Anda di halaman 1dari 16

Shalat Yang Diterima Tuhan

Saya akan memulai pembahasan ini dengan hadis-hadis Rasulullah


saw. Yang ada hubunganya dengan salat dan ada pula hubungannya
dengan kemasyarakatan.

Dalam sebuah hadis, disebutkan bahwa Rasulullah saw. Pernah


bersabda: “Akan datang suatu zaman, orang-orangnya berkumpul di
masjid berjamaah tetapi tidak seorangpun di antara mereka yang
mukmin.”

Dalam hadis lain, yang dimuat didalam kitab Kanzul ‘Ummal,


Rasulullah saw. Juga bersabda: “ nanti akan datang suatu zaman;
seorang muazin berazan, kemudian orang-orang menegakkan shalat,
tetapi diantara mereka tidak ada yang mukmin”.(hadis no.3110)

Sabda-sabda Rasulullah yang mulia di atas menarik bagi kita karena


ada sekelompok orang berjamaah melakukan salat tetapi tak ada
seorangpun di antara mereka yang mukmin.

Pada gilirannya muncul sebuah pertanyaan di benak kita, “mengapa


salat yang mereka lakukan tidak di anggap sebagai tanda seorang
yang mukmin? Dan mengapa orang yang salat di masjid itu tidak
dihitung sebagai orang yang mukmin?”

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan menunjukan


tanda-tanda orang mukmin itu. Salat bukanlah tanda bahwa
seseorang dianggap mukmin, tetapi salat merupakan tanda bahwa
dia sebagai orang muslim. Oleh karena itu, tanda seorang mukmin
ialah salat ditambah dengan yang lain-lain.

Saya ingin menyebutkan karakteristik orang mukmin yang dimuat


dalam Shahih Bukhari, bahwa Rasulullah yang mulia bersabda:

1. Barangsiapa yang beriman (mukmin) kepada Allah dan Hari


Akhir, hendaknya dia menghormati tetangganya.

2. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir,


hendaknya dia senang menyambungkan tali persaudaraan.

3. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir,


hendaknya dia berbicara yang benar, dan kalau tidak mampu bicara
dengan baik, makalebih baik ia berdiam diri.

4. Tidak dianggap sebagai orang beriman, apabila kamu tidur dalam


keadaan kenyang sementara para tetangga kamu kelaparan di
samping kamu. Laisal mu’minu aladzi yasybau wa jaaruhu ja’iun ila
janbihi

Dengan hanya mengambil empat buah hadis itu anda melihat bahwa
tanda seorang mukmin itu terlihat dari tanggung jawabnya di
tengah-tengah masyarakatnya.

Kalau dia menghormati tetangganya, kalau dia menyambungkan tali


persaudaraan, dan kalau dia berbicara benar atau memiliki
keprihatinan di antara penderitaan  yang dirasakan oleh saudara di
sekitarnya, maka baru boleh dikatakan bahwa dia adalah seorang
mukmin.

Jadi, dengan kata lain, Rasulullah saw. Menyebutkan bahwa nanti


akan datang suatu zaman yang orang-orangnya berkumpul di masjid
untuk mendirikan salat tetapi tidak akur dengan tetangganya, yaitu
tidak menyambungkan tali persaudaraan di antara kaum muslim. Dia
menyebarkan fitnah dan tuduhan yang tidak layak terhadap kaum
muslim. Mereka melaksanakan salat tetepi tidak sanggup
mengatakan kalimat yang benar. Mereka melakukan salat tetapi
acuh tak acuh dengan penderitaan yang dirasakan sesamanya. Kata
Rasulullah, mereka adalah orang-orang yang melakukan salat, akan
tetapi tidak diterima salatnya.

Rasulullah saw. Juga pernah bersabda: “ada dua orang umatku


melakukan salat, yang rukuk dan sujudnya sama, akan tetapi nilai
salat kedua orang itu jauhnya antara langit dan bumi.”?

Dalam hadis qudsi, juga disebutkan tentang orang yang diterima


salatnya oleh Allah SWT:

Sesungguhnya Aku (Allah SWT) hanya akan menerima salat dari


orang yang dengan salatnya ia merendahkan diri ke hadapan-Ku. Ia
tidak sombong dengan makhluk-ku yang lain. Ia tidak mengulangi
maksiat kepada-ku. Ia menyayangi orang-orang yang miskin dan
orang-orang yang menderita. Aku akan tutup salat orang itu dengan
kebesaran-Ku. Aku akan suruh malaikat untuk menjaganya; orang itu
akan memperkenankanya. Perumpamaan dia dengan makhluk-Ku
yang lain adalah seperti perumpamaan firdaus di surga.

Dalam hadis tersebut disebutkan bahwa tanda-tanda orang yang


diterima salatnya oleh Allah SWT. Pertama, dia datang untuk
melaksanakan salat dengan merendahkan diri kepada-Nya. Dalam al-
Quran, keadaan seperti itu disebut dengan istilah khusyu’. Dan salat
yang khusyu’ adalah salah satu tanda orang yang mukmin. Yang
disebut dengan salat khusyu’ itu bukan yang tidak ingat apa pun.
Karena yang tidak apapun itu disebut pingsan

Diriwayatkan bahwa Sayyidina Ali bi Abi Thalib k.w. kalau beliau


hendak melakukan salat tubuhnya gemetar dan wajahnya pucat
pasi. Sehingga ketika ada orang yang bertanya kepadanya,”mengapa
anda ya amirul mukminin?”

Sayyidina Ali menjawab,”engkau tidak tahu bahwa sebentar lagi aku


akan menghadapi waktu amanah.” Kemudian sayyidina Ali
membacakan sebuat ayat Al-Qur’an:

Sesungguhnya kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi,


dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh menusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan amat bodoh. (QS 33;72)

Kemudian sayyidina Ali melanjutkan ucapannya, “salat adalah suatu


amanat Allah yang pernah ditawarkan kepada langit, bumi, dan bukit
untuk memikulnya, tetapi mereka menolaknya dan hanya manusia
yang sanggup memikulnya. Memikul amanat mengabdi kepada-Nya.

Kedua, dia tidak sombong dengan makhluk-Ku yang lain. Jadi, anda
orang yang diterima salatnya ialah tidak takabur. Takabur, menurut
Al-Ghazali, ialah sifat orang yang merasa dirinya lebih besar dari
pada orang lain. Kemudian ia memandang enteng orang lain itu.
Boleh jadi karena ilmu, amal, keturunan, kekayaan, anak-buah dan
kecantikannya.

Kalau anda merasa besar karena memiliki hal-hal itu dan


memandang enteng orang lain, maka anda sudah takabur. Dan salat
anda tidak diterima. Bahkan dalam hadis lain, disebutkan bahwa
Rasulullah saw. Bersabda: ”tidak akan masuk surga seseorang yang
didalam hatinya ada rasa takabur walaupun sebesar debu saja”.

Biasanya masyarakat akan menjadi rusak kalau di tengah-tengah


masyarakat itu ada orang yang takabur. Kemudian takabur itu
ditampakkan untuk memperoleh perlakuan yang istimewa. Dan
anehnya, seringkali sifat takabur menghinggapi para aktivis masjid
atau akitvis kegiatan keagamaan. Mereka biasanya takabur dengan
ilmunya dan menganggap dirinya yang paling benar.

Ketiga, tanda orang yang diterima salatnya ialah orang yang tidak
mengulangi maksiatnya kepada Allah SWT. Nabi yang mulia
bersabda: “barangsiapa yang salatnya tidak mencegahnya dari
kejelekan dan kemungkaran, maka salatnya hanya akan menjauhkan
dirinya dari Allah SWT.”Dalam hadis yang lain, Rasulullah saw.
Mengatakan: “nanti pada hari kiamat ada orang yang membawa
salatnya di hadapan Allah. Kemudian salatnya diterima dan dilipa-
lipat seperti dilipat-lipatnya pakaian yang kotor dan usang. Lalu salat
itu dibantingkan ke wajahnya.”

Allah tidak menerima salat itu karena salatnya tidak dapat mencegah
perbuatan maksitnya setelah ia melakukan maksiat tersebut.
Bukankah al-Qur’an telah mengatakan

… sesungguhnya salat mencegah dari perbuatan perbuatan keji dan


mungkar…. (QS 29:45)

Keempat, orang yang diterima salatnya ialah orang yang menyayangi


orang-orang miskin. Kalau diterjemahkan dengan kalimat modern
ialah orang yang mempunyai solidaritas social. Dia bukan hanya
melakukan ruku’ dan sujud saja, tetapi dia juga memikirkan
penderitaan sesamanya. Dia menyisihkan sebagian waktu dan
rizkinya untuk membahagiakan orang lain.

Kalau dalam salat anda, anda sudah merasakan kebesaran Allah dan
tidak takabur, dan kalau anda sudah tidak mengulangi perbuatan
maksiat sesudah salat; dan kalau anda sudah mempunyai perhatian
yang besar terhadap kesejateraan orang lain, maka Allah akan
melindungi anda dengan jubah kebesaran-Nya Allah akan
memberikan kepada anda kemulian dengan kemuliaan-Nya, dan
akan membungkus anda dengan busana kebesaran-Nya. Di samping
itu, Allah akan menyuruh para malaikat untuk menjaga anda; dan
para malaikat itu akan berkata sebagaimana yang disebutkan dalam
Al-Qur’an

Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan


akhirat; di dalamnya kamu mempreoleh apa yang kamu inginkan dan
memperoleh (pula) di dalamnya apa yang telah dijanjikan oleh Allah
kepadamu (QS 41:31)
sumber: At-tanwir
Content Copyright© 2010 Prof. Dr. Jalaluddin Rakhmat, Msc
Design by AlmunawwarahTeam

judul : Mencari kenikmatan shalat


Saya diminta untuk berbicara tentang nikmat salat. Terlebih dahulu
kita akan bertanya, “di mana letak kenikmatan salat itu?

Ada kawan saya yang telah mendatani beberapa guru, belajar


beberapa aliran tarekat, dengan maksud ingin merasakan
kenikmatan salat. Dia pernah hadir dalam sebuah pengajian. Dari
gurunya, dia diberi bermacam macam bacaan yang harus diucapkan
sebelum salat; agar salatnya memperoleh kekhusyukan dan
kenikmatan

Dia salat bersama kawannya yang lain. Semua orang menangis


terisak isak waktu salat. Dia sendiri tidak bias menangis. Dia
memandang kenikmatan salat itu berasal dari tangisan. Makin keras
menangis diwaktu salat, makin banyak air mata keluar, makin terasa
salat itu nikmat baginya.

Kawan saya ini, seorang purnawerawan, sukar sekali menangis kalau


salat. Tetapi dia bercerita kepada saya bahwa dia mudah menangis,
kalau dia meliaht dalam televisi atau mendengar radio seorang anak
manusia yang menderita karena dianiaya atau disakiti hatinya. Dia
memperoleh kenikmatan dalam menangis itu, tetapi tangisan yang
sama tidak bias dia keluarkan ketika dia salat.

Kawan saya itu bertanya bagaimana caranya menangis dengan keras


dalam salat. Dia ingin merasakan kenikmatan salatnya. Pada saat itu
saya katakana kepadanya, “bapak lebih baik menangis ketika melihat
penderitaan orang lain ketimbang menangis pada waktu salat.
Menangis yang pertama lebih bermanfaat ketimbang menangis yang
kedua.  Menangis di waktu salat mungkin hanya menguntungkan diri
anda saja. Boleh jadi, tidak ada bekasnya sesudah itu.

Kawan saya lalu bercerita “betul saya pernah menyaksikan


seseorang dalam rombongan jamaah haji. Ketika dia salat di masjidil
haram, dia menangis keras. Tetapi begitu keluar dari masjid! Haram,
dia tertawa terbahak-bahak. Tidak tampak bekas tangisan itu di luar
masjidil haram itu.”

Buat saya, kenikmatan salat tidak diukur dengan kemempuan


menanis. Memang tidak ada jeleknya menangis ketika salat. Nabi
sendiri mengajarkan kepada kita untuk menangis. Beliau bersabda:
“kalau kamu tidak bisa menangis, maka usahakan supaya kamu
dapat menangis”.

Siti aisayah pernah bercerita bahwa di tengah malam, pernah


Rasulullah saw bangun. Dia menemuinya dan mengatakan :”hai
aisyah, izinkanlah saya beribadah pada tuhanku”. Aisyah berkata,
“Ya rasulullah, aku senang engkau dekat denganku. Tetapi aku juga
lebih senang jika engkau beribadah kepada tuhanmu.” Lalu
Rasulullah mengambil wadah air satu satunya perkakas rumah
tangga di rumanya untuk berwudu dan melakukan salat.

Siti aisyah bercerita, baru saja rasuullah mengangkat tangannya,


ketika dia memasuki surah yang dibacanya, rasulullah terisak isak
menagis. Bilal bertanlya, “Ya Rasulullah, mengapa engaku mengais
padahal Allha telah mengampui dosa dosamu baik yang terdahulu
maupun yang kemudian?” waktu itu Rasulullah menjawab,
“bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur?”

Kemudian rasulullah bersabda:”pada malam ini turun satu ayat al-


Quran. Celakalah orang yang membaca ayat al-Quran ini, tapi tidak
merenungkan maknyanya. Kemudian Rasulullah membacakan ayat:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih


bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal. (QS 3:190)

Rasulullah saw salat dalam keadaan menangis. Para awliya’, orang


orang saleh juga menangis pada waktu salat. Kita juga dianjurkan,
kalau bisa, salat dalam keadaan menangis.

Karena orang melihat contoh dari Rasulullh saw, sahabat, dan para
kekasih Allah, maka mereka menduga bahwa kenikmatan salat
hanya terletak pada tangisan. Kalau dia tidak bisa menangis pada
waktu salat, maka orang membuat cara bagaimana membuat
suasana agar bisa menangis ketika berdoa. Sehingga ada yang kita
sebut rekayasa spiritual

Dahulu dan mungkin belakanan ini ada anak anak muda yang dididik
dalam training training; apakah itu pesantren kilat, atau studi islam
intensif, atau apa saja namanya. Pada hari terakhir acara biasanya,
pada tengah malam, diadakanlah apa yang disebut renungan suci.
Renungan suci ini dinilai berhasil apabila semua peserta menangis
terisak-isak. Lebih berhasil lagi kalau dia menangis histeris dan
sesudah itu dia dirawat di rumah sakit jiwa.

Mereka berkata bahwa dengan tangisan itu orang merasakan


kenikmatan salat. Sekali lagi, itu tidak salah. Kalau bisa menangislah
ketika salat itu. Sadari segala dosa-dosa dan perbuatan yang tercela.
Mohonkan ampunan di waktu salat.

Akan tetapi, biasanya dari pengalaman banyak orang dan juga


dicontohkan oleh Rasulullah saw, salat dengan menangis itu
umumnya hanya bisa dilakukan kalau kita sedang melakukan salat
malam. Saya belum membaca keterangan hadis Rasulullah saw
bahwa beliau menangis pada waktu salat fardu. Kita hanya
mendengar riwayat tangisan Rasulullah itu ketika beliau melakukan
salat sunat, terutama sekali salat malam.

Nabi mengajarkan kepada kita bagaimana cara menangis ketika Salat


malam. Akan saya sampaikan apa yang diajarkan oleh Rasulullah.
Dan lakukanlah apa yang diajarkan oleh Rasulullah itu. Saya
menjamin bahwa saudara akan terisak-isak menangis ketika
melakukannya.

Pertama, ketika salat malam, salatlah dua rakaat, dua rakaat, karena
Rasulullah saw paling sering melakukan salat malam dua rakaat.
Sesudah empat kali dua rakaat, anda lakukan lagi salat dua rakaat
lagi yang disebut dengan salat syafa’. Pada rakaat pertama, anda
baca surah al-fatihah dengan al-kafirun; dan pada rakaat yang kedua,
anada baca surah al-fatihah dengan al-iklas. Kemudian lakukanlah
salat witir.bacalah surah al-fatihah, surah al-falaq dan surah an-nas.
Kemudaian bacalah istighfar tujuh puluh kali. Aku memohon ampun
kepada Allah dan kembali kepada-Nya.

Memohon ampounan di waktu dini hari, pada saat salat malam


ditegaskan di dalm al-Quran sebagai salah satu tanda orang-orang
yang bertakwa.

Dan di akhir-akhir malam mereka memohon kepada Allah (QS 51:18)

Setelah istigfar, sebelum ruku’, bacalah doa:”hadza maqamul aidzi


bika minannar” yang artinya, “Ya Allah, inilah saya yang berlindung
kepada-Mu dari api neraka,” sebanyak 7kali

Sesudah itu, doakan kaum mukminin dan mukminat. Sebut nama


mereka satu per satu. Paling sedikit empat puluh orang. Kamudian
kita berdoa untuk diri kita sendiri. Lalu kita ruku, iktidal, sujud,
tahyat kamudian salam

Insya Allah, anda akan merasakan kenikmatan menangis pada waktu


dini hari. Menangis di hadapan Allah SWT.

Mengapa? Pada waktu salat fardhu kita malah dianjurkan untuk


memperpendek bacaan salat, karena boleh jadi ada orang yang
hendak melakukan keperluannya di tempat lain. Mungkin juga ada
orang yang sangat tua, atau ada di antara pengikut salat yang sedang
sakit. Karena itu Rasulullah hanya memperpanjang salatnya pada
saat beliau melakukan salat malam. Pada salat fardu Rasulullah tidak
melazimkan melakukan salat yang panjang.

Saya kira bahwa menangis yang tulus, tanpa rekayasa, adalah


menanis pada waktu kita menangis dalam keadaan ramai-ramai,
maka boleh jadi sebab tangisan itu adalah sugesti kelompok; karena
kita mendengar orang lain sesenggukan, kita ikut menangis juga.
Mungkin ada oaring yang tulus juga dalam menangis pada salat
bersamaan itu, tetapi saya kira lebih tulus lagi kalau anda menangis
pada waktu sendirian, ketika kita berduaan dengan Allah SWT.
Tangisan yang keluar spontan. Tangisan yang iklas. Dan mata yang
menangis karena Allah SWT. Artinya, kalau seseorang menemukan
tanda-tanda seperti yang diungkapkan oleh hadis tersebut dalam
salatnya, maka insyaAllah dia akan menemukan kenikmatan salat
dalam bentuk yang lain. Dia akan merasakan manfaat di dalam
kehidupannya. Ada kenikmatan tertentu yang dia peroleh dari
salatnya. Bukan hanya kenikmatan menangis saja, tetapi juga
kenimatan yang lain.

Kalau selama ini salat kita belum mendatangkan kenikmatan, maka


besar kemungkinan salat kita belum diterima oleh Allah SWT.
Rasulullah saw yang mulia bersabda:”pada hari kiamat nanti ada
orang yang membawa salatnya kepada Allah SWT. Bahkan ada yang
celaka dengan salatnya. Allah SWT berfirman:

Celakalah orang-orang yang salat. yaitu orang orang yang


melalaikan salatnya(QS 107:4-5)
sumber: at-tanwir
Content Copyright© 2010 Prof. Dr. Jalaluddin Rakhmat, Msc
Design by AlmunawwarahTeam
Ubahlah Duniamu Menjadi Akhiratmu

‫ أشهد أن ال‬.‫ ويهلك ملوكا ً ويستخلف آخرين‬،‫الحمد هلل الذي يؤمن الخائفين وينجي الصالحين ويرفع المستضعفين ويضع المستكبرين‬
‫ والصالة والسالم‬.‫ وأشهد أن محمد عبده ورسوله أرسله هللا تعالي رحمةً للعالمين‬.‫إله إال هللا وحده ال شريك له المالك ألحق المبين‬
‫ هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر وهلل الحمد‬.‫علي ابي القاسم محمد و علي آله الطيبين الطاهرين‬

Hadirin dan Hadirin, Aidin dan Aidat, Faizin dan Faizat:

DR. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc (Photo by Ahmad Y. Samantho, ICAS=Paramadina University 2004)

Pada hari ini bahtera kehidupan mengantarkan kita kembali pada Idul Fitri. Di sini… sekarang…kita
berlabuh di halaman anugrah dan kasih sayang Tuhan. Di sini …kita gemakan takbir –membesarkan
Yang Mahabesar- setelah sebulan penuh kita mengecilkan diri kita di hadapan kebesaranNya. Di sini
…hari ini … kita bersama-sama merebahkan diri kita, meratakan dahi kita di atas tanah,
menggumamkan sanjungan kita kepadaNya: Subhana Rabbiyal A’la wa bihamdih, Mahasuci
Tuhanku yang Maha Tinggi. Kita berharap Yang Mahakasih berkenan menerima kepasrahan kita
kepadaNya, sehingga ia bukakan pintu ampunanNya kepada kita. Tuhanku, jika sekiranya dalam
puasa kami dan salat malam kami ada kekurangan dan kesalahan, janganlah Engkau siksa kami,
tetapi terimalah kami dengan penerimaanMu dan ampunanMu.

Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Walillahil Hamd

Para Aidin dan Aidat, Faizin dan Faizat, hadirin dan hadirat

Kita datang dari Yang Mahasuci dan sedang dalam perjalanan kembali kepada Yang Mahasuci. Dia
hanya menerima kita dalam pangkuan kasihNya, bila kita sudah membersihkan diri kita sebersih-
bersihnya. Maka seluruh bulan Ramadhan adalah bulan pembersihan, bulan pensucian, bulan
purifikasi, bulan detoksifikasi. Kita mensucikan diri dengan berpuasa, melakukan salat malam,
membaca Al-Quran, berzikir, beristighfar, beribadat yang wajib dan yang sunat. Pagi ini marilah kita
renungkan, apakah proses pensucian Ramadhan ini berhasil. Alangkah ruginya kita jika semua proses
pensucian itu gagal total, tidak berguna sama sekali. Betapa malangnya kita, jika kita membangun
dengan ibadat itu istana pasir, yang hilang begitu saja ditiup angin lalu.

Pada suatu kali Nabi Musa as melewati seorang lelaki yang sedang bertaubat dengan merintih
menangis. Ketika Musa as kembali, orang itu masih juga merintih. Musa berkata: Tuhanku, ini
hambaMu merintih karena takut kepadaMu. Allah swt berfirman:

‫~ لم اغفر له وهو يحب الدنيا‬،‫يا موسي! لو نزل دماغه مع دموع عينيه‬

“Hai Musa, sekiranya otak orang ini keluar dan bercampur dengan airmatanya, aku tidak akan
mengampuninya Karena ia mencintai dunia, hubbud dunya.” (Sayyid Hasan al-Syirazi, Kalimat
Allah Hiy al-‘Ulya, h. 198, hadis 235).

Sekiranya orang itu melengkungkan punggungnya, mengalirkan darah bersama airmatanya, Tuhan
tidak akan mengampuni dosanya, bila dalam hatinya masih ada kecintaan kepada dunia.
Pada waktu Rasulullah saw Mi’raj, di ufuk yang agung, di Arasy nan Tinggi, Allah azza wa jalla
berfirman kepada kekasihNya:

” ‫ ويطوي من الطعام مثل‬،‫ ويصوم صيام أهل السماء واألرض‬،‫… لو صلى العبد صالة أهل السماء واألرض‬:“ ‫في حديث المعراج‬
‫ وال‬،‫ ثم أرى في قلبه من حب الدنيا ذرة أو سعتها أو رئاستها أو حليها أو زينتها ال يج~~اورني في داري‬،‫~ ولبس لباس العاري‬،‫المالئكة‬
‫نزعن من قلبه محبتي‬

Sekiranya seorang hamba salat dengan salatnya para penghuni langit dan bumi, berpuasa dengan
puasanya para penghuni langit dan bumi, dan menahan diri tidak makan seperti para malaikat,
memakai pakaian yang compang-camping, tetapi kemudian aku lihat dalam hatinya sebesar zarrah,
sejemput debu, kecintaan kepada dunia, atau pada keluasannya, atau pada kekuasaannya, atau pada
kemegahannya atau pada keindahannya, ia tidak akan bisa mendampingiku di RumahKu, dan Aku
akan cabut dari hatinya kecintaan kepadaKu (Bihar al-Anwar 77:30; 73:60; Mizan al-Hikmah,
2:896).

Pagi ini marilah kita melihat jauh ke dalam lubuk hati kita. Adakah cinta dunia di situ? Apa tanda-
tanda cinta dunia? Salah satu di antara ciri orang yang mencintai dunia ialah saudara mengukur
kemuliaan orang dari harta yang dimilikinya, dari uang yang dibelanjakannya. Apakah saudara
terkagum-kagum, terpesona, melihat kekayaan orang, menyaksikan kemewahan orang dan ingin agar
saudara pun memiliki hal yang sama? Jika saudara menjawab ya, saudara telah menghancurkan
semua ibadat saudara di bulan suci. Ruh saudara yang putih bersih di bulan Ramadhan sekarang
disiram lumpur cinta dunia. Seperti virus, cinta dunia menyebar ke seluruh kalbu, menggerogoti
seluruh kebaikan, dan menjadi sumber segala kejahatan. “Kamu tidak akan menemui Allah dengan
amal yang lebih membahayakanmu seperti cinta dunia”,

‫إنك لن تلقى هللا سبحانه بعمل أضر عليك من حب الدنيا‬

kata Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as (Ghurar al-Hikam, 4870, 5263, 3518, 3818; Mizan al-
Hikmah, ibid).

Al-Quran berkisah tentang Qarun dan orang-orang yang mengaguminya:

ٍّ ‫‌فَ َخ َر َج َعلَ ٰى قَ ۡو ِمِۦه فِى ِزينَتِ ِۖۦ‌ه قَا َل ٱلَّ ِذينَ ي ُِري ُدونَ ۡٱل َحيَ ٰوةَ ٱل ُّد ۡنيَا يَ ٰـلَ ۡيتَ لَنَا ِم ۡث َل َمآ ُأوتِ َى قَ ٰـ ُرونُ ِإنَّهُ ۥ لَ ُذو َح‬
‌) ٧٩ ( ‫ظ َع ِظ ۬ ٍيم‬

“Maka ia pun keluar ke tengah-tengah kaumnya dengan segala kemewahannya. Berkatalah orang-
orang yang menghendaki dunia: Alangkah baiknya jika kita punya seperti apa yang dimiliki Qarun.
Sungguh, Qarun itu orang yang sangat beruntung.” (Al-Qashshash 79).

Jika saudara menghabiskan malam-malam Ramadhan dalam rintihan, tapi saudara terpesona
menyaksikan atau menonton gelimang kemewahan, gaya hidup yang glamour, seperti kawan-kawan
Qarun, saudara adalah pecinta dunia yang dijauhkan Tuhan dari ampunanNya. Jika saudara menahan
lapar dan dahaga, kemudian mengkhatam Al-Quran, serta melakukan salat malam dengan setia, tapi
saudara meningkatkan harga diri saudara dengan mempertontonkan kemewahan, saudara adalah
Qarun yang berbuat kerusakan di bumi. Ibadat-ibadat yang saudara lakukan hanyalah menjauhkan
diri saudara dari hadirat Tuhan.

Pagi ini, marilah kita merenung, menukik jauh ke dalam hati kita. Kita tidak beribadat seperti
ibadatnya penghuni langit dan bumi, kita tidak saum seperti saumnya penghuni langit dan bumi, dan
pada saat yang sama kita memuja orang-orang kaya, kita membanting tulang, jor-joran, mati-matian
supaya kita dapat hidup sedikit seperti mereka, kita memuliakan harga diri kita dengan memiliki
barang-barang mewah dan mempertontonkan apa yang kita miliki, mungkinkah masih tersisa ibadat
dan amal saleh kita di bulan Ramadhan? Lihat ke dalam hatimu, lihat bagaimana kecintaan kamu
untuk memiliki dunia, kesenangan kamu untuk mengumpulkan harta, ambisi kamu untuk
memperoleh kekuasaan, kebiasaan kamu untuk mengejar-ngejar kesenangan jasmaniah telah
menggelapkan hatimu? Pagi ini, marilah kita merenung, apakah masih ada peluang bagi kita untuk
mengetuk pintu Tuhan Yang Mahakasih? Masih adakah harapan untuk memperoleh ampunan
Tuhan?

Marilah kita bergabung dengan Ibn Abi Ya’fur, murid dari orang suci yang hidup 732 tahun yang
lalu, sahabat dari imam yang lewat dirinya mengalir Islam Muhammadi, Imam Ja ’far al-Shadiq as.
“Kami mencintai dunia, “ kata Ibn Abi Ya’fur, mungkin dengan linangan air mata. Ia mewakili kita
semua. Imam bertanya, “Apa yang kaulakukan dengan duniamu?” Ia menjawab, mudah-mudahan
jawabannya mewakili kita, “Aku menikah, aku berhaji, aku memberikan nafkah kepada keluargaku,
aku membantu saudara-saudaraku, aku bersedekah.” Mari kita dengarkan jawaban Imam,

‫ هذا من اآلخرة‬،‫ليس هذا من الدنيا‬

“Ini bukan bagian dari dunia. Ini bagian dari akhirat” (Bihar al-Anwar, 73:106)

Karena itu kepada Qarun, Nabi Musa as berkata, “Ahsin kamaa ahsanallah ilaik.” Berbuat baiklah
seperti Allah telah berbuat baik kepadamu. Saudara boleh menghimpun harta sebanyak-banyaknya,
tapi gunakanlah harta itu bukan untuk kemegahan diri, bukan untuk dipertontonkan kepada orang
banyak, bukan untuk meningkatkan status sosial, bukan untuk kesombongan. Gunakan harta saudara
untuk berbuat baik, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada saudara. Gunakan harta saudara
untuk bekal mudik ke pangkuan kasih sayang Allah al-Rahman al-Rahim.

ِۖ ‫ك ِمنَ ٱل ُّد ۡنيَ ۖا‌ َوَأ ۡح ِسن ڪَ َمآ َأ ۡح َس ~نَ ٱهَّلل ُ ِإلَ ۡي ۖكَ‌ َواَل ت َۡب~ ِغ ۡٱلفَ َس~ا َد فِى ٱَأۡل ۡر‬
ُّ‫ض‌~ ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل ي ُِحب‬ َ ‫ار ٱَأۡل ِخ َر ۖ‌ةَ َواَل ت‬
ِ َ‫َنس ن‬
َ َ‫صيب‬ َ ‫ك ٱهَّلل ُ ٱل َّد‬
َ ‫َو ۡٱبت َِغ فِي َمآ َءات َٰٮ‬
ۡ ۡ
َ‫ٱل ُمف ِس ِدين‬

“Dengan harta yang telah Allah berikan kepadamu, carilah kebahagiaan abadi di kampung akhirat.
Jangan lupakan bagian kamu di dunia. Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu. Janganlah berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak suka pada
orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qaşāş 77).

Ubah dunia kamu menjadi akhiratmu. Gantikan kecintaan dunia dengan kecintaan akhirat. Cari dunia
sebanyak-banyaknya, kemudian bagikan dunia ini untuk mensejahterakan orang-orang di sekitar
kamu; mengenyangkan yang lapar, memberi pakaian kepada yang telanjang, menghibur orang yang
kesusahan, mengobati orang yang sakit, membayarkan utang orang yang berutang, mengangkat
derajat orang yang dihinakan, “melepaskan orang dari beban kehidupan yang menghimpitnya dan
membebaskan orang dari belenggu-belenggu yang memasung kebebasannya” (Al-A’raf 157). Insya
Allah, dengan melakukan itu semua, Allah swt menerima semua amalmu, membukakan bagimu
pintu ampunanNya dan mencurahkan ke atasmu limpahan kasihNya! Karena kamu sudah mengubah
duniamu menjadi akhiratmu!

‫بارك هللا لي و لكم في القران الكريم ونفعني وإياكم بتالوته وذكر الحكيم فتقبل مني ومنكم تالوت~~ه إن~~ه ه~~و الس~~ميع العليم المال~~ك الب~~ار‬
‫الرؤوف الرحيم‬

Khotbah Kedua:

Baca doa dari Shahifah al-Sajjadiyah: Munajat 15, Munajat al-Zahidin


Tuhanku

Kau tempatkan kami dalam kampung

yang telah menggali kuburan tipuannya untuk kami yang telah mengikat tangan-tangan nasib dalam
belenggu kicuhannya KepadaMu kami berlindung dari reka-perdaya jebakannya

KepadaMu kami bernaung dari tipuan pesona perhiasannya

Sungguh dunia ini membinasakan

pencarinya mencelakakan

penduduknya dipenuhi cela dan disesaki bencana

Tuhanku

Zuhudkan kami dari dunia

Selamatkan kami daripadanya

dengan taufik dan penjagaanMu

Tanggalkan dari kami

selimut penentangan terhadapMu

Peliharalah urusan kami

dengan kebaikan pencukupanMu

Berikan bekal kepada kami

dari keluasan rahmatMu

Indahkan hubungan kami

dengan limpahan karuniaMu

Tanamkan pada hati kami

pohon kecintaanMu

Sempurnakan bagi kami

sinar makrifatMu

Berikan pada kami

rasa manisnya ampunanMu


dan lezatnya maghfirahMu

Tenteramkan hati kami

pada saat perjumpaan denganMu

dengan memandangmu

Keluarkan kecintaan dunia dari hati kami seperti telah engkau lakukan

pada orang-orang saleh pilihanMu

pada orang-orang baik kekasihMu

Dengan rahmatMu

Wahai Yang Paling Pengasih dari Segala yang Mengasihi

Ya Arhamar Rahimin.

Jalaluddin Rakhmat

Idul Fithri 1434

Anda mungkin juga menyukai