Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK

PEMELIHARAAN JALAN

Kelompok 6

Agung Tomi Yuhanse 200523629268

Daniel Setiawan 200523629297

Lukman Andreansyah 200523629231

Muhammad Zaki 200523629248

Irfan Aji Pangestu 200523629331

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS


NEGERI MALANG
2022
BAB I

MERENCANAKAN PEMELIHARAAN JALAN

1.1 Lokasi serta waktu penelitian

Tempat penelitian Waktu penelitian Jam


Jln. Ahmad Yani, Kota 23 November 2022 (14.00 WIB -16.00 WIB)
Serang

 Perhitungan lalu lintas harian rata-rata


Tabel 1. Perhitungan lalu lintas harian rata-rata

Pukul Golongan Kendaraan Volume (Smp/jam)


2.00-4.00 MC = 0.5 Lv = 1.0 Hv = 1.3
(kend/jam) (Kend/ (Kend/jam)
jam)
1234 617 890 890 70 91 1598
Dari table 1, volume lalu lintas harian rata-rata adalah 1598 smp/jam = 3691 smp/hari. Dan
nilai kelas adalah 4

Table 2. Luas kerusakan Jl.Ahmad Yani Surabaya

No. Jenis Kerusakan M2 % kerusakan % dari luas


keseluruhan
1. Retak kulit buaya 0.5 20.33 2.3
2. Tambalan 18.190 10.34 1.9
3. Pelapukan dan butiran 76.88 11.56 1.5
lepas
4. Retak memanjang 0.24 57.77 4.6
95.82 100 31

Tabel 4. Data jumlah kerusakan tiap segmen Jl. A. Yani Serang

STA Jenis kerusakan Angka Nilai


Total Kondisi
Kekerasan Lubang Tambalan Retak Retak
Kulit Memanjang
buaya
0m-500m 2 0 1 2 3 8
50m-100m 1 1 0 0 1 3
100m- 1 2 0 0 0 3
150m
150m- 2 1 1 0 0 4
200m
200m- 1 1 0 1 0 3
250m
total 20 7
Tabel 5. Nilai perhitungan dan golongan pemeliharaan metode binamarga

Urutan prioritas

UP = 17-(Kelas LHR + Nilai kondisi jalan) = 17 – (4+7) = 6 sehingga berdasarkan


perhitungan table 5 maka jalan A.Yani Surabaya perlu dilakukan pemeliharaan berkala

Jl Perumaham Asrikaton indah kecamatan Pakis Kabupaten Malang

Metode Bina Marga SK No. 77/KPTS/Db/1990

Standard Perencanaan Jalan Kabupaten

Data Primer
Luas =5,5 meter

Panjang = 950 meter

Merupakan jalan Kolektor

Kondisi Jalan =Terdapat beberapa kerusakan seperti:

Terdapat Beberapa kerusakan:

(4 lubang) (Burda.Pdf, n.d.; Siswanto et al., 2018)

(3 Tambalan)

(4 retak kulit buaya)

4 Retak memanjang)

(2 Kekerasan)

LHR KENDARAAN

Nama/Ruas Jalan LHR Kendaraan LHR/JAM LHR


Jam (13.00-16.00)
Jl Perumahan Asrikaton 893 298 7152
Dari data sesuai table LHR diperoleh total LHR 7152 Kendaraan/hari maka diperoleh nilai
kelas jalan=6

Nilai Kondisi Jalan

Data jumlah kerusakan tiap segmen Jl.Asrikaton

STA Jenis kerusakan Angka Nilai


Total
Kekerasan Lubang Tambalan Retak Retak
Kulit Memanjang
buaya
0m-1500m 1 1 1 2 0 5
1500-300 0 0 0 1 1 2
300m-450m 0 1 0 0 0 1
450m-650m 0 0 1 0 1 2
650m-m 1 2 1 1 0 5
total 2 4 3 4 2 15
Rata-Rata 15/5=3 5

Maka diketahui Nilai Kondisi Jalan=5


Setelah diketahui Nilai Kelas LHR dan nilai kondisi jalan selanjutnya kita dapat menghitung
nilai urutan Prioritas

Urutan Prioritas=17-(Kelas LHR+Kelas Kondisi Jalan)

=17-(6+5)=6

Nilai UP 6 Maka jalan tersebut masuk dalam pemeliharaan berkala

Analisis Tingkat Kerusakan Jalan Menggunakan Metode PCI (Studi Kasus: Jalan
Tawangmangu, Kota Malang)

1. Menentukan Detuct Value

Tabel 2 Rekapitulasi Penetapan Detuct Value Jalan Tawangmangu

Total Detuct
Jenis Kerusakan Severity Density
Kerusakan Value
Ravelling (m) Low 112 20 8
Lonitudinal Crack (m) Low 9,1 1,63 0
Block Crack (m2) Medium 0,54 0,096 0
Alligator Crack (m2) Medium 0,568 0,101 6
Pothelling (m2) Low 33,07 5,9 43
Deppression (m2) Low 243,3 43,45 40

2. Menghitung Allowable Maximum Deduct Value (m)

Tabel 4 Perbandingan (DV-m) terhadap m pada Jalan Tawangmangu

Detuct Value m DV-m (DV-m) < m ?


43 6,23 36,77 Tidak
40 6,23 33,77 Tidak
8 6,23 1,77 Ya
6 6,23 -0,23 Ya

3. Menentukan CDV (Corrected Deduct Value)

Tabel 6 Hasil Literasi CDV pada Jalan Tawangmangu


T
o
Li
t C
te
        a qD
ra
l V
si
D
V
9 5
4 4 86 4
#1 7 1
9 5
#2 4 4 8 2 3 3 8
8 6
4 4 22 2
#3 7 0
4 4
#4 4 2 2 2 9 1 9

4. Menentukan nilai Pavement Serviceability Index (PCI)

Berdasarkan perhitungan nilai CDV maksimum di atas, didapatkan nilai PCI sebagai berikut:

 PCI = 100 – 60 = 40

Berdasarkan hasil nilai PCI pada kedua ruas jalan Jalan Kaliurang tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kondisi perkerasan ruas Jalan Tawangmangu berada dalam keadaan
Poor. Maka dari itu, perlu dilakukan perbaikan agar perkerasan jalan tersebut tidak dengan
cepat mencapai tingkat kerusakan yang lebih parah.

Analisis Tingkat Kerusakan Jalan Menggunakan Metode PCI (Studi Kasus: Jalan
Kaliurang, Kota Malang)

5. Menentukan Detuct Value

Tabel 1 Rekapitulasi Penetapan Detuct Value Jalan Kaliurang

Total Detuct
Jenis Kerusakan Severity Density
Kerusakan Value
Ravelling (m) Low 118,2 21,12 8
Lonitudinal Crack (m) Low 7,58 1,35 0
Transversal (m) Low 3,69 0,66 0
Block Crack (m2) Low 0,141 0,025 0
Alligator Crack (m2) Med & Low 1,04 0,259 10
Pothelling (m2) Low 20,076 2,586 37
Bleeding (m2) Low 196 35,102 9
Deppression (m2) Low 14,85 2,65 6

6. Menghitung Allowable Maximum Deduct Value (m)

Tabel 3 Perbandingan (DV-m) terhadap m pada Jalan Kaliurang

Detuct Value m DV-m (DV-m) < m ?


37 6,79 30,21 Tidak
9 6,79 2,21 Ya
8 6,79 1,21 Ya
6 6,79 -0,79 Ya
4 6,79 -2,79 Ya

7. Menentukan CDV (Corrected Deduct Value)

Tabel 5 Hasil Literasi CDV pada Jalan Kaliurang

Litera Tota CD
          q
si l DV V
3
9 8 6 4 64 5 32
#1 7
3
9 8 6 2 62 4 31
#2 7
3
9 8 2 2 58 3 34
#3 7
3
9 2 2 2 52 2 34
#4 7
#5 3 2 2 2 2 45 1 45
7

8. Menentukan nilai Pavement Serviceability Index (PCI)


Berdaarkan nilai CDV maksimum diatas, maka didapatkan nilai PCI sebagai berikut.
 PCI = 100 – 45 = 55

Berdasarkan hasil nilai PCI pada kedua ruas jalan Jalan Kaliurang tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kondisi perkerasan ruas Jalan Kaliurang berada dalam keadaan fair.
Namun agar perkerasan jalan tersebut tidak dengan cepat mencapai tingkat kerusakan yang
lebih parah maka perlu dilakukan perbaikan sehingga minimal masuk dalam kondisi good.

1.4.1. Analisis Kerusakan Jalan Berdasarkan Metode Bina Marga (Studi Kasus Jalan
Surabaya-Malang, Karang Kepuh, Karang Jati, Kec. Pandaan, Pasuruan)
 Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata-Rata

Tabel 1. 1 Perhitungan lalu lintas harian rata-rata

Golongan Kendaraan
MC = Lv = 1 Hv = 1,3 Volume
Pukul
emp terlindung=0,2 emp terlawan=0,4 terlindung terlawan terlindung terlawan (smp/jam)
(kend/jam)
(smp/jam) (kend/jam) (smp/jam) (kend/jam) (smp/jam)
16,30-17-30 2156 431 862 519 519 519 86 111,8 111,8 1061,8 1492,8

Dari elat tersebut, volume lalu lintas sebesar 1492.8 smp/jam dan untuk volume smp/hari
didapatkan senilai 9128,1. Nilai ini termasuk ke dalam kelas 6.

Tabel 1. 2 Nilai kelas jalan menurut LHR/hari

 Penentuan Kerusakan Jalan

Tabel 1. 3 Luas kerusakan

No. Jenis Kerusakan M2 %Kerusakan % dari luas


keseluruhan
16,5199729
1 Retak Kulit Buaya 12,2 2 3,71
27,0819228
2 Tambalan 20 2 4,2
Pelapukan dan
3 Butiran Lepas 9,77 13,2295193 0,67
43,1685849
4 Retak Memanjang 31,88 7 5,92
Jumlah 73,85 100 14,5

Tabel 1. 4 Tabel penentuan angka

Pelapukan
Retak Kulit dan Butiran Retak
Jenis Kerusakan Buaya Tambalan Lepas Memanjang
Jenis Kerusakan 6 1  1 2
Lebar Kerusakan 2 2    1
Luas Kerusakan   1 3 1
Panjang Amblas    2 2  
Jumlah 8 6 6 4
 Jumlah Kerusakan pada Setiap Segmen

Tabel 1. 5 Tabel penentuan angka

Jumlah
No/Segmen Kerusakan
1/Sta 0,00+0,50 8
2/Sta 0,50+1,00 10
3/Sta 1,00-1,50 6
Rata-Rata 8
Dari elat tersebut, didapatkan total angka kerusakan senilai 24 dan nilai
kondisinya senilai 8.

Tabel 1. 6 Nilai kondisi jalan

 Urutan Prioritas UP = 17-(Kelas LHR + Nilai kondisi jalan) = 17 – (6+8) =3 sehingga


berdasarkan perhitungan table 5 maka jalan Jalan Surabaya-Malang, Karang Kepuh,
Karang Jati, Kec. Pandaan, Pasuruan perlu dilakukan program peningkatan

Tabel 1. 7 Penggolongan tingkat kerusakan jalan

BAB III

Pemeliharaan Periodic

Pemeliharaan Periodic dilakukan pada waktu-waktu tertentu,Pada saat kondisi permukaan


jalan sudah menurun dan menyebabkan kurang amannya pengguna jalan yang
melintas(ridding quality)

Dalam kesempatan kali ini kami akan menjelaskan pemeliharaan periodic pada overlay jalan
menggunakan Lasbon AC/WC

Perbaikan Jalan dengan Overlay


Konstruksi jalan yang telah habis masa pelayanannya, telah mencapai indeks
permukaan akhir yang perlu diberi lapis tambahan untuk dapat kembali mempunyai nilai
kekuatan, tingkat kenyamanan, tingkat keamanan, tingkat kekedapan terhadap air dan tingkat
kecepatan air mengalir.

Alat Dan Bahan

-Ashal Sprayel

-Dump Truck

-Asphalt Finisher

-Tandem Roller

-Tire Roller

-Pheumatic Tire Roller

-Tack Coat

-Aspal Laston (AC/ATB)

-Air Compressor

Tahapan Pekerjaan Overlay Lasbon AC/WC

=
Adapun uraian tahap pelaksanaan pekerjaan overlay 1 (satu) lapis dengan laston AC/WC
adalah sebagai berikut :
D. Penghamparan Tack Coat

 Sebelum pekerjaan Laston dilaksanakan, kami akan melakukan pengendalian lalu


lintas dengan menyediakan rambu-rambu dan petugas pengatur lalu lintas.
 Sebelum penyemprotan tack coat dimulai, permukaan akan dibersihkan
dengan  kompresor, bilamana hasil pembersihan tidak memberikan hasil yang merata,
maka bagian-bagian yang belum bersih akan dilakukan pembersihan manual.
 Melaksanakan penyemprotan Tack Coat dengan menggunakan alat Asphalt
Distributor/Sprayer, pengoperasian Asphalt Distributor dilaksanakan sesuai grafik
penyemprotan yang telah disetuju
 Setelah Tack Coat disemprotkan secara merata dan telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka akan dilaksanakan pekerjaan lapis berikutnya yaitu Laston AC/WC,
4 cm.

B. Penghamparan Laston AC-WC, t = 4 cm

 Setelah Lapisan Tack Coat disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka selanjutnya adalah
melakukan pekerjaan Laston AC-WC.
 Melakukan penghamparan material dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi
serta bentuk penampang melintang sesuai gambar kerja, penghamparan dilaksanakan
dengan menggunakan alat Asphalt Finisher yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
 Segera setelah material dihampar dan diratakan serta telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka akan dilakukan pemadatan dengan menggunakan alat pemadat yang
telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
 Pemadatan dilakukan dengan tiga tahap, yaitu pemadatan awal dengan menggunakan
Tandem Roller, pemadatan antara menggunakan Pneumatic Tire Roller dan
pemadatan akhir dilakukan menggunakan Tandem Roller.
 Pemadatan pada tiap tahap dilakukan hingga mencapai kepadatan yang disyaratkan

Adapun uraian tahap pelaksanaan pekerjaan overlay 2 (dua) lapis dengan laston AC/WC
adalah sebagai berikut :
D. Penghamparan Tack Coat

 Sebelum pekerjaan Laston dilaksanakan, kami akan melakukan pengendalian lalu


lintas dengan menyediakan rambu-rambu dan petugas pengatur lalu lintas.
 Sebelum penyemprotan tack coat dimulai, permukaan akan dibersihkan
dengan  kompresor, bilamana hasil pembersihan tidak memberikan hasil yang merata,
maka bagian-bagian yang belum bersih akan dilakukan pembersihan manual.
 Melaksanakan penyemprotan Tack Coat dengan menggunakan alat Asphalt
Distributor/Sprayer, pengoperasian Asphalt Distributor dilaksanakan sesuai grafik
penyemprotan yang telah disetujui.
 Setelah Tack Coat disemprotkan secara merata dan telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka akan dilaksanakan pekerjaan lapis berikutnya yaitu Lapisan Asphalt
Treated Base (ATB).
B. Asphalt Treateed Base (ATB), tebal 5 cm

 Setelah lapisan Tack Coat disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka selanjutnya adalah
melaksanakan penghamparan Asphalt Treated Base (ATB) setebal 5 cm.
 Material dihamparkan secara merata pada permukaan yang telah disemprot tack coat
dengan menggunakan Asphalt Finisher yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
 Segera setelah hamparan diterima Direksi Pekerjaan, maka akan dilakukan pemadatan
dengan mesin pemadat yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
 Pemadatan pertama dilakukan dengan menggunakan alat Tandem Roller, pemadatan
kedua dilakukan dengan menggunakan Pneumatic Tire Roller dan pemadatan akhir
dilakukan dengan menggunakan Tandem Roller.

C. Penghamparan Tack Coat

 Setelah lapisan Asphalt Treated Base (ATB) disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka
selanjutnya adalah melaksanakan penghamparan Tack Coat Lapis Kedua.
 Sebelum penyemprotan tack coat dimulai, permukaan akan dibersihkan
dengan  kompresor, bilamana hasil pembersihan tidak memberikan hasil yang merata,
maka bagian-bagian yang belum bersih akan dilakukan pembersihan manual.
 Melaksanakan penyemprotan Tack Coat dengan menggunakan alat Asphalt
Distributor/Sprayer, pengoperasian Asphalt Distributor dilaksanakan sesuai grafik
penyemprotan yang telah disetujui.
 Setelah Tack Coat disemprotkan secara merata dan telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka akan dilaksanakan pekerjaan lapis berikutnya yaitu Laston AC/WC,
4 cm.

D. Penghamapran Laston AC-WC, t = 4 cm
 Setelah Lapisan Tack Coat Lapis Kedua disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka
selanjutnya adalah melakukan pekerjaan Laston AC-WC.
 Melakukan penghamparan material dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi
serta bentuk penampang melintang sesuai gambar kerja, penghamparan dilaksanakan
dengan menggunakan alat Asphalt Finisher yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
 Segera setelah material dihampar dan diratakan serta telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka akan dilakukan pemadatan dengan menggunakan alat pemadat yang
telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
 Pemadatan dilakukan dengan tiga tahap, yaitu pemadatan awal dengan menggunakan
Tandem Roller, pemadatan antara menggunakan Pneumatic Tire Roller dan
pemadatan akhir dilakukan menggunakan Tandem Roller.
 Pemadatan pada tiap tahap dilakukan hingga mencapai kepadatan yang disyaratkan
sesuai spesifikasi teknis
Quality Control dan Pemeriksaan di Lapangan

Pengendalian mutu overlay laston (AC/WC) dan pemeriksaan di lapangan harus sesuai
dengan ketentuan yang tercantum di dalam SKh-1.6.9.1 dan Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3
pasal 6.3.7.

1. Pengujian Permukaan Perkerasan


a). Permukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 m, yang
disediakan oleh Penyedia Jasa, yang harus dilaksanakan tegak lurus dan sejajar
dengan sumbu jalan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan untuk memeriksa
seluruh permukaan perkerasan. Toleransi tebal nominal minimum yang diperbolehkan
adalah sebagai berikut:

b). Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus dilaksanakan
segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang terjadi harus diperbaiki dengan
membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan. Selanjutnya, pemadatan
dilanjutkan seperti yang dibutuhkan. Setelah penggilasan akhir, kerataan lapisan ini
harus diperiksa kembali dan setiap ketidak-rataan permukaan yang melampaui batas-
batas yang disyaratkan dan setiap lokasi yang cacat dalam tekstur, pemadatan atau
komposisi harus diperbaiki sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
c). Kerataan permukaan perkerasan
 Kerataan permukaan perkerasan penutup atau lapis aus segera setelah
pekerjaan selesai harus diperiksa kerataannya dengan alat NAASRA-Meter
sesuai SNI 03-3426-1994, dengan International Roughness Index (IRI) paling
tidak 3
 Cara pengukuran/pembacaan kerataan harus dilakukan setiap interval 100 m
2. Ketentuan Kepadatan
a). Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti yang
ditentukan dalam Sni 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 97%. Kepadatan
Standar Kerja (Job Standar Density) yang tertera dalam JMF untuk Lataston
(HRS) dan 98% untuk semua campuran beraspal lainnya.
b). Benda uji inti untuk pengujian kepadatan harus sama dengan benda uji untuk
pengukuran tebal lapisan. Cara pengambilan benda uji campuran beraspal dan
pemadatan benda uji di laboratorium masing-masing harus sesuai dengan ASTM
D6927-06 untuk ukuran butir maksimum 25 mm atau ASTM D5581-07a untuk
ukuran maksimum 50 mm.
c). Benda uji inti paling sedikit harus diambil dua titik pengujian per penampang
melintang per jalur dengan jarak memanjang antar penampang melintang yang
diperiksa tidak lebih dari 100 m.
d). Penyedia jasa dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam memadatkan
campuran aspal bilamana kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau
lebih besar dari nilai-nilai yang diberikan pada elat di bawah ini. Bilamana rasio
kepadatan maksimum dan minimum ditentukan dalam serangkaian benda uji inti
pertama yang mewakili setiap lokasi yang diukur untuk pembayaran, lebih besar
dari 1.08 maka benda uji inti tersebut harus dibuang dan serangkaian benda uji
inti harus diambil.

3. Jumlah Pengambilan Benda Uji Campuran Beraspal


a). Pengambilan benda uji campuran beraspal
Pengambilan benda uji umumnya dilakukan di instalasi pencampuran aspal,
tetapi direksi pekerjaan dapat memerintahkan pengambilan benda uji di lokasi
penghamparan bilamana terjadi segregasi yang berlebihan selama pengangkutan dan
penghamparan campuran beraspal.
b). Pengendalian proses
Frekuensi minimum pengujian yang diperlukan dari penyedia jasa untuk maksud
pengendalian proses harus seperti yang ditunjukan dalam elat di bahwah ini atau
sampai dapat diterima oleh Direksi Keet.
c). Pemeriksaan dan pengujian rutin
Pemeriksaan dan pengujian rutin harus dilaksanakan oleh penyedia jasa di bawah
pengawasan direksi pekerjaan untuk menguji pekerjaan yang sudah diselesaikan
sesuai toleransi dimensi, mutu bahan, kepadatan pemadatan dan setiap ketentuan
lainnya yang disebutkan dalam seksi ini. Setiap bagian pekerjaan, yang menurut
hasil pengujian tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus diperbaiki
sedemikian rupa sehingga setelah diperbaiki, pekerjaan tersebut memenuhi semua
ketentuan yang disyaratkan, semua biaya pembongkaran, pembuangan, penggantian
bahan maupun perbaikan dan pengujian kembali menjadi beban Penyedia Jasa.
d). Pengambilan benda uji inti dan uji ekstraksi lapisan beraspal
Penyedia Jasa harus menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti (core) yang
mampu memotong benda uji inti berdiameter 4” maupun 6” pada lapisan beraspal
yang telah selesai dikerjakan. Benda uji inti tidak boleh digunakan untuk pengujian
ekstraksi. Uji ekstraksi harus dilakukan menggunakan benda uji campuran beraspal
gembur yang ambil di belakang mesin penghampar.
4. Pengujian Pengendalian Campuran beraspal
 Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh agregat per hari dari setiap
penampang panas
 Temperatur campuran pada saat pengambilan contoh di instalasi pencampur aspal
( AMP) maupun di lokasi penghamparan (satu per jam)
 Kepadatan Marshall Harian dengan detail dari semua benda uji yang diperiksa
 Kepadatan hasil pemadatan di lapangan dan persentase kepadatan lapangan
elative terhadap kepadatan campuran kerja (job mix density) untuk setiap benda
uji inti (core)
 Stabilitas, pelelhan, Marshall Quotient (untuk non AC), stabilitas Marshall sisa
atau Indirect Tensile Strength Ratio (ITSR), paling sedikit dua contoh per hari.
 Rongga dalam campuran pada kepadatan Marshall dan kepadatan membal
(refusal) yang dihitung berdasarkan Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan
aspal (SNI 03-6893-2002)
 Ukuran maksimum untuk agregat Laston AC-WC yaitu 19 mm.
 Setiap ketidakrataan individu bila diukur dengan Roll Profilmeter tidak boleh
melampaui 5 mm.
5. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston (AC)
DAFTAR PUSTAKA

burda.pdf. (n.d.).

Siswanto, H., Supriyanto, B., Pranoto, Putra, Y. A. M., & Huda, A. S. (2018). Evaluation of road
maintenance priority using PCI and road note 1 for Indonesian district roads. AIP Conference
Proceedings, 1977. https://doi.org/10.1063/1.5042990

Anda mungkin juga menyukai