Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS VEGETASI

(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)

Oleh:
Kelompok 3
Aryo Migo Syah Alam 2114211026
Haliman Akbar Hasiholan 2154211004
Stefany Adetia Agustina 2114211004
Winengsih Sri Rahayu 2114211012

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Vegetasi


Nama kelompok : Aryo Migo Syah Alam 2114211026
Haliman Akbar Hasiholan 2154211004
Stefany Adetia Agustina 2114211004
Winengsih Sri Rahayu 2114211012
Jurusan : Agribisnis
Fakultas : Pertanian

Bandar Lampung, 24 November 2022


Mengetahui,
Asisten Dosen

Alamanda Lily Astari


NPM. 1914161006
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gulma sering menimbulkan berbagai masalah dalam lahan pertanian.


Kerusakan tanaman atau penurunan produksi pertanian akibat gulma, pada
umumnya, memiliki korelasi yang searah dengan populasi gulma itu sendiri.
Dalam hal ini, faktor yang paling tampak adalah perebutan penguasaan sarana
tumbuh, ruang gerak dan nutrisi antara tanaman dan gulma. Posisi gulma sebagai
tumbuhan yang tidak diinginkan menyebabkan pengendalian gulma mendapat
perhatian lebih. Salah satu cara untuk mengetahui cara tepat dalam pengendalian
gulma adalah dengan analisis vegetasi (Johnny, 2016).

Vegetasi dapat diartikan sebagai komunitas tumbuhan yang menempati suatu


ekosistem. Komposisi vegetasi sering kali berubah seiring dengan berjalannya
waktu, perubahan iklim, dan aktivitas manusia. Perubahan vegetasi ini mendorong
perlu dilakukannya analisis vegetasi. Analisis vegetasi merupakan suatu cara
untuk menemukan komposisi jenis vegetasi dari yang paling dominan hingga
tidak dominan. Keadaan vegetasi yang diamati berupa bentuk vegetasi seperti
rumput, semak rendah, tumbuhan menjalar, herba, maupun tumbuhan dalam
hamparan yang luas (Djaelani, 2019).

Dalam kaitannya dengan gulma, analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui


gulma- gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana
tumbuh dan ruang hidup. Penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan
gulma tersebut penting atau tidak. Populasi gulma yang bersifat dominan ini
nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan
pengendalian gulma (Sukman, 2012).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari diadakannya praktikum ini diharapkan mahasiswa mengerti
manfaat analisis vegetasi dan dapat melaksanakan analisis vegetasi tersebut
dengan menggunakan metode yang umum dipakai.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Analisis vegetasi adalah suatu cara untuk menentukan komposis jenis vegetasi
dari yang paling dominan hingga tidak dominan. Konsepsi dan metode analisi
vegetasi sangat ditentukan oleh keadaan vegetasi dan tujuan analisi vegetasi.
Selain itu Analisi vegetasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
dengan menggunakan metode pendugaan atau estimasi visual, kuadrat, garis, dan
titik. Kerugian yang disebabkan oleh keberadaan gulma dalam suatu usaha tani
sering kali dikaitkan dengan kemampuan gulma sebagai pesaing bagi tanaman.
Kerugian tersebut tidak hanya berupa kandungan air, mineral, dan biomassa yang
terdapat pada gulma yang diperoleh dari lingkungannya, tetapi juga tidak
efisienan proses pemanenan, pemeliharaan, dan pengawasan akibat areal usaha
tani ditumbuhi dengan gulma (Sembodo, 2012).

Mengetahui keanekaragaman jenis gulma sebelum tindakan pengendalian


diperlukan untuk mengetahui sifat-sifatnya agar dapat ditetapkan teknik
pengendalian yang efektif dan murah serta dapat pula dimanfaatkan untuk
kegunaan lainnya, seperti sebagai pupuk hijau, dan indikator lahan pertanian
(Daut, 2017). Semakin rapat populasi gulma pada suatu lahan pertanian, maka
produksi tanaman yang dihasilkan akan semakin menurun (Sembodo, 2012). Oleh
karena itu, agar produktifitas tanaman stabil, tindakan pengendalian gulma yang
tepat sangat diperlukan, dan untuk kepentingan tersebut diperlukan informasi
mengenai jenis, sebaran, dan kepadatan gulma.

Populasi gulma yang ada dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah
lingkungan, kultur teknis, dan tanaman (Tantra dan Santosa, 2016). Faktor-faktor
tersebut juga menentukan tingkat keberhasilan atau efektivitas dalam kegiatan
pengendalian. Keberhasilan gulma dalam berkompetisi, memodifikasi dan
memanfaatkan lingkungan tumbuh akan menimblukan dominasi terhadap
tanaman utama. Dengan mengetahui jenis gulma yang dominan pada
agroekosistem tertentu, akan memudahkan untuk menyusun program
pengendaliannya secara tepat. Sehingga pengendalian gulma bukan lagi
merupakan usaha sambilan, tetapi merupakan bagian dari pengelolaan organisme
pengganggu yang merupakan komponen pokok dalam proses produksi pertanian
(Muharrami, 2014).
III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Dalam pelaksanaan praktikum ini dilakukan pada hari Kamis, 17 November 2022
di Laboratorium Ilmu Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, alat petak segi empat.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah lahan yang banyak
tumbuhan gulma.

3.3 Langkah Kerja


Langkah kerja praktikum ini adalah sebagai berikut :

Kegiatan praktikum ini merupakan kegiatan kelompok

Masing-masing kelompok melakukan beberapa metode analisis vegetasi

Metode tersebut adalah metode estimasi visual dan metode kuadrat


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Analisis vegetasi
Jenis Kerapatan Dominasi KM KN DM DN FM FN
Gulma 1 2 3 1 2 3
Rumput 20 0 0 25 - - 20 0,30 25 0,25 1 0,20
(Papahitan)
Teki 13 20 10 20 25 20 43 0,63 65 0,65 3 0,60
(Udelan)
Daun lebar 5 - - 10 - - 5 0,07 10 0,10 1 0,20
(Goletrak)
Total 68 1,00 100 1,00 5 1,00

Perhitungan untuk Papahitan


KM = 20 + 0 + 0 = 20
KN = 20 : 68 = 0,30
DM = 25 + 0 + 0 = 25
DN = 25 : 100 = 0,25
FM = 1 + 0 + 0 = 1
FN = 1 : 5 = 0,20
NP = KN + DN + FN
= 0,30 + 0,25 + 0,20
= 0,75

SDR = NP : 3
= 0,75 : 3
= 0,25 = 25 %
Perhitungan untuk Udelan
KM = 13 + 20 + 10 = 43
KN = 43 : 68 = 0,63
DM = 20 + 25 + 20 = 65
DN = 65 : 100 = 0,65
FM = 3 (semua petak udelan)
FN = 3 : 5 = 0,60
NP = KN + DN + FN
= 0,63 + 0,65 + 0,60
= 1,88

SDR = NP : 3
= 1,88 : 3
= 0,62 = 62 %

Perhitungan untuk Goletrak


KM = 5 + 0 + 0 = 5
KN = 5 : 68 = 0,07
DM = 10 + 0 + 0 = 10
DN = 10 : 100 = 0,10
FM = 1
FN = 1 : 5 = 0,2
NP = KN +DN + FN
= 0,07 + 0,10 + 0,20
= 0,37

SDR = NP : 3
= 0,37 : 3
= 0,12 = 12 %

4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan dilapangan, digunakan bentuk
kuadrat segi empat yang berukuran 0.5 m x 0.5 m dengan meletakkan kuadran
tersebut pada 3 tempat yang berbeda. Sehingga untuk menduga penutupan
masing-masing spesies gulma (data dominasi) yang terdapat pada kuadran dan
hitung jumlah populasi masing-masing spesies tersebut (data kerapatan) diperoleh
data sebagai berikut. Terdapat 3 jenis gulma yang ditemukan pada petak pertama,
terdapat 1 jenis gulma yang ditemukan pada petak kedua, dan terdapat 1 jenis
gulma yang ditemukan pada petak ketiga. Gulma yang terdapat pada petak yaitu
gulma papahitan, udelan, dan goletrak. Kerapatan terbesarnya yaitu gulma
papahitan pada petak pertama dan gulma udelan pada petak kedua, sedangkan
dominasi terbesar terdapat gulma papahitan pada petak pertama dan gulma udelan
pada petak kedua.

Jumlah individu jenis gulma tertentu dalam 3 petak (KM) untuk papahitan
sebanyak 20, udelan sebanyak 43 dan goletrak sebanyak 5. Kemudian,
penjumlahan KM menjadi pembagi jumlah tanaman per petak untuk mendapatkan
Kerapatan Nisbi (KN). Tingkat Dominasi Mutlat (DM) yaitu 25 untuk papahitan,
65 untuk udelan, dan 10 untuk goletrak. Dari hasil penjumlahan tersebut
digunakan sebagai pembagi untuk mengetahui Dominansi Nisbi (DN). Frekuensi
Mutlak (FM) untuk jenis gulma papahitan yaitu 1 karena terdapat pada petak
kesatu saja, gulma udelan sebanyak 3 karena terdapat pada ketiga petak, dan
gulma goletrak sebanyak 1 karena hanya terdapat pada petak kesatu saja. Jumlah
dari hasil ketiga petak dijumlahkan lalu dijadikan sebagai pembagi perpetaknya
untuk mendapatkan Frekuensi Nisbi (FN).

Diperoleh Nilai Penting (NP) untuk gulma papahitan sebesar (0,75), gulma udelan
sebesar (1,88), dan goletrak sebesar (0,37). Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa Nilai Penting (NP) terbesar yaitu gulma udelan. SDR gulma udelan
sebesar 0,62 atau 62% tersebut berarti bahwa gulma udelan menguasai 62 %
sarana tumbuh yang ada. Dengan cara perhitungan di atas dapat dihitung nilai
SDR untuk papahitan dan goletrak, yaitu masing-masing sebesar 25% untuk
papahitan dan 12% untuk goletrak. Dari ketiga data tersebut dapat disimpulkan
bahwa gulma udelan adalah gulma yang paling dominan dengan urutan pertama
kemudian disusul papahitan dan terakhir yaitu goletrak.
Kebijakan pengendalian gulma yang diambil adalah bagaimanan cara menekan
pertumbuhan alang-alang terlebih dahulu. Apabila pengendalian dilakukan dengan
menggunakan herbisida, maka herbisida yang dipilih harus yang mampu
mengendalikan alang-alang itu .

Analisis Vegetasi
Vegetasi dapat diartikan sebagai komunitas tumbuhan yang menempati suatu
ekosistem. Komposisi vegetasi dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu,
perubahan iklim, dan aktivitas manusia. Adanya perubahan ini mendorong
diperlukannya analisis vegetasi. Analisis vegetasi merupakan cara untuk
mengetahui komposisi dari jenis suatu vegetasi yang paling dominan hingga yang
tidak dominan. Sedangkan gulma sering dianggap sebagai masalah dalam lahan
pertanian. Adanya kerusakan tanaman atau penurunan produksi yang disebabkan
oleh gulma pada umumnya memiliki korelasi yang searah dengan jumlah populasi
gulma itu sendiri. Faktor yang paling tampak adalah perebutan penguasaan sarana
tumbuh, ruang gerak, dan nutrisi. Dalam hal ini gulma diposisikan sebagai
tumbuhan yang tidak diinginkan keberadaannya sehingga diperlukannya
pengendalian gulma dengan analisis vegetasi.

Adapun hubungan analisis vegetasi dengan gulma diartikan sebagai suatu cara
untuk mengetahui jenis gulma-gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam
menguasai sarana tumbuh dan ruang hidup. Dalam penguasaan sarana tumbuh
tersebut kita dapat menentukan apakah gulma tersebut penting atau tidak.
Pupolasi gulma yang dominan ini adalah dasar untuk pengambilan keputusan
dalam pengendalian gulma (Djaelani, 2019).

Metode Visual
Metode ini dilakukan berdasarkan pengamatan visual atau dengan cara melihat
dan menduga parameter gulma yang diamati seperti tingkat penutupan,
kelimpahan, dan distribusi dari gulma. Kemudian dikelompokkan dalam
perhitungan dominansi dan frekuensi. Perhitungan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan metode kuadrat. Metode ini dapat digunakan apabila vegetasi
gulma yang diamati cukup merata dan seragam dalam waktu yang tersedia
terbatas.

Metode ini hanya layak dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman. Karena
penggunaan metode ini hanya mengandalkan penaksiran secara visual maka
terdapat kelemahan yaitu 1) Pengamat cenderung menaksir gulma yang lebih
menyolok pandangan mata seperti warna daun atau bunga yang cerah, 2)
Pengamat cenderung menaksir jenis gulma yang sulit dikenali atau kurang
menarik dengan nilai yang rendah, dan 3) Hasil yang diperoleh kurang mewakili
populasi secara spesifik baik jenis maupun penyebarannya.

Metode Kuadrat
Kuadrat merupakan ukuran luas yang dihitung dalam satuan kuadrat (m2, cm2, dan
sebagainya). Pada metode ini penaksiran menggunakan bentuk kuadrat atau petak
yang bermacam-macam bentuk seperti lingkaran, segi tiga, segi empat, dan bujur
sangkar. Namun dalam pelakasanaannya di lapangan bentuk bujur sangkar lebih
sering digunakan. Bila di suatu habitatnya berupa suatu daerah yang luas maka
ambillah seluas tertentu saja dari daerah tersebut sebagai area minimal dan daerah
tersebut dihitung semua tumbuhan yang akan diamati. Metode ini dinilai cukup
akurat karena didasarkan pada 1) Populasi yang diambil pada setiap petak harus
dapat dihitung dengan teapt, 2) Luas atau satuan tiap petak harus jelas dan pasti,
dan 3) petak contoh yang diambil harus dapat mewakili seluruh area atau daerah
yang diteliti (Sriyani, dkk. 2017).

Faktor Penyebab Gulma Tumbuh


waktu tumbuh gulma dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu curah hujan,
suhu rata-rata harian, kelembaban harian, dan intensitas cahaya matahari.
Tersedianya air yang cukup dapat mempercepat proses tumbuhnya seed bank,
namun tidak secara mutlak dapat mempercepat waktu tumbuhnya gulma. Karena
kecepatan pertumbuhan seed bank juga dipengaruhi oleh viabilitas biji dan
cadangan makanan yang terdapat di dalam gulma. Simpanan makanan inilah yang
dapat menentukan daya hidup dan kemampuan gulma untuk muncul ke tanah.
Pertumbuhan gulma juga dikontrol secara hormonal dan lingkungan, Sundra
(2016) juga menambahkan bahwa yang termasuk faktor non hormonal adalah
kulit biji, suhu, cahaya, ketinggian tempat, dan posisi biji yang di tanam dalam
tanah. Kemudian dormansi biji juga merupakan sebagai salah satu faktor yang
menentukan kecepatan gulma untuk tumbuh. Dormansi merupakan istilah
fisiologis tumbuhan yang digunakan untuk biji atau organ vegetatif yang tidak
mau berkecambah meskipun keadaan lingkungannya mendukung. Dormansi
merupakan strategi gulma untuk bertahan hidup ketika keadaan tidak mendukung.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya perkecambahan di beberapa waktu
kemudian atau tumbuh di tempat lain. Dormansi juga dapat membuat biji gulma
bertahan bertahun-tahun di dalam tanah.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas adapun manfaat dari melakukan analisis vegetasi gulma
adalah kita dapat mengetahui cara untuk mengetahui jenis gulma-gulma yang
memiliki kemampuan tinggi dalam menguasai sarana tumbuh dan ruang hidup.
Dalam penguasaan sarana tumbuh tersebut kita dapat menentukan apakah gulma
tersebut penting atau tidak. Pupolasi gulma yang dominan ini adalah dasar untuk
pengambilan keputusan dalam pengendalian gulma.
Dalam melakukan analisis vegetasi dapat menggunakan dua metode yang secara
umum digunakan yaitu sebagai berikut :
1. Metode visual, dengan cara melihat dan menduga parameter gulma yang
diamati seperti tingkat penutupan, kelimpahan, dan distribusi dari gulma.
Metode ini hanya layak digunakan oleh orang yang berpengalaman.
2. Metode kuadrat, penaksiran menggunakan bentuk kuadrat atau petak yang
bermacam-macam bentuk seperti lingkaran, segi tiga, segi empat, dan bujur
sangkar (umum digunakan). Metode ini dinilai cukup akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Daud, A. A. 2017. Sebaran Propagul Gulma Pada Berbagai Kedalaman Tanah


Dan Kondisi Lahan. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Yogyakarta.

Djaelani, A. 2019. Identifikasi Dan Analisis Vegetasi Gulma. Erlangga. Jakarta.

Johnny, M. 2016. Dasar-Dasar Mata Kuliah Gulma Jurusan Biologi. Universitas


Udayana. Bali.

Muharrami R. 2014. Analisis Vegetasi Gulma pada Pertanaman Jagung


di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Malampah Kabupaten Pasaman.
Universitas Andalas. Padang.

Sembodo, D. R. J. 2012. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sriyani, N., Sembodo, D. R., Susanto, H., & Pujisiswanto, H. 2017. Panduan
Praktikum Ilmu Dan Teknik Pengendalian Gulma. Jurusan Agroteknologi.
Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

Sukman. 2012. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Faperta Universitas


Sriwijaya. Palembang.

Sundra, I. K. 2016. Metode dan Teknik Analisis Flora dan Fauna Darat.
Universitas Udayana. Denpasar, Bali.

Tantra, A.W, E. Dan Santosa. 2016. Manajemen Gulma Di Kebun Kelapa Sawit
Bangun Bandar: Analisis Vegetasi Dan Seedbank Gulma. Bul. Agrohorti
4(2): 138-143.
LAMPIRAN
Gambar 1. Petak 1

Gambar 2. Petak 2

Gambar 3. Petak 3

Anda mungkin juga menyukai