi terhadap anak bisa memberikan keuntungan dan manfaat tidak hanya
kepada anak tersebut dan keluarga yang mengadopsinya (Smolin, 2005: 403),namun kritik
terhadap pelaksanaan adopsi anak antar negara cukup tajam,yang berpendapat bahwa itu
merupakan bentuk dari penjajahan modern,yang mengijinkan kebudayaan negara maju
menggilas kebudayaan negara miskin dan negara sedang berkembang,termasuk sumber daya
manusianya yaitu anak-anak (Martin,2007: 173-216).Bahkan ada yang berpendapat bahwa
adopsi anak antar negara adalah berkaitan erat dengan perdagangan anak atau penjualan bayi
(Smolin, 2004: 281– 313).Saat ini,adopsi anak antar negara telah berevolusi dan semakin
diterima luas oleh masyarakat, terutama mereka yang tidak memiliki anak dan ingin
membentuk keluarga (Kleiman,1997: 333). Pengaturan pengangkatan anak internasional
dapat jumpai di berbagai peraturan yang berkaitan dengan adopsi yaitu Pembukaan UUD RI
1945,Konvensi hak hak anak,pasal 21,SEMA No.6 Tahun 1983 tentang penyempurnaan
SEMA no.2 tahun 1979 tentang pengangkatan anak jo SEMA No.4 Tahun 1989,UU NO 1 /
2016 Tentang Perlindungan anak (UUPA) yaitu bagian Pengangkatan anak diatur dalam Pasal
39 – 41 UUPA,UU NO 12/2006 TTG Kewarganegaraan,SEMA no.3 tahun 2005 tentang
pengangkatan anak,Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2007 tentang
pelaksanaan pengangkatan anak,Peraturan Menteri Sosial RI No.110/HUK/2009 tentang
persyaratan pengangkatan anak,Peraturan Menteri Sosial RI No.37/HUK/2010 tentang
pertimbangan Perijinan pengangkatan anak pusat,Kompilasi Hukum Islam,bagian hak anak
angkat atas biaya sehari hari dan biaya pendidikan,serta hat atas wasiat wajibah baik untuk
orang tua angkat maupun anak angkat.
4. Salah satu jalan keluar dalam mengatur adopsi anak antar negara adalah dengan membuat
perjanjian kerjasama bilateral antara negara miskin dan negara sedang berkembang dengan
negara maju yang terlibat dalam adopsi anak antar negara,misalnya Amerika Serikat yang
merupakan negara paling banyak melakukan adopsi anak antar negara.18
DAFTAR PUSTAKA
Kanun Jurnal Ilmu HukumWardah No. 54, Th. XIII (Agustus, 2011), pp. 133-142.
Mashuril Anwar,M.Ridho Wijaya,Jurnal Hukum, Vol. 2 No. 2, 2019, hlm. 267,
UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan PP Nomor 9 tahun 1975 tentang Peraturan
Pelaksana Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974
SEMA RI Nomor 6 tahun 1983 tentang Penyempurnaan Surat edaran no.2 tahun
1979, beserta lampirannya
SEMA RI Nomor 4 tahun 1989 tentang Pengangkatan anak Keputusan menteri Sosial
RI nomor 41/Huk/Kep/VII/1984 tanggal 14 juli tentang Petunjuk Pelaksanaan
Perijinan Pengangkatan Anak Intruksi Presiden Repubik Indonesia
Nomor 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam di Indonesia