Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana konstruksi sosial baru yang
ada di masyarakat dapat memperngaruhi individu dalam bertindak dan nilai-nilai serta
kepercayaan yang mereka miliki. Gagasan mengenai kontruksi sosial adalah ide atau praktik
yang dipercayai oleh kebanyakan orang sebagai kenyataan dan kebenaran alami walaupun
sesungguhnya adalah bentukan masyarakat.. Gagasan tersebut menjadi menarik ketika
dikorelasikan dengan teori ekologi media yang dijelaskan oleh Marshall Mcluhan mengenai
“Manusia diprediksi tidak akan bisa lagi hidup dalam isolasi, karena mereka harus selalu
terhubung dengan media elektronik yang berkelanjutan dan instan”. Berdasarkan penjelasan
tersebut perkembangan media digital seakan membawa pengaruh yang sangat besar bagi
perubahan perilaku individu terutama bagaimana media dengan proses komunikasinya dapat
mempengaruhi human perception, feeling, understanding, and value. Inilah yang nantinya akan
mempengaruhi kontstruksi sosial yang ada di masyarakat, dan sebagai contohnya adalah apa
yang dipercayai oleh kebanyakan orang mengenai tindakan paparazzi pelanggaran privasi di
media sosial saat ini.
PENDAHULUAN
Paparazi adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa italia yang merujuk pada
fotografer yang sering kali membuntuti orang ternama ataupun orang terkenal, yang mana
mereka (para fotographer nyamuk) akan mengambil gambar dari orang tersebut secara diam-
diam ataupun dengan cara lainnya yang cenderung mengganggu (suara.com). Salah satu artis
ternama yang menjadi korban dari paparazzi adalah Chris Brown. Chris Brown ketika sedang
menuju ke acara Symphonic Love Foundation di Los Angeles dan tiba-tiba mobilnya dihadang
oleh paparazzi yang berusaha mengambil gambarnya. Kemudian ia berusaha kabur dengan
memundurkan mobilnya, akan tetapi ternyata ada mobil lainnya di belakangnya sehingga
membuat Chris Brown kehilangan control dan menabrak dinding area disekitaran lokasi tersebut
(teen.co.id).
Kondisi sosial masyarakat saat ini telah banyak mengalami perubahan terutama dalam
perilaku sosial. Hal tersebut salah satunya dikarenakan oleh modernisasi yang berkembang.
Seperti apa yang dikatakan oleh Marshal Mc Luhan, manusia saat ini tidak akan bisa lagi
terisolasi oleh media sehingga ia harus terus terhubung dengan yang namanya media agar tidak
merasa terisolasi terhadap lingkungan sosialnya. Implikasi dari hal tersebut adalah tindakan
paparazzi yang tadinya dilakukan oleh wartawan dan ditujukan kepada kalangan-kalangan
ternama atau terkenal saja, kini juga bisa dilakukan oleh masyarakat umum dan ditujukan kepada
masyarakat biasa juga. Maka dari itu tindakan paparazzi semacam ini tidak ada karakteristiknya
lagi ditujukan kepada siapa akan tetapi setiap orang bisa menjadi pelaku ataupun korban dari
paparazzi.
Kasus paparazi yang cukup terkenal di Indonesia yaitu kasus menyangkut akun Twitter
@nyolo***oto, dimana ia mengambil gambar area terlarang wanita secara diam-diam di publik
lalu menyebarkannya di media sosial, Twitter. Salah satu artis dan juga pemain sinetron, Hannah
Al Rashid melalui akun twitter nya yang bernama @mp****ga, melakukan gerakan bersama
teman-temannya untuk melaporkan akun tersebut karena dianggap telah melanggar ruang privasi
perempuan. (Tirto.id).
Menurut Samuel D Warren dan Louis D Brandeis yang menulis artikel berjudul “Right to
Privacy” di Harvard Law Review tahun 1890 dan sebagaimana Thomas Cooley di tahun 1888
menyebutkan bahwa right to privacy sebagai “the right to be let alone” atau secara singkatnya
dapat diterjemahkan menjadi hak untuk tidak di “usik” dalam kehidupan pribadinya. Disamping
itu Ronald Standler dalam artikelnya yang berjudul: Privacy Law in the USA, “privacy is defined
as the expectation that confidential information disclosed in a private place will not be disclosed
to third parties, when that disclosure would cause either embarrassment or emotional distress to
a person of reasonable sensitivities” atau secara singkatnya dapat diterjemahkan menjadi privasi
didefinisikan sebagai harapan bahwa informasi rahasia yang diungkapkan ditempat pribadi tidak
akan diungkapkan kepada pihak ketiga, dimana pengungkapan itu akan menyebabkan rasa malu
atau penderitaan emosional.
Maka dari itu korelasi antara pernyataan-penrnyataan diatas adalah paparazzi dapat
menjadi salah satu tindakan pelanggaran privasi seseorang yang mana sesuai dikatakan oleh
Samuel yaitu hak untuk tidak di “usik” dalam kehidupan pribadinya. Oleh karenanya
berdasarkan fenomena paparazzi yang berkembang tersebut, kami ingin melakukan sebuah
analisia terhadap konstruksi sosial yang ada dalam perilaku atau tindakan paparazzi yang
menyangkut pelanggaran masalah privasi orang lain terutama dari media foto dan video di media
sosial. Analisia tersebut dilakukan secara mendalam, dengan rumusan masalah “Bagaimana
pandangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pertamina terhadap fenomena tindakan
paparazzi yang berkembang di media sosial”. Pandangan-pandangan yang diberikan tersebutlah
yang nantinya akan kami gunakan sebagai dasar untuk menganalisa konstruksi sosial apa yang
terbentuk pada tindakan paparazzi di lingkungan Mahasiswa Komunikasi Universitas Pertamina.
2. Konstruksi Sosial
Suatu tindakan manusia bisa dipahami dengan ditafsirkan. Penafsiran ini perlu
dilakukan sebab sesungguhnya dalam setiap tindakan manusia terdapat makna (meaning).
Metode untuk menfasirkan makna atas tindakan manusia itu disebut dengan hermenutika.
Tindakan manusia tidak dilakukan secara serampangan, melainkan tindakan manusia
dilakukan dengan mengikuti aturan-aturan tetentu dan menghormati norma-norma,
karena tanpa adanya aturan dan norma, tidak mungkin ada komunikasi, dan tanpa
komunikasi, tidak mungkin ada tindakan dan makna dari tindakan. Bahkan kita dapat
berkomunikasi melalui bahasa karena dalam pemakaian bahasa terdapat aturan dan
norma yang harus dipenuhi. Oleh sebab itu, kita dapat memahami tindakan dengan
memahami konteksnya. Dengan kata lain, memahami aturan dan norma yang melatar
belakangi tindakan tersebut.
Tindakan manusia yang mematuhi aturan dapat dipahami disebabkan oleh
kepercayaan (believe) dan hasrat (desire) yang mereka pegang, sejauh kepercayaan
(believe) dan hasrat (desire) tersebut direpresentasikan oleh aturan yang mereka patuhi.
Masalahnya adalah, koneksi antara aturan, norma, tindakan, hasrat, dan kepercayaan
bukanlah koneksi yang alami. Oleh sebab itu, koneksi ini tidak bisa dipahami kecuali
sebagi konstruksi social.
Konstruksi social (social construction) adalah ide atau praktik yang dipercayai
oleh kebanyakan orang sebagai kenyataan dan kebenaran alami walaupun sesungguhnya
adalah bentukan masyarakat. Konstruksi social dibentuk oleh masyarakat melalui
interaksi yang berlangsung dalam kesehariannya.
3. Privasi
Menurut Samuel D Warren dan Louis D Brandeis yang menulis artikel berjudul
“Right to Privacy” di Harvard Law Review tahun 1890 dan sebagaimana Thomas Cooley
di tahun 1888 menyebutkan bahwa right to privacy sebagai “the right to be let alone”
atau secara singkatnya dapat diterjemahkan menjadi hak untuk tidak di “usik” dalam
kehidupan pribadinya.
Disamping itu Ronald Standler dalam artikelnya yang berjudul: Privacy Law in
the USA, “privacy is defined as the expectation that confidential information disclosed in
a private place will not be disclosed to third parties, when that disclosure would cause
either embarrassment or emotional distress to a person of reasonable sensitivities” atau
secara singkatnya dapat diterjemahkan menjadi privasi didefinisikan sebagai harapan
bahwa informasi rahasia yang diungkapkan ditempat pribadi tidak akan diungkapkan
kepada pihak ketiga, dimana pengungkapan itu akan menyebabkan rasa malu atau
penderitaan emosional.
4. Paparazi
Paparazi adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa italia yang merujuk pada
fotografer yang sering kali membuntuti orang ternama ataupun orang terkenal, yang mana
mereka (para fotographer nyamuk) akan mengambil gambar dari orang tersebut secara
diam-diam ataupun dengan cara lainnya yang cenderung mengganggu (suara.com).
Kondisi sosial masyarakat saat ini telah banyak mengalami perubahan terutama
dalam perilaku sosial. Hal tersebut salah satunya dikarenakan oleh modernisasi yang
berkembang. Maka dari itu tindakan paparazzi semacam ini tidak ada karakteristiknya
lagi ditujukan kepada siapa akan tetapi setiap orang bisa menjadi pelaku ataupun korban
dari paparazzi.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang mana melakukan
wawancara secara mendalam kepada 6 Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pertamina dari
angkatan 2016, 2017, 2018, dan 2019. Pemilihan narasumber tersebut dipilih melalui metode
random sampling yang mana dari 230 orang Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas
Pertamina, dipilih secara acak untuk menjadi narasumber dari penelitian yang kami lakukan.
Hasil wawancara tersebut disajikan dalam bentuk tulisan yang nantinya akan dianalisis secara
mendalam serta korelasinya terhadap rumusan masalah dari fenomena yang kami teliti. Nantinya
penelitian ini akan menyajikan konstruksi sosial apa yang terbentuk dari pandangan Mahasiswa
Ilmu Komunikasi Universitas Pertamina terhadap perilaku pelanggaran privasi melalui paparazzi
di media sosial.
Penutup
Kesimpulan
Konstruksi sosial adalah sebuah kebenaran yang dipercayai oleh kebanyakan orang
sebagai kebenaran alami walaupun sebenarnya adalah bentukan masyarakat. Hal tersebut dapat
dibentuk melalui kepercayaan dan hasrat yang dipercayai oleh kebanyakan orang. Berdasarkan
penelitian yang kami lakukan, tindakan paparazzi memiliki pemahaman kepercayaan dan hasrat
dari setiap orang. Bentuk kepercayaan tersebut adalah Mahasiswa Komunikasi Universitas
Pertamina memandang tindakan paparazzi sebagai suatu tindakan yang sebenarnya melanggar
privasi seseorang ataupun orang lain akan tetapi itu juga bergantung dari bagaimana pemahaman
setiap individu dari tindakan paparazzi tadi. Meskipun mereka mempercayai bahwa tindakan
tersebut adalah suatu bentuk pelanggaran privasi akan tetapi terdapat yang namanya hasrat yang
mempengaruhi dilakukannya tindakan tersebut. Hasrat tersebut adalah Mahasiswa Komunikasi
Universitas Pertamina memandang tindakan paparazzi sebagai medium untuk menyalurkan
kegiatan becandaan saja dan hal itu cenderung dianggap sebagai bahan lucu-lucuan walaupun
sebenarnya tindakan tersebut merupakan suatu tindakan yang melanggar privasi orang lain. Dari
adanya kepercayaan dan hasrat tersebutlah yang nantinya membentuk suatu konstruksi sosial
mengenai tindakan paparazzi di lingkup Mahasiswa Komunikasi Universitas Pertamina.
Saran
Berdasarkan pemaparan dari penelitian kami diatas dapat diketahui bahwa konstruksi
sosial di lingkungan Mahasiswa Komunikasi Universitas Pertamina mengenai paparazzi di media
sosial didasarkan kepada dua hal yaitu Kepercayaan dan Hasrat. Maka dari itu untuk mengetahui
secara bersama pemahaman tentang pelanggaran privasi melalui tindakan paparazzi harusnya
lebih dapat di diskusikan secara bersama-sama, agar nantinya kita bisa membuat suatu bentuk
kepercayaan dan hasrat baru di lingkungan tersebut agar tindakan pelanggaran privasi melaui
paparazzi semacam ini dapat dikurangi atau bahkan tidak dilakukan lagi.
Daftar Pustaka
1. Sari, Dece Wanda. (2011). Kajian Pelanggaran Privasi Oleh Media Elektronik Melalui
Siaran Televisi. Skripsi FH UI.
2. West, Richard and H. Turner, Lynn. (2010). Introducing Communication Theory
Analysis and Application 4th Edition. New York: McGraw-Hill.
3. Tiara Susma (2017, September). Selain Putri Diana, Nyawa 4 Selebriti Ini Jua Pernah
Terancam Akibat Ulah Paparazi. Diakses oleh Deangga Hitayana. Diperoleh 20 Oktober
2019, dari http://www.teen.co.id/read/6338/selain-putri-diana-nyawa-4-selebriti-ini-
juga-pernah-terancam-akibat-ulah-paparazi
4. Arman Dhani (2017, Mei). Nyolong Foto dan Pelanggaran Privasi. Diakses Oleh M.
Noor Ghifari. Diperoleh 20 Oktober 2019, dari https://tirto.id/nyolong-foto-dan-
pelanggaran-privasi-cpec