PEMELIHARAAN JALAN
Kelompok 6
Urutan prioritas
Data Primer
Luas =5,5 meter
(3 Tambalan)
4 Retak memanjang)
(2 Kekerasan)
LHR KENDARAAN
=17-(6+5)=6
Analisis Tingkat Kerusakan Jalan Menggunakan Metode PCI (Studi Kasus: Jalan
Tawangmangu, Kota Malang)
Total Detuct
Jenis Kerusakan Severity Density
Kerusakan Value
Ravelling (m) Low 112 20 8
Lonitudinal Crack (m) Low 9,1 1,63 0
Block Crack (m2) Medium 0,54 0,096 0
Alligator Crack (m2) Medium 0,568 0,101 6
Pothelling (m2) Low 33,07 5,9 43
Deppression (m2) Low 243,3 43,45 40
Berdasarkan perhitungan nilai CDV maksimum di atas, didapatkan nilai PCI sebagai berikut:
PCI = 100 – 60 = 40
Berdasarkan hasil nilai PCI pada kedua ruas jalan Jalan Kaliurang tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kondisi perkerasan ruas Jalan Tawangmangu berada dalam keadaan
Poor. Maka dari itu, perlu dilakukan perbaikan agar perkerasan jalan tersebut tidak dengan
cepat mencapai tingkat kerusakan yang lebih parah.
Analisis Tingkat Kerusakan Jalan Menggunakan Metode PCI (Studi Kasus: Jalan
Kaliurang, Kota Malang)
Total Detuct
Jenis Kerusakan Severity Density
Kerusakan Value
Ravelling (m) Low 118,2 21,12 8
Lonitudinal Crack (m) Low 7,58 1,35 0
Transversal (m) Low 3,69 0,66 0
Block Crack (m2) Low 0,141 0,025 0
Alligator Crack (m2) Med & Low 1,04 0,259 10
Pothelling (m2) Low 20,076 2,586 37
Bleeding (m2) Low 196 35,102 9
Deppression (m2) Low 14,85 2,65 6
Litera Tota CD
q
si l DV V
3
9 8 6 4 64 5 32
#1 7
3
9 8 6 2 62 4 31
#2 7
3
9 8 2 2 58 3 34
#3 7
3
9 2 2 2 52 2 34
#4 7
#5 3 2 2 2 2 45 1 45
7
Berdasarkan hasil nilai PCI pada kedua ruas jalan Jalan Kaliurang tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kondisi perkerasan ruas Jalan Kaliurang berada dalam keadaan fair.
Namun agar perkerasan jalan tersebut tidak dengan cepat mencapai tingkat kerusakan yang
lebih parah maka perlu dilakukan perbaikan sehingga minimal masuk dalam kondisi good.
1.4.1. Analisis Kerusakan Jalan Berdasarkan Metode Bina Marga (Studi Kasus Jalan
Surabaya-Malang, Karang Kepuh, Karang Jati, Kec. Pandaan, Pasuruan)
Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata-Rata
Golongan Kendaraan
MC = Lv = 1 Hv = 1,3 Volume
Pukul
emp terlindung=0,2 emp terlawan=0,4 terlindung terlawan terlindung terlawan (smp/jam)
(kend/jam)
(smp/jam) (kend/jam) (smp/jam) (kend/jam) (smp/jam)
16,30-17-30 2156 431 862 519 519 519 86 111,8 111,8 1061,8 1492,8
Dari elat tersebut, volume lalu lintas sebesar 1492.8 smp/jam dan untuk volume smp/hari
didapatkan senilai 9128,1. Nilai ini termasuk ke dalam kelas 6.
Pelapukan
Retak Kulit dan Butiran Retak
Jenis Kerusakan Buaya Tambalan Lepas Memanjang
Jenis Kerusakan 6 1 1 2
Lebar Kerusakan 2 2 1
Luas Kerusakan 1 3 1
Panjang Amblas 2 2
Jumlah 8 6 6 4
Jumlah Kerusakan pada Setiap Segmen
Jumlah
No/Segmen Kerusakan
1/Sta 0,00+0,50 8
2/Sta 0,50+1,00 10
3/Sta 1,00-1,50 6
Rata-Rata 8
Dari elat tersebut, didapatkan total angka kerusakan senilai 24 dan nilai
kondisinya senilai 8.
BAB III
Pemeliharaan Periodic
Dalam kesempatan kali ini kami akan menjelaskan pemeliharaan periodic pada overlay jalan
menggunakan Lasbon AC/WC
-Ashal Sprayel
-Dump Truck
-Asphalt Finisher
-Tandem Roller
-Tire Roller
-Tack Coat
-Air Compressor
=
Adapun uraian tahap pelaksanaan pekerjaan overlay 1 (satu) lapis dengan laston AC/WC
adalah sebagai berikut :
D. Penghamparan Tack Coat
B. Penghamparan Laston AC-WC, t = 4 cm
Setelah Lapisan Tack Coat disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka selanjutnya adalah
melakukan pekerjaan Laston AC-WC.
Melakukan penghamparan material dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi
serta bentuk penampang melintang sesuai gambar kerja, penghamparan dilaksanakan
dengan menggunakan alat Asphalt Finisher yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Segera setelah material dihampar dan diratakan serta telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka akan dilakukan pemadatan dengan menggunakan alat pemadat yang
telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Pemadatan dilakukan dengan tiga tahap, yaitu pemadatan awal dengan menggunakan
Tandem Roller, pemadatan antara menggunakan Pneumatic Tire Roller dan
pemadatan akhir dilakukan menggunakan Tandem Roller.
Pemadatan pada tiap tahap dilakukan hingga mencapai kepadatan yang disyaratkan
Adapun uraian tahap pelaksanaan pekerjaan overlay 2 (dua) lapis dengan laston AC/WC
adalah sebagai berikut :
D. Penghamparan Tack Coat
Setelah lapisan Tack Coat disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka selanjutnya adalah
melaksanakan penghamparan Asphalt Treated Base (ATB) setebal 5 cm.
Material dihamparkan secara merata pada permukaan yang telah disemprot tack coat
dengan menggunakan Asphalt Finisher yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Segera setelah hamparan diterima Direksi Pekerjaan, maka akan dilakukan pemadatan
dengan mesin pemadat yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Pemadatan pertama dilakukan dengan menggunakan alat Tandem Roller, pemadatan
kedua dilakukan dengan menggunakan Pneumatic Tire Roller dan pemadatan akhir
dilakukan dengan menggunakan Tandem Roller.
Setelah lapisan Asphalt Treated Base (ATB) disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka
selanjutnya adalah melaksanakan penghamparan Tack Coat Lapis Kedua.
Sebelum penyemprotan tack coat dimulai, permukaan akan dibersihkan
dengan kompresor, bilamana hasil pembersihan tidak memberikan hasil yang merata,
maka bagian-bagian yang belum bersih akan dilakukan pembersihan manual.
Melaksanakan penyemprotan Tack Coat dengan menggunakan alat Asphalt
Distributor/Sprayer, pengoperasian Asphalt Distributor dilaksanakan sesuai grafik
penyemprotan yang telah disetujui.
Setelah Tack Coat disemprotkan secara merata dan telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka akan dilaksanakan pekerjaan lapis berikutnya yaitu Laston AC/WC,
4 cm.
D. Penghamapran Laston AC-WC, t = 4 cm
Setelah Lapisan Tack Coat Lapis Kedua disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka
selanjutnya adalah melakukan pekerjaan Laston AC-WC.
Melakukan penghamparan material dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi
serta bentuk penampang melintang sesuai gambar kerja, penghamparan dilaksanakan
dengan menggunakan alat Asphalt Finisher yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Segera setelah material dihampar dan diratakan serta telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka akan dilakukan pemadatan dengan menggunakan alat pemadat yang
telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Pemadatan dilakukan dengan tiga tahap, yaitu pemadatan awal dengan menggunakan
Tandem Roller, pemadatan antara menggunakan Pneumatic Tire Roller dan
pemadatan akhir dilakukan menggunakan Tandem Roller.
Pemadatan pada tiap tahap dilakukan hingga mencapai kepadatan yang disyaratkan
sesuai spesifikasi teknis
Quality Control dan Pemeriksaan di Lapangan
Pengendalian mutu overlay laston (AC/WC) dan pemeriksaan di lapangan harus sesuai
dengan ketentuan yang tercantum di dalam SKh-1.6.9.1 dan Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3
pasal 6.3.7.
b). Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus dilaksanakan
segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang terjadi harus diperbaiki dengan
membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan. Selanjutnya, pemadatan
dilanjutkan seperti yang dibutuhkan. Setelah penggilasan akhir, kerataan lapisan ini
harus diperiksa kembali dan setiap ketidak-rataan permukaan yang melampaui batas-
batas yang disyaratkan dan setiap lokasi yang cacat dalam tekstur, pemadatan atau
komposisi harus diperbaiki sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
c). Kerataan permukaan perkerasan
Kerataan permukaan perkerasan penutup atau lapis aus segera setelah
pekerjaan selesai harus diperiksa kerataannya dengan alat NAASRA-Meter
sesuai SNI 03-3426-1994, dengan International Roughness Index (IRI) paling
tidak 3
Cara pengukuran/pembacaan kerataan harus dilakukan setiap interval 100 m
2. Ketentuan Kepadatan
a). Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti yang
ditentukan dalam Sni 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 97%. Kepadatan
Standar Kerja (Job Standar Density) yang tertera dalam JMF untuk Lataston
(HRS) dan 98% untuk semua campuran beraspal lainnya.
b). Benda uji inti untuk pengujian kepadatan harus sama dengan benda uji untuk
pengukuran tebal lapisan. Cara pengambilan benda uji campuran beraspal dan
pemadatan benda uji di laboratorium masing-masing harus sesuai dengan ASTM
D6927-06 untuk ukuran butir maksimum 25 mm atau ASTM D5581-07a untuk
ukuran maksimum 50 mm.
c). Benda uji inti paling sedikit harus diambil dua titik pengujian per penampang
melintang per jalur dengan jarak memanjang antar penampang melintang yang
diperiksa tidak lebih dari 100 m.
d). Penyedia jasa dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam memadatkan
campuran aspal bilamana kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau
lebih besar dari nilai-nilai yang diberikan pada elat di bawah ini. Bilamana rasio
kepadatan maksimum dan minimum ditentukan dalam serangkaian benda uji inti
pertama yang mewakili setiap lokasi yang diukur untuk pembayaran, lebih besar
dari 1.08 maka benda uji inti tersebut harus dibuang dan serangkaian benda uji
inti harus diambil.
burda.pdf. (n.d.).
Siswanto, H., Supriyanto, B., Pranoto, Putra, Y. A. M., & Huda, A. S. (2018). Evaluation of road
maintenance priority using PCI and road note 1 for Indonesian district roads. AIP Conference
Proceedings, 1977. https://doi.org/10.1063/1.5042990