Anda di halaman 1dari 3

Nomor SOP :

Tanggal Pembuatan :
Tanggal Pengesahan :
Tanggal Revisi :
Disahkan Oleh : Kepala Puskesmas Pasir Panjang

DINAS KESEHATAN KOTA


dr. Eka Muftiana Rahmawati
KUPANG
NIP. 19881115 201502 2 002
PUSKESMAS PASIR PANJANG
JUDUL SOP GONORHEA

DASAR HUKUM KUALIFIKASI PELAKSANA


1.
2.
3.
KETERKAITAN PERALATAN / PERLENGKAPAN

PERINGATAN PENCATATAN / PENDATAAN

Pengertian Gonore adalah segala penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit
dikelompokkan sebagai penyakit menular seksual (PMS) dengan angka kejadian yang cukup
tinggi.
Penularan gonore utamanya melalui genitor-genital, orogenital, dan ano-genital. Akan tetapi,
dengan kemungkinan yang kecil juga bisa menular lewat peralatan mandi, termometer, dan
lain-lain. Area tubuh yang paling kerap terkena adalah mukosa vagina wanita sebelum masa
pubertas.
No. ICPC II : X71 Gonorrhoea female, Y71 Gonorrhoea male
No. ICD 10 : A54.9 Gonococcal infection, unspecified
Tujuan Meningkatkan mutu pelayanan medis sebagai acuan penanganan pencegahan terjadinya
komplikasi pada Gonorhea
Kebijakan SK Kepala Puskesmas Pasir Panjang Nomor: Tentang Pelayanan Gonorhea
Referensi Permenkes RI No. 5 Tahun 2015
Prosedur / Keluhan utama berkaitan dengan penyakit infeksi pada organ genital yang terimbas.
Langkah – a. Pada laki-laki:
Langkah Keluhan yang paling kerap adalah kencing nanah. Awalnya akan terasa panas dan gatal di
bagian distal uretra, dilanjutkan dengan disuria, polakisuria, dan akhirnya keluar nanah dari
lubang uretra. Kadang-kadang nanah yag keluar disertai darah.
Pasien juga sering merasakan nyeri ketika sedang ereksi. Gejala dan keluhan di atas biasanya
akan dirasakan setelah kontak seksual terinfeksi.
Bilamana juga terjadi prostatitis maka akan merasakan rasa kurang nyaman (tidak enak) di
area perineum dan suprapubis. Diiringi juga demam, malaise, nyeri saat berkemih yang bisa
disertai hematuria, retensi urin, atau pun obstipasi.

b. Pada wanita:
Pada kaum perempuan cukup jarang ditemui keluhan subjektif. Pada umumnya wanita datang
setelah timbul komplikasi atau tidak sengaja pada saat pemeriksaan antenatal (ANC) atau pun
layanan keluarga berencana (KB).
Dari insidensi nya yang jarang, keluhan yang paling sering mengakibatkan seorang perempuan
berobat ialah keluar cairan berwarna hijau kekuningan dari vagina. Hal ini disertai dengan
disuria dan nyeri pada abdomen bagian bawah.
Keluhan lain dapat berupa perasaan panas terbakar di area anus (proktitis), infeksi pada mata
(paling sering neonatus), dan gejala sistemik berupa endokarditis, meningitis, dan gonore
diseminata.

Hasil Pemeriksaan Fisikal dan Penunjang


Diagnostik fisik patognomonis, yaitu:
Orifisium uretra eksterna terlihat eritema, edema, dan ektropion. Adanya duh tubuh yang
mukopurulen. Kelenjar getah bening di inguinal bisa terjadi pembesaran baik uni maupun
bilateral. Bilamana terjadi proktitis maka akan terlihat area anus eritema, udema, dan tertutup
oleh pus mukopurulen.

a. Pada laki-laki:
Pemeriksaan rectal toucher bisa dilaksanakan untuk menilai prostat (pembesaran, konsistensi,
nyeri tekan, dan kemungkinan abses atau teraba fluktuasi).

b. Bagi perempuan:
Pemeriksaan dalam dengan inspekulo dilaksanakan bila pasien telah menikah. Dari
pemeriksaan ini akan terlihat serviks berwarna merah, mengalami erosi, dan ada sekret yang
mukopurulen.

Pemeriksaan Penunjang:
Dapat dilaksanakan pemeriksaan sediaan duh tubuh langsung secara mikroskopis. Pemeriksaan
menggunakan pewarnaan gram dan akan menemukan bakteri gonokokus gram negatif; intra
ataupun ekstraselular.
Pada laki-laki sediaan didapat dari area fossa navikularis, sementara perempuan dari uretra,
muara kelenjar bartolini, serviks, dan rektum.

Diagnosis Klinis
Penegakan diagnosa dilakukan dengan menarik kesimpulan dari anamnesa, pemeriksaan
fisikal dan penunjang. Diagnosis yang dapat ditegakkan di puskesmas, antara lain:
a. Uretritis gonore
b. Servisitis gonore

Manajemen Penatalaksanaan
Tatalaksana:
a. Memberikan informasi kepada pasien agar tidak berhubungan seksual sampai telah
dinyatakan sembuh sempurna.
b. Menganjurkan pasien untuk menjaga status higienitas area genital
c. Pemberian obat antibiotika:
– Tiamfenikol 1 x 3,5 gram dosis tunggal per oral, atau
– Ofloksasin 1 x 400 mg dosis tunggal per oral, atau
– Kanamycin 1 x 2 gram dosis tunggal intramuskuler, atau
– Spektinomisin 1 x 2 gram dosis tunggal intramuskuler.

Keempat pilihan obat di atastidak boleh diberikan pada perempuan yang sedang hamil. selain
itu juga tidak direkomendasikan pada kelompok usia anak dan dewasa muda (di bawah 18
tahun).

Kriteria Rujukan
Pasien akan dirujuk ke faasilitas kesehatan yang lebih lengkap bilamana:
a. Tidak bisa melaksanakan tes laboratorium
b. Pengobatan cara di atas tidak menghasilkan perbaikan dalam 2 minggu.
Unit Terkait Poli KB

Anda mungkin juga menyukai