Anda di halaman 1dari 15

FENOMENA POST-TRUTH

TB2 CYBER CULTURE

Dosen Pengampu:

Ervan Ismail, S.Sos, M.Si

Disusun oleh:

Dinda Ramadanty (44218110162)

Fitri Anggraeni (44218110062)

Khansa Hazza Pratama (44119110044)

Rizki Ardian (44217110122)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2021
1. Khansa Hazza Pratama – 44119110044

Fenomena post truth yang dari dulu sampai sekarang menjadi suatu
perbincangan yang sangat panas yaitu tentang “bumi itu datar” Kalau main media
sosial, pasti pernah dengar yang namanya Bumi Datar. Ini sebenarnya apa sih?

Bumi Datar adalah paham yang mempercayai bumi ini tidak bulat, disertai
segala argumennya. Namun ilmuwan dunia bersepakat ini adalah pseudoscience.
Seolah-olah ilmiah, padahal sama sekali tidak.

Argumen soal bumi yang rata atau flat, sudah dibantah dan dibuktikan salah
oleh banyak para pakar. Namun karena Bumi Datar berkembang menjadi paham
dan komunitas, selalu ada orang-orang yang setia mendukungnya.

Penjelasan

Astronot Arab, Hazza Al Mansouri baru saja kembali dari stasiun luar
angkasa International Space Station (ISS). Dia membuktikan tak ada bentuk
bumi datar. Dia melihat sendiri bahwa bumi bulat.

Pada 3 Oktober lalu, astronot ini kembali ke Kazakhstan setelah 8 hari


berada di stasiun luar angkasa International Space Station (ISS). Ia menjadi
orang pertama dari Uni Emirat Arab yang menjelajah antariksa.
Dalam konferensi persnya, Hazza melihat sendiri dan meyakinkan
bahwa tak ada bumi datar seperti yang dipercaya sebagian orang. "Ia (Bumi-
red) bulat, saya telah melihat sendiri dengan mata saya sehingga saya dapat
mengatakannya pada Anda," jelas Hazza.

Jadi pada penjelasan nya bahwa bumi itu tidak datar melainkan bulat
karena astronot dari arab hazza al mansouri baru baru ini membuktikan bawah
tidak ada bumi datar yang dia lihat bumi itu bulat

Terkait bentuk bumi bulat sudah lama juga dijelaskan dalam Alquran.
Salah satu sains Alquran yang memastikan bentuk bumi bulat adalah tentang
terjadinya malam dan siang. Dalam buku berjudul "40 Sumpah Terdahsyat
Dalam Alquran: Mengungkapkan Rahasia Ayat-ayat sumpah oleh Muhammad
Hatta al-Fattah, Lc. MA menyebutkan sesungguhnya perubahan siang dan
malam di belahan bumi secara terus menerus merupakan simbol atas bentuk
bumi.

Kalau bumi tidak bulat pasti fenomena-fenomena tersebut tidak akan


terjadi dan bukti paling sederhana adalah pergantian malam dan siang.
Informasi ilmiah ini telah diisyaratkan Alquran lebih dari 14 abad lalu, pada
saat manusia masih beranggapan bumi datar, sekalipun sebagian ulama zaman
dulu sudah berpikiran maju1.

1
Mustinda Lusiana. 2019
https://news.detik.com/berita/d-4742496/bentuk-bumi-bulat-atau-datar-ini-penjelasan-dalam-
alquran?utm_source=copy_url&utm_campaign=detikcomsocmed&utm_medium=btn&utm_content=news
2. Rizki Ardian - 44217110122

Penggunaan komputer dalam komunikasi saat ini merupakan hal yang biasa
terjadi. Kecanggihan dalam menyampaikan informasi menggunakan media ini
membuat informasi menjadi lebih mudah dan cepat untuk didapatkan, bahkan
hanya dalam hitungan detik. Teori CMC dalam komunikasi atau Computer
Mediated Communication adalah proses komunikasi manusia melalui komputer,
yang melibatkan orang, terletak dalam konteks tertentu, terlibat dalam proses
pembentukan media untuk berbagai keperluan. Teori ini mempunyai jangkauan
yang cukup luas dalam penggunaan new media yang saat ini dibahas oleh banyak
ahli.

Konsep Teori CMC

Konsep baru tentang CMC menarik banyak kalangan di bidang komunikasi


untuk melakukan penelitian tentang perbedaan antara CMC dan komunikasi face
to face. The Social Psychology of Telecommunications yang berfokus pada audio
konferensi dan telekonferensi, menjelaskan kepada para peneliti awal CMC,
prediksi tentang minimnya (isyarat) nonverbal dan frekuensi pengambilan
keputusan pada CMC. konsep penting yang ada dalam teori ini adalah presence,
menggambarkan bagaimana kondisi psikologis di mana obyek virtual yang
dibentuk oleh komputer diperlakukan seperti obyek nyata. Selain itu juga ada
konsep social presence, yaitu kondisi di mana aktor sosial mendapatkan
pengalaman sesuai dengan isyarat atau lambang-lambang sosial yang terdapat
dalam berbagai media komunikasi.

Menurut Severin Tankard, ada enam ciri kelebihan internet yaitu:

• Dapat mengirim pesan, kata-kata, gambar, audio, dan video sekaligus dalam
jumlah yang nyaris tak terbatas.
• Waktu pengiriman dan penerimaan pesan antar komunikan sangat cepat,
• Hidup terus (online).
• Efek atau hasil (informasi) langsung dapat dilihat saat itu juga, realtime,
• Mengandalkan transaksi.
• Mengembangkan interaktivitas, antara pengirim dan penerima, baik
berwujud orang-orang maupun orang mesin.

Teori CMC Menurut (December, 1997), CMC adalah proses


komunikasi manusia melalui komputer, melibatkan orang, dan terlibat dalam
proses untuk membentuk media dalam berbagai tujuan. Teori CMC dalam
komunikasi memang memudahkan siapa saja melakukan komunikasi, namun
bukan berarti tidak membawa beberapa kritikan. 2

Ada beberapa masalah yang dapat timbul dari penggunaan internet


sebagai media komunikasi. Salah satu masalahnya adalah keterbatasan
penggunaan bahasa isyarat, misalnya mimik wajah atau gestur tubuh yang bisa
dilakukan ketika melakukan komunikasi face to face. Teori CMC dalam
komunikasi juga membuat penggunanya menjadi bingung dalam menentukan
identitasnya sendiri. Kecenderungan untuk mengikuti apa yang menjadi tren
dalam dunia maya menyebabkan banyak orang yang kehilangan jati dirinya.
(Menurut Budiargo) “Interaksi melalui CMC meminimalisasikan bahkan
menhilangkan konteks yang bersifat “frame‟, yang dapat menggambarkan
bagaimana sosok atau penampilan, perilaku yang dapat mengontekstualisasikan
produksi budaya dari remaja yang sedang berinteraksi.” Beberapa kasus justru
menyebabkan seseorang menjadi terdorong untuk melakukan hal yang tabu
atau menjurus ke arah kriminal.3 Hal inilah yang menyebabkan banyak sekali
kejahatan yang terjadi di dunia maya dan sangat sulit untuk mendeteksinya.
Meskipun memberikan banyak dampak buruk, namun manfaat yang diberikan

2
(December, 1997)
3
(Menurut Budiargo)
juga sangat banyak. Penggunaan teori CMC dalam komunikasi sehari-hari
tergantung pada bagaimana kita akan menggunakannya.
3. Dinda Ramadanty – 44218110162
Proses komunikasi terjadi yaitu adanya komunikator menyampaikan
pesan berupa lambang-lambang yang mempunyai arti, yang disalurkan melalui
suatu saluran tertentu kepada komunikan. Dari pengertian tersebut, dapat dilihat
proses komunikasi diawali dengan komunikator yang menyampaikan pesan dan
diakhiri dengan komunikan sebagai penerima pesan.

Karakteristik Artificial Culture

A. User-Generated Content (UGC).


Sebagai penanda bahwa di media sosial khalayak tidak
memproduksi konten di ruang yang disebut Jordan sebagai “their own
individualized place‟, tetapi juga mengonsumsi konten yang diproduksi
oleh pengguna lain. Teknologi memungkinkan produksi serta sirkulasi
konten yang bersifat massa dari pengguna atau user generated content
(UGC). Penyebaran (share/sharing) merupakan karakter lainnya dari
media sosial. Seperti pada kampanye coca – cola yang mengajak
konsumen untuk menggunakan hashtag #shareacoke yang bisa
digunakan di berbagai macam platform mulai dari Instagram hingga
Twitter.
B. Relasi Sosial
Dengan liking dan komentar antar individu, mereka seolah-
olah berinteraksi satu sama lain. Relasi yang terbangun bersifat semu.
Dengan liking dan komentar seseorang mengesankan bahwa “saya
hadir dalam hidup anda”. Memberikan “like” dan komentar juga
menunjukan rasa empati seseorang terhadap orang lain.4

4
(Williams et al., 2000).
C. Latah Sosial
Dalam dunia psikologi, latah tidak dikategorikan sebagai sebuah
penyakit, tetapi psikiater mengatakan perilaku ini masuk ke dalam
kategori gangguan gejala kejiwaan. Makanya latah jadi masuk ke
gangguan (gejala psikiatri) dan berhubungan dengan kultur atau budaya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Latah diartikan sebagai : 1)
Menderita sakit syaraf dengan suka meniru-niru perbuatan atau ucapan
orang lain; 2) Berlaku seperti orang gila (misalnya karena kematian
orang yang dikasihi); 3) Meniru-niru sikap, atau perbuatan, atau
kebiasaan orang atau bangsa lain.
D. Social Climber
Menurut Urban Dictionary, social climber atau panjat sosial
adalah mereka yang menjadi teman orang lain jika orang itu memiliki
sesuatu yang mereka inginkan atau butuhkan. Social climber
menghargai hubungan manusia berdasarkan popularitas dan status,
karena kedua hal itu adalah kebutuhan utama mereka. Sepertinya segala
kegiatan, nikmat hidup, aset dan harta sepertinya harus didokumentasi
dulu di media sosial dengan segala aplikasi pemanisnya. Kulit yang
berubah warna, berfoto seperti akrab dengan orang terkenal , atau
rekayasa kejadian menjadi sesuatu yang biasa demi mengejar
popularitas dan status. Masalah benar atau tidak faktanya tidak menjadi
masalah. Menjadi hal terpenting adalah upload dan update di media
sosial.5
E. Viral
Douglas Rushkoff menciptakan istilah "virus media" atau
"media viral" dan menjelaskan ini sebagai salah satu jenis Kuda Troya:

5
Urban Dictionary
"Orang-orang ditipu agar meneruskan agenda tersembunyi ketika
meneruskan konten menarik”.
F. Aplikasi Artificial
Budaya buatan membawa konsekuensi mudah nya melakukan
perubahan karakter, penampilan, ataupun konsep diri melalui beragam
aplikasi internet. Aplikasi atau fitur ini mampu memperbaiki tampilan
fisik seperti PicsArt, FaceTune, BeautyPlus, photoshop, touch up,
ataupun fitur-fitur tertentu di media sosial lainnya dapat menunjukkan
hasil berupa image atau tampilan yang lebih baik atau lebih indah dari
aslinya.
4. Fitri Anggraeni – 44218110062

Post-truth memiliki potensi besar untuk menggiring opini masyarakat


dengan emosi kepada hal-hal yang belum benar adanya, yang tentu saja dapat
berdampak negatif terhadap karakter bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Post-truth juga tidak terlepas dari fenomena globalisasi yang menjadi


landasan kemunculan post-truth itu sendiri. Globalisasi mengacu pada
penyempitan dunia secara intensif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu
semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut,
di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan
intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara
budaya. 6

Apa yang dibangun oleh para pendiri bangsa pada masa lampau menemui
tantangan berat dewasa ini. Tantangan ini berwujud sesuatu yang tak kasat mata,
namun dampaknya sangat nyata dan mudah dilihat. Jamak ditemui generasi muda
Indonesia yang lupa akan budaya bangsa mereka sendiri. Jamak juga ditemui para
pejabat negara yang memiliki sifat konsumerisme yang tinggi yang jelas-jelas
bukan cerminan kepribadian bangsa Indonesia. Yang lebih menyesakkan adalah
berkembangnya aktivitas negatif seperti berita palsu, ujaran kebencian, saling
fitnah, kampanye hitam, sebagai produk era pasca kebenaran.

Sebagai akibatnya, terjadi segregasi sosial di masyarakat. Konflik dengan


mudah disulut hanya dengan satu hingga dua kalimat propaganda di media sosial.
Masyarakat tak lagi menggunakan nalar kritis dalam menerima dan memamah
informasi yang mereka terima. Di sinilah terjadi koinsidensi antara bertebarannya
para propagandis pemecah belah bangsa dengan masyarakat malas yang tidak
teredukasi dengan baik.

6
Roland Robertson
Pelanggaran yang terjadi di Era Post-Truth ini banyak ditemui dan notabene
karena ketidak pahaman akan cyber ethics. Berbicara mengenai cyber ethics atau
etika dunia sibe tidak terlepas dari apa yang disebut dengan Netiquette. Konsep
netiquette berasal dari kata "net" untuk menjelaskan internet dan "etiquette" yang
berarti etika atau tata nilai. Artinya, walau komunikasi terjadi di dunia virtual d
iperlukan standar aturan seperti di dunia nyata.

Dijelaskan lebih jauh oleh Kayany (2004) kata etiquette diambil dari bahasa
Perancis yang berarti tiket. Etiquette bisa diartikan sebagai tiket yang harus dimiliki
seseorang untuk masuk ke satu tempat, pada konteks ini dunia siber. Intinya
netiquette merupakan etika berinternet sekaligus perilaku sosial yang berlaku di
media online.7

Alasan kita harus beretika di Internet:

a. Karena Pengguna media siber bersifat majemuk


b. Komunikasi di media siber cenderung menggunakan teks
c. Apa yang ditampilkan di media siber dapat diakses oleh oengguna
lain
d. Walaupun komunikasi terjadi di dunia virtual melalui teks dan
antar-pengguna diwakili oleh perangkat, tetap saja komunikasi
memerlukan tata krama.
e. Setiap pengguna di dunia virtual paham akan hak dan kewajibannya
anggota masyarakat dunia virtual.

Contoh kasus:

Pada akhir-akhir ini terlihat 8 dari 10 pengguna media sosial tidak


keberatan untuk membagikan atau share screenshotan dari pesan mereka. Hal
tersebut bagi sebagian orang merupakan hal yang biasa-biasa saja, tidak

7
(Thurlow, dkk., 2004).
masalah, dan sebagai hal untuk bercanda. Di sisi lain apakah kita sadar dengan
membagikan isi pesan kita, maupun membagikan pesan orang lain tanpa
sepengetahuan mereka, dengan orang lain juga merupakan hal yang tidak
diizinkan dikarenakan kita sama saja dengan membagikan privasi orang
tersebut tanpa sepengetahuan mereka. Bagaimana kita ketahui screenshot
merupakan salinan gambar atau teks yang pada umumnya berformat file image
atau gambar.

Screenshot menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang


Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (“19/2016”) termasuk sebagai dokumen elektronik. Sementara isi
dari file screenshot tersebut termasuk sebagai informasi elektronik.

Sebagaimana telah diatur dalam perundang-undangan tentunya kita


tidak boleh dengan sembarangan membagikan screenshot pesan dengan orang
lain, dikarenakan adanya privacy yang harus dijaga, tetapi jika kita telah
meminta izin pada orang tersebut untuk membagikannya seperti membagikan
pada sosial media tentu saja itu tidak dianggap sebagai pelanggaran. Akan
tetapi ketika kita telah diizinkan untuk membagikan hal tersebut tentunya kita
tidak boleh memanipulasi screenshot tersebut, karena memanipulasi juga
termasuk kedalam sebuah pelanggaran.
5. Rizki Ardian – 44217110122

Tanpa sistem keamanan siber yang solid, 150 juta pengguna internet di
Indonesia berhadapan dengan begitu banyak ancaman keamanan. Pada 2018, lebih
dari 200 juta serangan siber terdeteksi di Indonesia. Untuk menghadapi serangan-
serangan ini, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah peraturan dan membentuk
sejumlah lembaga di Kementerian Pertahanan dan Kepolisian. Namun, itu tidak
cukup. Indonesia perlu mempersenjatai diri dengan hukum yang lebih kuat dan
membangun sistem dan industri keamanan digitalnya. Serangan siber ini sebagian
besar merupakan kasus peretasan, yang menargetkan situs web pemerintah dan
perusahaan.

Peraturan saat ini terkait keamanan siber hanyalah Undang-Undang


Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Peraturan Pemerintah tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PP PSTE). Namun, undang-
undang dan peraturan ini tidak mencakup penanganan praktik penyadapan
(intersepsi) dalam dunia maya atau tata kelola e-commerce. Peraturan-peraturan ini
juga tidak mengatur peran pemerintah dalam sistem keamanan siber sehingga
penggunaannya untuk keamanan siber masih terbatas. Untuk mengisi celah ini,
pemerintah perlu mendorong disahkannya rancangan undang-undang (RUU)
keamanan siber di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). RUU ini penting untuk
membantu pemerintah membedakan antara penanganan serangan terhadap
pertahanan siber dan kejahatan siber. pemerintah harus mengembangkan industri
keamanan siber lokal.

Industri keamanan siber Indonesia masih baru berkembang. Pasarnya masih


didominasi oleh produk perangkat keras dan perangkat lunak asing. Hanya industri
jasa konsultasi lokal yang tumbuh dengan baik, menyediakan layanan
seperti forensik dan keamanan digital. BSSN harus berkoordinasi dengan berbagai
lembaga untuk membuat peta jalan bagi pengembangan industri. Sasaran semacam
itu membutuhkan penelitian dan perencanaan jangka panjang yang didukung oleh
modal besar.

Keamanan siber telah menjadi isu prioritas seluruh negara di dunia


semenjak teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan dalam berbagai aspek
kehidupan, baik dalam aspek sosial, ekonomi, hukum, organisasi, kesehatan,
pendidikan, budaya, pemerintahan, keamanan, pertahanan, dan lain sebagainya.
Berbanding lurus dengan tingginya tingkat pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi tersebut, tingkat risiko dan ancaman penyalahgunaan teknologi
informasi dan komunikasi juga semakin tinggi dan semakin kompleks. Tujuan
strategis Strategi Keamanan Siber Indonesia adalah tercapainya ketahanan siber,
keamanan layanan publik, penegakan hukum siber, budaya keamanan siber dan
keamanan siber pada ekonomi digital. Strategi Keamanan Informasi Indonesia ini
diharapkan dapat menjadi salah satu fondasi kepercayaan dunia kepada Indonesia
dalam berbagai forum keamanan siber internasional. Strategi Keamanan Siber
Indonesia merupakan sumbangsih Bangsa Indonesia dalam mendorong terciptanya
perdamaian dunia.
DAFTAR PUSTAKA

https://news.detik.com/berita/d-4742496/bentuk-bumi-bulat-atau-datar-ini-
penjelasan-dalam
alquran?utm_source=copy_url&utm_campaign=detikcomsocmed&utm_medium=btn
&utm_content=news

https://www.kompasiana.com/dendymuris1131/60fbde3c15251069cf775092/pemikir
an-bourdieu-tentang-social-capital-dan-relevansinya-pada-media-sosial

https://tirto.id/penjelasan-gegar-budaya-atau-shock-culture-dan-cara-mengatasi-f9qq

https://yoursay.suara.com/news/2020/11/28/130305/implikasi-tangkapan-layar-
terhadap-cyber-ethics-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai