Anda di halaman 1dari 89

Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Dr. Ferry
Simanjuntak

ETIKA
KERJA, BISNIS dan KEKAYAAN

Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI KHARISMA


BANDUNG
2022

1
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

DAFTAR ISI
BAB I
DASAR ALKITABIAH TENTANG KERJA ...................................................................................... 1
Pandangan Perjanjian Lama Tentang Kerja ......................................................................................... 1
Pandangan Perjanjian Baru Tentang Kerja........................................................................................... 3

BAB II
TUJUAN KERJA ................................................................................................................................... 8
Tujuan Allah bagi Setiap Orang Kristen .............................................................................................. 8

BAB III
GAYA KERJA ORANG KRISTEN ................................................................................................... 10
Gaya Kerja 1: Ketaatan ...................................................................................................................... 11
Gaya Kerja 2: Menangani Konflik dengan Baik ................................................................................ 12
Gaya Kerja 3: Kejujuran dan Integritas .............................................................................................. 14
Gaya Kerja 4: Tulus dan Setia ............................................................................................................ 19

BAB IV
ETIKA BISNIS ..................................................................................................................................... 24
Kewajiban Karyawan Terhadap Perusahaan ...................................................................................... 24
Kewajiban Ketaatan .................................................................................................................. 24
Kewajiban Konfidensialitas....................................................................................................... 26
Kewajiban Loyalitas .................................................................................................................. 29

Kewajiban Perusahaan Terhadap Karyawan ...................................................................................... 34


Perusahaan Tidak Boleh Mempraktekkan Diskriminasi ........................................................... 34 Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
Perusahaan Harus Menjamin Kesehatan dan Keselamatan Kerja ............................................. 44
Kewajiban Memberi Gaji yang Adil ......................................................................................... 47
Perusahaan Tidak Boleh Memberhentikan Karyawan dengan Semena-mena .......................... 56

BAB V
KEKAYAAN ........................................................................................................................................ 61
Status Perekonomian Manusia ........................................................................................................... 61
Berkat Tuhan versus Kerja Keras ....................................................................................................... 66
Prinsip-prinsip Universal .................................................................................................................... 66
Cara Anak Tuhan Mendapatkan Kekayaan ........................................................................................ 69

i
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

BAB VI
AKHIR DARI RENCANA TUHAN TERHADAP KEKAYAAN ................................................... 76
Kekayaan Bangsa-bangsa akan Dibawa Kepada Tuhan..................................................................... 77
Kekayaan Bangsa-bangsa akan Dibawa Kepada Umat Tuhan........................................................... 80
Kapan Kekayaan Bangsa-bangsa akan Dibawa Kepada Umat Tuhan? ............................................. 82
Apa yang harus Dilakukan dengan Kekayaan Tersebut? ................................................................... 83
Bagaimana Reaksi Umat Tuhan Ketika Penggenapan Janji ini Tiba? ............................................... 83
Pemindahan Kekayaan di Alkitab ...................................................................................................... 84

DAFTAR KEPUSTAKAAN................................................................................................................ 87

Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan

ii
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

BAB I
DASAR ALKITABIAH TENTANG KERJA

Banyak orang Kristen merasa curiga bahwa kerja adalah lebih merupakan kutuk dari
Allah, bukan berkat. Banyak orang Kristen dikecam karena semangat keagamaan mereka pada
hari Minggu dan tampaknya mengabaikan prinsip-prinsip Kristen mereka di tempat kerja,
hingga muncul tuduhan bahwa mereka munafik. Kita hanya bisa memeriksa Kitab Suci untuk
menemukan pandangan Allah tentang kerja dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa.

Pandangan Perjanjian Lama Tentang Kerja


Dalam Perjanjian Lama kerja amat dihormati, orang-orang yang mempunyai keahlian
untuk membuat barang-barang – seperti tukang perak, pengasah batu, tukang kayu, tukang
tenun – sangat dihormati. Di seluruh Perjanjian Lama, prinsip-prinsip berikut amat menonjol:
1. Kerja adalah bagian yang utuh dari kehidupan
Konsep ini muncul dari pandangan yang penuh penghargaan terhadap tanggung jawab
kepada keluarga. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan mereka membuat seseorang tersingkir
dari masyarakatnya. Setiap anak Yahudi dituntut belajar melakukan pekerjaan manual.
William Barclay mencatat:
Bagi seorang Yahudi kerja amatlah penting – kerja adalah intisari kehidupan. Orang-
orang Yahudi mengenal ungkapan “orang yang tidak mengajar anak lelakinya berusaha,
mengajarnya mencuri.” Seorang rabi Yahudi sama kedudukannya dengan seorang
dosen atau professor di perguruan tinggi, tetapi menurut hukum Yahudi ia tak boleh
menerima satu sen pun dari tugas mengajarnya; ia harus menguasai suatu bidang usaha
yang dilakukannya dengan tangannya dan dengan demikian ia memenuhi kebutuhannya
sendiri. Karena itu, ada rabi yang menjadi tukang jahit, tukang sepatu, tukang cukur atau
tukang roti dan bahkan pula menjadi aktor. Bekerja bagi seorang Yahudi adalah
kehidupan.1 Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan

Kejatuhan manusia mengubah tingkat kesukaran kerja, tetapi nilainya tetap. Banyak
orang Kristen mengira bahwa jatuhnya manusia di Taman Eden membuat kerja jadi terkutuk.
Baiklah kita memeriksa nas itu secara lebih teliti.
Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu, “Apakah yang telah
kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka
kumakan.” . . . Firman-Nya kepada perempuan itu, “Susah payahmu waktu mengandung
akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun
engkau akan berahi atas suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.” Lalu firman-Nya
kepada manusia itu, “. . . Terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah
engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri
1
William Barclay, Ethics in a Permisive Society (New York: Harper & Row, 1971), 94. 1
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi


mekananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau
kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan
engkau akan kembali menjadi debu” (Kej. 3:13, 16-19).

Ayat-ayat di atas tidak mengajarkan bahwa kerja itu sendiri terkena kutuk atau
merupakan hasil dari kutukan. Sama halnya di sini tidak diajarkan bahwa melahirkan anak itu
terkutuk atau bahwa wanita itu terkutuk. Nas itu mengajarkan bahwa sejak saat itu hidup
bertahan akan menjadi sulit tanpa kelimpahruahan Taman Eden dan bahwa maut akan menjadi
akhir bagi semua orang. Sebelumnya, penyakit, rasa sakit dan kematian tidak dikenal.
Tetapi yang jauh lebih penting lagi ialah, sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, Allah
menetapkan bahwa kerja itu baik. Dalam Kej. 2:15, kita membaca, “TUHAN Allah mengambil
manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara
taman itu.”
Hal yang pertama sekali Allah berikan kepada manusia adalah tugas atau kerja! Ia
mempunyai kerja – mengusahakan dan memelihara taman itu. Sebelum Allah memberikan
Hawa kepadanya, Ia memberikannya kerja. Kerja adalah bagian dari rencana Allah sejak awal
mulanya.

2. Setiap orang harus kerja


Kerja berarti kemuliaan. Keluaran 34:21 memberikan perintah ini: “Enam harilah
lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti, dan dalam
musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari perhentian juga.”
Biasanya tekanannya diberikan pada istirahat satu hari dalam seminggu. Tetapi perhatikanlah
bahwa ayat ini mengatakan, “Enam hari lamanya engkau bekerja.” Itu adalah perintah, bukan
pilihan. Kemalasan dikutuk. Setiap orang memberikan sumbangannya dalam mendukung Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
keluarganya. Dalam Amsal 3:6-8, Allah memerintahkan kita mengamati semut dan belajar:
semut bekerja keras untuk mengumpulkan makanan agar dapat hidup terus. Ingatlah bahwa
kerja di masa kini mencakup segala sesuatu yang dilakukan untuk melangsungkan kehidupan
keluarga. Karena itu, di masa kini enam hari mencakup pula tugas memotong rumput di
halaman, mengecat rumah dan memperbaiki mobil. Kerja jelas merupakan bagian penting dari
kehidupan.

3. Kerja keras memberikan kupuasan


Amsal penuh dengan peringatan tentang kerja keras.
2
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

“Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak”
(18:9).

“Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar”
(19:15).

Artinya, Perjanjian Lama mencela kemalasan dan memuji kerja keras. Manusia tidak boleh
menjauhi kerja, melainkan dipuaskan oleh hasil kerja tangan atau pikirannya.

“Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak” (Pkh. 5:11).

“Dalam tiap jerih payah ada keuntungan” (Ams. 14:23).

“Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia daripada bergembira dalam
pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya” (Pkh. 3:22).

4. Setiap pekerjaan yang halal patut dihormati


Kita melihat segala jenis pekerjaan mendapatkan pujian
• Kerja buruh (I Raj. 5:7-18)
• Pekerjaan manual (Kel. 36:1-2)
• Usaha dagang/kepemimpinan (Daniel, Musa)
• Usaha yang membutuhkan pikiran/ilmiah (Daniel)
Sejumlah pekerjaan tertentu dianggap “tidak halal” atau tidak dihormati. Antara lain
adalah pelacuran, memberikan pinjaman dengan bunga tinggi, setiap usaha yang dilakukan
dengan menipu atau mengambil keuntungan dari orang miskin, atau setiap usaha yang
dilakukan secara tidak jujur.

Pandangan Perjanjian Baru Tentang Kerja


Di dalam Perjanjian Baru kerja diasumsikan sebagai cara yang normal bagi kehidupan Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
setiap orang. Tak satupun dari konsep-konsep Perjanjian Lama dibuang, melainkan justru
dikuatkan, dengan penekanan tambahan pada sikap orang yang bersangkutan terhadap kerjanya
dan majikannya. Jadi bahkan dalam konteks anugerah, orang tidak dapat lolos dari tanggung
jawabnya untuk bekerja. Malah, kini bukan hanya kerja, tetapi seberapa baik ia melaksanakan
tugasnya.

Pertimbangkanlah prinsip-prinsip kunci berikut ini di dalam Perjanjian Baru:


1. Tidak bekerja, tidak makan
3
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Surat II Tesalonika 3:10 mengatakan, “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia
makan.” Ini pernyataan yang keras. Di manakah belas kasihan sosial kita? Di masa ketika
kompensasi bagi pengangguran dan subsidi-sunsidi sosial dijamin, dengan sikap demikian
Paulus mungkin tidak akan begitu populer pada pemilihan umum bahkan juga di antara orang-
orang Kristen sendiri. Tetapi surat itu mengatakan, “Jika seorang tidak mau bekerja.” Hal ini
menandakan suatu pilihan yang dibuat seseorang. Paulus tidak berbicara tentang orang-orang
sakit, lanjut usia atau cacat, yang tidak punya pilihan. Aturan ini berlaku bagi orang-orang yang
memilih untuk tidak bekerja – yang terlalu malas, terlalu rewel memilih, atau terlalu tidak bisa
diandalkan untuk memegang suatu pekerjaan. Ayat 14 melanjutkan bahwa kita tidak boleh
bergaul dengan orang yang menolak untuk bekerja dan menjadi benalu bagi masyarakat. Ada
alasan-alasan yang kuat bagi seseorang untuk tidak bisa bekerja, dan kita tetap
bertanggungjawab untuk saling mendukung dalam keadaan-keadaan seperti itu.

2. Cukupilah kebutuhan keluarga Anda


“Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi
rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman” (I Tim. 5:8). Ini
tanggung jawab besar. Seorang Kristen harus mencukupi kebutuhan fisik keluarganya. Bila
tidak, kesaksiannya runtuh. Tekanan yang diberikan di sini adalah pada kebutuhan, bukan
kemewahan. Dalam masyarakat mana pun cara pertama untuk mencukupi kebutuhan keluarga
dengan adil adalah dengan bekerja.
Jelas Allah mahakuasa, mampu mencukupi kebutuhan kita dengan cara apapun yang
ingin Ia berikan – manna, anugerah, pemerintahan, atau apa saja – tetapi pada umumnya
kecukupan datang dari bekerja.

Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan


3. Jadilah pegawai yang taat dan penurut
Dalam Kolose 3:22 Rasul Paulus memerintahkan para hamba agar taat kepada tuan-tuan
mereka. Dalam masyarakat masa kini hal ini berlaku bagi pegawai (meskipun sejumlah pegawai
mungkin lebih merasa seperti budak dalam pekerjaan mereka). Dapatkah Anda taat dan penurut
sementara ikut serta dalam pemogokan dan protes serta menuntut “hak-hak” Anda? Tak ada
jawaban yang sederhana bagi pertanyaan itu. Kuncinya adalah melakukan apa yang sah dalam
masyarakat Anda dan tidak bertentangan dengan Kitab Suci, dan muncul dengan keyakinan
pribadi tentang partisipasi Anda dalam kegiatan-kegiatan ini. Tetapi pastikanlah bahwa Anda
mempunyai nurani yang bersih di hadapan Allah dalam tindakan-tindakan Anda (Kis. 24:16).

4
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Apakah hak-hak Anda? Apakah Yesus menuntut hak-hak-Nya? Satu-satunya pedoman


yang jelas dalam pekerjaan Anda adalah menjadi setia, taat dan penurut. Kepada prajurit,
Yohanes Pembaptis memerintahkan, “Cukupkanlah dirimu dengan gajimu” (Luk. 3:14). Bila
Anda menaati perintah supaya taat, Anda kadang-kadang akan diperlakukan dengan sewenang-
wenang. Dalam keadaan yang serupa Yesus memberikan teladan ini: ”Ketika Ia dicaci maki, Ia
tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia
menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (I Ptr. 2:23). Pada pihak lain,
dalam reaksi kepada penipuan dan penggunaan Bait Allah secara tidak halal, Ia
menjungkirbalikkan meja-meja para penukar uang dan mengusir mereka keluar (Mat. 21:12-
13). Setiap keadaan harus diputuskan berdasarkan pertimbangannya sendiri.

4. Jadilah majikan yang adil


“Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah kamu juga
mempunyai tuan di sorga” (Kol. 4:1). Bila Anda seorang majikan, Anda mempunyai
kesempatan yang jauh lebih besar untuk bersikap adil kepada mereka yang bekerja untuk Anda.
Anda harus membayar gaji mereka dengan adil dan segera (Im. 19:13). Anda harus
memperhatikan kepentingan mereka. Anda harus mempertimbangkan hak-hak mereka dan
tanggap terhadap kebutuhan dan permintaan mereka.

5. Jadikan kesempurnaan tolok ukur pekerjaan Anda


Yesus bekerja sebagai tukang kayu, tetapi Dia bukan tukang kayu biasa, Dia Allah.
Paulus bekerja sebagai tukang tenda, tetapi bukan tukang tenda biasa, dia rasul kepada orang-
orang bukan Yahudi. Petrus bekerja sebagai nelayan, tetapi bukan nelayan biasa, dia menjadi
rasul bagi orang-orang Yahudi. Lidia bekerja sebagai pencelup kain, tetapi bukan pencelup kain
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
biasa, dia menjadi saksi dan merupakan wanita yang ramah tamah.
I Tesalonika 4:11-12 berkata “Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup
tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang
telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata
orang luar dan tidak bergantung pada mereka.

Kita menyimpulkan bahwa alasan-alasan untuk bekerja adalah:


• Memuliakan Allah
• Mencukupi kebutuhan keluarga kita
5
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

• Menampilkan reputasi yang baik kepada dunia


Perhatikan bahwa kepuasan pribadi tidak ikut tercantum.

6. Kesempurnaan dalam kerja


• Saya lebih suka berurusan dengan orang-orang non-Kristen dalam bisnis. Terlalu
banyak orang Kristen yang benar-benar telah mengecewakan saya dalam usaha mereka.
• Dia mungkin orang Kristen, tapi dia tidak benar-benar bekerja dengan baik.
• Dia mengaku Kristen, tetapi saya mengenal orang-orang ateis yang bekerja lebih keras
dan melakukan pekerjaan yang lebih baik dari dia.
Kita tentu sudah pernah mendengar pernyataan-pernyataan yang seperti itu. Sedihnya,
pernyataan-pernyataan tersebut sering benar. Mungkin Anda berdebat bahwa ada banyak orang
bukan Kristen yang melakukan pekerjaan yang buruk pula. Benar. Tetapi kita orang-orang
“pilihan”; ada suatu merek dan tanggung jawab khusus pada kita sebagai orang Kristen. Anda
tidak bisa menjadi sekedar pekerja biasa. “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan
segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol. 3:23).
Anda mewakili Yesus Kristus bagi dunia, bukan sekedar lewat kata-kata dan moralitas
Anda, tetapi juga melalui pekerjaan Anda. Bila Anda menjadi garam dan terang dunia, Anda
harus pula menjadi garam dan terang dalam bidang pekerjaan Anda.
“Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia
akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina.” (Ams. 22:29).

“Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi.
Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan juruju dan temboknya sudah
roboh. Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu
pelajaran (Ams. 24:30-32).
Allah menuntut kesempurnaan. Dia tidak menuntut Anda menjadi seorang pekerja maha
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
hebat atau orang yang tidak mempunyai keterbatasan; tetapi memang Dia menuntut Anda
melakukan yang terbaik yang dapat Anda lakukan.

Apakah hasil usaha Anda yang sebaik-baiknya itu? Di bawah ini adalah beberapa
kemungkinannya:
• Anda memberikan kesaksian yang lebih baik.
• Anda memperoleh jaminan yang lebih baik dalam pekerjaan Anda. 6
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

• Anda akan naik pangkat atau gaji.


• Anda akan memperoleh kepuasan kerja yang lebih besar.
Seperti yang Anda lihat, banyak sekali yang akan Anda peroleh. Alkitab dengan jelas
mengajarkan bahwa kerja itu baik dan benar di dalam kehidupan dan dalam masyarakat serta
harus dilaksanakan sesuai dengan cara Allah.

Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan

7
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

BAB II
TUJUAN KERJA

Seluruh masyarakat kita dilanda mitos materialism, televisi, radio dan surat kabar terus-
menerus mempromosikan gagasan bahwa memperoleh materi akan membuat seseorang
bahagia. Bahkan setelah membeli sesuatu yang dengan susah payah harus kita usahakan dan
menyadari bahwa hal itu tidak membawa kebahagiaan, kita masih percaya bahwa mainan kecil
berikutnya akan membuat kita lebih baru, bengkel yang lebih baik, alat-alat yang lebih canggih,
sebuah senapan baru atau perlengkapan stereo yang lebih baik. Para wanita menginginkan
dapur yang lebih modern, alat-alat rumah tangga yang terbaru, rumah yang lebih besar atau
lemari pakaian yang baru. Anak-anak tidak lagi puas dengan alat-alat hiburan dan mainan
buatan sendiri atau hasil kreasi sendiri, melainkan harus mempunyai mainan terbaru yang
diiklankan di TV atau dipamerkan di toko-toko.
Suatu perkembangan yang tidak menguntungkan dari zaman ini ialah bahwa semuanya
itu dapat diperoleh dengan segera tanpa uang. Satu-satunya yang diperlukan ialah selembar
surat izin berhutang dalam bentuk selembar kartu kredit. Bagian yang menyedihkan dari
lingkaran ini ialah bahwa orang tak pernah merasa puas. Apa yang akan memberikan kepuasan?
Sedikit lagi lebih banyak.
Namun memiliki barang-barang yang indah tidak berarti bahwa seseorang itu
materialistis. Mempunyai uang tidak berarti seseorang itu rakus. Membeli sebuah mobil baru
atau rumah baru atau lemari baru tidak berarti seseorang menggunakan uangnya dengan tidak
bertanggung jawab. Kuncinya terletak dalam sikap orang tersebut terhadap benda-benda materi.
Apakah yang penting bagi Anda? Apakah tujuan hidup Anda? Apakah membuat diri Anda
cukup nyaman melalui benda-benda materi? Seseorang mungkin saja tidak memiliki apa-apa,
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
namun tetap materialistis, rakus dan penuh iri. Orang lain dapat mempunyai sebuah rumah besar
dan setiap kemewahan yang mungkin bisa diperoleh namun tidak materialistis. Ini adalah
masalah sikap hati.

Tujuan Allah bagi Setiap Orang Kristen


Allah tidak menciptakan dunia atau manusia tanpa tujuan. Diapun tidak ingin kehidupan
dijalani tanpa arah. Ia ingin kita mempunyai tujuan dalam hidup kita. Tujuan kita haruslah
sesuai dengan tujuan Allah untuk kita dan dunia.

8
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Pertama, Allah ingin setiap orang Kristen bertumbuh agar menjadi seperti Anak-Nya,
Yesus Kristus. “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya
dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya” (Rm. 8:29). Dia ingin kita
hidup sesuai dengan kehendak-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita – pikiran, tindakan,
watak dan sikap. Sudah tentu ini proses seumur hidup.
Kedua, setiap orang Kristen adalah bagian dari alat Allah untuk menjangkau dunia
dengan Injil. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman” (Mat. 28:19-20). Kita memperoleh perintah langsung dari Yesus Kristus
untuk menyebarkan Injil seluas mungkin.
Dapatkah orang meminta dua tujuan yang lebih besar dari kedua tujuan di atas?
Menjangkau dunia untuk Kristus dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya hingga menjadi
serupa Kristus adalah tujuan-tujuan yang menantang setiap orang agar mengembangkan
potensinya sebesar-besarnya. Dan kedua tujuan itu nyata dalam pekerjaan kita.

Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan

9
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

BAB III
GAYA KERJA ORANG KRISTEN

Rasul Paulus dalam surat yang dikirimnya kepada Titus menyatakan ada lima gaya kerja
yang harus dimiliki orang Kristen. Gaya kerja itu terdapat dalam Titus 2:9-10
“Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka,
jangan membantah, jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan
demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juru Selamat kita.”
Berdasarkan ayat-ayat tersebut, dapatlah disimpulkan kelima gaya kerja yang harus
dimiliki orang Kristen, yaitu:
1. Ketaatan kepada pemimpin (. . .hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal . . .).
2. Memiliki hasil pekerjaan yang senantiasa memuaskan hati pemimpin (. . . dan berkenan
kepada mereka, . . .).
3. Mampu menangani konflik secara benar (. . . jangan membantah, . . .).
4. Kejujuran dan integritas ( . . . jangan curang . . .).
5. Tulus dan setia ( . . . tetapi hendaklah selalu tulus dan setia . . .).
Jika seorang pekerja mempunyai lima gaya kerja di atas, maka bisa dipastikan kariernya
akan sangat bagus. Pemimpin akan berkenan kepadanya karena perusahaan tempatnya bekerja
berkembang. Dengan sendirinya, ia akan dengan mudah mendapatkan promosi.
Tuhan juga akan disenangkan karena dia menjadi saksi yang baik di tempat kerja. Ayat
di atas menyatakan para pekerja yang mempunyai kelima hal di atas akan memuliakan Tuhan
dalam segala hal. Kata ‘segala hal’ di sini menekankan betapa Tuhan benar-benar dipuaskan
karena tidak ada satu hal pun yang bisa membuat orang lain menjatuhkan melalui pekerjaan
mereka. Dengan demikian, mereka bisa menjadi saksi Tuhan yang baik. Para pekerja dengan
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
gaya kerja seperti ini pasti akan merasakan berkat-Nya melimpah secara dahsyat dalam hidup
mereka.
Salah satu contoh dalam Alkitab yang berkaitan dengan hal ini adalah Daniel. Daniel
adalah orang yang mempunyai gaya kerja yang baik sehingga raja ingin memberikan promosi
kepada dia.
“Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh
yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya.” (Dan.
6:4).

10
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Sama seperti yang terjadi sampai saat ini, promosi senantiasa menimbulkan iri hati dari
pihak lain. Bahkan, banyak orang yang iri hati ini akan berusaha menggunakan segala tipu daya
untuk menjatuhkan orang yang dipromosikan. Mereka akan mencari kelemahan dari orang yang
dipromosikan dan berusaha menjatuhkannya melalui kelemahan-kelemahannnya. Daniel juga
mengalami hal serupa. Para pesaingnya berusaha menjatuhkan dia dengan berusaha mencari
kelemahannya. Akan tetapi, Daniel yang mempunyai gaya kerja yang baik bisa mengerjakan
segala yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik. Hal ini terbukti ketika para pesaingnya
ingin mencari kelemahannya dalam pekerjaannya, mereka tidak bisa menemukan.
“Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap
Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apa pun atau sesuatu
kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan
padanya. Maka berkatalah orang-orang itu: “Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan
terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!” (Dan. 6:5-6).
Setiap kita seharusnya mempunyai gaya kerja yang sama seperti Daniel. Dengan
demikian, kemampuan kita untuk menerima berkat Tuhan bisa menjadi maksimal.

Gaya Kerja 1: Ketaatan


“Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal . . .” (Tit. 2:9).

“Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya
di hadadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena
takut akan Tuhan.” (Kol. 3:22).

Gaya kerja yang pertama dari pekerja Kristen adalah memiliki ketaatan. Seorang pekerja
Kristen seharusnya mengikuti semua peraturan di tempat kerja dengan baik dan senang hati
karena merasa bahwa aturan yang ada dibuat agar para pekerja bisa menyelesaikan pekerjaan
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
dengan baik. Sikap ini bukan berarti bahwa dia akan taat secara membabi buta ketika
perusahaan membuat peraturan yang buruk yang merugikan para pekerja. Akan tetapi, dia akan
menyatakan keberatannya dengan cara yang baik.
Hal lain yang bisa mereka lakukan sehubungan dengan ketaatan ini addalah mencari
suatu standar yang diakui oleh industry untuk diterapkan dalam pekerjaan mereka. Standar
tersebut biasanya berisi prosedur-prosedur baku yang harus dilaksanakan supaya hasil
pekerjaan mereka baik. Jika mereka sudah menemukan standarnya, mereka akan mencoba
menaati semua prosedur tersebut. Dengan demikian, mereka tidak hanya berusaha

11
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

menyelesaikan pekerjaan, tetapi juga mengikuti standar yang ada walaupun harus bekerja lebih
keras. Hal ini pasti akan membawa dampak terhadap hasil pekerjaan mereka.
Kecenderungan manusia adalah melakukan sesuatu yang menyenangkan atau
mendatangkan keuntungan bagi diri sendiri. Sehingga ketaatan mereka pada peraturan akan
tergantung dari seberapa menguntungkan peraturan tersebut bagi mereka. Jika menguntungkan,
mereka biasanya bersedia menuruti peraturan tersebut. Sebaliknya, jika tidak menguntungkan,
mereka akan cenderung mengabaikannya. Hal ini bisa disebut dengan pemberontakan.
Pemberontakan selalu merugikan pihak perusahaan. Karena itu, Tuhan tidak senang kepada
para pemberontak.
“Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara, Ia mengeluarkan orang-
orang tahanan, sehingga mereka bahagia, tetapi pemberontak-pemberontak tinggal di tanah
yang gundul.” (Mzm. 68:7).

“Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia
mengetahuinya; sebab jalan-jalan TUHAN adalah lurus, dan orang benar menempuhnya,
tetapi pemberontak tergelincir di situ.” (Hos. 14:10).

Karena itu, Tuhan menginginkan para pekerja Kristen mempunyai hati yang taat. Jika
ada peraturan atau kebijaksanaan yang kelihatannya merugikan pekerja, hendaklah keberatan
tersebut disampaikan dengan cara yang benar. Orang yang mempunyai ketaatan sudah
mempunyai modal yang berharga untuk dipakai Tuhan sebagai saksi-Nya di muka bumi ini.

Gaya Kerja 2: Menangani Konflik Dengan Baik


“. . . jangan membantah . . .” (Tit. 2:9).
Konflik adalah sesuatu yang wajar. Konflik bisa terjadi karena setiap manusia
mempunyai latar belakang yang berbeda, tingkat pendidikan yang berbeda, kepentingan yang
berbeda, dan hal-hal yang berbeda lainnya. Perbedaan-perbedaan ini akan menyebabkan Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
konflik sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dari kehidupan manusia.
Cara seseorang menangani konflik akan membawa pengaruh ke dalam kehidupan.
Konflik adalah sesuatu yang netral, tetapi cara seseorang menangani konlik dapat membuat
seseorang dirugikan atau diuntungkan. Jadi yang perlu diupayakan adalah supaya konflik
tersebut dapat membawa pengaruh yang baik dalam kehidupan Anda.
Salah satu contoh mengenai bagaimana cara menangani konflik dapat kita lihat dalam
Kisah Para Rasul 11:2-18. Pada saat itu, Petrus terlibat konflik dengan orang Yahudi.

12
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

“Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat
dengan dia. Kata mereka: “Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan
makan bersama-sama dengan mereka.” (Kis. 11:2-3).
Ketika konflik terjadi, yang pertama kali dilakukan Petrus adalah menjelaskan secara
detail dan jujur segala sesuatu yang melatarbelakangi tindakannya. Dengan demikian, Petrus
berusaha agar semua orang yang mempunyai konflik dengan dia mengerti apa yang sebenarnya
terjadi.
“Tetapi Petrus menjelaskan segala sesuatu berturut-turut . . .” (Kis. 11:4).
Dengan penjelasan yang diberikan Petrus, orang di Yerusalem tidak hanya mengetahui
tindakannya, tetapi mereka juga menyetujui tindakannya.
“Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya:
‘Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin
kepada hidup.” (Kis. 11:18).

Sekali lagi harus ditegaskan bahwa konflik tidak bisa dihindarkan. Cara menangani
konflik dengan benar akan memampukan kita mendapatkan banyak hal dari konflik tersebut.
Belajarlah untuk dapat menangani konflik dengan benar.
Cara menyelesaikan konflik di tempat kerja menurut Stevenin2:
1. Kita akan menanamkan waktu dan energy bersama-sama untuk menghasilkan
penyelesaian yang saling menguntungkan.
2. Kita akan menyerang masalahnya, bukan orangnya. Kita akan memperbaiki
masalahnya, bukan kesalahannya.
3. Kita membuka diri untuk mendengarkan pihak lain di samping mengambil langkah-
langkah yang perlu.
4. Adalah hal yang tidak pernah bisa diterima bila kita menyerang seseorang dari belakang
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
– atau dari depan sekalipun.
5. Kita akan mencari komunikasi yang terbuka, langsung, dan dapat dipercaya. Yang pasti
kita tidak akan membiarkan konflik dipendam begitu saja.
6. Tidak apa-apa bila dalam konflik kita merasa marah, takut, tidak cakap, dan berbagai
emosi lain yang sulit diekspresikan selama ada pengendalian yang penuh tanggung
jawab.
7. Jangan pernah menyerang orang lain melalui ucapan atau fisik dalam konflik.

2
Thomas J. Stevenin, Mengatasi Konflik di Tempat Kerja Win-win Solutions, 145-146. 13
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

8. Tidak apa-apa mengalami konflik. Kita percaya bahwa konflik dapat bermanfaat,
membantu, berharga, dan penting. Janganlah kita menyembunyikan atau memendam
masalah.
Sementara menurut Bolton3, penyelesaian konflik adalah sebagai berikut:
1. Perlakukan orang yang lain dengan hormat.
2. Dengarkan sampai Anda “mengalami sisi yang lain” dan tunjukkan isi hati, perasaan,
dan kepentingan Anda.
3. Dengan singkat nyatakan pandangan-pandangan, kebutuhan-kebutuhan, dan perasaan-
perasaan Anda.

Gaya Kerja 3: Kejujuran dan Integritas


“ . . . jangan curang . . .” (Tit. 2:10).

“Tidak ada orang jujur yang menyesali kejujurannya.” (Pepatah Jerman).

“Kejujuran merupakan bab pertama dari buku kebijaksanaan.” (Thomas Jefferson).

Kejujuran dan integritas biasanya adalah hal pertama yang akan dengan mudah
dikorbankan seseorang agar mendapatkan keuntungan pribadi. Karena itu, kejujuran dan
integritas seolah-olah merupakan penghambat bagi seseorang untuk mendapatkan banyak
keuntungan dari pekerjaan mereka. Hal ini menyebabkan adanya anggapan bahwa berbuat tidak
jujur adalah sesuatu yang wajar. Akibatnya, tempat kerja menjadi penuh dengan ketidakjujuran
dan aroma mementingkan diri sendiri.
Dengan berbuat jujur seseorang akan mampu bersaksi dengan sangat efektif. Karena
begitu langkanya kejujuran, maka pekerja yang jujur akan bisa menjadi saksi yang sangat
efektif bagi rekan kerja mereka. Perhatikan ayat di bawah ini yang menunjukkan sekelompok
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
pekerja yang dikenal sangat jujur.
“Pergilah kepada imam besar Hilkia; suruhlah ia menyerahkan seluruh uang yang telah
di bawa ke dalam rumah TUHAN yang telah dikumpulkan dari pihak rakyat oleh
penjaga-penjaga pintu; baiklah itu diberikan mereka ke tangan para pekerja yang
diangkat untuk mengawasi rumah TUHAN, supaya diberikan kepada tukang-tukang
yang ada di rumah TUHAN untuk memperbaiki kerusakan rumah itu, yaitu kepada
tukang-tukang kayu, tukang-tukang bangunan dan tukang-tukang tembok, juga bagi
pembelian kayu dan batu pahat untuk memperbaiki rumah itu. Tetapi tidak usahlah
mengadakan perhitungan dengan mereka mengenai uang yang diberikan ke tangan
mereka, sebab mereka bekerja dengan jujur.” (II Raj. 22:4-7).

3
Robert P. Bolton, People Skill, 218-225. 14
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Raja Yosia menaruh kepercayaan kepada para pekerja yang diangkat untuk mengawasi
rumah Tuhan, sehingga mereka tidak perlu membuat laporan pertanggungjawaban atas uang
yang dipercayakan kepada mereka. Jika ditinjau dari sudut ilmu manajemen, hal yang dilakukan
Raja Yosia ini mempunyai risiko tinggi. Tetapi, Raja Yosia bukanlah orang yang bodoh. Dia
tahu persis apa yang harus dilakukan dan percaya pada kejujuran mereka.
Dewasa ini, sangat sulit mencari pekerja yang mempunyai kejujuran tinggi. Yang lebih
aneh lagi, orang yang jujur akan dianggap sebagai orang yang bodoh dan tidak kreatif oleh
kebanyakan orang. Namun kejujuran memberikan dampak positif bagi kehidupan. Berikut
beberapa kisah tentang kejujuran.
Di dalam buku Floods on Dry Ground (Banjir di Tanah Kering), Eva Stuart Watt
menggambarkan tugas seorang misionaris di Belgian Congo sebagai berikut: “Bahkan
di kalangan musuh Injil sekalipun, ada kekaguman diam-diam bagi mereka yang
hidupnya diabdikan kepada Tuhan. Istilah Bakrustu ya kweli sering terdengar dari mulut
orang-orang yang tidak mengenal Tuhan itu. Arti istilah itu adalah “orang Kristen
sejati”. Di segala penjuru orang-orang Kristen dikenal sebagai manusia kebenaran dan
manusia yang doanya terjawab.”
Suatu hari, pemimpin tertinggi sedang mengadili seorang Kristen yang dituduh
menyembunyikan seorang tahanan Mabudu. Di pengadilan, pemimpin itu berkata
kepada terdakwa, “Katakan kepada saya, apakah kamu menyembunyikan orang itu?”
“Tidak tuan, saya tidak menyembunyikannya.”
Sambil menoleh ke prajuritnya, pemimpin itu berkata, “Kamu bohong! Orang ini adalah
Bakrustu ya kweli! Dia tidak mungkin berbohong.” (Sunday School Times).4

Contoh lain:
Bill Campbell, pemilik Campbell’s Restaurant Equipment and Supply di San Luis
Obispo, California, terkejut ketika menemukan selembar uang $10 dalam satu surat
yang diterimanya pada suatu hari. Uang itu berasal dari seorang pelanggan yang
membeli sebuah kulkas dari perusahaannya pada tahun 1963.
Surat yang terlampir beserta lembaran uang itu berkata, “Saya dikenakan harga lebih
rendah $10. Ketika si penjual menelepon untuk memberi tahu saya, saya tidak mau
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
membayar $10 kekurangannya. Saya menderita karena hal ini selama bertahun-tahun.
Jadi, inilah $10. Terima kasih.”
Campbell, yang ayahnya memulai bisnis tersebut pada tahun 1939, hanya samar-samar
ingat bahwa ia pernah mendengar seorang pelanggan yang dikenakan harga lebih rendah
dari yang sebenarnya dan tetap tidak mau membayar selisihnya. Detail-detailnya kabur
dalam ingatannya. Ia berkata tentang insiden itu, “Itu adalah $10 yang sudah kami
hapuskan.” Bagi Campbell, $10 itu terlalu berharga untuk dimasukkan ke bank. Uang
itu lebih penting baginya sebagai pokok pembicaraan, di bingkai dan digantung di
dindingnya. Campbell berharap, bagaimanapun, pelanggan itu memberikan namanya
atau alamat kembali. “Ia perlu diberi ucapan terima kasih,” kata Campbell.5

4
Kisah ini diceritakan ulang oleh Xavier Quentin Pranata dalam buku 100 Kisah yang Mengubah Hidup
Anda, 105-106.
5
Kisah-kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin (Gospel Press), 257.
15
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Dalam ilustrasi di atas, kita dapat melihat bahwa ketidakjujuran sanggup membuat
seseorang menderita selama bertahun-tahun. Kadang kala kita merasa dengan berbuat tidak
jujur kita bisa mendapatkan keuntungan tambahan. Namun, fakta yang sering terjadi adalah
ketidakjujuran menimbulkan rasa bersalah yang akan membuat seseorang menderita.
Contoh yang lain dapat dilihat dari kehidupan Kolonel Ben Sherrod di bawah ini. Ia
menolak mendapatkan keuntungan jika dia mau berkata tidak jujur.
Mantan presiden Baylor University, Rufus C. Burlesson, pernah berkata, “Betapa
seringnya saya mendengar ayah mengisahkan dengan kata-kata penuh penghargaan
pada kejujuran sahabat lamanya, Kolonel Ben Sherrod. Ketika ia terancam bangkrut dan
miskin dalam usia tua dan terikat utang sebesar $850.000, seorang pengacara tidak
bermartabat berkata kepadanya, ‘Kolonel Sherrod, Anda hancur tak berdaya. Namun,
jika Anda bersedia memberi saya $5.000 sebagai biaya kesaksian, saya dapat
mengupayakan suatu kekurangan teknis dalam urusan Anda dan mengeluarkan Anda
dari masalah itu.”
Orangtua dari Alabama ini berkata, “Usulan Anda menjijikkan. Saya menandatangani
surat-surat itu dengan itikad baik, dan dolar terakhir akan dibayarkan jika kemurahan
menggali kuburan saya dan membeli kain kafan saya.” Ia mengajak saya dan saudara
saya, Richard, khusus untuk bertemu dengan orang tua yang tidak dapat disuap itu, dan
wajah serta kata-katanya terukir dalam hati dan pikiran saya.
Orang-orang akan mengingat kita karena janji-janji yang kita tepati dan kejujuran kita,
khususnya ketika kita sebenarnya dapat mengambil keuntungan dari tidak mengatakan
yang sebenarnya. Karakter ucapan Anda merupakan aset terbesar Anda, dan kejujuran
merupakan sifat terbaik Anda.6

Kolonel ini tidak mau melakukan hal tersebut sehingga dia bisa menjadi saksi bagi
banyak orang. Dengan tetap mempertahankan kejujuran, sang Kolonel telah menjadi banyak
berkat dan menginspirasikan kebenaran ini kepada banyak orang.
Gallup Poll melakukan suatu penelitian untuk menguji etika dan kejujuran dari 24
pekerjaan. Di bawah ini adalah daftarnya.
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
No Pekerjaan %
1 Pelayan Tuhan 64
2 Apoteker dan pekerja farmasi 61
3 Dokter 53
4 Dokter gigi 51
5 Dosen 47
6 Insinyur 46
7 Polisi 42
8 Bankir 38
9 Reporter TV dan komentator 33
10 Direktur Pemakaman 29
11 Reporter surat kabar 26

6
Kisah-kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin (Gospel Press), 39. 16
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

12 Pengacara 24
13 Broker saham 19
14 Eksekutif bisnis 18
15 Senator 17
16 Kontraktor bangunan 17
17 Politikus lokal 16
18 Anggota partai politik 14
19 Broker perumahan 13
20 Pegawai Pemerintahan 13
21 Pedagang asuransi 13
22 Pemimpin serikat pekerja 12
23 Praktisi periklanan 8
24 Penjual mobil 6

Dari data ini, kita bisa mengetahui pendapat kebanyakan orang mengenai berbagai
profesi yang ada. Dari daftar tersebut kita juga bisa melihat pandangan masyarakat terhadap
kejujuran yang dimiliki semua profesi, termasuk hamba Tuhan, ternyata tidak terlalu
menggembirakan. Dengan demikian, kita bisa mengetahui bagaimana masyarakat menganggap
bahwa kejujuran sudah mulai hilang dalam lingkungan pekerja.
Beberapa nasihat Alkitab untuk kegiatan bisnis yang berhubungan dengan kejujuran.
a. Ambillah keuntungan yang wajar
Alkitab sama sekali tidak melarang kita untuk mendapatkan keuntungan. Akan tetapi,
Alkitab melarang seseorang untuk mendapatkan keuntungan yang tidak wajar atau pun
keuntungan yang timbul dengan merugikan orang lain. Masalahnya adalah masih banyak orang
yang tega mengorbankan pekerja mereka atau rekan bisnis demi mendapatkan keuntungan
pribadi.
Kecenderungan manusia adalah mendapatkan keuntungan pribadi yang sebesar-
besarnya. Mereka sering kali tidak menyadari bahwa mereka mempertaruhkan nama baik ketika
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
melakukan hal tersebut. Padahal firman Tuhan menyatakan bahwa nama baik lebih penting
daripada kekayaan.
“Nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik daripada perak
dan emas.” (Ams. 22:1).

Karena itu, sebagai seorang Kristen kita harus mengambil keuntungan yang wajar dari
pekerjaan yang kita lakukan ataupun dari produk yang kita jual. Dengan demikian, kita akan
bisa menjaga integritas kita di hadapan Tuhan dan di hadapan manusia.

17
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

b. Berilah upah yang pantas


Cara paling gampang untuk mendapatkan uang tambahan adalah membayar para
pekerja kita tidak sebanding dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Tuhan dengan tegas
menjelaskan topic ini baik di Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru.
“Janganlah engkau memeras pekerja harian yang miskin dan menderita, baik ia saudaramu
maupun seorang asing yang ada di negerimu, di dalam tempatmu.”(Ul. 24:14).

“Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai
tuan di surga.” (Kol. 4:1).

Seringkali, para tuan dengan gampang menekan dan memeras para pekerja mereka.
Tuhan mengetahuinya, sehingga Dia memberikan perintah-Nya secara khusus yang berkaitan
dengan hal ini. Ketika kita mulai memperlakukan orang lain dengan adil, maka Tuhan juga akan
memperlakukan kita secara adil. Adakah hal yang lebih buruk lagi bisa terjadi dalam kehidupan
kita selain Tuhan telah memutuskan untuk bersikap tidak adil kepada kita?

c. Kebenaran pasti akan terungkap


“Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui.”
(Ams. 10:9).

“Tidak ada sesuatu pun yg tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang
tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu, apa yang kamu katakana dalam gelap akan
kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan
diberitakan dari atas atap rumah.” (Luk. 12:2-3).

Pada suatu saat kebenaran mungkin bisa disamarkan, tetapi kebenaran tidak bisa
disembunyikan selamanya. Hal ini persis seperti kata pepatah “sebaik-baiknya bangkai ditutupi,
akhirnya tercium pula baunya.” Pada suatu waktu tertentu kebenaran mungkin bisa ditutupi dan
dimanipulasi, tetapi pada suatu saat kebenaran tersebut pasti akan menyatakan dirinya sendiri. Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
Mungkin kebenaran tidak akan sempat dinyatakan di muka bumi ini. Namun, di takhta
pengadilan Tuhan, semua kebenaran pasti dinyatakan.
Kita harus menyatakan kebenaran dan tidak memanipulasinya demi keuntungan pribadi
kita sendiri karena apa pun yang kita lakukan harus kita pertanggungjawabkan di hadapan
Tuhan. Jangan mengorbankan kejujuran hanya untuk keuntungan pribadi kita. Hal ini akan
membawa pengaruh buruk dalam kehidupan kita.

18
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Gaya Kerja 4: Tulus dan Setia


“ . . . tetapi hendaklah selalu tulus dan setia . . .” (Tit. 2:10).
Gaya kerja keempat yang harus dimiliki oleh para pekerja Kristen adalah bekerja dengan
tulus dan setia.
a. Ketulusan
Ketulusan adalah suatu sikap yang tidak berpura-pura. Hal ini berarti semua tindakan
yang dilakukan seseorang sesuai dengan keadaan hatinya. Sifat ini adalah sifat yang sangat
penting dan merupakan suatu syarat untuk bisa melayani Kristus. Kristus menetapkan dua
syarat, yaitu “cerdik” dan “tulus” supaya para murid-Nya berhasil dalam pelayanan mereka.
“Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah
kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Mat. 10:16).
Kedua sifat ini saling melengkapi sehingga harus dimiliki secara bersamaan. Jika
seseorang hanya “cerdik” saja, maka ia akan menjadi orang yang sangat berbahaya karena bisa
menggunakan kecerdikannya untuk mengeruk keuntungan pribadi tanpa peduli dampak
tindakannya terhadap orang lain. Kebalikannya, jika ia hanya memiliki ketulusan saja, tetapi
tidak cerdik, maka dia akan mudah dimanipulasi orang lain. Karena itu, Yesus menyatakan
bahwa kedua sifat ini adalah prasyarat keberhasilan baik dalam pelayanan maupun dalam
kehidupan seseorang.
Dalam kaitannya dengan pekerjaan, Paulus mengatakan bahwa setiap pekerja harus
mempunyai hati yang tulus terhadap tuan mereka.
“Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus
hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus.” (Ef. 6:5).

Bahkan ketulusan hati yang dimiliki pekerja harus sama dengan ketulusan hati kepada
Kristus. Hal ini akan membawa dampak yang luar biasa terhadap pekerjaannya. Mereka tidak
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
akan mempunyai agenda tersembunyi dan hanya memanfaatkan tuan mereka untuk memenuhi
agenda tersebut.

b. Kesetiaan
Kesetiaan diperlukan untuk mendapatkan keberhasilan dalam apa pun yang kita
kerjakan. Sayangnya, sifat ini sulit ditemukan.
“Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya.”
(Ams. 20:6).

19
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Amsal di atas dengan jelas menyatakan bahwa hanya sedikit orang yang mempunyai
sifat ini. Para pekerja yang mempunyai sifat setia senantiasa dapat memuaskan hati tuan
mereka. Perhatikan ayat di bawah ini yang menjelaskan sifat setia.
“Seperti sejuk salju di musim panen, demikianlah pesuruh yang setia bagi orang-orang yang
menyuruhnya. Ia menyegarkan hati tuan-tuannya.” (Ams. 25:13).

Sifat setia menyegarkan hati tuan mereka. Jika hati tuan mereka disegarkan, bisa
dipastikan ia akan menjadi kebanggan tuannya dan mendapat tanggung jawab yang lebih besar.
Tuhan Yesus dalam perumpamaan tentang talenta juga menyatakan bahwa hamba yang
setia akan menerima tanggung jawab yang lebih besar.
“Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah
setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.” (Luk. 19:17).

Kesetiaan juga berarti mengerjakan pekerjaan di saat kita sebenarnya tidak ingin
mengerjakannya. Ada kalanya, kita harus melakukan suatu pekerjaan di saat kita sebenarnya
ingin mengerjakan pekerjaan yang lain. Karena itu, gaya kerja seorang pekerja Kristen adalah
“tulus” dan “setia”. Dengan gaya kerja seperti ini bisa dipastikan mereka akan menerima
tanggung jawab yang lebih besar.
Beberapa hal praktis yang bisa dilakukan sehubungan dengan sifat tulus dan setia:
a. Memegang janjji
Orang akan dengan mudah mengingat janji yang menguntungkan dirinya. Jenis
janji seperti ini tidak usah diajarkan. Tidak peduli waktu berlalu, biasanya orang akan
senantiasa ingat janji-janji yang menguntungkan diri mereka. Lain halnya dengan janji
yang merugikan dirinya. Orang akan dengan mudah melupakan atau pura-pura
melupakannya. Dengan kata lain, “Batalkan janji yang mendatangkan kerugian bagi
saya dan penuhi semua janji yang menguntungkan saya.”
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
Akan tetapi, firman Tuhan mengatakan bahwa janji harus ditepai, tidak pedulli
apakah janji tersebut menguntungkan atau merugikan kita.
“Yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut
akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi.” (Mzm. 15:4).

Dalam hal praktis, ini berarti kita harus memenuhi semua janji bisnis yang kita
buat. Jika kita melakukannya, maka pemimpin atau rekan bisnis akan lebih
mempercayai kita sehingga kita akan diberi tanggung jawab terhadap hal-hal yang lebih
besar.
b. Mengerjakan hal-hal kecil dengan setia

20
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

“Tunjukkanlah kepada saya orang yang tidak mau repot melakukan hal-hal kecil dan
saya akan menunjukkan kepada Anda orang yang tidak dapat dipercaya untuk
melakukan hal-hal besar.” (Anonim).

“Saya menganjurkan Anda untuk memperhatikan hal-hal kecil, karena itu merupakan
dasar untuk terjadinya hal-hal besar.” (Lord Chesterfield).

Hal-hal besar tidak akan pernah bisa diselesaikan tanpa mengerjakan hal-hal
yang kecil. Demikian pula dengan aktivitas yang kita lakukan. Semua aktivitas yang
kita lakukan pastilah terdiri dari gabungan beberapa aktivitas kecil. Tanpa mengerjakan
hal-hal kecil tersebut dengan baik, hal besar yang menjadi tanggung jawab kita bisa
dipastikan tidak akan diselesaikan dengan baik.
Sayangnya, banyak orang menginginkan langsung mempunyai kemampuan
untuk mengerjakan hal-hal besar tanpa mau memiliki kesetiaan untuk melakukan hal-
hal kecil terlebih dulu. Hal ini tidak pernah bisa terjadi dan pasti akan menimbulkan
frustasi yang besar dalam kehidupan mereka.
Pendapat Dave Thomas, pendiri restoran Wendy, di bawah ini menjelaskan
pentingnya mengerjakan hal-hal kecil yang rutin bagi keberhasilan seseorang.
“Rutinitas adalah apa yang membuat kita tetap berfokus pada hal-hal dasar dan pokok
dalam hidup. Dan kecuali Anda mempunyai rutinitas yang kuat dan sehat, saya ragu
apakah Anda dapat menjalankan kehidupan yang berhasil.” (Dave Thomas).
Keberhasilan mengerjakan pekerjaan kecil akan memberikan kepada kita
tambahan keyakinan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Sebelum sukses
mengalahkan Golita, Daud harus terlebih dulu mengalahkan singa dan beruang. Karena
itu, Daud mempunyai keyakinan yang besar untuk mengalahkan Goliat karena ia sudah
berhasil mengalahkan singa dan beruang.
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
“Apabila Anda telah melakukan perkara kecill dengan baik, maka Anda dapat
memiliki keyakinan bahwa Anda dapat melakukan perkara besar juga.”(Storey).

Aplikasi praktis dari hal ini adalah semua pekerjaan yang diberikan kepada kita
harus kita kerjakan dengan setia. Tidak peduli apakah pekerjaan tersebut menghasilkan
sesuatu yang besar ataukah hanya pekerjaan rutin biasa, kita harus melakukan pekerjaan
tersebut dengan setia. Sebagai contoh adalah pekerjaan mengantar surat. Pekerjaan ini
kelihatannya sangat remeh. Namun, apabila ada surat penting yang terlambat datang,
maka bisa terjadi kesullitan yang besar. Karena itu, pekerjaan ini tidak bisa diremehkan
karena dapat membawa dampak yang sangat besar bagi perusahaan. Demikian juga,
pekerjaan-pekerjaan yang kelihatannya remeh. Namaun, apabila pekerjaan-pekerjaan
21
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

seperti ini dikerjakan dengan asal-asalan bisa membawa dampak buruk. Jadi, bisa
disimpulkan bahwa tidak ada pekerjaan yang boleh kita remehkan.
Perhatikan ilustrasi di bawah ini tentang kehidupan wakil predisen dari Ralston
Purina Company7di Missiouri.
Beberapa tahun lalu, seorang pemuda bekerja keras sebagai pegawai sebuah
perusahaan kereta api. Para atasannya menawarinya kesempatan untuk bekerja
di kantor perkapalan selama beberapa hari dan ia memanfaatkan peluang itu.
Selama waktu itu, pengawasnya meminta pegawai pengganti muda itu
mengerjakan beberapa fakta dan perhitungan vital. “Taruh semuanya di meja
saya saat saya kembali tiga hari lagi,” katanya. Si pemuda tidak tahu apa-apa
tentang pembukuan, namun ia bekerja tiga hari tiga malam tanpa tidur. Semua
fakta dan perhitungan itu sudah siap ketika si pengawas kembali.
Si pemuda, tentu saja, memenangkan rasa kagum pengawasnya, dan begitu
sebuah posisi permanen dibuka, ia merekomendasikan pemuda itu untuk
pekerjaan tersebut. Seiring berlalunya waktu, si pemuda sering dipromosikan,
dan setiap kali dipromosikan, ia dipuji karena pekerjaannya yang menyeluruh
dan dapat dipercaya. Akhirnya, ia menjadi wakil presiden dari Ralston Purina
Company di St. Louis, Missiouri.

Pemuda dalam ilustrasi di atas bersedia melakukan pekerjaan-pekerjaan yang


kelihatannya remeh dengan sangat baik. Sehingga dia sering mendapat promosi sampai
akhirnya mempunyai kedudukan sebagai wakil presiden perusahaan tempatnya bekerja.
Dari contoh di atas, kita bisa melihat pentingnya mengerjakan hal-hal kecil dengan baik.
Salah satu pepatah di bawah ini juga menyatakan bahwa salah satu syarat
kesuksesan adalah mengerjakan hal-hal kecil dengan sangat baik. “Jadilah besar dalam
hal-hal kecil.” (Anonim). Salah satu ilustrasi mengenai hal ini bisa dilihat dari kisah
Daniel Webster di bawah ini.
Ketika Daniel Webster baru memulai kariernya sebagai seorang pengacara, ia
mengambil sebuah kasus dengan bayaran $20. Kasus itu ternyata sulit, dan
dalam mempersiapkannya, Webster harus melakukan perjalanan ke Boston, Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
yang biayanya sendiri lebih besar daripada bayaran yang akan diperolehnya. Ia
bertekad, bagaimanapun juga, untuk mengerjakan kasus itu secara menyeluruh
dan memenangkannya. Dan, ia memang melakukannya. Bila ditinjau kembali,
kasus itu tampaknya kecil, namun pada saat itu, merupakan kemenangan besar.
Bertahun-tahun kemudian, sebuah perusahaan besar mendekat Webster dengan
sebuah surat singkat, memintanya untuk menangani sebuah kasus dan mereka
bersedia membayar sangat tinggi – sebenarnya, bayaran yang cukup
mengejutkan pada saat itu. Ketika Webster mempelajari kasus tersebut, ia
mendapati bahwa kasus itu hampir identik dengan kasus yang ia teliti dan
menangkan hampir dua puluh tahun sebelumnya dengan bayaran hanya $20. Ia

7
Kisah-kisah Rohani Pembangkit Semangat Untuk Pemimpin (Gospel Press), 111. 22
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

mengambil kasus itu, dan seperti sebelumnya, putusan pengadilan


menguntungkan kliennya.8

Kita tidak pernah tahu dampak dari hal-hal kecil yang sepertinya tidak
membawa hasil apa-apa dalam kehidupan kita saat ini. Namun, jika kita tetap
melakukannya dengan setia, maka ada kemungkinan banyak hal besar bisa kita kerjakan
karena hal-hal kecil tersebut.

Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan

8
Kisah-kisah Rohani Pembangkit Semangat Untuk Pemimpin (Gospel Press), 97. 23
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

BAB IV
ETIKA BISNIS

Kewajiban Karyawan Terhadap Perusahaan


Kewajiban Ketaatan
Karyawan harus taat kepada atasannya di perusahaan, justru karena ia bekerja di situ.
Bila direktur perusahaan berdiri di depan pintu kantornya dan memberi perintah kepada orang
yang kebetulan lewat di jalan, orang itu tidak wajib sama sekali mematuhi perintah itu, karena
tidak mempunyai ikatan apa pun dengan perusahaan di mana sang direktur memegang
pimpinan. Demikian juga, jika sang direktur memberi perintah kepada karyawan dari
perusahaan lain. Tapi bagi orang yang mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan, salah satu
implikasi dari statusnya sebagai karyawan adalah bahwa ia harus mematuhi perintah dan
petunuk dari atasannya. Namun demikian, hal itu tidak berarti bahwa karyawan harus menaati
semua perintah yang diberikan oleh atasannya.
a. Karyawan tidak perlu dan malah tidak boleh mematuhi perintah yang menyuruh dia
melakukan sesuatu yang tidak bermoral.
Jika atasan memerintahkan bawahannya untuk membunuh musuhnya, karyawan tidak
boleh melaksanakan perintah tersebut. Atau jika pimpinan perusahaan menyuruh para
karyawannya untuk melakukan penipuan, hal itu pada prinsipnya tidak boleh mereka lakukan.
Dalam suasana bisnis yang kurang sehat, kita sering menyaksikan karyawan terlibat dalam
praktek penipuan dari atasannya. Mungkin mereka terpaksa melakukan hal itu, karena kalau
menolak mereka akan dipecat. Mungkin juga mereka ikut serta dengan segenap hati, karena
akan memperoleh sebagian dari keuntungannya. Tetapi dari segi etika sudah jelas mereka
melibatkan diri dalam kegiatan yang tidak boleh dilakukan.
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
b. Karyawan tidak wajib juga mematuhi perintah atasannya yang tidak wajar, walaupun
dari segi etika tidak ada keberatan
Yang dimaksudkan dengan perintah yang tidak wajar adalah perintah yang tidak
diberikan demi kepentingan perusahaan. Hal itu terjadi, bila kepala unit memerintahkan
bawahannya untuk memperbaiki mobil pribadinya, merenovasi rumah pribadinya, dan
sebagainya, atau bila juru buku di perusahaan ditugaskan untuk memegang pembukuan dari
klub golf di mana bosnya menjadi bendahara. Sebagai karyawan, setiap orang masuk di
perusahaan untuk mengerjakan tugas-tugas demi kepentingan perusahaan, bukan demi

24
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

kepentingan pribadi si atasan. Karena itu, kalau diberikan perintah yang tidak wajar atau tidak
masuk akal seperti tadi, lebih baik karyawan menolak melaksanakannya.
c. Karyawan juga tidak perlu mematuhi perintah yang memang demi kepentingan
perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan penugasan yang disepakati (job description),
ketika ia menjadi karyawan di perusahaan itu.
Seseorang masuk perusahaan pada umumnya untuk menjalankan tugas-tugas tertentu.
Contoh yang sering disebut dalam buku etika bisnis dari Amerika Serikat adalah wanita yang
diterima dalam perusahaan untuk suatu fungsi manajemen, tapi lama-kelamaan diberikan tugas-
tugas sekretaris (menerima telepon, membuat janji, mengurus perjalanan si bos, dan
sebagainya). Wanita itu tidak perlu mematuhi perintah ini, karena ia tidak masuk kerja di
perusahaan sebagai sekretaris.
Tetapi kasus-kasus seperti ini dalam praktek lebih sulit daripada kasus melayani
kepentingan pribadi si atasan tadi. Pekerjaan di perusahaan harus diatur dengan fleksibilitas dan
efisiensi yang semestinya, sehingga tugas-tugas karyawan tidak boleh ditafsirkan dengan terlalu
kaku. Kerap kali kepentingan perusahaan meminta, agar karyawan bersedia mengerjakan tugas-
tugas yang melebihi pekerjaan yang biasanya dijalankan atau bekerja lebih lama daripada jam
kerja yang biasa. Pada akhir tahun – umpamanya – para karyawan akuntansi harus bekerja
lembur. Jika operator sentral telepon di perusahaan sedang cuti dan mereka yang biasa
menggantikannya semua sakit, harus ada karyawan lain yang bersedia untuk sementara waktu
mengambil alih pekerjaan ini. Komunikasi dengan luar melalui telepon merupakan sarana yang
begitu vital untuk perusahaan, sehingga tidak bisa ditutup saja. Pekerjaan operator telepon harus
diberi prioritas di atas tugas-tugas lain. Contoh lain adalah order ekspor harus diselesaikan pada
hari tertentu. Bagi perusahaan sangat penting bahwa order itu bisa dikirim dalam batas waktu
yang telah ditentukan. Karena itu dapat dimengerti, bila beberapa karyawan diminta membantu
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
untuk menyelesaikan pekerjaan yang mendesak itu, walaupun melampaui tugas-tugas biasa
mereka. Pada taraf manajemen juga bisa timbul situasi mendesak serupa itu. Salah satu cara
untuk menghindari terjadinya kesulitan seputar kewajiban ketaatan addalah membuat job
description yang jelas dan cukup lengkap pada saat karyawan mulai bekerja di perusahaan.
Kalau begitu, karyawan tidak perlu ragu-ragu kewajiban ketaatannya berlaku sampai di mana.
Tetapi karena alasan-alasan yang disebut di atas tadi, job description ini harus dibuat dengan
cukup luwes, sehingga kepentingan perusahaan selalu bisa diberi prioritas.

Studi Kasus 1: Membantu Isteri

25
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Pak Hasyoro, 42 tahun, adalah manajer personalia PT Aman Sentosa yang bergerak di
bidang pertekstilan. Dalam janji kerja dengan PT Aman Sentosa tercantum ketentuan bahwa
kader tinggi tidak boleh mempunyai income lain daripada gaji mereka di perusahaan.
Maksudnya tentu supaya karyawan tidak “ngobyek” ke tempat lain sambil merugikan pekerjaan
tetap mereka. Gaji yang diberikan PT Aman Sentosa dianggap cukup tinggi untuk
membenarkan peraturan seperti itu. Pak Hasyoro juga menandatangani perjanjian itu. Isterinya
mempunyai suatu usaha ekspor kecil-kecilan, yang berkantor di rumah. Dalam waktu luang Pak
Hasyoro membantu isterinya dengan pembukuan dan korespondensi. Ia juga kadang-kadang
memakai telepon PT Aman Sentosa untuk keperluan usaha isterinya, bila telepon di rumah
sedang rusak. Ia menganggap dirinya berhak untuk itu, karena di rumah ia juga kadang-kadang
memakai telepon untuk kepentingan pekerjaannya di PT Aman Sentosa.

Studi Kasus 2: Perintah Atasan


Indrawati bekerja untuk perusahaan PT Konstruksi ABC. Pak Taufik Rachman, atasan
langsungnya, telah membuat kalkulasi untuk sebuah proyek pembangunan dan dalam tender
PT Konstruksi ABC memperoleh proyek pembangunan atas dasar kalkulasi itu. Walaupun
kontrak sudah ditandatangani, atas Indrawati itu minta kepadanya untuk mencek lagi
perhitungannya, sebagaimana memang termasuk pekerjaannya. Dalam menjalankan tugas ini,
Indrawati menemukan sebuah kekhilafan. Akibatnya, perusahaan akan mengalami kerugian
kecil dengan proyek ini dan tidak memperoleh keuntungan yang diharapkan. Indrawati
melaporkan temuan ini kepada atasannya. Pak Taufik menyuruh dia untuk tidak memperhatikan
kekhilafan itu dan tidak menceritakannya kepada siapa pun. Kalau tidak, ia langsung dipecat.
Pak Taufik sendiri tidak melaporkan kekhilafan itu kepada direksi perusahaan.

Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan


Kewajiban Konfidensialitas
Kewajiban konfidensialitas adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat
konfidensial – dan karena itu rahasia – yang telah diperoleh dengan menjalankan suatu profesi.
Banyak profesi mempunyai suatu kewajiban konfidensialitas, khususnya profesi yang bertujuan
membantu sesama manusia. Yang tertua adalah profesi kedokteran. “Konfidensialitas” berasal
dari kata Latin confidere, yang berarti “mempercayai”. Kalau orang sakit berobat ke dokter,
terpaksa ia harus menceritakan hal-hal yang tidak enak rasanya bila diketahui orang lain, seperti
sebab penyakitnya, situasi keluarga, dan lain-lain. Informasi konfidensial itu disampaikan atas
dasar kepercayaan, dalam arti bahwa dokter yang dipercayakan informasi tersebut tidak akan

26
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

memberitahukannya kepada orang lain. Selain dokter, profesi seperti psikolog, pengacara,
pendeta sering berjumpa dengan kewajiban konfidensialitas.
Dalam konteks perusahaan juga konfidensialitas bisa memegang peranan penting.
Karena seseorang bekerja pada suatu perusahaan, bisa saja ia mempunyai akses kepada
informasi rahasia. Contoh terkenal adalah akuntan. Karena pekerjaannya, ia tahu persis
bagaimana keadaan financial perusahaan, tetapi pengetahuan itu tidak boleh dibawakannya ke
luar. Pengetahuan rahasia itu diperoleh oleh seseorang justru karena dia karyawan; seandainya
ia tidak bekerja di situ, ia tentu tidak akan mengetahui informasi itu. Konsekuensinya, sebagai
karyawan ia wajib menjaga kerahasiaan. Perlu dicatat lagi, kewajiban konfidensialitas tidak
saja berlaku selama karyawan bekerja di perusahaan, tetapi berlangsung terus setelah ia pindah
kerja. Jika ia pindah kerja, kewajiban ini malah menjadi lebih aktual, terutama bila perusahaan
baru itu bergerak di bidang yang sama seperti perusahaan lama. Adalah sangat tidak etis, jika
seseorang pindah kerja sambil membawa rahasia perusahaan ke perusahaan baru, supaya
mendapat gaji lebih tinggi. Karena ada kerahasiaan ini, industrial espionage pun harus dianggap
tidak etis.
Apa saja termasuk trade secrets atau “rahasia perusahaan” ini? Banyak sekali. Misalnya,
teknik memproduksi suatu produk atau – jika mengenai makanan atau obat-obatan – formula
sebuah produk. Formula Coca-cola merupakan suatu trade secret yang paling masyhur dalam
sejarah bisnis. Formula ini tidak bisa ditemukan dengan analisis kimia dan juga tidak pernah
dipatenkan. Saingan seperti Pepsi-Cola dan perusahaan lain telah berusaha meniru minuman
itu, tetapi tidak berhasil persis. Contoh-contoh lain adalah hasil penelitian, program computer,
keadaan financial perusahaan, tetapi juga daftar pelanggan dan mailing list sebuah perusahaan.
Di samping itu, termasuk di dalamnya juga rencana perusahaan di waktu mendatang
(terutama di bidang produksi dan pemasaran) dan strateginya saat sekarang. Perlu ditekankan
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
lagi, kewajiban konfidensialitas ini terbatas pada informasi perusahaan. Hal-hal lain yang
diperoleh atau diketahui sambil bekerja di perusahaan, pada prinsipnya tidak termasuk
kewajiban konfidensialitas. Misalnya, kita bisa membedakan informasi rahasia yang diperoleh
seorang karyawan waktu bekerja pada perusahaan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh
karyawan itu dengan bekerja pada perusahaan yang sama. Informasi rahasia tidak boleh
dibocorkan kepada perusahaan lain, tetapi ketrampilan itu tentu boleh dibawa ke perusahaan
lain. Jika seorang programmer pindah kerja, ia tidak boleh membawa program yang dibuatnya
di perusahaan lama ke perusahaan baru. Tetapi ketrampilan yang diperolehnya selama beberapa
tahun bekerja di perusahaan pertama boleh saja ia bawa ke perusahaan baru. Bagaimana

27
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

mungkin ia meninggalkan ketrampilan itu? Namun demikian, perbedaan antara informasi


rahasia dan ketrampilan dalam praktek tidak selalu semudah itu.
Akhirnya dapat ditanyakan lagi mengapa karyawan harus menyimpan rahasia
perusahaan. Ada alasan etika apa yang mendasari kewajiban ini? Alasan utama adalah bahwa
perusahaan menjadi pemilik informasi rahasia itu. Membuka informasi rahasia sama dengan
mencuri. Milik tidak terbatas pada barang fisik saja, tetapi meliputi juga ide, pikiran, atau
temuan dari seseorang. Dengan kata lain, di samping milik fisik terdapat juga millik intelektual.
Jadi, dasar untuk kewajiban konfidensialitas dari karyawan adalah intellectual property rights
dari perusahaan. Perusahaan farmasi, umpamanya, melakukan banyak penelitian yang
bertujuan mengembangkan obat baru. Jika akhirnya mereka berhasil menemukan obat baru,
tentu mereka akan sangat dirugikan, kalau hasil itu dibocorkan ke perusahaan farmasi yang lain.
Mereka menanamkan banyak modal dan waktu dalam program penelitian itu dan karenanya
berhak juga untuk menikmati hasilnya. Tentu saja, obat baru itu akan dipatenkan guna
melindungi hak milik intelektual mereka secara hukum. Tetapi sebelum paten ditentukan,
secara moral perusahaan sudah menjadi pemilik hasil penelitian itu dan setiap orang yang
mencuri informasi itu bertingkah laku tidak etis.
Alasan lain yang sebetulnya berhubungan erat degnan alasan pertama tadi adalah bahwa
membuka rahasia perusahaan bertentangan dengan etika pasar bebas. Kewajiban
konfidensialitas terutama penting dalam sistem ekonomi pasar bebas, di mana kompetisi
merupakan suatu unsur hakiki. Memilliki informasi tertentu dapat mengubah posisi perusahaan
satu terhadap perusahaan lain dengan drastis, sehingga membuka rahasia perusahaan akan
sangat mengganggu kompetisi yang fair.

Studi Kasus 3: Daftar Pelanggan


Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
Yulia Jumiati, usianya 40 tahun, baru lima bulan lamanya bekerja sebagai kepala bagian
pemasaran pada perusahaan PT Dingin Betul, yang berkecimpung di bidang sistem-sistem
pendingin seperti lemari es dan freezer untuk restoran dan supermarket. Ia pindah kerja ke
perusahaan PT Jangan Sampai Busuk, suatu perusahaan baru yang bergerak pada bidang yang
sama dan karena itu menjadi konkuren langsung PT Dingin Betul. Di situ juga ia bekerja
sebagai kepala bagian pemasaran. Yulia yakin bahwa produk PT Jangan Sampai Busuk lebih
unggul. Hari terakhir ia bekerja pada perusahaan lama, ia membuat fotocopi dari daftar
pelanggan PT Dingin Betul yang memuat juga informasi tentang alat yang pernah dibeli dan
tahun berapa harus diganti, dan sebagainya. Dalam hal ini ia berpikir tidak mencuri, karena

28
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

daftar asli tetap dibiarkan di tempatnya. Dalam job yang baru, ia secara sistematis menghubungi
semua pelanggan pada daftar itu dan menjelaskan keunggulan produk PT Jangan Sampai
Busuk. Ia ternyata bisa menjual banyak unit sistem pendingin dan dianggap seorang marketer
yang pandai. Gajinya naik terus.

Studi Kasus 4:Donald Wohlgemuth dan Goodrich


Pada tahun 1960-an Donald Wohlgemuth adalah insinyur Amerika yang bekerja pada
perusahaan Goodrich di Ohio, perusahaan yang memproduksi bahan karet. Ia bekerja pada unit
yang membuat pakaian astronaut untuk proyek antariksa dari pemerintah Amerika dan
mempunyai akses kepada teknologi rahasia. Ia tidak puas dengan gajinya serta kondisi kerja
dan karena itu mulai berunding dengan perusahaan International Latex, saingan bagi Goodrich,
tentang gaji dan fasilitas, jika ia masuk kerja di sana. International Latex pun mempunyai
program pembuatan pakaian astronaut untuk pemerintah. Pimpinan Goodrich tidak setuju dan
mengajukan masalah kerja ini ke pengadilan. Mereka berharap hakim akan melarang
Wohlgemuth berpindah ke International Latex. Pengadilan memutuskan bahwa Goodrich tidak
bisa melarang Wohlgemuth untuk menjual ketrampilannya kepada perusahaan lain, tapi
sekaligus melarang Wohlgemuth untuk membuka rahasia dari perusahaan lamanya.9

Kewajiban Loyalitas
Kewajiban loyalitas pun merupakan konsekuensi dari status seseorang sebagai
karyawan perusahaan. Dengan mulai bekerja di suatu perusahaan, karyawan harus mendukung
tujuan-tujuan perusahaan, karena sebagai karyawan ia melibatkan diri untuk turut
merealisasikan tujuan-tujuan tersebut, dan karena itu pula ia harus menghindari segala sesuatu
yang bertentangan dengannya.
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
Faktor utama yang bisa membahayakan terwujudnya loyalitas adalah konflik
kepentingan (conflict of interest), artinya konflik antara kepentingan pribadi karyawan dan
kepentingan perusahaan. Karyawan tidak boleh menjalankan kegiatan pribadi, yang bersaing
dengan kepentingan perusahaan. Berdasarkan kontrak kerja atau setidak-tidaknya karena
persetujuan implicit (kalau tidak ada kontrak resmi), karyawan wajib melakukan perbuatan-
perbuatan tertentu demi kepentingan perusahaan. Karena itu, ia tidak boleh melibatkan diri
dalam kegiatan lain yang terbentur dengan kewajiban itu. Karyawan pabrik kecap yang sore
hari membuat kecap di rumah dengan memakai formula kecap perusahaan dan menjualnya

9
M. Velasquez, Business Ethics (Harvard Business Review, November/December,1968), 363. 29
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

kepada pelanggan perusahaan dengan harga lebih murah, dengan jelas melanggar kewajiban
loyalitas.
Jika benturan kepentingan terjadi tanpa dipilih oleh karyawan sendiri, ya apa boleh buat.
Ia harus mencari penyelesaian yang sebaik-baiknya. Tetapi tidak pernah boleh ia sendiri
mengakibatkan situasi konflik itu.
Dalam konteks loyalitas ini termasuk juga masalah etis seperti menerima komisi atau
hadiah selaku karyawan perusahaan. Sebab, dapat ditanyakan apakah dengan praktek itu
karyawan tidak merugikan perusahaannya. Masalah-masalah ini termasuk grey area atau
“kawasan kelabu”, karena penilaian moral tentangnya sering berbeda. Tentu saja istilah komisi
mempunyai juga arti yang tidak menimbulkan masalah etika, karena termasuk sistem imbalan
yang sah. Untuk beberapa jenis pekerjaan, di samping gaji tetap diberikan komisi sebagai
insentif khusus. Salesman dalam sektor permobilan atau perumahan biasanya mendapat komisi
sekian persen untuk setiap unit yang dijual. Hal seperti itu kerap kali bahkan tercantum dalam
kontrak kerja. Biro perjalanan mendapat komisi dari maskapai penerbangan untuk setiap tiket
pesawat yang dijualnya. Agen asuransi mendapat komisi untuk setiap asuransi yang laris
melalui jasanya. Komisi dalam arti itu merupakan sebagian dari sistem bisnis yang sah.
Di sini dimaksudkan komisi dalam arti lain, yaitu jumlah yang diberikan kepada
karyawan secara pribadi dalam menjalankan tugas atas nama perusahaannya dengan
perusahaan atau instansi lain. Misalnya, manajer perkantoran harus membeli mebel untuk
mengisi gedung baru. Ia menghubungi perusahaan mebel dan mulai berunding tentang jenis
mebel, waktu penyelesaian pesanan, harga dan sebagainya. Akhirnys disetujui 400 juta rupiah
untuk seluruh pesanan dan sebagai komisi ditawarkan 10 persen. Komisi seperti ini tentu
diberikan untuk mengikat si karyawan, supaya lain kali ia kembali lagi ke tempat yang sama.
Contoh pada skla lebih besar adalah anggota dewan direksi yang bertugas mencari kontraktor
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
untuk sebuah proyek. Dari kontraktor ini ia akan memperoleh komisi sekian persen, kalau
kontrak jadi. Kadangkala komisi pun bisa diberikan dalam bentuk hadiah-hadiah tertentu dari
perusahaan lain. Di Amerika Serikat komisi dalam arti ini sering disebut kickback. Untuk
mengatasinya, ada baiknya perusahaan membuat kode etik yang mengatur tentang komisi.
Misalnya perusahaan memuat ketentuan yang mengatakan bahwa karyawan tidak boleh
menerima hadiah yang berharta di atas jumlah uang tertentu. Ketentuan itu membuat kawasan
kelabu hilang, karena komisi atau hadiah di bawah batas tertentu tersebut masih diperbolehkan.
Dalam konteks kewajiban loyalitas ini muncul pertanyaan lagi tentang hubungan
dengan kesetiaan. Jika karyawan pindah kerja karena alasan mencari gaji lebih tinggi,

30
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

umpamanya, apakah perbuatan itu bisa dilihat sebagai pelanggaran kewajiban loyalitas? Kesan
itu bisa timbul, karena dengan berpindah ia tidak setia pada perusahaannya dan loyalitas
rupanya ada implikasi kesetiaan. Dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris kata “loyal”
selalu dikaitkan dengan “setia”. Pertanyaan ini bisa dijawab dengan menegaskan bahwa
karyawan tidak mempunyai kewajiban saja, ia mempunyai juga hak. Dan hak karyawan antara
lain dicantumkan dalam kontrak kerja, di mana pasti ada ketentuan bahwa karyawan wajib
memberitahukan satu, dua, tiga bulan sebelumnya (tergantung posisinya dan kesulitan mencari
pengganti), jika ia mau meninggalkan perusahaan. Dengan demikian kewajiban loyalitas tidak
meniadakan hak karyawan untuk pindah kerja. Di sini tidak ada masalah etika.
Di Indonesia, khususnya di kota-kota besa, kita lihat orang mudah sekali berpindah
kerja. Sadar atau tidak sadar, kebiasaan ini dilatarbelakangi pandangan liberalistis yang
menomorsatukan pentingnya hak. Tidak mustahil, di tempat lain ada budaya kerja lain di mana
berpindah kerja nyaris menjadi pelanggaran etika. Contoh terkenal adalah budaya kerja yang
tradisional di Jepang. Konon, kalau di Jepang dulu – sekarang rupanya suasana sudah berubah
– orang muda mulai bekerja, ia diterima dalam perusahaan seperti dalam keluarga baru. Dari
hubungan keluarga kita tidak pernah bisa keluar. Begitu pula hubungan kerja dengan suatu
perusahaan di sana diharapkan akan berlangsung seumur hidup. Budaya kerja seperti itu jelas
menuntut loyalitas khusus dan berpindah kerja bisa dinilai kurang etis. Di sisi lain, dalam
keadaan itu perusahaan mempunyai tanggung jawab khusus terhadap karyawannya. Perusahaan
akan menjamin kesejahteraan bagi karyawan dan keluarga, ia memungkinkan perkembangan
lebih lanjut untuk karyawan (kursus, training, dan lain-lain), ia akan menyediakan kesempatan
untuk promosi dalam perusahaan, dan sebagainya. Pendeknya, karyawan itu tidak mempunyai
alasan untuk berpindah kerja.
Suasana kerja yang tradisional di Jepang itu merupakan satu ekstrem. Ekstrem lain
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
adalah seorang job-hopper yang langsung akan berpindah kerja, kalau di perusahaan lain ia
ditawarkan gaji lebih tinggi. Biarpun perbedaan gaji tidak seberapa, ia akan memanfaatkan
setiap kesempatan untuk menambah pendapatannya, sehingga bisa terjadi ia pindah kerja tiga
atau empat kali dalam setahun. Apakah perilaku karyawan ini masih bisa dianggap etis? Jika
karyawan memenuhi semua kewajibannya terhadap perusahaan-perusahaan di mana ia pernah
bekerja, termasuk juga memberitahukan rencana berpindah kerja dalam batas waktu yang
ditentukan, maka tidak bisa ia dikatakan ia berlaku kurang etis terhadap perusahaan-perusahaan
tersebut. Namun demikian, dengan itu semua tuntutan etika bagi dia belum terselesaikan. Orang
itu tidak mempunyai etos kerja yang baik, sebab satu-satunya motivasi kerja bagi dia adalah

31
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

imbalan financial. Untuk satu perusahaan pun ia tidak mempunyai dedikasi sungguh-sungguh.
Sebagai karyawan ia barangkali tidak membuat kesalahan terhadap suatu perusahaan, tetapi
sebagai manusia ia tidak mempunyai sikap moral yang benar. Ia diliputi suasana materialistis
dan hedonistis. Ia mengalami kekurangan moral yang mendasar dalam hidupnya, sebab ia tidak
mempunyai keutamaan. Karena itu, tidak bisa dikatakan ia hidup baik secara moral.

Studi Kasus 5: Teknisi Komputer


Ahmad, 25 tahun, belum menikah, bekerja sebagai teknisi di PT Suka Melayani yang
bergerak di bidang computer. Lima tahun yang lalu Ahmad mendapat training atas biaya
perusahaan selama enam bulan. Dalam pekerjaannya Ahmad biasanya keliling (kantor dan
rumah pribadi) untuk mereparasi computer. Ahmad sering menawarkan kepada klien untuk
mereparasi komputer dengan harga lebih murah; kalau begitu, hasilnya tidak disalurkan ke
perusahaan tapi langsung masuk ke kantongnya sendiri. Hal itu akan ia lakukan dalam waktu
kerja, tapi juga pada hari Minggu/libur.

Studi Kasus 6: Membeli Gorden dan Karpet


Pak Ali dan Mbak Susi adalah karyawan PT Maju Terus. Pak Ali adalah manajer gedung
perkantoran dan Susi sekretaris direktur. Ruang kerja direktur membutuhkan gorden dan karpet
baru. Ali pergi ke toko Senang di mana ia sudah menjadi pelanggan sejak bekerja pada PT Maju
Terus. Direktur menyuruh Mbak Susi untuk menemani Pak Ali, karena ia berpendapat bahwa
Mbak Susi mempunyai selera yang tepat dalam memilih warna gorden dan karpet. Setelah
dipilih gorden dan karpet yang dianggap cocok, pemilik toko membuat kuitansi yang
menunjukkan harga 20% lebih tinggi daripada harga gorden dan karpet yang disebut oleh
pemilik toko. Mbak Susi sempat berbisik-bisik dengan Pak Ali untuk mengisyaratkan
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
keheranannya. Ali menjawab bahwa hal itu biasa saja dan bahwa Susi akan mendapat sebagaian
dari komisi itu.

Studi Kasus 7: Pertamina vs. Ny. Kartika Thahir c.s.


Pada 3 Desember 1992 di Pengadilan Tinggi Singapura hakim Lai Chew Chai
memutuskan perkara yang sudah berjalan lama. Ia memenangkan gugatan Pertamina terhadap
Ny. Kartika Thahir, janda almarhum Haji A. Thahir, yang pernah menjabat asisten direktur
utama Pertamina. Direktur utama pada waktu itu adalah Ibnu Sutowo. Dalam putusan tersebut
hakim menetapkan bahwa Pertamina berhak atas uang deposito di Bank Sumitomo (Singapura)

32
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

yang bernilai US$76 juta, tersimpan dalam 17 rekening Deutsche Mark (DM) atas nama Kartika
dan H. A. Thahir. Sementara itu, rekening bernilai US$5,6 juta, diputuskan untuk tetap
disimpan di Bank Sumitomo atas nama pemilik semula, karena Pertamina tidak berhasil
membuktikan bahwa uang itu diperoleh sebagai komisi.
H. A. Thahir meninggal dunia 23 Juli 1976 dan dimakamkan di Taman Pahlawan
Kalibata, Jakarta. Ia meninggalkan seorang isteri Kartika Ratna (isteri kedua) dan 8 anak dari
isteri pertama, Rukiah. Empat hari setelah kematian H. A. Thahir, Kartika terbang ke Singapura
untuk mengambil simpanan atas namanya dan H. A. Thahir di Bank Sumitomo. Sebelumnya ia
menarik uang simpanan serupa US$ 45 juta di Chase Manhattan Bank di New York dan The
Hongkong & Shanghai Bank di Singapura. Tetapi penarikan simpanan di Bank Sumitomo itu
gagal, karena rekening diblokir atas permintaan anak-anak H. A. Thahir. Seandainya
pertengkaran keluarga tidak terjadi, mungkin masalah komisi itu tidak pernah diketahui oleh
dunia luar. Tetapi ketika keluarga Thahir sudah mencapai perdamaian dan pada 2 Mei 1977
menyerahkan akta perdamaian kepada Pengadilan Tinggi Singapura, supaya uang simpanan di
Bank Sumitomo dapat dicairkan, menjadi giliran pemerintah Indonesia untuk menggagalkan
niat itu. Sementara itu pemerintah Indonesia telah membentuk tim dengan tugas, agar uang
simpanan itu dikembalikan ke kas negara.
Pada 6 Mei 1977 pemerintah Indonesia secara resmi menuntut agar pengadilan
mengembalikan uang itu kepada pemerintah Indonesia. Alasannya, menurut tim penyidik uang
itu merupakan hasil komisi sebesar 5% yang diterima Thahir dari beberapa kontraktor Jerman,
seperti Siemens dan Klockner, waktu menegosiasikan kontrak untuk Krakatau Steel, suatu
proyek dari Pertamina. Diduga, komisi tersebut diberikan para kontraktor setelah nilai proyek
Krakatau Steel itu dibengkakkan menjadi dua kali lipat, hingga mencapai 2 milyar dollar
Amerika.
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
Lalu menyusul suatu prosedur yuridis yang lama dan berbelit-belit, yang
dikomplikasikan karena perkara itu harus ditangani menurut hukum Singapura (Inggris) dan
hukum Indonesia (Belanda), dua sistem hukum yang cukup berbeda. Salah satu masalah pokok
adalah apakah hukum Indonesia juga mengenal fiduciary relations dan constructive trust,
seperti terdapat dalam hukum Singapura/Inggris. Suatu unsur yang berpengaruh besar dalam
proses pengadilan ini adalah kesaksian Jenderal L.B. Moerdani bahwa Kartika mengakui
kepadanya uang simpanan itu memang hasil komisi. Pengakuan Kartika itu tertulis dalam dua
lembar kertas pada tahun 1977. Kesaksian Benny Moerdani itu tidak dibantah oleh pihak
Kartika.

33
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Setelah vonis diputuskan, pihak Kartika mengajukan banding ke court of appeal.


Namun demikian, sesuai dengan ketentuan hukum Singapura, putusan pada tingkat pertama
bisa langsung dieksekusi, dengan syarat pemohon dinilai mampu mengembalikan uangnya, bila
kemudian di tingkat banding kalah. Hakim menganggap Pertamina memenuhi persyaratan itu.
Dalam sidang banding akhir Januari 1994 yang dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim, Yong Pung
How, dalil-dalil hukum yang dikemukakan kedua pihak hampir tidak bergeser dari yang pernah
mereka perdebatkan sebelumnya. Tidak lama kemudian banding ditolak dan vonis pertama
dikonfirmasikan.10

Kewajiban Perusahaan Terhadap Karyawan


Di sini juga perlu ditekankan, kita tidak bisa mempelajari semua kewajiban perusahaan.
Kita harus membatasi diri pada beberapa kewajiban penting yang minta perhatian khusus.
Berturut-turut akan dibicarakan tentang kewajiban perusahaan untuk tidak mempraktekkan
diskriminasi, untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, untuk memberi imbalan kerja
yang pantas, dan untuk tidak memberhentikan karyawan dengan semena-mena.

Perusahaan Tidak Boleh Mempraktekkan Diskriminasi


Diskriminasi adalah masalah etis yang baru tampak dengan jelas dalam paro kedua dari
abad ke-20. Seperti berlaku untuk banyak hal lain di zaman kita, tempat asal permasalahan ini
adalah Amerika Serikat. Salah satu prinsip dasar yang ditulis Thomas Jefferson dalam Deklarasi
Kemerdekaan Amerika (1776) berbunyi: “We hold these truths to be self-evident: that all men
are created equal and endowed by their creator with certain inalienable rights”. Tetapi
persamaan semua warga negara yang dari semula dianggap begitu eviden, pada kenyataannya
hanya dengan perlahan-lahan diakui di Amerika Serikat. Sekitar tahun 1950-an masih banyak
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
diskriminasi dipraktekkan, khususnya terhadap minoritas kulit hitam, keturunan dari budak-
budak yang dulu didatangkan dari Afrika untuk bekerja di perkebunan. Pada waktu itu masih
dinilai biasa saja, kalau sekolah atau perusahaan secara prinsipil menolak menerima orang kulit
hitam. Dan dalam banyak hal lain kelompok hitam merasa dirinya diperlakukan kurang adil,
dibandingkan dengan warga negara lain. Kesadaran akan keadaan yang tidak beres ini
menimbulkan the civil rights movement, gerakan kaum kulit hitam untuk memperoleh hak-hak
yang sama seperti warga negara Amerika lainnya. Dengan kata lain, mereka menentang

10
Majalah Tempo, 12 dan 19 Desember 1992 dan 5 Februari 1994; Sudargo Gautama, Perkara Pertamina
lawan Kartika Thahir c.s. dan Jurisprudensi Indonesia mengenai Hukum Perdata Internasional, Bandung,
Penerbit Alumni, 1993. 34
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

diskriminasi karena warna kulit. Gerakan ini dipimpin oleh Pendeta Martin Luther King, yang
dengan konsekuen berperang pada prinsip non-kekerasan dan karena jasanya dianugerahi
hadiah Nobel untuk Perdamaian pada tahun 1964. Pada tahun yang sama tujuan gerakan hak
warga negara itu pada prinsipsnya tercapai dengan diterimanya undang-undang yang disebut
the Civil Rights Act. Mulai saat itu, menolak seseorang atau memperlakukannya dengan cara
berbeda karena warna kulit saja dilarang oleh hukum dan kalau terjadi, bisa dituntut di
pengadilan. Tetapi undang-undang ini tidak membatasi diri pada soal warna kulit, karena
melarang setiap diskriminasi terhadap seseorang ‘because of such individual’s race, color,
religion, sex, org national origin”, sebagaimana tertera dalam Civil Rights Act (Title VII).
Sejak tahun 1960-an, masalahnya lebih terfokuskan pada diskriminasi terhadap wanita.
Dan dalam bentuk itu masalah diskriminasi tentu tidak terbatas pada Amerika Serikat saja,
tetapi menjadi masalah untuk seluruh dunia. Kemudian dipersoalkan lagi diskriminasi karena
orientasi seksual (homoseks), diskriminasi karena cacat badan, dan lain-lain. Hampir setiap
negara mempunyai salah satu masalah diskriminasi, berhubung dengan situasinya yang khas.
Diskriminasi baru terhapus betul, bila dalam suatu negara semua warganya mempunyai hak
yang sama dan diperlakukan dengan cara yang sama pula. Dalam rangka PBB pada tahun 1966
diterima suatu Konvensi Anti Diskriminasi. Indonesia cukup lama menunda ratifikasinya. Baru
waktu pemerintahan Presiden B.J. Habibie, DPR Republik Indonesia meratifikasi konvensi ini
bulan April 1999. Dalam konteks Indonesia, diskriminasi terutama timbul berhubungan dengan
status asli atau tidak asli, pribumi atau non-pribumi, dari para warga negara. Tambah lagi,
seperti di banyak negara lain, karena alasan agama dan jenis kelamin.
a. Diskriminasi dalam konteks perusahaan
Diskriminasi bisa berlangsung dalam semua sektor masyarakat, termasuk dunia bisnis. Karena
itu, diskriminasi menjadi juga suatu topik bagi etika bisnis. Mari kita mulai dengan menyelidiki
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
apa yang dimaksud dengan diskriminasi. Istilah ini berasal dari suatu kata Latin (discernere)
yang berarti: membedakan, memisahkan, memilah. Menelusuri etimologinya sudah
menghasilkan suatu petunjuk pertama tentang artinya, tetapi belum juga. Dengan membedakan
begitu saja, belum tentu terjadi diskriminasi. Dalam konteks perusahaan, dengan diskriminasi
dimaksudkan: membedakan antara pelbagai karyawan karena alasan tidak relevan yang berakar
dalam prasangka. Hal itu bisa terjadi dalam menyeleksi karyawan baru, dalam menyediakan
kesempatan promosi, dalam penggajian, dan sebagainya. Membedakan antara karyawan tentu
sering terjadi karena alasan yang sah. Dalam menerima karyawan baru, perusahaan sering
menentukan syarat: mempunyai pengalaman kerja sekian tahun, memiliki ijazah S-1 (malah

35
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

bisa ditambah: dengan IPK minimal, 2,75), menguasai bahasa Inggris, baik lisan maupun
tertulis, dan sebagainya. Syarat-syarat ini tidak menimbulkan diskriminasi, karena didasarkan
alasan-alasan yang relevan. Dalam hal imbalan, bisa terjadi bahwa satu karyawan mendapat
bonus akhir tahun, sedangkan karyawan lain tidak dapat. Hal itu pun tidak merupakan
diskriminasi selama ada alasan relevan untuk perlakuan yang berbeda itu, yaitu prestasi yang
berbeda. Kadang-kadang ras, agama, atau jenis kelamin bisa relevan untuk suatu pekerjaan
tertentu, misalnya agama Katolik untuk koster (petugas yang mempersiapkan ibadah dan
membersihkan gedung gereja) di suatu gereja Katolik atau wanita untuk peragawati busana,
tetapi umumnya tiga faktor itu tidak relevan untuk membedakan antara karyawan, dan
diskriminasi terutama terjadi di bidang-bidang itu.
Kita berbicara tentang diskriminasi, bila beberapa karyawan diperlakukan dengan cara
berbeda, karena alasan yang tidak relevan. Biasanya alasan itu berakar dalam suatu pandangan
stereotip terhadap ras, agama, atau jenis kelamin bersangkutan. Perusahaan tidak menerima
karyawan kulit hitam – dalam situasi Amerika Serikat, misalnya – karena berpendapat bahwa
orang hitam malas bekerja. Perusahaan tidak memberi promosi kepada orang tertentu, karena
beranggapan bahwa pemeluk agama x tidak dapat dipercaya. Atau perusahaan menolak
menerima wanita sebagai manajer, karena menilai bahwa wanita lebih baik mengurus rumah
tangga serta mengasuh anak dan posisi manajer tidak cocok untuk dia. Dengan demikian,
diskriminasi biasanya disertai prasangka. Sebelum bertemu degnan seseorang, ia sudah diberi
cap yang tertentu. Dengan kata lain, latar belakang bagi terjadinya diskriminasinya adalah
pandangan rasisme, sektarianisme, atau seksisme.
b. Argumentasi etika melawan diskriminasi
Mengapa perusahaan tidak boleh mempraktekkan diskriminasi? Apa yang menjadi
dasar etika untuk menolak diskriminasi? Argumentasi yang dikemukakan sering berbeda,
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
karena berlandaskan beberapa teori etika yang berbeda. Di sini diselidiki beberapa argument
yang disajikan oleh utilitarisme, deontoloi, dan teori keadilan.
1) Dari pihak utilitarisme dikemukakan argument bahwa diskriminasi merugikan
perusahaan itu sendiri.
Terutama dalam rangka pasar bebas, menjadi sangat mendesak bahwa perusahaan memiliki
karyawan berkualitas yang menjamin produktivitas terbesar dan mutu produk terbaik. Sumber
daya manusia menjadi kunci dalam kompetusi di pasar bebas. Jika perusahaan memperhatikan
faktor-faktor lain – selain kualitas karyawan – ia bisa ketinggalan dalam kompetisi dengan

36
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

perusahaan lain. Karena itu, perusahaan harus menghindari diskriminasi demi kepentingannya
sendiri.
Argumen ini pada umumnya bisa diterima, tetapi tidak terlepas dari kesulitan. Kalau
praktek diskriminasi dalam suatu situasi tertentu justru menguntungkan perusahaan, apakah
dengan itu diskriminasi dapat dibenarkan? Bisa dibayangkan bahwa di suatu daerah yang
terbatas diskriminasi karena alasan rasa tau agama justru lebih menguntungkan bagi kinerja
perusahaan di tempat itu. Apakah menurut ulititarianisme hanya dilarang selama merugikan
perusahaan? Argumen ini tidak memperlihatkan bahwa diskriminasi merupakan suatu praktek
yang selalu tidak etis.
Argumen utilitaristis yang lain tidak memfokuskan konsekuensi untuk perusahaan-
perusahaan individual, tetapi melihat konsekuensi untuk masyarakat sebagai keseluruhan.
Larangan diskriminasi harus menjadi suatu kebijakan umum, sebab – kalau tidak – masyarakat
sangat dirugikan. Kalau rasisme, sektarianisme, atau seksisme dipraktekkan dalam bentuk
diskriminasi, akan tercipta suatu suasana yang tidak sehat dalam masyarakat. Suasana seperti
itu tidak kondusif untuk kegiatan sosial apa pun, termasuk juga bisnis. Karena itu, diskriminasi
selalu harus dianggap tidak etis. Mungkin sudah dipahami bahwa argument ini dialaskan atas
utilitarianisme aturan.

2) Deontologi menyediakan argumentasi lain. Mereka menggarisbawahi bahwa


diskriminasi melecehkan martabat dari orang yang didiskriminasi.
Mendiskriminasi seorang karyawan karena warna kulit atau jenis kelamin berarti menyamakan
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
dia dengan satu ciri saja dan ciri itu (warna kulit atau gender) justru tidak relevan dalam
hubungan dengan pekerjaan. Hal itu berarti ia tidak dihormati sebagai manusia. Ia sangat cocok
untuk suatu pekerjaan (kita andaikan saja), tetapi hanya karena “salah warna” atau “salah
gender” ia ditolak. Dan tidak menghormati martabat manusia merupakan suatu pelanggaran
etika yang berat.
Jika seorang karyawan atau calon karyawan didiskriminasi karena agama atau
keyakinan politik, ada alasan tambahan lagi mengapa diskriminasi tidak etis. Ras, gender, dan
sebagainya tidak dipilih oleh seseorang dan tidak tergantung dari kebebasannya. Tetapi agama,
keyakinan politik, dan sebagainya dipegang oleh seseorang dengan bebas dan – kalau ia mau –

37
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

ia bisa pindah agama atau mengembalikan kartu keanggotaan partai. Hanya, dalam hal ini ia
tidak boleh dipaksakan. Kebebasan di bidang ini harus dihormati oleh semua orang lain, juga
oleh perusahaan. Jika seseorang didiskriminasi dalam hal ini berarti hak-hak asasinya dilanggar.
Dan akhirnya dengan itu martabatnya sebagai manusia dilecehkan juga.

3) Alasan lain lagi berasal dari teori keadilan. Praktek diskriminasi bertentangan dengan
keadilan, khususnya keadilan distributive atau keadilan membagi.
Keadilan distributive menuntut bahwa kita memperlakukan semua orang dengan cara yang
sama, selama tidak ada alasan khusus untuk memperlakukan mereka dengan cara berbeda.
Pikiran ini sudah kita kenal sebagai prinsip moral keadilan distributive. Jika seseorang
didiskriminasi, ia justru diperlakukan dengan cara tidak sama seperti orang lain, karena alasan
yang tidak tepat. Menurut hakikatnya, diskriminasi bertentangan degnan kewajiban
menegakkan keadilan.
Apa yang dirumuskan secara negative dalam pendekatan teori keadilan distributive yang
tradisional, dirumuskan secara positif dalam pendekatan John Rawls. Sebagaimana sudah kita
lihat, prinsip keadilan yang kedua dari John Rawls berbunyi “persamaan peluang yang fair”.
Menurut prinsip ini, kepada semua orang harus diberikan peluang yang sama secara fair,
misalnya dalam seleksi karyawan. Hal itu tidak berarti bahwa semua orang yang melamar harus
diterima juga. Hanya, kalau orang tidak diterima, harus ada alasan yang relevan. Sebab, kalau
ada alasan yanag tidak relevan untuk tidak menerima karyawan baru, umpamanya, hal itu
berarti orang itu tidak diberikan peluang yang fair. Dengan demikian perusahaan itu melanggar
keadilan.s
Semua argumentasi ini bisa diterima sebagai dasar etika untuk menolak diskriminasi.
Jadi, di sini tampak konvergensi dari teori-teori etika. Tetapi semua argument tidak sama kuat.
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
Menurut hemat kami, paling meyakinkan adalah argument dari deontology, dan terakhir
argument dari utilitarianisme. Tetapi biarpun paling lemah, argument pertama dari
utilitarianisme pun dapat dilanggar sah dan memperkuat argument-argumen lain.

Studi Kasus 8: Lulusan Dalam dan Luar Negeri


Suatu korporasi internasional dari Amerika mempunyai cabang di Indonesia. Bagian
akuntansi dari kantor pusatnya di Jakarta dipimpin oleh expatriate yang berkebangsaan Inggris.
Para karyawan akuntansi di situ yang berjumlah 60 orang (semua warga negara Indonesia)
mempunyai kesan bahwa atasan Inggris itu membedakan antara karyawan lulusan dalam dan

38
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

luar negeri. Lulusan dalam negeri selalu mendapat kritik dan jarang memperoleh bonus akhir
tahun. Sedangkan lulusan dari luar negeri (khususnya Amrika Serikat dan Eropa) hampir tidak
mungkin membuat kesalahan di mata bos Inggris itu dan mudah diberi bonus akhir tahun.
Studi Kasus 9: Dilarang Merokok
Suatu bank besar di Indonesia mempertimbangkan policy baru dalam menyeleksi
karyawan baru. Bank ini memiliki beberapa kantor besar yang semua ber-AC. Seperti biasa, di
sana pun berlaku peraturan bahwa merokok di ruang ber-AC tidak diizinkan. Namun dalam
praktek, peraturan itu sering disalahi dengan akibat protes dari karyawan yang tidak tahan asap
rokok. Direksi mengkhawatirkan suasana ini dapat mengurangi produktivitas kerja. Guna
menanggulangi kesulitan ini direksi merencanakan untuk hanya menerima karyawan baru yang
tidak merokok. Sebelum diterima, seorang karyawan baru harus menandatangani pernyataan
bahwa ia bukan perokok. Hanya satu orang dari dewan direksi merasa keberatan terhadap
rencana itu, karena menurut pendapatnya kebijakan itu akan bersifat diskriminatif.

Studi Kasus 10: Diskriminasi Terhadap Yahudi


Sejak Israel didirikan sebagai negara merdeka di bawah naungan PBB pada tahun 1948,
negara-negara Arab di Timur Tengah memboikot negara baru itu. Di samping itu, dalam
mengadakan bisnis dengan perusahaan-perusahaan Barat, negara-negara Arab itu menuntut
agar perusahaan asing yang beroperasi di wilayah mereka tidak akan mempekerjakan di sana
karyawan keturunan Yahudi. Untuk setiap karyawan asing yang ditugaskan di sana perusahaan
bersangkutan wajib menyatakan hitam atas putih bahwa orang itu tidak termasuk grup etnis
Yahudi. Bagi banyak perusahaan Amerika dan Eropa, ketentuan ini menciptakan dilema moral
yang tidak enak: mempraktekkan diskriminasi atau menghentikan bisnis dengan negara Arab.
Menandatangani pernyataan semacam itu memang merupakan diskriminasi dan pada
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
prinsipnya tidak bisa dibenarkan. Membedakan seseorang hanya karena golongan etnisnya
merupakan perilaku tidak etis. Hal itu menjadi lebih peka lagi, sejak disadari semua kejahatan
yang dilakukan oleh rezim Hitler yang nasional-sosialistis terhadap bangsa Yahudi. Reaksi
perusahaan-perusahaan Barat berbeda-beda. Ada yang karena alasan itu memutuskan untuk
tidak mengadakan bisnis dengan negara Arab. Tetapai ada juga yang menerima syarat itu,
biarpun dalam hati kecilnya mereka tidak setuju. Namun demikian, mereka menuruti kemauan
mitra bisnis, karena hampir tidak memiliki karyawan keturunan Yahudi atau – kalau ada –
orang-orang itu tidak dirugikan, sebab di sektor lain dalam perusahaan ada kesempatan kerja

39
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

cukup. Walaupun secara prinsipil mereka tidak setuju, dalam praktek mereka ikut saja, karena
hampir tidak ada konsekuensi.

c. Beberapa Masalah Terkait


Tidak bisa disangkal, penilaian terhadap diskriminasi bisa berubah karena kondisi
historis, sosial atau budaya dalam masyarakat. Beberapa kebiasaan dulu diterima begitu saja
dan tidak pernah dipersoalkan. Dulu wanita tidak pernah protes, kalau tidak bisa menjadi
pemimpin pemerintahan atau pemimpin perusahaan, atau malah tidak boleh ikut dalam
pemilihan umum. Saat ini pula di beberapa tempat dengan kondisi sosial dan budaya yang
khusus hal-hal seperti itu tidak dipersoalkan. Tetapi di banyak tempat, masyarakat tidak akan
menerima lagi, jika profesi seperti manajer di perusahaan, perwira dalam tentara atau
kepolisian, pilot dan lain-lain secara prinsipiil tertutup untuk wanita. Karena keterkaitan dengan
faktor sejarah dan sosio-budaya ini, masalah diskriminasi tidak bisa ditangani dengan
pendekatan hitam putih. Yang dinilai sebagai diskriminasi di satu tempat belum tentu akan
dianggap demikian di tempat lain. Mau tidak mau perlu kita akui bahwa masalah diskriminasi
sering ditandai relativitas.
Masalah yang berkaitan dengan diskriminasi tapi harus dibedakan dengannya adalah
favoritism. Dalam konteks perusahaan, degnan favoritism dimaksudkan kecenderungan untuk
mengistimewakan orang tertentu (biasanya sanak saudara) dalam menyeleksi karyawan,
menyediakan promosi, bonus, fasilitas khusus, dan sebagainya. Seperti diskriminasi, favoritism
pun merupakan bentuk memperlakukan orang dengan cara tidak sama, tapi berbeda dengan
diskriminasi, favoritism tidak terjadi karena prasangka buruk, melainkan justru preferensi.
Kalau diskriminasi bersifat negative (menolak orang-orang tertentu), favoritism bersifat positif
(mengutamakan orang-orang tertentu). Favoritisme terjadi, bila perusahaan mengutamakan
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
karyawan yang berhubungan family, berasal dari daerah sama, memeluk agama yang sama dan
seterusnya. Malah pada taraf manajemen bisa tampak gejala favoritism, bila para manajer
semua dipilih dari lulusan perguruan tinggi yang sama.
Apa yang dapat dikatakan tentang kualitas etis dari favoritism? Kalau diskriminasi
selalu tidak etis, favoritism belum tentu. Jika perusahaan kecil seperti toko hanya menerima
karyawan yang bersaudara, atau berasal dari daerah yang sama, atau pemeluk agama yang sama,
maka favoritism ini tidak bisa dianggap kurang etis. Di seluruh dunia, banyak perusahaan mulai
sebagai perusahaan keluarga. Dan di banyak tempat, tugas-tugas vital seperti kasir diberikan
kepada saudara, dengan pertimbangan: “saudara dapat saya percaya”. Dapat dimengerti, jika

40
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

perusahaan kecil mempraktekkan favoritism karena dengan kekompakan staf itu ia mencapai
efisiensi tertinggi. Tetapi jika perusahaan besar menempuh jalur favoritism, hal itu lebih sulit
diterima, karena mau tidak mau mengakibatkan diskriminasi terhadap orang lain. Seandainya
perusahaan besar di Indonesia yang mempunyai cabang di beberapa propinsi, hanya
mempekerjakan karyawan dari daerah tertentu, keadaan itu pasti menimbulkan diskriminasi
terhadap orang dari daerah tertentu, keadaan itu pasti menimbulkan diskriminasi terhadap orang
dari daerah lain. Mempraktekkan favoritism dengan cara demikian akan menjadi kurang etis.
Tetapi di mana harus ditarik garis pembatas antara perusahaan kecil dan perusahaan besar? Di
mana favoritism tidak bisa ditolerir lagi, karena sudah menjurus ke arah diskriminasi? Di sini
kita menghadapi kawasan kelabu lagi, di mana kualitas etis menjadi kurang pasti. Pada
umumnya dapat dikatakan bahwa menghindari favoritism selalu merupakan pilihan terbaik dari
sudut pandang etika. Dengan itu pula lebih mudah dihindari nepotisem, yang bertentangan
dengan keadilan distributive. Tetapi sulit untuk ditentukan pada saat mana favoritism pasti
melewati ambang toleransi etika.

Studi Kasus 11: Keponakan Manajer Personalia


Perusahaan farmasi PT Cepat Sembuh berkembang pesat. Mereka segera membutuhkan
salesman baru. Setelah dipasang iklan dalam Koran, diterima 15 orang, di antaranya Narto,
keponakan dari manajer personalia. Tujuh orang yang mempunyai prestasi paling baik akan
ditawari training di luar negeri. Sesudah tiga bulan bekerja, prestasi si Narto sedang-sedang
saja. Di antara salesman baru itu Narto menduduki ranking 10. Tetapi manajer personalia
memilih keponakannya untuk diberangkatkan ke luar negeri. Prestasi kerja dari mereka semua
hanya diketahui oleh manajer personalia. Dari segi etika, kasus ini harus dinilai bagaimana?
Di Indonesia, favoritism masih kuat sekali, juga dalam dunia bisnis. Hal itu pasti
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
berkaitan dengan asas kekeluargaan yang merupakan suatu prinsip dasar dalam masyarakat kita.
Sifat khas sosial ini membawa banyak dampak positif dan antara lain mengakibatkan bahwa
solidaritas tidak merupakan kata hampa. Jika seseorang terkena musibah, dalam masyarakat
kita ia masih dapat mengandalkan bantuan dan dukungan dari saudara, kenalan, atau tetangga.
Tetapi dominasi asas kekelurgaan membawa juga efek negative. Sulit untuk disangkal bahwa
di sini terdapat kaitan langsung dengan penyakit sosial yang dalam era pasca-Soeharto kita
kenal dengan singkatan KKN: korupsi, kolusi, nepotisme.
Favoritisme yang terlalu tebal bertentangan juga dengan manjeman yang baik. Dalam
manajemen personalia, suatu prinsip pokok adalah the right person in the right place. Suatu

41
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

organisasi atau perusahaan bisa maju, jika fungsi-fungsi pimpinan atau keahlian diisi oleh
mereka yang paling berkualitas. Dalam kalangan swasta, hal itu lebih mudah dilaksanakan,
karena mengikuti kecenderungan favoritism akan mudah berakibat kinerja jelek bagi
perusahaan. Naluri spontan swasta adalah memperoleh tenaga kerja yang terbaik, kadang-
kadang malah sampai ‘membajak’ tenaga unggul dari perusahaan lain. Dalam kalangan
pemerintahan, favoritism lebih mudah mendapat kesempatan, karena sering kali tidak ada
quality control. Tetapi kerap kali pula akibat negatif untuk masyarakat adalah sangat jelek dan
menyedihkan.
Akhirnya, sesuatu harus dikatakan lagi tentang upaya untuk menanggulangi
diskriminasi. Aspek ini terutama mendapat perhatian besar di Amerika Serikat, berhubung
dengan tradisi diskriminasi cukup lama yang mereka alami dulu dan dengan kesadaran akan
hak yang kini sangat tinggi. Dalam rangka melawan diskriminasi, sering ditekankan perlunya
reverse discrimination, “diskriminasi terbalik”, kadang-kadang disebut juga “diskriminasi
positif”. Jika untuk lowongan posisi manajer dalam perusahaan tersedia sepuluh calon yang
semua memenuhi persyaratan dengan cara yang sama (umur, pendidikan, pengalaman kerja,
dan sebagainya), tetapi hanya satu calon kulit hitam (wanita) sedangkan sembilan calon lain
semua kulit putih (atau pria), mereka yang mendukung diskriminasi terbalik akan mengatakan
bahwa posisi manajer itu harus diberikan kepada satu calon kulit hitam (atau wanita) itu, karena
mereka dulu didiskriminasi. Dalam posisi manajer di perusahaan, sampai sekarang hanya
sedikit orang kulit hitam (wanita), sehingga kekurangan yang diwariskan dari zaman dulu perlu
diperbaiki dengan diskriminasi terbalik. Kalau tidak dibantu secara khusus, kaum kulit hitam
(wanita) sulit sekali untuk pernah mengatasi ketertinggalannya.
Untuk menanggulangi akibat diskriminasi dulu, kini lebih banyak dipakai istilah
affirmative action, “aksi afirmatif”. Kalau kita sepakat bahwa diskriminasi selalu tidak etis,
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
sulit kita bicara tentang diskriminasi terbalik atau diskriminasi positif sebagai upaya untuk
menghilangkan diskriminasi. Karena itu dicari istilah lain, yaitu “aksi afirmatif”. Tetapi
maksudnya sama. Melalui aksi afirmatif, orang mencoba mengatasi atau mengurangi
ketertinggalan golongan yang dulunya didiskriminasi. Hal itu bisa dilaksanakan dengan
pelbagai cara. Satu cara adalah preferensi dalam menerima karyawan baru, seperti dalam contoh
sepuluh calon manajer tadi. Cara lain adalah menyusun program jangka panjang. Misalnya,
sebuah perusahaan menentukan bahwa dalam jangka waktu sepuluh tahun jumlah karyawan
wanita harus sampai 40 persen, sedangkan pada saat ini mereka baru mencapai 5 persen.
Seluruh proses seleksi karyawan baru harus disesuaikan dengan kebijakan itu. Cara lain lagi

42
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

adalah membuka program latihan khusus untuk golongan yang terbelakang. Misalnya,
perusahaan menyelenggarakan suatu kursus tukang las khusus untuk golongan kulit hitam dan
mereka yang lulus dalam kursus ini langsung dipekerjakan dalam perusahaan.
Alasan-alasan moral untuk aksi afirmatif itu sekarang ramai diperdebatkan. Ada yang
berpendapat bahwa aksi afirmatif wajib dilakukan. Dasar etika adalah keadilan kompensatoris.
Golongan yang dulu didiskriminasi, dengan itu sangat dirugikan dan sekarang kerugian itu
harus diperbaiki. Kesulitan dengan argumen ini adalah bahwa menurut keadilan kompensatoris
harus diberikan ganti rugi oleh pihak yang mengakibatkan kerugian kepada pihak yang
dirugikan. Tetapi dalam hal diskriminasi, sulit untuk menerapkan keadilan kompensatoris,
karena justru mereka yang dulu dirugikan sekarang tidak dapat diberi kompensasi lagi dan juga
tidak begitu jelas siapa yang dulu mengakibatkan kerugian, sedangkan menurut keadilan
kompensatoris ganti rugi harus diberikan oleh pihak yang mengakibatkan kerugian.
Ada pendapat lain yang menolak aksi afirmatif. Mereka menekankan bahwa kebijakan
seperti itu akan menimbulkan diskriminasi baru. Di samping itu, kebijakan serupa itu akan
mengakibatkan keresahan dan frustasi yang tidak perlu dalam masyarakat. Perusahaan baru
bertindak adil, kalau semua karyawan atau calon karyawan diberikan peluang yang sama.
Dalam contoh sepuluh calon manajer tadi, jalan keluar yang fair ialah mengadakan undian.
Kalau begitu, semua akan diberikan peluang yang sama. Cara ini memang akan membutuhkan
waktu lama untuk menghilangkan keterbelakangan golongan yang dulu didiskriminasi, tetapi
tidaka akan menyebabkan keadaan diskriminatif yang baru. Masih ada pendapat ketiga
yang mencari jalan tengah antara dua pandangan tadi. Mereka menyetujui bahwa prinsip
“peluang yang sama untuk semua orang yang memenuhi segala syarat dengan cara yang sama”
tidak boleh dilewati. Tetapi mereka beranggapan pula bahwa ketidakseimbangan antara
karyawan yang diakibatkan oleh diskriminasi di zaman dulu, harus dihilangkan. Hal itu dapat
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
diupayakan, misalnya, dengan memberikan beasiswa khusus kepada kaum kulit hitam (wanita),
atau dengan menyelenggarakan latihan khusus untuk mereka. Dengan demikian mereka yang
terbelakang diberdayakan untuk mendapat peluang sama seperti golongan lain.

Perusahaan Harus Menjamin Kesehatan dan Keselamatan Kerja


a. Beberapa aspek keselamatan kerja
Sebagaimana biasa dilakukan, di sini kita pun membahas keselamatan dan kesehatan
kerja bersama-sama. Tetapi walaupun pasti ada hubungan erat antara kesehatan kerja dan
keselamatan kerja, ada alasan juga untuk membedakan dua masalah itu. Keselamatan kerja bisa

43
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

terwujud bilamana tempat kerja itu aman. Dan tempat kerja adalah aman, kalau bebas dari risiko
terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan si pekerja cedera atau bahkan mati. Kesehatan kerja
dapat direalisasikan karena tempat kerja dalam kondisi sehat. Tempat kerja bisa dianggap sehat,
kalau bebas dari risiko terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit (occupational diseases)
sebagai akibat kondisi kurang baik di tempat kerja.
Di seluruh dunia terjadi banyak kecelakaan di tempat kerja. Tidak dapat diragukan, hal
itu merupakan akibat langsung dari cara berproduksi yang disebut industry dan penggunaan
teknologi canggih. Dari Amerika Serikat dilaporkan bahwa 7 juta lebih pekerja dari angkatan
kerja 80 juga orang setiap tahun mengalami penyakit dan cedera yang disebabkan karena
pekerjaannya dan beberapa juga di antaranya mengakibatkan orang bersangkutan tidak bisa
bekerja lagi atau malah mati. Menurut National Institute of Occupational Safety and Health, di
Amerika Serikat setiap hari rata-rata 32 orang tewas di tempat kerja dan 5.500 orang mengalami
cedera yang mengakibatkan merkea tidak bisa bekerja. Biaya financial diperkirakan 48 milyar
dollar setiap tahun untuk kompensasi para korban dan jauh lebih banyak lagi untuk pembayaran
jaminan sosial dan perawatan medis. Mau tidak mau, hal itu akan tercermin dalam harga yang
lebih tinggi untuk banyak produk dan jasa. Di negara kecil seperti Belgia, setiap tahun kira-kira
175 orang mati karena kecelakaan kerja dan lebih dari 165.000 pekerja terluka di tempat kerja.
Di Indonesia masalah keselamatan dan kesehatan kerja dikenal sebagai K3 dan banyak
perusahaan mempunyai Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Data-data
lengkap tidak ditemukan, tetapi dapat diperkirakan bahwa persentase kecelakaan kerja di
Indonesia juga banyak, pasti tidak kurang dibandingkan degnan negara-negara maju. Dalam
surat kabar kadang-kadang dilaporkan kejadian. Beberapa tahun lalu dapat dibaca bahwa
pembangunan sebuah mal besar di Jakarta sudah menelan 19 korban jiwa, pada saat
pembangunannya belum selesai. Tentang pulau Batam pernah dilaporkan bahwa selama 1996
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
terjadi 921 kasus kecelakaan pada 1.126 perusahaan yang tercatat di sana (Kompas 6-1-1997).
Ada aneka macam kecelakaan kerja. Yang minta banyak korban adalah kecelakaan
industry di pabrik-pabrik atau tempat industry lain: tangki meledak, pekerja kena mesin, gang
pertambangan ambruk, perusakan mata bagi montir las, dan banyak lain lagi. Sering terjadi
kecelakaan yang sebetulnya tidak perlu terjadi, jika peraturan keselamatan diterapkan dengan
konsekuen, seperti pekerja bangunan atau tenaga kebersihan jatuh dari gedung tinggi, pekerja
terkena benda yang jatuh, pekerja tewas karena kebakaran di tempat kerja, dan sebagainya.
Seandainya dilaksanakan peraturan keselamatan yang mewajibkan memakai sabuk pengaman,

44
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

helm pengaman, atau setiap ruang kerja mempunyai pintu dan tangga darurat, banyak
kecelakaan semacam itu bisa dihindarkan.
Kalau kecelakaan kerja hampir selalu terjadi secara mendadak dan langsung
mengakibatkan kerugiannya, maka occupational diseases atau penyakit akibat pekerjaan baru
tampak sesudah si karyawan bekerja cukup lama. Selalu sudah diketahui bahwa beberapa
macam pekerjaan mempunyai faktor risiko khusus untuk kesehatan si karyawan. Contoh yang
sudah dikenal lama adalah penyakit paru-paru (pneumocosiosis atau silicosis, dalam bahasa
Inggris disebut black lung) yang diakibatkan karena pekerja dipertambangan kapur, batu alam,
batu bara, dan sebagainya, menghirup debu di atas ambang toleransi dalam periode lama. Tetapi
dalam industri modern, para pekerja menjumpai jauh lebih banyak faktor risiko untuk
kesehatan, khususnya bahan artificial, bahan kimia, bahan nuklir, dan sebagainya. Salah satu
contoh adalah asbes. Kalau dihirup dalam kuantitas besar, dalam waktu singkat asbes bisa
mengakibatkan penyakit paru-paru kronis yang disebut asbestosis dan dalam waktu panjang
penyakit kanker paru-paru. Juga penggunaan pestisida di sektor pertanian banyak merugikan
kesehatan para pekerja pertanian. Kasus penyakit yang lebih sulit untuk diidentifikasi dan
ditangani adalah stress on the job (dengan berbagai akibat fisik, seperti sakit kepala, keluhan
jantung, dan sebagainya) yang disebabkan oleh pekerjaan. Namun demikian, kondisi medis ini
banyak ditemukan. Menurut penelitian di Amerika, malah tiga per empat pekerja Amerika
mengeluh tentang stress yang disebabkan oleh pekerjaan.
Karena penyakit yang disebabkan pekerjaan berkembang perlahan-lahan dan baru
menyatakan diri sesudah periode cukup lama, di sini tanggung jawab perusahaan tidak selalu
jelas. Ini perbedaan besar dengan kecelakaan di tempat kerja yang langsung memperlihatkan
efeknya dan karena itu hubungan dengan pekerjaan tidak bisa diragukan. Misalnya, kanker
akibat kontak intensif dengan asbes baru tampak sesudah 30 atau 40 tahun. Pada saat itu si
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
pekerja barangkali sudah masuk masa pensiunnya. Karena alasan itu para pengusaha dulu
kurang merasa bertanggung jawab atas penyakit yang diakibatkan pekerjaan. Apalagi,
hubungan sebab-akibat antara penyakit dan kondisi kerja sering kali sulit dibuktikan. Misalnya,
dalam industri tekstil menghirup debu katun bisa mengakibatkan penyakit byssinosis (brown
lung). Tetapi ternyata pekerja yang berkebiasaan merokok lebih mudah kena penyakit ini.
Sejauh mana dapat dibuktikan bahwa penyakit disebabkan oleh kondisi kerja yang tidak sehat
atau oleh kebiasaan merokok yang merupakan suatu risiko kesehatan juga? Karena ilmu
kedokteran (khususnya occupational medicine) semakin maju dan kesadaran para pekerja akan
haknya semakin tinggi, para pengusaha semakin sulit terlepas dari tanggung jawab mereka.

45
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Studi Kasus 12: Perusahaan Asbes Johns-Manville


Asbes adalah serat mineral yang tahan panas, kuat dan fleksibel. Karena sifat-sifat ini
asbes banyak dipakai dalam industri, khususnya guna isolasi listrik dan panas. Sudah cukup
lama diketahui bahwa asbes bisa merugikan kesehatan, tetapi keseriusannya tidak segera
disadari. Dengan menghirup serbuk asbes, pekerja bisa mengidap asbestosis, suatu penyakit
paru-paru yang kronis. Sebuah studi dari tahun 1965 menyelidiki 1.522 pekerja isolasi yang
memakai asbes dan menemukan 44 persen kasus asbestosis pada pekerja yang bekerja selama
10 sampai 19 tahun; 73 persen pada mereka yang bekerja selama 20 sampai 29 tahun; 87 persen
pada mereka yang bekerja 30 sampai 39 tahun; dan 94 persen pada mereka yang bekerja lebih
dari 40 tahun. Asbes bisa mengakibatkan juga jenis kanker paru-paru yang disebut
mesothelioma. Penyakit kanker ini bisa tampak baru 30 sampai 40 tahun, sesudah mulai bekerja
dengan asbes.
Suatu perusahaan produk asbes besar di Amerika Serikat adalah Johns-Manville.
Mereka sudah bergerak di bidang itu sejak tahun 1920-an. Pada tahun 1979 mereka mempunyai
omzet bernilai 2,28 miliar dollar dan laba 217,8 juta dollar, sebelum dipotong pajak. Mereka
memiliki pertambangan dan pabrik di Amerika Serikat, Kanada dan 12 negara lain dan
mempekerjakan sekitar 32.500 orang. Ketika diadakan studi-studi pertama tentang pengaruh
buruk dari asbes atas kesehatan, para manajer Johns-Manville sudah beberapa kali berusaha
agar hasil studi itu tidak terlalu merugikan bagi perusahaannya. Pada tahun 1964 (ketika mereka
sudah menduga hasil dari studi yang diterbitkan tahun berikutnya) Johns-Manville hanya
memasang label peringatan pada produknya yang berbunyi: “Produk ini mengandung serat
asbes. Menghirup asbes dalam kuantitas besar selama waktu panjang dapat merugikan
kesehatan. Jika timbul debu pada saat produk ini ditangani, hindarilah menghisap debu itu.
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
Kalau tidak mungkin diadakan ventilasi yang efektif, pakailah masker yang disetujui oleh U.S.
Bureau of Mines untuk debu yang bisa mengakibatkan penyakit paru-paru.
Clarence Borel, yang sejak tahun 1936 bekerja pada stuau perusahaan yang
mempergunakan produk-produk Johns-Manville, adalah pekerja pertama yang setelah jatuh
sakit menuntut Johns-Manville di pengadilan untuk meminta ganti rugi (1973). Sesudah itu
semakin banyak korban lain mengikuti jejaknya. Pada tahun 1982 setiap bulan sampai rata-rata
500 perkara baru diajukan melawan Johns-Manville, sehingga Agustus 1982 jumlah perkara
sudah mencapai angka 20.000. Pada waktu itu Johns-Manville mengajukan permohonan
bangkrut ke pada pengadilan federal. Dengan demikian semua perkara ganti rugi dihentikan

46
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

dan Johns-Manville diberi kesempatan untuk mengadakan reorganisasi. Sesudah tiga tahun
prosedur yuridis yang berbelit-belit, pada 2 Agustus 1985 bisa mengajukan rencana yang
diterima oleh pengadilan. Johns-Manville membentuk trust fund yang terdiri atas sekitar 2,5
miliar dollar untuk membayar klaim selama 25 tahun. Pemegang saham diminta menyerahkan
50 persen sahamnya kepada dana ini. Tetapi pada tahun 1990 trust fund ini sudah terancam
kekurangan, sehingga ganti rugi harus dikurangi.11

Kewajiban Memberi Gaji yang Adil


Mengapa kita bekerja? Apa yang menjadi motivasi orang untuk bekerja? Tentu saja, gaji
atau upah tidak merupakan satu-satunya motif untuk bekerja. Ada banyak motif mengapa
seseorang memilih bekerja. Salah satu motif yang penting adalah: untuk mengembangkan diri.
Karl Marx sudah menekankan bahwa manusia bekerja untuk menjadi manusia sungguh-
sungguh, di samping untuk menghumanisasikan alam. Memang benar, bekerja adalah suatu
cara penting untuk mengembangkan diri. Setiap manusia mempunyai bakat dan potensi
tertentu. Dengan bekerja ia dapat mewujudkan bakatnya. Karena itu, kita tidak akan menerima
pekerjaan apa saja, tetapi hanya pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan minat kita. Karena itu
pula pekerjaan harus disertai kepuasan kerja. Hal itu tercapai, bila seseorang merasa bangga
dengan hasil kerjanya dan bila orang lain menghargai pekerjaannya. Suatu cara penting untuk
mengungkapkan penghargaan itu adalah imbalan yang pantas. Dalam hal ini gaji atau upah
berkaitan erat dengan kepusan kerja.
Motif lain untuk bekerja adalah memberi sumbangsih yang berguna kepada
pembangunan masyarakat sebagai keseluruhan. Kita tidak pernah bekerja untuk diri kita
sendiri, tetapi dengan bekerja kita memajukan manfaat orang lain, entah kelompok terbatas,
atau malah masyarakat luas. Menurut kodratnya, pekerjaan adalah suatu kegiatan sosial yang
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
dijalankan bersama orang lain dan demi manfaat orang lain.
Barangkali masih ada alasan lain mengapa seseorang bekerja. Tetapi bagaimanapun
juga, akhirnya kita selalu bekerja untuk memperoleh upah atau gaji. Motif paling mendasar
untuk bekerja adalah mendapat imbalan yang memungkinkan kita untuk hidup dan menghidupi
keluarga. Akhirnya orang bekerja untuk “mencari nafkah”. Tentu saja, tidak jarang ada orang
bekerja sebagai sukarelawan. Mereka bekerja untuk suatu organisasi – seperti Lembaga
Swadaya Masyarakat – atau suatu karya amal, tanpa mengharapkan imbalan sedikit pun.
Mereka melakukan itu dalam waktu senggang atau karena sudah pensiun atau karena

11
M. Velasquez, Business Ethics, 47-58. 47
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

mempunyai sumber pendapatan lain. Sebab, bagaimanapun, tidak ada orang yang tidak
membutuhkan uang untuk dapat hidup. Dan tidak bisa disangkal, bagi mayoritas terbesar umat
manusia cara biasa untuk memperoleh uang adalah bekerja.
Dalam gerakan-gerakan sosial di zaman industri upah yang adil sering menjadi pokok
perjuangan yang utama. Sampai sekarang hampir di segala penjuru dunia masih terjadi
pemogokan kerja dan unjuk rasa demi menuntut upah lebih baik. Juga negara yang baru mulai
membangun industrinya, seperti Indonesia, tidak luput dari gejala sosial itu.
a. Menurut keadilan distributif
Gaji atau upah merupakan kasus jelas yang menuntut pelaksanaan keadilan, khususnya keadilan
distributive. Apa yang bisa dianggap sebagai gaji atau upah yang adil? Sebagaimana tentang
peranan dan kedudukan kaum pekerja pada umumnya, tentang pertanyaan ini pun ada dua
pandangan yang sangat berbeda, yaitu liberalism dan sosialisme. Pandangan yang
dilatarbelakangi konsepsi liberalistis berpendapat bahwa upah atau gaji dapat dianggap adil,
bila merupakan imbalan untuk prestasi. Pandangan ini melihat masalahnya terutama dari sudut
pandang perusahaan. Dari pihak majikan, pertimbangan utama untuk menentukan besar
kecilnya upah atau gaji adalah prestasi si pekerja. Yang berprestasi tinggi diberi gaji besar, yang
berprestasi rendah hanya diberi gaji yang setimpal. Di samping itu mereka menganggap biasa
saja, bila laba menjadi milik si pengusaha. Dalam hal ini mereka membandingkan dengan
bentuk kepemilikan lain. Siapa menjadi pemilik buah mangga? Tentu si pemilik pohon. Dan
siapa menjadi pemilik anak sapi? Tentu pemilik induknya. Demikian juga laba menjadi milik
si pemilik perusahaan.
Pandangan sosialis dikemukakan dari sudut pandang si pekerja. Mereka menekankan
bahwa gaji baru adil, bila sesuai dengan kebutuhan si pekerja beserta keluarga. Bisa saja prestasi
dua pekerja sama, tapi yang satu mempunyai kebutuhan lebih banyak karena sudah berkeluarga
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
sedangkan yang lain belum, atau yang satu mempunyai keluarga besar sedangkan keluarga dari
yang lain kecil saja. Tetapi adil, bila mereka diberi gaji yang berbeda, asalkan perbedaan itu
didasarkan atas kebutuhan. Di samping itu sosialisme berpendapat pula bahwa pekerja berhak
mengambil bagian dalam laba perusahaan. Laba adalah “nilai-lebih” yang dihasilkan dari modal
awal. Karl Marx sudah menegaskan: modal itu tidak produktif; yang produktif hanya pekerjaan
yang ditambah pada modal. Faktor pekerjaan itu seluruhnya berasal dari kaum pekerja.
Perbandingan yang diadakan para liberalis dengan buah mangga dan anak sapi tidak pada
tempatnya, sebab modal tidak secara otomatis memberi hasil, seperti makhluk-makhluk alam.
Karena itulah keadilan menuntut, agar pekerja juga diberikan sebagian dari laba. Jika pekerja

48
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

tidak boleh mengambil bagian dalam laba perusahaan, hal itu berarti eksploitasi terhadap tenaga
kerjanya.
Di kebanyakan negara modern, dilema antara liberalisme dan sosialisme ini sekarang
tidak dirasakan lagi. Tanpa banyak kesulitan, langsung diakui bahwa dalam menentukan gaji
yang adil, baik prestasi maupun kebutuhan harus berperanan. Karena prestasi si pekerja dan
manfaat bagi perusahaan dinilai begitu penting, dengan sendirinya pekerjaan mendapat nilai
pasar dalam ekonomi pasar bebas dan tidak bisa dihindarkan bahwa gaji atau upah ditentukan
juga oleh mekanisme pasar. Kepada seorang tenaga ahli yang langka, yang memperoleh
keahlliannya melalui pendidikan panjang dan mahal, pasti ditawarkan gaji yang tinggi.
Sebaliknya, kepada para pekerja tidak berketrampilan, apalagi dalam keadaan resesi ekonomi
ketika banyak tenaga kerja menganggur, hanya ditawarkan upah yang rendah. Mau tidak mau,
gaji atau upah dipengaruhi juga oleh keadaan pasar. Tetapi gaji atau upah tidak boleh
seluruhnya ditentukan oleh mekanisme pasar. Jika gaji atau upah semata-mata dikuasai oleh
hukum penawaran dan permintaan, para pekerja akan diekploitasi dan dengan demikian muncul
keadaan yang sangat tidak etis. Karena itu di sini – seperti juga tentang harga yang adil –
mekanisme pasar harus diatur dan disesuaikan oleh kebijakan pemerintah. Dalam hal ini
pemerintah terutama akan berpegang pada prinsip kebutuhan, yang dengan jelas tidak berasal
dari konteks pasar, tapi justru digunakan untuk mengoreksi mekanisme pasar.
Prestasi dan kebutuhan sudah kita kenal sebagai dua di antara enam prinsip material
bagi keadilan distributif. Dan dua prinsip ini memang paling penting dalam menentukan gaji
yang adil. Tetapi prinsip-prinsip material lainnya berperanan juga. Prinsip pertama “bagian
yang sama” sepintas lalu tampaknya tidak begitu relevan dalam konteks penggajian. Walaupun
kadang-kadang diusahakan, kebanyakan orang akan menyetujui bahwa penggajian bukanlah
bidang yang harus diatur secara egalitarian, supaya adil. Di sini egalitarianism tidak pada
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
tempatnya. Hampir selalu gaji karyawan dalam perusahaan tidak sama semua dan keadaan itu
tetap bisa dinilai adil. Tetapi secara tidak langsung prinsip “bagian yang sama” di sini
berperanan juga. Supaya adil, gaji semua karyawan memang tidak perlu sama, tetapi perbedaan
juga tidak boleh terlalu besar. Pemerataan pendapatan adalah tuntutan etis yang berkaitan
dengan prinsip “bagian yang sama” itu. Gaji karyawan berasal dari laba perusahaan dan laba
itu dihasilkan oleh produktivitas karyawan. Dalam produktivitas itu prestasi karyawan jelas
tidak sama dan hal itu antara lain diekspresikan dalam perbedaan besarnya gaji. Tetapi
perbedaan itu tidak boleh di luar proporsi, karena produktivitas akhirnya dihasilkan oleh semua
karyawan. Sulit untuk ditentukan dengan eksakta di mana batasnya. Mana perbedaan yang

49
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

masih bisa diterima dan mana perbedaan yang sudah tidak wajar lagi? Tidak mudah untuk
dijawab. Tetapi pantas kita merenungkan pandangan Kwik Kian Gie yang menegaskan bahwa
di Indonesia perbedaan gaji terlalu besar. “Bahwa antara buruh yang terendah dan direktur harus
ada perbedaan adalah hal lumrah. Tetapi kelipatan perbedaan harus ada batasnya, yaitu berapa
kali lipat. Wajarkah bahwa di negara-negara Barat yang sudah maju sekitar 15 kali lipat,
sedangkan di Indonesia 300 kali lipat?”. Itulah berarti pula bahwa di Indonesia buruh harus
bekerja 25 tahun untuk mencapai gaji satu bulan sang direktur, sedangkan di negara-negara
Barat buruh terendah hanya perlu bekerja 1,25 tahun untuk mencapai gaji bulanan direkturnya.
Selama situasi semacam ini berlanjut, pemerataan pendapatan merupakan slogan yang hampa
belaka.
Prinsip-prinsip “hak”, “usaha”, dan “kontribusi kepada masyarakat” ikut serta pula
dalam menentukan gaji yang adil, tetapi hanya melengkapi dua prinsip pokok “prestasi” dan
“kebutuhan”. Dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia masalah gaji yang adil
disinggung juga. Yang menarik adalah bahwa di sini ditunjuk hanya kepada prinsip
“kebutuhan”, biarpun kata itu sendiri tidak dipergunakan. Dalam pasal 23, butir 2 ditegaskan:
“Setiap orang yang bekerja berhak atas imbalan adil dan memadai, yang menjamin bagi dia dan
keluarganya suatu kehidupan yang layak bagi martabat manusia, dan dilengkapi – kalau perlu
– dengan cara perlindungan sosial lainnya.” Di sini faktor prestasi tidak disebut dan tidak perlu
disebut, karena otomatis akan diikutsertakan dalam menentukan gaji yang adil. HAM selalu
berkaitan degnan sesuatu yang bermasalah, yang tidak dengan sendirinya dilaksanakan.
Demikian juga di sini. Perumusan hak pekerja atas imbalan yang adil ini merupakan suatu
reaksi atas ekploitasi pekerja dalam kapitalisme liberal dulu. Pada waktu itu kebutuhan kaum
pekerja justru tidak dihiraukan sama sekali.
Adil tidaknya gaji menjadi lebih kompleks lagi, jika kita akui bahwa imbalan kerja lebih
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
luas daripada take-home pay saja. Fasilitas khusus seperti rumah, kendaraan, bantuan beras, dan
lain-lain harus dipandang juga sebagai sebagian dari imbalan kerja. Dan lebih penting lagi
adalah asuransi kerja, jaminan kesehatan, prospek pension, dan sebagainya. Gaji yang relative
rendah bisa mencukupi juga, asalkan dikompensasi oleh jaminan sosial yang baik serta fasilitas-
fasilitas lain.

b. Enam faktor khusus


Beberapa pengarang menjajaki kemungkinan untuk memperoleh kriteria lebih konkret
lagi, guna menetapkan gaji atau upah yang bisa dinilai adil. Dalam hal ini usulan dari Thomas

50
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Garret dan Richard Klonoski banyak diikuti. Supaya gaji atau upah itu adil atau fair, menurut
mereka enam kriteria berikut ini pantas dipertimbangkan sebagai pegangan:
1) Peraturan hukum;
2) Upah yang lazim dalam sektor industri tertentu atau daerah tertentu;
3) Kemampuan perusahaan;
4) Sifat khusus pekerjaan tertentu;
5) Perbandingan dengan upah/gaji lain dalam perusahaan
6) Perundingan upah/gaji yang fair.

1. Peraturan hukum
Salah satu pertimbangan pertama untuk menentukan gaji/upah yang adil adalah
kesesuaiannya dengan hukum yang berlaku. Di sini yang paling penting adalah ketentuan
hukum tentang upah minimum. Hampir semua negara modern sekarang mengenal sistem upah
minimum. Ini dapat dilihat sebagai salah satu hasil perjuangan sosialisme dalam usahanya
memperbaiki nasib kaum buruh. Adanya upah minimum berarti bahwa kebutuhan diakui
sebagai kriteria untuk menentukan upah. Sekaligus pandangan liberalistis di sini harus
mengalah (untuk sebagian) upah atau gaji tidak boleh ditentukan semata-mata oleh mekanisme
pasar kerja. Walaupun ada pekerja yang bersedia bekerja dengan imbalan di bawah upah
minimum, harus dianggap tidak etis, bila pengusaha memanfaatkan kesempatan itu. Mengapa?
Karena si pekerja dalam kesediaannya itu tidak bebas. Tentu ia menginginkan upah yang
sekurang-kurangnya dapat memenuhi kebutuhan hidup. Akan tetapi, daripada menganggur dan
tidak mempunyai pendapatn apa-apa, ia memilih memperoleh upah kecil saja, sekalipun tidak
cukup untuk hidup wajar. Dengan ketentuan upah minimum, prinsip pasar yang liberalistis
(berdasarkan penawaran dan permintaan) dibatasi demi mengutamakan kebutuhan hidup kaum
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
buruh.
Di Indonesia kita memiliki juga peraturan tentang upah minimum. Tetapi anehnya,
peraturan itu sering dilanggar secara terbuka, tanpa diambil tindakan hukum. Hal itu sudah
terjadi sebelum krisis moneter (Juli 1997). Misalnya, dilaporkan bahwa di empat kota Jawa
Timur 27 persen dari perusahaan besar yang mempekerjakan buruh lebih dari 1.000 orang,
membayar upah di bawah upah minimum (Kompas, 1-4-1997). Keadaan ini menunjukkan
posisi lemah kaum buruh di Indonesia.

2. Upah yang lazim dalam sektor industri tertentu atau daerah tertentu

51
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Dalam semua sektor industri, gaji atau upah tidak sama. Karena itu rupanya suatu
kriteria yang baik adalah: gaji atau upah bisa dinilai adil, jika rata-rata diberikan dalam sektor
industri bersangkutan. Tetapi kriteria ini mengandaikan bahwa keadaan di sektor itu cukup
mantap. Karena itu mungkin lebih sulit menerapkan kriteria ini di negara-negara yang baru
mulai mengembangkan industrinya.
Karena biaya hidup di semua tempat tidak sama, bisa diterima saja bila gaji atau upah
tidak sama pula di semua tempat. Di kota besar pada umumnya biaya hidup lebih tinggi
daripada di kota kecil atau pedesaan. Perbedaan itu tidak bertentangan dengan keadilan, karena
gaji yang sama belum tentu menjamin daya beli yang sama. Karena perbedaan daya beli itu di
Indonesia upah minimum ditetapkan sebagai upah minimum regional (UMR) sekarang Upah
Minimum Propinsi (UMP). Begitu pula dapat dinilai wajar saja, bila perusahaan transnasional
membayar upah lebih rendah di negara berkembang daripada mereka bayar untuk pekerjaan
yang sama di negara maju. Dalam suasana global sekarang, banyak perusahaan transnasional
memindahkan unit produksi padat karya – seperti pakaian jadi atau elektronika – ke low wages
countries. Keadilan tidak menuntut bahwa perusahaan itu di mana-mana membayar upah yang
sama.
3. Kemampuan perusahaan.
Perusahaan kuat yang menghasilkan laba besar, harus memberi gaji lebih besar pula
daripada perusahaan yang mempunyai marjin laba yang kecil saja. Pemberian bonus ekstra juga
pada akhir tahun, sesuai dengan besarnya laba, merupakan kebijakan yang sangat baik. Di sini
berlaku pandangan sosialistis tentang hak karyawan mengambil bagian dalam laba. Harus
dinilai tidak etis, bila perusahaan mendapat untung besar dengan menekan gaji karyawan.
Sebaliknya, jika perusahaan mengalami kesulitan finansial, pantaslah para karyawan
mengurungkan niatnya untuk minta kenaikan berkala. Hal itu dilakukan demi kepentingan para
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
karyawan juga dan karena itu sebaiknya dengan persetujuan mereka. Jelaslah kiranya bahwa
prinsip ini hanya bisa diterapkan dengan baik, jika perusahaan bersedia melakukan keterbukaan
tentang keadaan finansialnya.

4. Sifat khusus pekerjaan tertentu.


Beberapa tugas dalam perusahaan hanya bisa dijalankan oleh orang yang mendapat
pendidikan atau pelatihan khusus, kadang-kadang malah pendidikan sangat terspesialisasi.
Kelangkaan tenaga mereka boleh diimbangi dengan tingkat gaji lebih tinggi. Hal yang sama
dapat dikatakan juga tentang pekerjaan yang menuntut pengalaman lebih besar atau pekerjaan

52
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

yang mengandung risiko tertentu untuk kesehatan atau keselamatan si pekerja. Contoh lain lagi
adalah pekerjaan yang mengakibatkan beban fisik atau psikis lebih besar, misalnya karena
tanggung jawab. Dalam semua kasus itu keadilan tidak dilanggar, jika orang bersangkutan
dibayar upah atau gaji lebih tinggi daripada orang lain yang tidak mengalami kondisi tersebut.

5. Perbandingan dengan upah/gaji lain dalam perusahaan.


Kalau pekerjaan tidak mempunyai sifat khusus, seperti menuntut pengalaman lebih
lama atau mengandung risiko tertentu, maka gaji atau upah harus sama. Perusahaan yang
mempunyai sistem penggajian yang fair, akan membayar gaji atau upah yang kira-kira sama
untuk pekerjaan yang sejenis. Di sini berlaku prinsip “equal pay for equal work”. Kalau tidak,
perusahaan mempraktekkan diskriminasi. Di banyak negara diskriminasi ini masih berlangsung
dalam penggajian wanita. Bukan saja karena untuk pekerjaan yang sama wanita diberi upah/gaji
lebih rendah daripada pria, tetapi juga karena pekerjaan yang secara tradisional dipegang oleh
wanita (misalnya, sekretaris atau perawat) dibayar lebih rendah dari pekerjaan yang secara
tradisional dipegang oleh pria (misalnya, montir), walaupun masa pendidikan di sekolah kira-
kira sama. Tentu saja, perbedaan penggajian bisa disebabkan karena seorang (pria) diakui
sebagai kepala keluarga yang menghidupi seluruh keluarga, sedangkan dalam keluarga lain
suami-isteri dua-dua bekerja. Kepala keluarga itu mendapat gaji/upah lebih besar karena alasan
kebutuhan.

6. Perundingan gaji/upah yang fair.


Mungkin di Indonesia kriteria ini masih terasa asing, karena posisi organisasi pekerja
dan karyawan masih terlalu lemah. Tetapi di negara-negara berindustri maju, sejarah telah
membuktikan bahwa perundingan langsung antara perusahaan dan para karyawan merupakan
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
cara yang ampuh untuk mencapai gaji dan upah yang fair. Cara ini memberi jaminan lebih besar
untuk mewujudkan keadilan dari pada gaji atau upah yang ditentukan sepihak. Melalui
perundingan, sekaligus dapat diatur hal-hal lain yang penting juga untuk kaum pekerja, seperti
jaminan kesehatan, jumlah jam kerja, hari libur (yang dibayar terus) dan lain-lain. Tentu saja,
perundingan seperti itu menuntut keterbukaan cukup besar dari pihak perusahaan. Lebih bagus
lagi, bila perundingan gaji itu dilakukan untuk suatu sektor industri, sebagaimana sekarang
sering dijalankan di negara-negara industri maju. Dengan demikian dapat dihasilkan
Kesepakatan Kerja Bersama (collectieve arbeidsovereenkomst di Belanda, umpamanya) yang
berlaku untuk seluruh sektor bersangkutan, misalnya sektor logam, grafika, transportasi,

53
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

perhotelan/restoran, dan lain-lain, dan dirundingkan antara serikat pekerja sektor itu dan
organisasi majikan. Waktu berlakunya bisa satu tahun atau malah lebih. Cara itu tentu berguna
untuk memperkuat stabilitas ekonomi, dengan menyadari bahwa aksi unjuk rasa dan mogok
kerja akan merugikan semua pihak.

c. Senioritas dan imbalan rahasia


Akhirnya perlu kita bicarakan lagi dua masalah khusus yang bisa timbul dalam
hubungan dengan topik penggajian ini. Yang pertama adalah senioritas sebagai kriteria untuk
menentukan gaji. Maksudnya, orang yang bekerja lebih lama pada suatu perusahaan atau
instansi mendapat gaji lebih tinggi. Di banyak negara cara ini diikuti, terutama untuk profesi
tertentu seperti dalam dunia pendidikan (guru atau dosen). Kebiasaan ini menyimpang dari
prinsip “pembayaran gaji yang sama untuk pekerjaan yang sama”. Sebab, dalam hal ini dua
orang yang melakukan pekerjaan yang sama tapi mempunyai senioritas berbeda, justru tidak
digaji dengan dengan cara yang sama. Namun demikian, tidak baisa dikatakan bahwa cara
penggajian ini tidak adil. Pertimbangannya adalah bahwa gaji lebih tinggi yang berdasarkan
senioritas itu merupakan semacam penghargaan bagi kesetiaan si karyawan terhadap
perusahaan atau profesinya. Tambahan pula, karyawan senior memiliki pengalaman lebih
banyak dan hal itu pun sering membuat dia menjadi tenaga kerja lebih berharga. Perlu diakui,
pertimbangan ini bisa direlativir dengan menonjolkan segi-segi lain. Orang muda sering kali
mempunyai kelebihan karena pendidikannya lebih baik atau lebih up-to-date, sikapnya lebih
dinamis, wawasannya lebih inovatif dan segar. Bagaimanapun juga, tidak bisa dikatakan bahwa
perusahaan wajib memberi gaji lebih tinggi kepada karyawan lebih senior. Karyawan senior
dalam hal ini tidak mempunyai hak. Memperhitungkan senioritas dalam penentuan gaji hanya
merupakan sekadar kebiasaan yang sering kali memang beralasan.
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
Perlu kita sadari bahwa kebiasaan ini kadang-kadang bisa menimbulkan segi negatif
juga. Karena karyawan senior adalah tenaga lebih mahal, perusahaan sering cenderung untuk
mem-PHK justru mereka, dalam keadaan ekonomis yang sulit ketika jumlah tenaga kerja harus
dilansingkan. Dalam keadaan krisis seperti itu biaya penggajian akan menjadi faktor yang
penting. Di samping itu, dalam sistem ini para karyawan senior yang kehilangan pekerjaannya
akan menghadapi kesulitan ekstra besar untuk memperoleh pekerjaan baru. Jika usia turut
menentukan tingginya gaji, bagi perusahaan lebih menguntungkan menerima tenaga muda.
Ada yang berpendapat bahwa senioritas yang secara otomatis diikutsertakan dalam
menentukan tingginya gaji, sudah tidak pantas pada zaman sekarang. Menurut mereka, hal itu

54
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

masih merupakan sisa-sisa dari zaman dulu ketika orang dihargai hanya karena senioritasnya
(di luar pertimbangan lain seperti pengalaman dan sebagainya). Zaman modern sekarang lebih
memperhatikan prestasi dan hak. Prinsip “pembayaran sama untuk pekerjaan yang sama”
memang dilatarbelakangi suasana modern itu dan karenanya dapat dimengerti jika tekanan pada
senioritas akan berkurang.
Masalah kedua yang ada segi etisnya adalah praktek pembayaran khusus atau kenaikan
gaji yang dirahasiakan terhadap teman-teman sekerja. Yang dimaksudkan di sini memang dekat
dengan sistem pemberian bonus atau insentif, tapi bedanya adalah bahwa pembayaran ini
berlangsung dalam suasana rahasia, sehingga hanya yang bersangkutan diberi tahu. Bagi para
manajer, cara ini mudah untuk diterapkan karena fleksibilitasnya. Kalau dirasa ada alasan untuk
memberi sesuatu yang ekstra, hal itu langsung dapat dilaksanakan. Akan tetapi, dari segi
manajemen sudah timbul keberatan juga, karena efektivitas cara ini dapat diragukan. Kenaikan
gaji atau bonus dimaksudkan sebagai stimulans bagi semua karyawan. Fungsi ini sulit untuk
diwujudkan kalau karyawan satu tidak tahu bahwa karyawan lain mendapat kenaikan. Supaya
mencapai tujuan motivasionalnya, lebih baik semua karyawan tahu tentang adanya kenaikan
gaji atau bonus dan serentak juga tentang kriteria yang dipakai. Hanya dengan demikian
karyawan lain pula akan berusaha mendapat kenaikan sejenis.
Di sini bisa ditambah lagi alasan dari segi etia. Rupayanya juga tidak fair, kalau orang
tidak diberitahukan dengan jelas tentang kemungkinan dan kriteria untuk mendapat kenaikan
gaji atau bonus. Supaya sungguh-sungguh fair, sistemnya harus terbuka. Di samping itu
pembayaran rahasia itu mudah menjurus ke praktek-praktek tidak etis. Suasana terbuka
memberi kesempatan untuk mengadakan kontrol sosial. Kalau terjadi dalam keadaan sembunyi-
sembunyi, bisa saja pembayaran ekstra diberikan karena alasan tidak obyektif, seperti orangnya
masih berhubungan family atau berasal dari kampong yang sama, dan sebagainya. Apalagi, cara
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
ini bisa merusak suasana kerja, karena para karyawan mudah bersikap curiga yang satu terhadap
yang lain. Seperti sering terjadi, di sini pun berlaku bahwa prosedur yang terbuka dan
demokratis paling cocok untuk menjamin mutu etis sebuah sistem.

Perusahaan Tidak Boleh Memberhentikan Karyawan Dengan Semena-mena


Dalam lingkungan perusahaan, pemberhentian karyawan sering tidak bisa dihindarkan.
Jika kita terjun dalam sistem bisnis modern, mau tidak mau hal seperti itu kadang-kadang harus
terjadi. Such is life, orang Inggris bilang. Tetapi perlu kita akui juga, kejadian seperti itu
termasuk masalah paling sensitif, karena nasib hidup karyawan beserta keluarganya

55
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

dipertaruhkan secara langsung. Di samping itu harga diri si pekerja bisa terluka juga. Cara
menangani masalah ini bisa menunjukkan mutu etis para majikan.
Di sini pula dapat kita belajar dari sejarah. Pada awal industrialisasi, memberhentikan
pekerja begitu saja dianggap hal yang lumrah. Waktu itu hanya kepentingan perusahaan
menentukan pekerja akan diberhentikan. Dalam hal ini belum diakui hak para pekerja. Sesudah
perkembangan lama, kini semua negara modern mempunyai peraturan hukum yang bertujuan
melindungi karyawan, juga dalam situasi pemutusan hubungan kerja (PHK). Salah satu
peraturan penting adalah kewajiban perusahaan untuk memberikan pesangon. Di sini kita
mempelajari pertimbangan etika yang merupakan latar belakang untuk peraturan hukum
semacam itu. Jika peraturan hukum tidak mencukupi, pertimbangan etika ini secara langsung
harus menuntun para pengusaha.
Terutama ada tiga alasan mengapa perusahaan akan memberhentikan karyawan: alasan
internal perusahaan (restrukturisasi, otomatisasi, merger dengan perusahaan lain), alasan
eksternal (konyungtur, resesi ekonomi), dan kesalahan karyawan. Pada kenyataannya alasan
pertama dan kedua kerap kali terkait. Dalam bidang ini kebebasan pengusaha sangat terbatas,
dan dimana kita tidak bebas, kita tidak bertanggung jawab juga. Tetapi kalau pimpinan
perusahaan tidak ada pilihan untuk memberhentikan karyawan atau tidak, mereka masih bisa
mengatur cara bagaimana karyawan diberhentikan. Memang benar, pimpinan terutama akan
melihat kepentingan perusahaan dalam perspektif lebih luas, sedangkan karyawan cenderung
mengutamakan kepentingannya sendiri secara sempit. Tetapi dalam merestrukturisasi atau
melangsingkan perusahaan, mereka mempunyai kewajiban moral untuk sedapat mungkin
memperhatikan akibat bagi karyawan. Kalau karyawan diberhentikan karena kesalaha, yang
penting adalah bahwa pemberhentiannya berlangsung dengan fair.
Menurut Garret dan Klonoski, dengan lebih konkret kewajiban majikan dalam
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
memberhentikan karyawan dapat dijabarkan ke dalam tiga butir berikut ini:
1. Majikan hanya boleh memberhentikan karena alasan yang tepat.
2. Majikan harus berpegang pada prosedur yang semestinya.
3. Majikan harus membatasi akibat negative bagi karyawan sampai seminimal mungkin.

1. Majikan hanya boleh memberhentikan karena alasan yang tepat.


Kalau karyawan diberhentikan karena alasan ekonomis, seperti mendesaknya
pelangsingan untuk memperbaiki kinerja perusahaan, pimpinan harus sungguh-sungguh yakin
akan perlunya tindakan itu. Jika para pengambil keputusan ragu-ragu tentang tepatnya atau

56
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

mendesaknya tindakan itu, mereka harus menunda dulu keputusan itu demi mempertahankan
kesempatan kerja. Nasib karyawan tidak boleh dikorbankan kepada suatu eksperimen saja. Jika
tindakan PHK tidak bisa dihindarkan, pimpinan mempunyai kewajiban khusus untuk tidak
memberhentikan para karyawan senior. Terutama karena dua alasan. Pertama, merekalah yang
berjasa dalam membuat perusahaan seperti adanya dan karenanya perusahaan berutang budi
kepada mereka. Walaupun dari segi ekonomis tidak jarang lebih menguntungkan untuk
memberhentikan karyawan senior, dari segi keadilan perusahaan harus mempertimbangkan
faktor jasa itu. Kedua, karyawan senior tertutama akan mengalami kesulitan untuk mendapat
pekerjaan baru, sedangkan karyawan muda lebih gampang ditampung oleh perusahaan lain.
Karena itu last hired, first fired adalah prinsip yang dari segi etika pun pada umumnya dapat
dibenarkan.
Kalau karyawan diberhentikan karena kesalahannya, keputusan itu seluruhnya
tergantung pada kemauan si majikan. Tetapi majikan boleh mengambil keputusan keras itu,
asalkan alasannya tepat. Alasan itu tidak tepat, bila tindakan PHK itu didasarkan atas faktor
subyektif saja, yang tidak berhubungan dengan pekerjaan di perusahaan, seperti sentiment,
keyakinan politik atau keagamaan dari karyawan, atau sebagainya. Alasan itu harus didasarkan
atas faktor obyektif, seperti misalnya pelanggaran disiplin kerja yang mengakibatkan kerugian
serius untuk perusahaan. Dapat ditambah lagi, majikan bukan saja boleh memberhentikan
karyawan yang bersalah, tetapi sebagai manajer yang bertangung jawab ia sering kali juga harus
memberhentikannya, karena pengaruh negative yang dijalankannya atas rekan-rekannya.
Karyawan malas bukan saja merugikan perusahaan karena banyak tugas tidak selesai dengan
semestinya, ia mempengaruhi juga karyawan lain sehingga seluruh suasana kerja menjadi tidak
sehat dan tidak efisien. Karyawan yang mencuri bukan saja merugikan perusahaan, karena
lenyapnya barang yang digelapkan olehnya, ia juga menyebarluaskan sikap ketidakjujuran
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
dalam perusahaan, sehingga lambat laun moralitas di situ dirusak sama sekali. Manajer yang
tidak sampai hati memecat karyawan semacam itu tidak merupakan manajer yang baik.
Tetapi ketegasan manajer dalam hal ini juga tidak boleh ekstrem. Jika seorang karyawan
bersalah, sebaiknya ia diberi peringatan dulu, sebelum ia diberhentikan dengan definitif.
Karyawan yang masih dalam masa percobaan, boleh lebih cepat diberhentikan daripada
karyawan tetap. Dan di sini berlaku juga karyawan senior sedapat mungkin harus dipertahankan
karena jasanya di masa lampau. Kesalahannya harus sungguh-sungguh besar dan tidak ada jalan
ke luar lain (seperti dipindahkan ke bagian lain), baru karyawan senior boleh diberhentikan.
Karyawan muda lebih cepat boleh diberhentikan, kalau bersalah.

57
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

2. Majikan harus berpegang pada prosedur yang semestinya.


Dalam hal ini peraturan hukum (kalau ada) harus dipegang dengan seksama. Di samping
itu perusahaan besar sebaiknya mempunyai aturan-aturan internal yang menjamin prosedur
pemberhentian yang jelas dan terbuka. Hal itu terutama mendesak, bila karyawan dipecat
karena kesalahannya. Di satu pihak, prosedur yang terbuka, berdasarkan aturan yang diketahui
semua karyawan, tidak akan menggoncangkan kepercayaan karyawan pada perusahaannya dan
tidak akan merusak iklim kerja. Sebab, tindakan pemberhentian selalu merupakan kejadian
yang sensitive dan solidaritas di antara karyawan pada umumnya cukup besar. Jika prosedur
pemberhentian berlangsung secara jelas dan transparan, bukan saja karyawan yang dihukum
tapi semua karyawan lain juga lebih mudah menerima tindakan itu sebagai fair dan tidak akan
muncul efek negatif untuk produktivitas di perusahaan. Di lain pihak, prosedur pemberhentian
yang jelas dan transparan lebih menguntungkan juga untuk majikan yang harus mengambil
keputusan yang tidak enak itu. Jika ia tidak mengambil keputusan itu, suasana kerja akan
terpengaruhi juga. Karyawan yang tidak disiplin atau tidak jujur, akan mempengaruhi rekan-
rekan sekerja dalam arti kurang baik. Adanya prosedur yang jelas dan terbuka akan
memungkinakn majikan untuk mengambil tindakan yang perlu dan sekaligus menghindari
bahwa ia dicap sebagai orang yang kejam dan kurang adil. Sebab, semua bisa menyaksikan
bahwa kejadian itu berlangsung menurut aturan yang berlaku dan semua menyadari juga bahwa
siapa saja yang melakukan hal seperti itu akan mengalami nasib yang sama.
Dari perusahaan kecil tidak bisa diharapkan bahwa mereka memiliki aturan-aturan yang
rinci tentang pemberhentian karyawan yang bersalah. Dalam kasus semacam itu pimpinan
perusahaan harus berpegang pada kearifan pribadi, selain pada peraturan hukum atau peraturan
organisasi majikan, atau sebagainya. Tetapi untuk semua perusahaan – besar maupun kecil –
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
berlaku prinsip-prinsip berikut ini, agar prosedur pemberhentian bisa dianggap fair.
• Tuduhan terhadap karyawan harus dirumuskan dengan jelas dan didukung oleh
pembuktian yang meyakinkan.
• Karyawan harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dengan orang yang
menuduhnya, untuk membantah tuduhan dan memperlihatkan bahwa pembuktiannya
tidak tahan uji, kalau ia memang tidak bersalah.
• Harus tersedia kemungkinan untuk naik banding dalam salah satu bentuk, sehingga
keputusan terakhir diambil oleh orang atau instansi yang tidak secara langsung
berhubungan dengan karyawan bersangkutan.
58
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

3. Majikan harus membatasi akibat negatif bagi karyawan sampai seminimal mungkin.
Di banyak negara, kepada karyawan yang diberhentikan karena kesalahannya pun,
menurut peraturan hukum harus diberikan pesangon. Hal itu tidak enak bagi majikan
bersangkutan, tetapi tidak dapat dinilai kurang adil, karena karyawan yang bersalah pun tidak
boleh dibiarkan terlantar. Di negara kesejahteraan (welfare state) orang seperti itu pun memiliki
hak atas tunjangan penganggur. Tetapi kewajiban untuk meminimalisasikan akibat PHK,
berlaku dengan lebih mendesak lagi bagi karyawan yang diberhentikan karena alasan ekonomis.
Sering kali perusahaan di sini mempunyai beberapa pilihan. Mereka bisa mempercepat masa
pension bagi karyawan senior. Mereka bisa memindahkan karyawan ke divisi lain atau
menawarkan karyawan pindah ke pabrik yang terletak di kota lain. Walaupun pindah tempat
bagi banyak orang cukup merepotkan, mereka bisa memilih kemungkinan ini ketimbang
menganggur untuk seterusnya. Untuk karyawan lebih muda sering kali jalan keluar yang tepat
adalah menawarkan pelatihan khusus, sehingga mereka bisa dipersiapkan untuk tugas lain.
Satu cara yang banyak membantu untuk meringankan efek-efek buruk dari PHK adalah
memberitahukan prospek itu kepada karyawan beberapa waktu sebelumnya. Dalam kasus
restrukturisasi atau pelangsingan perusahaan, hal itu sering kali dimungkinkan, asalkan
perusahaan bersedia mengikuti kebijakan yang terbuka. Dengan demikian diberikan
kesempatan kepada karyawan untuk mencari pekerjaan lain. Malah bisa ditanyakan apakah
dalam kontrak kerja tidak harus dijamin periode pemberitahuan semacam itu, sebagaimana
dalam kontrak kerja itu karyawan juga harus memberitahukan suatu waktu sebelumnya, bila ia
ingin meninggalkan perusahaan.

Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan

59
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

BAB V
KEKAYAAN

Status Perekonomian Manusia


Perekonomian dunia pada dasarnya membagi status manusia menjadi beberapa
golongan, yaitu dimulai dari tingkat yang paling kaya hingga tingkat yang melarat. Dan
dapatlah kita katakana bahwa kelas perekonomian manusia dapat kita bagi menjadi empat
bagian:
1. Orang-orang yang kaya dan beriman (percaya pada Tuhan Yesus) kita sebut Kuadran I.
2. Orang-orang yang miskin tapi beriman (percaya pada Tuhan Yesus) kita sebut Kuadran
II.
3. Orang-orang yang miskin dan tidak beriman (tidak percaya pada Tuhan Yesus) kita
sebut Kuadran III.
4. Orang-orang yang kaya tapi tidak beriman (tidak percaya pada Tuhan Yesus) kita sebut
Kuadran IV.

KUADRAN II: KUADRAN I:


MISKIN tapi KAYA & BERIMAN
BERIMAN

KUADRAN III: KUADRAN IV:


MISKIN & TIDAK KAYA tapi TIDAK
BERIMAN BERIMAN Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan

Kuadran I: Kaya dan Beriman


Orang yang kaya secara materi dan rohani diibaratkan seperti orang-orang yang berada
pada puncak gunung kehidupan. Contoh orang-orang seperti ini dalam Alkitab adalah
Abraham, Ayub dan Daud. Namun, perlu diperhatikan bahwa orang-orang yang ada dalam
kategori ini menjadi target empuk Iblis, karena rawan dengan godaan dan pencobaan yang
mampu menjatuhkan orang tersebut ke dalam dosa. Firman Tuhan mengatakan bahwa:

60
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

(10) Maka apabila Tuhan, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang
dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan
Yakub, untuk memberikannya kepadamu – kota-kota yang besar dan baik, yang tidak
kaudirikan;
(11) rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak kauisi; sumur-sumur
yang tidak kaugali; kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun, yang tidak kautanami
– dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang,
(12) maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan Tuhan, yang telah membawa
kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. (Ul. 6:10-12).
Kelimpahan dalam hidup sering kalai membuat orang melupakan Tuhan dan jatuh ke
dalam dosa. Itulah sebabnya, dalam Ulangan 6:12, Tuhan telah memperingatkan bangsa Israel
untuk tidak melupakan Tuhan setelah menerima semua kemurahan dan berkat yang diterima.
Dalam 2 Tawarikh 26:16, kita dapat melihat kehidupan Raja Uzia yang telah meninggalkan
Tuhan setelah ia memiliki segalanya. “Setelah ia (yaitu Raja Uzia) menjadi kuat, ia
menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada Tuhan,
Allahnya . . . (2 Taw. 26:16).

Kuadran II: Miskin tapi Beriman


Contoh orang-orang seperti ini dalam Alkitab adalah: janda di Sarfat, janda yang
memberi dua peser uang ke dalam kotak persembahan di Bait Allah, jemaat-jemaat Makedonia
(II Kor. 8:1-3). Berikut adalah sebuah kisah tentang seorang pengemis yang memiliki iman
yang kuat.
(35) Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan
mengemis.
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
(36) Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: “Apa itu?”
(37) Jawab orang kepadanya: “Yesus orang Nazaret lewat.”
(38) Lalu ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”
(39) Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin
keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!”
(40) Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah
berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya:
(41) “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang itu: “Tuhan,
supaya aku dapat melihat!”

61
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

(42) Lalu kata Yesus kepadanya: “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan
engkau!” (Luk. 18:35-42).
Lihatlah orang miskin ini, ia tidak hanya miskin dalam materi tetapi juga miskin akan
penglihatan alias buta. Hidupnya sudah sedemikian susah tetapi ia memiliki sesuatu yang tidak
dapat dirampas orang lain, yaitu iman kepada Tuhan. Mungkin pada suatu waktu dalam
hidupnya ketika ia masih buta dan mengemis, ia pernah mendengar tentang mujizat dan
pengajaran dari Tuhan Yesus sehingga ia berharap dalam hati untuk bisa bertemu dengan-Nya.
Ketika hari itu tiba, saat Yesus Kristus akan melintas di depannya, ia tidak menyia-nyiakan
kesempatan itu. Dengan penuh iman, ia berteriak memanggil Yesus Kristus. Walaupun dihardik
orang-orang, tidak membuatnya kecil hati. Imannya kepada Tuhan Yesus membuatnya dapat
melihat.
Jika Anda masuk dalam kategori miskin atau berpenghasilan yang sangat rendah tetapi
memiliki iman dan kepercayaan kepada Tuhan Yesus, ingatlah selalu bahwa Anda sudah
menjadi orang yang kaya di hadapan Tuhan! Mungkin saja selama hidup di dunia ini Anda
hidup dengan penuh kesederhanaan atau menderita, tetapi janganlah lupa bahwa jika nanti Anda
mati kehidupan di sorga nanti akan jauh lebih indah dan berharga dibandingkan dengan
kehidupan di dunia ini.

Kuadran III: Miskin dan Tidak Beriman


Miskin dan tidak beriman pada Tuhan Yesus adalah orang yang berada pada kategori
yang paling dasar atau sering disebut the low of the lowest karena orang-orang ini hidup dalam
kemiskinan dan tidak memiliki rasa takut akan Tuhan Yesus. Orang-orang seperti ini memiliki
hasrat kuat untuk keluar dari kemiskinan dengan cara apa pun. Kekayaan adalah impian mereka
dan jalan keluar atas segala masalah dalam hidup.
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
Pada awal tahun 2009 ada berita yang menarik perhatian media massa, yaitu
perompakan yang terjadi di benua Afrika. Para perompak telah banyak menyandera kapal laut
yang melintas perairan negaranya dan menuntut uang tebusan jutaan dolar Amerika Serikat per
kapal! Negara para perompak ini adalah negara miskin dan hukum kurang ditegakkan. Sebagai
akibatnya, orang-orang bertindak sesuai dengan kehendak sendiri untuk melepaskan dirinya
dari kemiskinan dan menjadi perompak adalah jalan pintas menuju kekayaan. Banyak desa di
negara ini yang dulunya miskin tetapi sekarang menjadi kaya raya karena penduduknya beralih
propefsi menjadi perompak. Alkitab berakat:

62
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

“Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dank e
dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang
menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.” (I Tim. 6:9).
Para perompak atau orang-orang di seluruh dunia yang miskin dan berhasrat untuk
menjadi cepat kaya adalah orang yang sudah berada di tepi jurang kebinasaan. Kita bisa lihat
ayat ini bahwa ‘mereka yang ingin kaya’ berarti orang itu sudah dikuasai hawa nafsu dan
kedagingan yang bersumber dari dosa.

Kuadran IV: Kaya tapi Tidak Beriman


Ada dua contoh yang dapat kita temui dalam Alkitab tentang orang kaya tetapi imannya
lemah yaitu orang Farisi dan anak muda yang kaya
a. Orang Farisi: Kaya akan harta dan kedudukan, tetapi miskin akan rasa takut pada Tuhan.
(39) Tetapi Tuhan berkata kepadanya: “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan
bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan
kejahatan.
(40) Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di
rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar.” (Luk. 11:39-44).
Orang Farisi adalah kelompok orang yang sering dikecam oleh Tuhan Yesus. Mereka
bukanlah orang-orang miskin yang menduduki posisi terhormat di Bait Allah, melainkan orang-
orang yang berkecukupun dalam kekayaan dan kehormatan tetapi gagal menjalankan dan
memimpin ibadah di Bait Allah karena tidak disertai rasa takut akan Tuhan. Orang Farisi senang
dengan kehormatan yang diterima dari orang-orang. Hal itu sangat dibenci Tuhan. Yesus
Kristus menentang orang Farisi yang kaya dalam jabatan tetapi miskin secara rohani dan moral.

Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan


b. Anak muda yang kaya: Kaya dalam harta dan pengetahuan akan firman Tuhan tetapi
miskin ketaatan.
(20) Kata orang muda itu kepada-Nya: “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih
kurang?”
(21) Kata Yesus kepadanya: “Jika engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala
milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh
harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Mat. 19:20-21).
Selain orang Farisi, ada juga kisah tentang anak muda yang kaya tetapi tidak beriman.
Anak muda ini bukanlah orang bodoh. Ia mengerti hukum Taurat dan menjalankan semua

63
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

perintah Allah. Bahkan ia ‘menantang’ Yesus Kristus dengan bertanya apakah ada perintah
Allah yang belum ia jalankan. Tantangannya terhadap Yesus merupakan suatu bentuk
kesombongan rohani, walaupun mungkin saja si anak muda ini tidak bermaksud untuk bersikap
demikian, tetapi Tuhan melihat jauh ke dalam hati orang itu.
Mungkin anak muda ini berpikir, bahwa Tuhan Yesus akan menepuk-nepuk pundaknya
sambil memujinya. Namun, tanggapan yang diberikan Tuhan Yesus benar-benar di luar
dugaannya. Yesus Kristus balik memandang si anak muda, “Juallah segala milikmu kemudian
datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Yesus Kristus dengan jelas melihat bahwa hati orang ini
masih terikat dengan kekayaannya dan hal ini sulit ia lepaskan. Tantangan Yesus Kristus benar-
benar menusuk hatinya, dan anak muda itu pergi dengan sedih sebab memang sukar baginya
untuk bisa melepaskan keterikatannya dari harta kekayaannya.

Berkat Tuhan versus Kerja Keras


Pertanyaan yang paling sering menghinggapi benak umat Tuhan adalah bagaimana cara
yang paling efektif dan mudah untuk mendapatkan uang. Atau lebih tepatnya, bagaimana
caranya berpindah dari Kuadran Kelompok A ke Kuadran Kelompok B?

KUADRAN II: KUADRAN I:


MISKIN tapi KAYA & BERIMAN
BERIMAN

KUADRAN III: KUADRAN IV:


MISKIN & TIDAK KAYA tapi TIDAK Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
BERIMAN BERIMAN

Di satu pihak, beberapa orang menyatakan bahwa kekayaan adalah mutlak berkat dari
Tuhan. Di pihak lain menyatakan bahwa kekayaan harus didapat dari bekerja dan Tuhan tidak
lagi ikut campur di dalamnya. Tentu saja, untuk setiap perbedaan seperti ini biasanya akan
muncul pendapat yang ketiga, yaitu kekayaan memang merupakan berkat Tuhan yang
didapatkan setelah seseorang bekerja dengan segenap tenaga.

64
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Prinsip-prinsip Universal
Tuhan memberikan prinsip-prinsip universal yang harus diikuti oleh semua orang untuk
mendapatkan harta kekayaan. Prinsip ini berlaku umum untuk semua manusia, tidak peduli
apakah orang tersebut anak Tuhan atau bukan. Jadi, apabila seseorang menerapkan prinsip ini,
dia akan memperoleh kekayaan.
Paling tidak ada dua prinsip utama yang dikemukakan firman Tuhan yang berhubungan
langsung dengan kemampuan seseorang mendapatkan kekayaan. Sekarang, mari kita lihat
prinsip-prinsip ini satu per satu.

Prinisp 1: Rajin
Prinsip yang pertama adalah seberapa rajin seseorang melakukan apa yang harus dia
kerjakan. Seseorang yang rajin menyediakan waktu yang lebih banyak untuk melakukan
sesuatu. Mereka juga biasanya akan mengerjakan sesuatu dengan tidak asal-asalan sehingga
mempunyai kesempatan yang besar untuk menerima kekayaan. Firman Tuhan dengan tegas
menyatakan bahwa ada hubungan langsung antara kerajinan dan kekayaan.

“Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.” (Ams.
10:4).

Ayat di atas berlaku untuk semua orang. Tidak peduli apakah ia anak Tuhan atau bukan,
asalkan rajin, dia berhak mendapatkan kekayaan. Ada beberapa ayat lain dalam Alkitab yang
menjelaskan hubungan langsung antara kerajinan dengan sesuatu yang baik sperti kekuasaan,
kelimpahan, dan kekayaan. Karena itu, orang yang memelihara kerajinan dalam semua tindakan
mereka akan selalu mendapatkan balasannya. Mereka akan mendapatkan banyak hal yang baik
dalam kehidupan mereka.
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
“Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa.”
(Ams. 12:24).

“Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta
yang berharga.” (Ams. 12:27).

“Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi
kelimpahan.” (Ams. 13:4).

Prinsip 2: Kerja keras


“Dengan bermalas-malas takkan tercapai yang diidamkan, dengan bekerja keras orang
mendapat kekayaan.” (Ams. 12:27. BIS).

65
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Sama seperti kerajinan, ada hubungan langsung antara kerja keras dengan kekayaan.
Firman Tuhan sangat menghargai kerja keras sehingga orang yang bekerja keras mempunyai
hak tertentu sebagai kompensasi atas usaha yang telah mereka lakukan. Dengan jelas, firman
Tuhan menuliskan bahwa seorang pekerja berhak menerima upahnya.
“Kalau ada orang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai
haknya.” (Rm. 4:4).

Ada perbedaan mendasar antara upah sebagai “hak” dan upah sebagai “hadiah”. Jika
seseorang mempunyai hak untuk memperoleh upah, maka ia bisa menuntut upahnya. Namun,
jika upah yang diberikan merupakan hadiah, maka ia tidak bisa menuntut upahnya. Karena itu,
hadiah diberikan bukan berdasarkan apa yang dikerjakan seseorang, melainkan berdasarkan
kemauan orang yang memberi hadiah. Jadi, jika seseorang melakukan pekerjaan, maka dia
berhak mendapatkan uapahnya. Orang tersebut dapat menuntut pemberi upah jika upahnya
tidak diberikan kepadanya. Selain berhak mendapat upah, seorang pekerja juga berhak
menikmati hasil usahanya.
“Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.” (II
Tim. 2:6).

Karena itu, siapa saja yang bersedia bekerja, tidak peduli dia umat Tuhan atau bukan,
akan mendapatkan kekayaan. Karena mereka berhak mendapatkan upah atas hasil jerih payah
mereka. Hampir semua tokoh dalam Alkitab adalah para pekerja keras. Di bawah ini adalah
daftar orang dalam Perjanjian Baru yang ditulis dengan tegas di Alkitab bahwa mereka adalah
para pekerja keras.
a. Paulus
“Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota
ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang
kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
semua pada waktu ini.” (Kis. 22:3).

“Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan
dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian.” (II Kor. 11:27).

b. Trifena, Trifosa dan Persis


“Salam kepada Trifena dan Trifosa yang bekerja membanting tulang dalam pelayanan
Tuhan. Salam kepada Persis, yang kukasihi, yang telah bekerja membanting tulang
dalam pelayanan Tuhan.” (Rm. 16:12).

c. Stefanus dan keluarganya

66
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

“Ada suatu permintaan lagi kepadamu, saudara-saudara. Kamu tahu, bahwa Stefanus
dan keluarganya adalah orang-orang yang pertama-tama bertobat di Akhaya, dan
bahwa mereka telah mengabdikan diri kepada pelayanan orang-orang kudus. Karena
itu, taatilah orang-orang yang demikian dan setiap orang yang turut bekerja dan
berjerih payah.” (I Kor. 16:15-16).

Adanya kedua prinsip universal di atas bisa menjelaskan mengapa banyak orang yang
bukan anak Tuhan mempunyai kekayaan yang luar biasa. Hal ini terjadi karena siapa pun yang
mau menerapkan prinsip-prinsip universal di atas pasti akan memperoleh kekayaan. Banyak
orang kaya di dunia ini adalah orang yang rajin dan bersedia bekerja keras. Bahkan beberapa
orang kaya yang tidak mengenal Tuhan telah mengorbankan seluruh waktu dan hidup mereka
untuk mendapatkan kekayaan dan mereka berhasil mendapatkannya.

Cara Anak Tuhan Mendapatkan Kekayaan


Sekarang, kita akan melihat cara umat Tuhan memperoleh kekayaan. Apakah mereka
juga harus menerapkan prinsip-prinsip universal di atas? Jawaban pertanyaan ini adalah benar.
Ketika umat Tuhan menerapkan prinsip-prinsip di atas, hasil yang didapat akan berbeda dengan
hasil yang diperoleh orang yang bukan umat-Nya. Berkat Tuhan akan memperbanyak hasil
yang mereka dapatkan. Untuk memperjelas, perhatikan ilustrasi di bawah ini.
Si A adalah umat Tuhan sedangkan si B bukan umat Tuhan. Anggaplah A dan B
mempunyai sifat rajin dan kerja keras yang sama. A dan B seharusnya mendapat kekayaan yang
sama pula. Namun, karena ada faktor “berkat Tuhan” milik A yang tidak dimiliki B, maka hasil
yang didapat A akan melebihi (bahkan bisa jauh melebihi) B. Secara grafik dapat digambarkan
sebagai berikut:
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan

Anak Tuhan Kekayaan yang


seharusnya

Kekayaan dari Tuhan


Berkat Tuhan

Umat Tuhan memang akan mendapatkan hasil yang berbeda. Akan tetapi, mereka tidak
dapat hanya mengandalkan kekayaan yang berasal dari berkat Tuhan saja tanpa menerapkan
prinsip-prinsip universal di atas. Dengan kata lain, umumnya berkat Tuhan akan datang pada
orang-orang yang telah menerapkan prinsip-prinsip universal. Memang, Tuhan berhak
67
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

memberikan berkat-Nya kepada siapa pun yang Ia mau. Dan memang dalam beberapa kasus
Tuhan memberikan berkat-Nya kepada orang yang belum menerapkan prinsip-prinsip universal
tersebut. Ini merupakan kedaulatan Tuhan yang tidak bisa diganggu gugat. Secara umum bisa
disimpulkan bahwa tanpa menerapkan prinsip-prinsip universal seseorang tidak akan bisa
menerima kekayaan yang berasal dari berkat Tuhan.
Sekarang, mari kita lihat apa yang terjadi jika umat-Nya berusaha mendapatkan kekayaan dari
satu sisi saja, yaitu hanya mengandalkan berkat tuhan atau hanya menerapkan prinsip-prinsip
universal saja.

Hanya Mengandalkan Prinsip-prinsip Universal


Sekarang, mari kita lihat pengaruh berkat Tuhan dalam kehidupan orang percaya.
Seseorang kadang kala mengalami kegagalan jika hanya menerapkan prinsip-prinsip universal.
Kita akan melihat contoh dari kehidupan Simon Petrus.
“Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak
menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”
(Luk. 5:5).
Simon Petrus telah bekerja keras sepanjang malam. Hal ini menunjukkan bahwa Simon
bukan seorang yang malas karena dia mau bekerja. Pada waktu itu, dia tidak berhasil
menangkap seekor ikan pun. Seringkali kehidupan kita juga sama dengan apa yang dialami
Simon. Kita sudah bekerja sekuat tenaga, tetapi merasa bahwa hasil yang kita dapat sangat
minim bahkan bisa dikatakan tidak menghasilkan apa-apa. Jika hal seperti ini terjadi, problem
utamanya bukanlah cara kita bekerja. Karena jika kita berpikir bahwa problemnya terletak pada
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
cara kita kerja kita yang kurang keras, maka kita akan bekerja dengan lebih keras. Akibatnya,
kita akan menjadi gila kerja.
Dalam contoh ini, meskipun jam kerja Simon ditambah menjadi sehari lagi, dia mungkin
tetap tidak akan berhasil menangkap ikan. Namun, dia mendapatkan hasil yang berbeda ketika
bertemu Kristus. Ketika dia menaati apa yang dikatakan Kristus, maka dengan cara kerja yang
sama seperti yang biasa dilakukan, dia mendapat hasil yang luar biasa.
“Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala
mereka mulai koyak. Lalu, mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang

68
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama
mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.” (Luk. 5:6-7).
Jadi, sering kali problem kemiskinan yang dihadapi seseorang tidak terletak pada cara
mereka bekerja, tetapi karena mereka tidak bisa mendapatkan berkat Tuhan. Jika kita belum
pernah bertemu secara pribadi dengan Kristus, maka hasil kerja kita tidak akan pernah
maksimal.

Hanya Mengandalkan Berkat Tuhan


Sekarang, kita akan melihat pandangan yang hanya mengandalkan berkat Tuhan.
Memang, tidak bisa disangkal kalau Tuhan ingin memberkati seseorang, maka Dia bisa
memberkatinya dengan mudah. Sering kali orang memaksa-Nya untuk mencurahkan berkat
tanpa melihat apa yang dikatakan firman-Nya.
Karena itu, beberapa orang mencari ayat yang bisa digunakan untuk membuat mereka
hanya menantikan berkat Tuhan tanpa bersedia melakukan prinsip-prinsip universal guna
mendapatkan kekayaan. Hal ini kelihatannya cukup mudah karena tidak perlu mengeluarkan
usaha apa pun. Beberapa ayat di bawah ini sering digunakan untuk mengaburkan prinsip ini
dan dipakai sebagai obat penenang orang-orang dari kalangan tertentu.
“Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang
membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawasi kota, sia-sialah pengawal berjaga-
jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti
yang diperoleh dengan susah payah – sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya
pada waktu tidur.” (Mzm. 127:1-2).

“Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” (Ams.
10:22).

Berdasarkan dua bagian ayat Alkitab di atas, banyak umat Tuhan yang menantikan
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
kekayaan hanya dengan berdiam diri dan menantikan berkat Tuhan yang datang dari sorga.
Mereka sering kali bersikap pasrah dan menyerahkan seluruh urusan kekayaan hanya kepada-
Nya. Apabila kekayaan yang dinanti-nantikan tidak kunjung datang mereka akan menyalahkan
Tuhan dan menganggap Dialah yang menyebabkan mereka tidak mendapatkan kekayaan.
Padahal semua ayat dalam Alkitab yang berhubungan dengan kekayaan harus diteliti
dengan seksama sebelum mengambil kesimpulan seperti ini. Ayat-ayat di atas harus juga
dilengkapi dengan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa untuk mendapatkan kekayaan, manusia
juga harus menerapkan prinsip-prinsip universal. Kedua bagian ini harus dikerjakan secara

69
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

seimbang. Janganlah bermimpi untuk mendapatkan kekayaan dari berkat Tuhan tanpa
menerapkan prinsip-prinsip universal yang sudah ditentukan untuk mendapatkan kekayaan.
Perhatikanlah ilustrasi di bawah ini12.
Alkisah ada seorang petani yang memberi tahu temannya bahwa ia memutuskan untuk
tidak bekerja lagi. “Tuhan akan melakukan semua pekerjaan untukku,” kata petani tersebut.
“Oh benarkah?”, kata temannya. “Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?”
“Yah,” kata si petani, “apa kamu ingat gudang tua yang dulu kumiliki? Aku bermaksud
merobohkannya sejak bertahun-tahun lalu. Namun, aku belum melakukannya. Tiba-tiba, bulan
lalu petir menyambarnya dan membakarnya sampai habis. Setelah itu angin datang dan meniup
semua debunya.”
“Dan berdasarkan hal itu, kamu akan membiarkan Tuhan melakukan semua
pekerjaanmu?” tanya temannya.
“Oh, tidak,” lanjut si petani. “Minggu lalu, isteriku memintaku mencuci mobil kami.
Akan tetapi, hujan badai yang deras turun sebelum aku sempat melakukannya dan hujan
mencuci bersih mobil itu.”
Temannya menggeleng-gelengkan kepala tak percaya dan sebelum ia sempat
mengucapkan kata-kata, si petani bertanya, “Tahukah kamu apa yang kulakukan di serambi
rumahku sekarang ini?”
Temannya berkata, “Tidak, apa?”
Si petani menjawab, “Aku menunggu gempa bumi mengguncangkan tanaman
kentangku keluar dari tanah!”
Seringkali kita bertindak seperti petani dalam ilustrasi di atas yang menyerahkan segala
sesuatunya kepada Tuhan. Jangan salah! Tuhan tidak pernah bertindak sendiri karena Dia
senantiasa ingin melibatkan umat-Nya. Jadi, jangan mengharapkan Tuhan melakukan
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
semuanya bagi kita. Ada bagian yang memang merupakan bagian Tuhan, namun ada juga
bagian yang harus kita kerjakan. Jangan khawatir, Tuhan telah memberikan kekuatan dan
kemampuan kepada kita untuk mengerjakan bagian yang harus kita kerjakan dengan baik.

Mengapa Anak Tuhan Harus Tetap Rajin dan Bekerja Keras Untuk Mendapatkan Kekayaan?
Alasan yang paling umum dari kebenaran ini adalah kutukan Tuhan dalam hal pekerjaan
yang dberikan kepada manusia ketika Adam jatuh dalam dosa. Bekerja bukanlah suatu kutuk

12
Kisah-kisah Rohani Pembangkit Semangat Untuk Pemimpin (Gospel Press), 151. 70
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

(hal ini akan dibahas tepat setelah bagian ini). Yang merupakan kutuk adalah manusia harus
bekerja dengan lebih keras. Seperti dapat dilihat pada ayat-ayat di bawah ini.
“Lalu firman-Nya kepada manusia itu: “Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan
memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya,
maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu
dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan
tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari
makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil;
sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” (Kej. 3:17-19).
Tuhan dengan tegas menyatakan bahwa dosa menyebabkan manusia harus bersusah
payah mencari rezeki dan berpeluh untuk mencari makanan. Dari penegasan Tuhan ini dengan
jelas dapat dilihat bahwa manusia harus bersusah payah (mengalami kesukaran) untuk
mendapatkan kekayaan. Dan, kutukan ini tetap berlanjut sampai sekarang.
Ada pandangan yang menyatakan bahwa kutukan dalam Kejadian 3:17-19 di atas hanya
berlaku untuk orang-orang yang belum mengenal Tuhan Yesus. Dengan kata lain, umat Tuhan
tidak termasuk dalam kelompok yang terkena kutukan yang mengharuskan mereka bersusah
payah untuk mendapatkan kekayaan.
Pandangan seperti ini didasri beberapa ayat, seperti:
“TUHAN akan memerintahkan berkat ke atasmu di dalam lumbungmu dan di dalam segala
usahamu; Ia akan memberkati engkau di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN,
Allahmu.” (Ul. 28:8).
“Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita,
sebab ada tertullis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” Yesus Kristus telah
membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjian itu.” (Gal. 3:13-14).
Padahal kalau kita lihat konteks dari ayat-ayat di atas, maka akan terlihat dengan jelas
hubungan antara berkat yang Tuhan berikan dengan usaha yang harus dilakukan manusia. Mari
kita lihat kedua ayat di atas satu per satu.
Sebelum Tuhan memberikan janji-Nya kepada bangsa Israel dalam Ulangan 28:8,
Tuhan terlebih dulu memberikan pilihan tindakan yang harus diambil bangsa Israel. Jadi,
curahan berkat Tuhan akan tergantung dari pilihan yang diambil.

71
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

“Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia
segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan
mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.” (Ul. 28:1).
Dalam perintah Tuhan ini terdapat kata-kata:
• Jika engkau baik-baik . . .
• Dan melakukan dengan setia . . .
Kata-kata ini menunjukkan bahwa orang Israel mengerjakan bagian yang harus mereka
kerjakan, yaitu rajin mendengarkan dan bersedia bekerja dengan setia sebelum merasakan
berkat Tuhan di curahkan dalam kehidupan mereka. Ketika kedua prinsip ini dikerjakan, Tuhan
mengerjakan bagian-Nya, yaitu mencurahkan berkat kepada umat-Nya.
Sekarang mari kita lihat Galatia 3:13-14. Ada dua bagian yang harus digarisbawahi dari Galatia
3:13-14. Bagian yang pertama, ayat-ayat ini menjelaskan bahwa Yesus menjadi kutuk supaya
umat-Nya terbebas dari kutuk hukum Taurat. Ayat ini tidak bermaksud mengatakan bahwa
hukum Taurat sudah tidak berlaku lagi. Namun, ayat ini menyatakan bahwa kutuk hukum
Taurat sudah ditebus oleh Yesus. Dengan demikian, ketika kita melakukan hukum Taurat
bersama dengan Yesus, kutuk karena ketidakmampuan manusia melakukan hukukm Taurat
telah digantikan oleh kematian Yesus.
Hal ini berarti umat-Nya bisa menikmati janji berkat Tuhan yang terdapat dalam
Ulangan 28. Dengan kematian Yesus, pilihan yang diambil umat-Nya adalah selalu berkat
karena kutuk hukum Taurat telah digantikan-Nya. Sehingga, bangsa-bangsa akan menerima
berkat Abraham melalui Yesus.
Yang kedua, Galatia 3:13-14 sama sekali tidak menjelaskan bahwa Yesus telah
menghapuskan kutuk pada Kejadian 3 (mengenai susah payah dalam mencari makan). Mari
kita lihat bukti dari hal ini. Setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Hawa juga mendapat Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
kutuk dari Tuhan. Ketika Hawa jatuh ke dalam dosa, Tuhan berfirman:
“Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau
akan melahirkan anakmu . . .” (Kej. 3:16).
Ketika Yesus mati di atas kayu salib, Dia tidak menghilangkan kutuk yang diberikan
kepada Hawa. Sampai sekarang, kutuk tersebut masih berlaku untuk semua perempuan di muka
bumi ini. Semua perempuan masih mengalami kesakitan ketika mereka melahirkan. Jadi, jika
kutuk untuk perempuan tidak dihilangkan oleh Yesus, maka kutuk untuk laki-laki yang harus
bekerja keras untuk mendapatkan kekayaan juga tidak dihilangkan.

72
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Pandangan Paulus Mengenai Bekerja


Paulus menyatakan pendapatnya tentang bekerja kepada jemaat Tesalonika sebagai
berikut:
“Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu:
jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” (II Tes. 3:10).

Pada saat itu, jemaat Tesalonika yang menyibukkan diri dengan perkara-perkara yang
menurut mereka rohani, tetapi sebenarnya tidak menghasilkan apa-apa. Mereka enggan bekerja
dan hanya memikirkan hal-hal yang tidak perlu. Jemaat Tesalonika menjadi lupa bahwa mereka
juga harus bekerja untuk mendatangkan berkat Tuhan dalam kehidupan mereka. Karena itu,
Paulus memberikan contoh bagaimana kehidupan yang dijalaninya. Dia menjelaskan
pendapatnya kepada jemaat di Tesalonika ketika berkata:
“Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami
bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami
memberitakan Injil Allah kepada kamu.” (I Tes. 2:9).

Paulus menunjukkan apa yang harus diperbuat oleh jemaat di Tesalonika dengan contoh
dari kehidupan dirinya sendiri. Jadi, Paulus tetap rajin bekerja mencari makan sekalipun
melayani di Tesalonika. Dengan demikian, dia tidak selalu mengharapkan sesuatu yang
supernatural dalam pekerjaannya. Ada waktunya Paulus berharap berkat Tuhan secara
supernatural. Akan tetapi, ada kalanya dia bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip universal di
atas. Paulus menunjukkan bahwa tanpa kerja keras seseorang tidak mungkin bisa menikmati
apa yang telah dijanjikan Tuhan dalam hidupnya.
Salah satu pekerja keras yang dipakai secara luar biasa oleh Tuhan adalah John Wesley.
Di bawah ini kita bisa melihat bagaimana kerasnya dia bekerja untuk menggenapi rencana
Tuhan dalam kehidupannya:
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
Kebanyakan orang berpikir bahwa John Wesley adalah seorang pengkhotbah yang
besar. Dan memang, demikian adanya. Apa yang tidak diketahui banyak orang adalah
dia sangat produktif. Ia menyampaikan rata-rata tiga khotbah sehari selama lima puluh
empat tahun, berkhotbah lebih dari 44.000 kali selama hidupnya. Dalam melakukan
pekerjaannya, ia menunggang kuda dan naik kereta kuda lebih dari 320.000 kilometer
– kira-kira 8.000 kilometer setahun. Bahkan bagi seseorang yang sangat produktif
sekalipun, itu tampaknya akan membutuhkan upaya sepenuh waktu.
Masih saja John Wesley mempunyai waktu untuk menulis dan mengedit. Karya-
karyanya yang diterbitkan termasuk empat jilid uraian penjelasan seluruh Alkitab, karya
lima jilid tentang filosofi natural, kamus bahasa Inggris. Ia juga menulis sejarah Inggris
dan Roma, tata bahasa Ibrani, Latin, Yunani, Prancis, dan Inggris, tiga karya tulis
tentang ilmu kedokteran, enam jilid karya musik gereja, tujuh jilid khotbah, dan tulisan-
tulisan controversial, dan mengedit rangkaian karya tulis lima puluh jilid yang dikenal
sebagai “The Christian Library.”
73
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Ia biasanya bangun pukul 4 pagi dan beristirahat pukul 10 malam dan hanya
menggunakan waktu singkat untuk makan. Namun, ia menyatakan, “Saya memiliki
lebih banyak waktu istirahat pribadi daripada siapa pun di Inggris.”

Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan

74
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

BAB VI
AKHIR DARI RENCANA TUHAN TERHADAP KEKAYAAN

Ada pepatah bijak yang mengatakan “Awal dari sesuatu tidaklah terlalu penting, karena
akhir dari sesuatu itulah yang menentukan.” Pepatah ini memang sungguh-sungguh tepat,
karena sering kali orang tidak peduli pada proses yang harus terjadi karena mereka hanya
melihat hasil akhir dari segala sesuatu. Walaupun proses yang harus dilalui sangat sulit, jika
akhirnya hasilnya dapat memuaskan mereka, maka mereka akan dengan rela dan bersukacita
melalui proses tersebut.
Seperti cerita dari kebanyakan film kung fu, penonton biasanya tidak peduli dengan
keadaan jagoan film itu di awal atau di pertengahan film. Mereka tidak peduli jika jagoan
tersebut harus mengalami kekalahan, dihina oleh musuh ataupun mengalami kehidupan yang
sangat berat sebelum film selesai. Tetapi, bisa dipastikan bahwa hampir semua penonton akan
mengeluarkan protes keras apabila sampai pada akhir film, jagoan film itu tetap saja kalah dari
lawan-lawannya. Ada banyak orang yang tidak suka dengan akhir yang menyedihkan dari suatu
peristiwa. Mereka menginginkan hasil yang menggembirakan pada akhir film di mana jagoan
tersebut haruslah yang memenangkan pertempuran.
Demikian pula dengan keadaan kekayaan di dunia ini. Kita harus bisa melihat akhir
rencana Tuhan dalam hal kekayaan. Hal ini akan membuat kita dapat melewati kehidupan kita
dengan baik, bagaimanapun keadaan keuangan kita pada saat ini karena kita sudah mengetahui
apa yang telah Tuhan rencanakan di bagian akhir dari rencana-Nya secara keseluruhan. Dan
ternyata, hasil akhir dari rencana Tuhan tersebut adalah sesuatu yang sangat menggairahkan
bagi kehidupan umat-Nya.
Orang yang bisa melihat hasil akhir yang bisa dicapai dari suatu proses, biasanya akan
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
mempunyai daya tahan yang lebih baik. Ketika mengalami banyak kesulitan sekalipun, mereka
akan bisa mengatasinya dengan baik. Karena itu, bab ini akan mencoba menggambarkan hasil
akhir dari nasib kekayaan dunia ini.
Suatu fakta yang sangat menggembirakan bagi umat-Nya adlaah “di akhir rencana
Tuhan, kekayaan dunia haruslah diserahkan keapda Tuhan dan kepada umat-Nya.” Karena itu,
marilah kita menantikan saat penggenapan itu dengan persiapan yang baik dan hati yang
bersukacita.

75
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Kekayaan Bangsa-bangsa akan Dibawa Kepada Tuhan


Pada akhir dari rencana Tuhan, kekayaan bangsa-bangsa haruslah dibawa kembali
kepada Tuhan. Semua kekayaan telah diciptakan Tuhan untuk kemuliaan-Nya. Tetapi, ketika
manusia jatuh ke dalam dosa, sebagian kekayaan tersebut terpaksa juga harus berada dalam
kekuasaan Iblis. Hal ini kelihatannya seperti fakta yang buruk. Dan memang hal ini
menyebabkan banyak hal buruk dimana Iblis bisa menggunakan kekayaan untuk memperluas
kerajaan kegelapan. Akan tetapi, hal ini tidak akan berjalan seterusnya. Apa yang sudah
diciptakan Tuhan untuk maksud tertentu haruslah dikembalikan lagi ke tujuannya semula.
Karena Tuhan yang kita sembah tidak mengenal kata gagal, sehingga semua rencana-Nya pasti
berhasil.
Demikian juga rencana-Nya dalam hal kekayaan, tujuan yang Tuhan telah tetapkan
untuk kekayaan yang harus dipakai guna memuliakan Tuhan juga pasti akan dikembalikan pada
tujuannya semula. Kekayaan tersebut haruslah kembali dipersembahkan kepada Tuhan setelah
banyak dipakai untuk memuaskan diri manusia dan ilah-ilah lain.
“Anak domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan dan hikmat, dan
kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!” (Why. 5:12).
Ayat di atas dengan jelas menyatakan bahwa Anak Domba akan menerima “segala
sesuatu” dari umat ciptaan-Nya. Semua ayat dalam Alkitab pasti digenapi. Demikian juga
dengan ayat ini, kebenaran yang terkandung di dalamnya pasti akan terjadi. Tanda-tanda waktu
penggenapan dari kebenaran tersebut mungkin belum terlihat sampai saat ini, tetapi suatu saat
nanti ayat ini pasti akan terjadi. Suatu saat, bangsa-bangsa harus membawa kekayaan mereka
kepada Tuhan. Karena hanya Tuhan yang pantas menerima kemuliaan, kekayaan, kehormatan,
dan segala yang baik.
Sekarang, mari kita lihat secara lebih khusus bagaimana cara Tuhan membawa kembali
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
kekayaan bangsa-bangsa kepada-Nya. Paling tidak akan ada dua skenario yang akan dipakai
Tuhan untuk membawa kembali kekayaan milik-Nya ke tujuan semula.

Cara 1: Tuhan membawa kekayaan bangsa-bangsa melalui umat-Nya


Dalam Perjanjian Lama, melalui perantaraan nabi Mikha, Tuhan memberikan suatu
fakta penting tentang akhir dari kekayaan di dunia ini. Tuhan menunjukkan bahwa kekayaan
banyak bangsa akan dipersembahkan kembali kepada Tuhan. Selanjutnya, berita bagusnya
adalah Tuhan melibatkan umat-Nya untuk menggenapi rencana ini.

76
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

“Bangkitlah dan iriklah, hai putri Sion, sebab tandukmu akan Kubuat seperti besi, dan kukumu
akan Kubuat seperti tembaga, sehingga engkau menumbuk hancur banyak bangsa; engkau akan
mengkhususkan rampasan mereka bagi TUHAN dan kekayaan mereka bagi Tuhan seluruh
bumi.” (Mi. 4:13).
Hal ini akan dapat dilakukan jika umat-Nya menjadi dahsyat dengan hidup dalam
rencana Tuhan. Untuk itu, Dia sendiri akan membentuk umat-Nya menjadi sangat dahsyat
sehingga mampu melakukan rencana ini. Dia akan membentuk umat-Nya menjadi bangsa yang
sangat kuat sehingga bisa menghancurkan banyak bangsa. Jadi, dengan keperkasaan yang
dimiliki umat-Nya, bangsa-bangsa yang enggan menyerahkan kekayaan yang mereka miliki
kepada dia akan dipaksa untuk menyerahkan kekayaan tersebut. Dengan perantaraan umat-Nya
yang telah dipulihkan dan hidup dalam rencana-Nya, kekayaan bangsa-bangsa akan
dikembalikan kepada Dia.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana keperkasaan yang akan Tuhan berikan
kepada umat-Nya. Di dalam Alkitab, tanduk dan kuku sering kali dipakai untuk
menggambarkan kekuatan yang dimiliki seseorang. Ayat di atas menggambarkan bahwa tanduk
dan buku umat-Nya akan menjadi sangat dahsyat sehingga banyak bangsa yang tidak akan
tahan ketika berhadapan dengan mereka.
Dengan cara yang pertama ini, Tuhan memberikan tempat yang sangat khusus bagi
umat-Nya. Dia tidak pernah meninggalkan umat-Nya dalam penggenapan semua rencana-Nya.
Ini adalah ciri dari Bapa kita yang senantiasa ingin memberikan peran kepada anak-anak-Nya
dalam setiap penggenapan rencana-Nya.
Jadi, yang diharapkan oleh Bapa dari kita sebagai anak-anak-Nya hanyalah mempunyai
kerinduan yang sama seperti Dia untuk terlibat dalam penggenapan semua rencana-Nya. Karena
itu, kita harus mempersiapkan diri dengan baik dan serius untuk menantikan saat penggenapan
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
ayat ini.

Cara 2; Bangsa-bangsa Membawa dengan Sukarela Kekayaan Mereka Untuk Diberikan


Kepada Tuhan
Dalam bagian kitab wahyu yang lain dijelaskan mengenai pengumpulan kekayaan
dengan menggunakan cara ini. Tuhan dengan jelas menyatakan bahwa setelah Yerusalem yang

77
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

baru berdiri, maka bangsa-bangsa akan berjalan berduyun-duyun dengan membawa kekayaan
mereka.
“Dan aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya; sebab Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, adalah
Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu. Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan
bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah
lampunya. Dan bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahayanya dan raja-raja di bumi
membawa kekayaan mereka kepadanya; dan pintu-pintu gerbangnya tidak akan ditutup pada
siang hari, sebab malam tidak akan ada lagi di sana; dan kekayaan dan hormat bangsa-bangsa
akan dibawa kepadanya.” (Why. 21:22-26).
Ayat ini tidak menulis dengan jelas, apakah bangsa-bangsa tersebut membawa kekayaan
mereka dengan sukarela ataukah dengan paksaan. Yang pasti, ayat ini menyatakan bahwa
mereka akan menyerahkan kekayaan mereka kepada kota Tuhan. Pada saat itu ada kemuliaan
Tuhan yang sangat nyata sehingga tidak perlu alat penerang lain untuk menerangi kota tersebut.
Ada dua golongan orang yang akan membawa kekayaan mereka kepada Tuhan. Satu kelompok
adalah kelompok orang yang kagum pada kemuliaan Tuhan. Sedangkan kelompok yang kedua,
adalah kelompok orang yang takut karena mereka merasa bahwa mereka tidak bisa menandingi
kemuliaan Tuhan.
Bagaimanapun alasan yang dipunyai, bangsa-bangsa akan membawa kekayaan yang
mereka miliki untuk diserahkan kepada Tuhan. Hal ini akan membuat kota tersebut penuh
dengan kekayaan dan hormat bangsa-bangsa.
Cara kedua ini akan ditempuh oleh Tuhan pada kondisi ketika umat-Nya mengalami
kesulitan untuk menggenapi rencana-Nya pada beberapa bangsa yang sulit dikalahkan dengan
menggunakan cara pertama. Tuhan kita adalah pribadi yang tidak pernah gagal. Semua rencana-
Nya harus dapat terlaksana. Dia bisa menggunakan apa pun untuk menggenapi rencana-Nya di
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
muka bumi ini.
Jadi, jika Dia sudah menetapkan bahwa semua kekayaan (yang notabene adalah ciptaan-
Nya) harus dipersembahkan kembali kepada-Nya, maka Dia bisa menggunakan cara apa pun
untuk merealisasikan rencana tersebut. Jika sementara ini seolah-olah banyak negara yang
menimbun kekayaan hanya untuk kepentingan mereka sendiri dan tidak mungkin menyerahkan
kekayaan mereka kepada Tuhan yang hidup, maka sebenarnya hal ini sama sekali bukan
merupakan masalah bagi Tuhan. Rencana Tuhan tidak tergantung dari kondisi yang ada,
rencana tersebut tidak akan pernah bisa digagalkan. Karena itu, betapapun kelihatannya sangat
sulit suatu keadaan untuk diubah menjadi sesuai dengan rencana Tuhan, suatu saat (kapan

78
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

waktunya kita tidak tahu, tetapi kita tahu bahwa hal ini pasti terjadi), kekayaan tersebut pasti
akan dikembalikan kepada Tuhan semesta alam.
“Tuhan pasti akan membawa kekayaan bangsa-bangsa kembali kepada-Nya, yaitu baik melalui
kedahsyatan umat-Nya maupun melalui kerelaan bangsa-bangsa untuk memberikan kekayaan
mereka kepada-Nya. Umat-Nya harus mempersiapkan diri dengan baik sehingga mereka bisa
turut serta dalam rencana besar untuk membawa kembali kekayaan milik-Nya untuk
dipersembahkan kepada-Nya. Jika umat-Nya tidak siap, maka Dia bisa memakai hanya cara
kedua, yaitu membuat bangsa-bangsa dengan rela memberikan kekayaan milik mereka kepada-
Nya.”

Kekayaan Bangsa-bangsa Akan Dibawa Kepada Umat Tuhan


Hal kedua yang terjadi di akhir rencana Tuhan adalah kekayaan bangsa-bangsa akan
diberikan kepada umat Tuhan. Hal ini sering kali merupakan kebenaran yang mengejutkan.
Banyak orang mengatakan bahwa bukan sesuatu yang mengejutkan jika “kekayaan bangsa-
bangsa nantinya akan dibawa ke hadapan Anak Domba”. Tetapi, rencana Tuhan tidak berhenti
hanya sampai di sini karena pada beberapa ayat Alkitab yang lain, Tuhan menyatakan bahwa
kekayaan bangsa-bangsa tersebut juga akan diberikan kepada umat-Nya.
Perhatikan ayat ini. “Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi
kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar.” (Ams. 13:22). Amsal ini menekankan
bahwa kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar. Kata “disimpan” di sini berarti
bahwa pada saat ini kekayaan tersebut memang masih menjadi milik orang berdosa. Jadi, orang
berdosa diberi peran hanya sebagai penyimpan kekayaan sampai waktu yang tepat untuk
diberikan kepada umat-Nya. Jadi, kalau banyak umat Tuhan yang secara riil belum menerima
kekayaan, hal ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka tidak akan menerimanya.
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
Karena kekayaan yang menjadi milik mereka masih harus disimpan sampai waktu tertentu
harus diberikan kepada umat Tuhan. Jadi, umat Tuhan memang belum mendapatkannya saat
ini karena statusnya masih disimpan. Umat Tuhan saat ini belum bisa menggunakan kekayaan
yang sebenarnya adalah milik mereka karena hak untuk menggunakannya belum diberikan
kepada mereka.
Sebenarnya, umat Tuhan adalah pemilik sah dari kekayaan. Memang saat ini belum ada
upacara serah terima yang memberikan hak kepada umat-Nya untuk menggunakan kekayaan
tersebut. Kelak pada waktunya (saat tepatnya belum diketahui, tetapi pasti akan terjadi) hak
menggunakan kekayaan itu akan diberikan kepada umat Tuhan. Dan pada saat itulah kekayaan

79
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

milik umat Tuhan yang disimpan oleh orang berdosa bisa digunakan untuk memuliakan nama-
Nya. Saat ini kekayaan tersebut masih digunakan untuk memuliakan dewa kesia-siaan, yaitu
nafsu serakah manusia. Namun, hal ini tidak akan berlangsung seterusnya. Akan ada masa
peralihan dari penggunaan kekayaan tersebut. Karena segala sesuatu pada akhirnya haruslah
memuliakan Tuhan.
Tuhan kita sebenarnya sangat ingin untuk memberikan kekayaan milik umat-Nya
dengan segera, tetapi Dia tidak bisa melakukannya. Umat-Nya belum siap menerima hal ini.
Jika waktunya diberikan sekarang, maka akan banyak umat-Nya yang jatuh. Karena itu, Tuhan
hanya menunggu kesiapan umat-Nya.
Jadi, kalau disamakan dengan tabungan di bank saat ini, maka seolah-olah ada tabungan
yang hanya bisa diambil pada saat tertentu saja. Orang yang membuka tabungan tersebut adalah
umat Tuhan sebagai pemilik sebenarnya. Sedangkan orang fasik hanya diberi peran untuk
mengisi tabungan ini. Mereka harus bekerja keras membanting tulang untuk mengisi tabungan
ini. Dari hasil pekerjaan mereka, hanya sebagian kecil yang boleh mereka nikmati, tetapi
sebagian besar hasilnya haruslah dimasukkan ke dalam tabungan ini. Apabila saat yang sudah
ditentukan tiba, maka umat Tuhan berhak mengamil tabungan milik mereka dan bisa
menggunakan tabungan untuk apa pun yang mereka inginkan termasuk untuk memuliakan
Tuhan. Orang fasik tidak berhak melakukan protes karena peran mereka hanyalah pada
mengumpulkan uang dan mengisi tabungan. Saat yang paling membahagiakan bagi umat Tuhan
adalah saat di mana tabungan tersebut boleh mereka ambil. Memang, waktu untuk mengambil
tabungan ini belum diketahui, tetapi yang kita tahu saat itu pasti datang karena Tuhan telah
menjanjikannya.
Kebenaran di atas diperkuat dengan ayat ini. “Jikalau ia menimbun uang seperti debu
banyaknya, dan menumpuk pakaian seperti tanah liat, sekalipun ia yang menumpuknya, namun
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
orang benar yang akan memakainya, dan orang yang tidak bersalah yang akan mambagi-bagi
uang itu.” (Ayb. 27:16-17).
Ayat di atas menyatakan bahwa tugas atau fungsi dari orang kaya yang tidak mengenal
Tuhan hanyalah untuk terus menumpuk uang. Sedangkan yang memakai uang itu nantinya
adalah umat Tuhan.

Berapa Banyak Kekayaan Bangsa-bangsa yang akan Diberikan Kepada Umat Tuhan?
Sekarang, mari kita lihat berapa banya kekayaan yang akan dibawa kepada umat Tuhan.
“Sebab beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku mengalirkan kepadanya keselamatan

80
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

seperti sungai, dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir; kamu akan
menyusu, akan digendong, akan dibelai-belai di pangkuan.” (Yes. 66:12).
Pada ayat ini dijelaskan bahwa Tuhan menggambarkan banyaknya kekayaan bangsa-
bangsa yang akan datang kepada umat Tuhan dengan batang air yang membanjir. Kata
membanjir di sini menjelaskan kondisi dari aliran air tersebut, yang bukan hanya mengalir
seperti biasanya, melainkan mengalir dengan sangat deras sampai melebihi kapasitas saluran
yang menampungnya. Hal ini menggambarkan bagaimana aliran kekayaan bangsa-bangsa yang
akan mengalir dengan deras kepada umat Tuhan. Saluran air berbicara mengenai umat Tuhan
karena Dia senantiasa ingin mencurahkan berkat-Nya kepada umat manusia. Dengan demikian,
kita bisa membayangkan bagaimana melimpahnya berkat yang akan diterima umat-Nya. Berkat
akan terus dicurahkan kepada umat-Nya sampai mereka tidak bisa menampung lagi berkat
tersebut.
Tuhan juga menggambarkan banyaknya kekayaan tersebut dengan cara yang berbeda.
“Pintu-pintu gerbangmu akan terbuka senantiasa, baik siang maupun malam tidak akan tertutup,
supaya orang dapat membawa kekayaan bangsa-bangsa kepadamu, sedang raja-raja mereka
ikut digiring sebagai tawanan.” (Yes. 60:11).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa pintu gerbang Israel tidak akan pernah ditutup untuk
memberikan kesempatan kepada bangsa-bangsa agar membawa mereka untuk diberikan kepada
umat Tuhan. Karena banyaknya orang yang akan memberikan kekayaan bangsa-bangsa, maka
pintu gerbang milik umat-Nya tidaka akan pernah sempat ditutup. Ini menunjukkan betapa
banyak kekayaan yang akan dibawa menuju kediaman umat Tuhan.
Ayat di atas sebenarnya tidak hanya berbicara mengenai kekayaan saja. Tetapi juga,
termasuk raja-raja mereka (para pemimpin yang ada di dunia) yang harus menjadi hamba umat
Tuhan. Namun sesuai dengan ruang lingkup buku ini, maka hal ini tidak akan dibahas secara
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
detail.

Kapan Kekayaan Bangsa-bangsa Akan Dibawa Kepada Umat Tuhan?


Sekarang akan timbul pertanyaan penting “Kapan waktu pelaksanaan janji tersebut?”
Jawaban pertanyaan itu bisa dilihat pada ayat berikut: “Tetapi kamu akan disebut imam
TUHAN dan akan dinamai pelayan Allah kita. Kamu akan menikmati kekayaan bangsa-bangsa
dan akan memegahkan diri dengan segala harta benda mereka.” (Yes. 61:6).
Saat penggenapan rencana ini ditandai dengan penyebutan umat Tuhan sebagai imam
dan pelayan Tuhan. Jadi, penggenapan akan dimulai setelah umat Tuhan bisa berfungsi sebagai

81
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

imam dan pelayan Tuhan. Kedua tugas ini sangat mudah dilupakan oleh umat Tuhan. Padahal
kedua tugas ini merupakan tugas yang sangat penting. Karena itu, sebelum adanya pemullihan
terhadap kekayaan, maka pemulihan terhadap kedua tugas ini haruslah dilakukan terlebih
dahulu. Tugas imam adalah memberikan persembahan kepada Tuhan, sedangkan tugas pelayan
adalah melayani Tuhan. Ketika umat Tuhan mulai menggenapi panggilan mereka sebagai imam
dan pelayan Tuhan, mereka akan mulai menerima penggenapan janji Tuhan ini.

Apa Yang Harus Dilakukan dengan Kekayaan Tersebut?


Tentu saja kekayaan yang dibawa bangsa-bangsa harus digunakan untuk memuliakan
Tuhan. Semua orang mengerti kebenarn ini. Tetapi, Yesaya 61:6 di atas menjelaskan bahwa
selain digunakan untuk memuliakan Tuhan, kekayaan bangsa-bangsa juga akan digunakan oleh
umat Tuhan untuk memegahkan diri mereka. Dari sini kita dapat melihat bahwa kekayaan
tersebut juga boleh dinikmati untuk keperluan pribadi umat Tuhan. Jadi, tidak semua kekayaan
bangsa-bangsa akan diserahkan kembali kepada Tuhan. Umat tuhan juga berhak menggunakan
sebagian dari kekayaan tersebut untuk diri mereka.
Tuhan bukanlah Tuhan yang tidak memperhatikan umat-Nya. Dia senantiasa ingin
umat-Nya hidup yang sesuai dengan apa yang telah Dia rencanakan Dia tahu dengan pasti,
bahwa umat-Nya juga memerlukan uang untuk bisa menikmati kehidupan seperti yang telah
Dia janjikan. Karena itu, kekayaan bangsa-bangsa yang dibawa kepada umat Tuhan boleh
digunakan untuk kepentingan umat-Nya. Inilah hebatnya Tuhan yang kita sembah. Dia
bukanlah Tuhan yang hanya membutuhkan persembahan umat-Nya seperti beberapa allah yang
lain. Dia adalah Bapa yang senantiasa ingin anak-anak-Nya mempunyai hidup yang penuh yang
sesuai dengan rencana-Nya.
Tuhan ingin melihat umat-Nya mengalami janji ini dalam kehidupan mereka sesegera
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
mungkin. Karena itu, umat Tuhan harus berlomba-lomba untuk menjadi imam dan pelayan bagi
Tuhan sehingga penggenapan janji ini segera terjadi dalam kehidupan mereka.

Bagaimana Reaksi Umat Tuhan Ketika Penggenapan Janji ini Tiba?


“Pada waktu itu engkau akan heran melihat dan berseri-seri, engkau akan tercengang
dan akan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan
kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu.” (Yes. 60:5).
Ada empat ekspresi yang akan dialami umat Tuhan ketika ayat ini digenapi. Dua reaksi
yang pertama adalah heran dan tercengang. Hal ini bisa terjadi karena umat Tuhan tidak

82
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

menyangka bahwa rencana-Nya yang luar biasa bisa terlaksana dalam kehidupan mereka. Umat
Tuhan sering kali secara tidak langsung meremehkan Tuhan dengan cara berpikir bahwa Tuhan
yang mereka sembah adalah Tuhan yang terbatas kemampuan-Nya. Padahal Tuhan kita adalah
Tuhan yang mempunyai kemampuan tak terbatas. Ketika Tuhan mulai menyatakan kebenaran-
Nya dan bertindak sesuai dengan kebenaran-Nya mereka menjadi heran dan tercengang. Karena
itu, jangan pernah meremehkan Tuhan karena Dia adalah Tuhan yang sanggup membuat
perkara-perkara yang mengherankan. Ketika kita menyerahkan hidup kepada Dia, maka kita
akan mengalami banyak hal yang mengherankan dan mencengangkan.
Reaksi umat Tuhan yang berikutnya adalah berseri-seri. Ini menunjukkan akan ada
sukacita besar yang dialami umat-Nya ketika penggenapan janji ini tiba. Mereka akan bisa
merasakan dengan nyata betapa Tuhan benar-benar sanggup memberkati mereka secara
melimpah. Mereka baru bisa merasakan bahwa Tuhan adalah suatu pribadi nyata yang tentu
saja bisa memberikan pertolongan nyata kepada mereka. Pada saat itu, mereka akan bisa
mempercayai Tuhan dengan cara yang baru. Mereka baru menyadari bahwa Tuhan mereka
adalah Tuhan yang sangat nyata dan selalu menggenapi semua janji-Nya.
Kemudian, reaksi yang keempat adalah berbesar hati akan muncul di hati umat Tuhan.
Mereka akan menjadi semakin kuat dan kepercayaan mereka kepada Tuhan akan menjadi
semakin teguh. Reaksi-reaksi seperti ini mungking jarang muncul dari umat-Nya saat ini karena
mereka belum bisa merasakan penyertaan Tuhan yang luar biasa secara nyata. Tetapi pada
saatnya, umat-Nya akan bereaksi sama dengan yang ditulis ayat ini. Dan saat penggenapan itu
tidak lama lagi akan terjadi.

Pemindahan Kekayaan di Alkitab


Setelah kita melihat hasil akhir rencana Tuhan, mari kita lihat contoh Alkitab mengenai
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
pemindahan kekayaan yang pernah terjadi dari satu bangsa kepada bangsa lain. Hal seperti
inilah yang nantinya juga akan terjadi dalam penggenapan rencana Tuhan.
Ada tiga kali pemindahan kekayaan yang pernah terjadi dalam Alkitab.
Pertama, pemindahan kekayaan dari orang Mesir ke tangan Yusuf. Yusuf mempunyai
ayah yang sangat kaya sehingga sanggup mewariskan kekayaan dalam jumlah besar kepadanya.
Tetapi, Tuhan mempunyai rencana lain yang jauh lebih besar daripada hanya menerima
kekayaan warisan dari ayahnya. Tuhan ingin Yusuf menguasai bukan hanya kekayaan ayahnya
melainkan kekayaan yang jauh lebih besar lagi, yaitu kekayaan bangsa Mesir.
“Oleh sebab itu, baiklah tuanku Firaun mencari seorang yang berakal budi dan bijaksana, dan
mengangkatnya menjadi kuasa atas tanah Mesir.” (Kej. 41:33).
83
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: “Mungkinkah kita mendapat orang
seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?” Kata Firaun kepada Yusuf: “Oleh karena
Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian
berakal budi dan bijaksana seperti engkau. Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada
perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu.” (Kej.
41:38-40).
Dari ayat-ayat di atas dengan jelas kita dapat ketahui betapa berkuasanya Yusuf pada
saat itu. Sangat jarang (hampir tidak mungkin) seorang Raja menyerahkan semua urusan
pemerintahannya kepada orang asing. Tetapi, Raja Mesir menyerahkan semua kekuasaan
tersebut kepada Yusuf dan Raja Mesir rela dan puas hanya dengan menjadi raja boneka.
Pemindahan kekayaan kedua adalah pemindahan kekayaan dari orang Mesir kepada
orang Israel. Pada saat itu, Tuhan ingin membebaskan bangsa Israel dari penderitaan yang
diakibatkan oleh perbudakan yang dilakukan bangsa Mesir. Ketika Tuhan membebaskan,
Tuhan tidak hanya membebaskan dari perbudakan, tetapi Tuhan juga membalaskan apa yang
telah bangsa Mesir ambil dari bangsa Israel. Tuhan kita senantiasa bertindak seperti ini karena
Dia adalah Tuhan yang adil. Pemulihan yang Dia lakukan senantiasa melibatkan pemulihan di
bidang rohani dan jasmani karena Dia ingin umat-Nya hidup secara lengkap dan seimbang.
“Dan Aku akan membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa ini, sehingga, apabila
kamu pergi, kamu tidak pergi degan tangan hampa, tetapi tiap-tiap perempuan harus meminta
dari tetangganya dan dari perempuan yang tinggal di rumahnya, barang-barang perak dan
emas dan kain-kain, yang akan kamu kenakan kepada anak-anakmu lelaki dan perempuan;
demikianlah kamu akan merampasi orang Mesir itu.” (Kel. 3:21-22).

Tuhan sanggup membuat orang Mesir dengan sukarela mmemberikan kekayaan mereka
kepada bangsa Israel. Tuhan masih sanggup membuat hal seperti pada generasi kita saat ini.
Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan
Pemindahan kekayaan yang ketiga terjadi ketika Salomo mengumpulkan lebih banyak
kekayaan daripada bangsa mana pun yang ada di muka bumi. “Raja Salomo melebihi semua
raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikma. Seluruh bumi berikhtiar menghadap Salomo untuk
menyaksikan hikmat yang telah ditaruh Allah di dalam hatinya. Mereka datang masing-masing
membawa persembahannya, yakni barang-barang perak dan barang-barang emas, pakaian,
senjata, rempah-rempah, kuda dan bagal, dan begitulah tahun demi tahun” (I Raj. 10:23-25).
Setiap raja dari negara lain yang datang menghadap Salomo senantiasa membawa
persembahan dalam jumlah yang sangat besar sehingga ia menjadi sangat kaya. Tuhan
membuat Salomo menjadi sedemikian hebat untuk menunjukkan kedahsyatan-Nya.

84
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan

85
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |
Etika Terapan Kelas Pascasarjana

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Lutfi Trisandi Rizki. Financial Planner untuk Diri Sendiri, Khusus Karyawan. Jakarta:
Grasindo, 2017.

_________. Financial Planner untuk Diri Sendiri, Khusus Freelance. Jakarta: Grasindo,
2017.

Samuel Hutabarat. Memuliakan Tuhan Dengan Harta. Yogyakarta: Penerbit ANDI,


2010.

Santoso, Benny dan Wiyono Pontjoharyo. All About Money Jilid 1. Yogyakarta:
Penerbit ANDI, 2002.

_________. All About Money Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2002.

_________. Bebas Dari Kekuarangan Uang. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2007.

Verkuyl, J. Etika Kristen: Sosial Ekonomi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1975.

Wagner, C. Peter. Transfer Kekayaan. Jakarta: Nafiri Gabriel, 2017.

_________. Di Bumi Seperti di Surga. Jakarta: Nafiri Gabriel, 2017.

Diktat Etika: Kerja, Bisnis dan Kekayaan

86
Dr. Ferry Simanjuntak|STT Kharisma|2022 |

Anda mungkin juga menyukai