Anda di halaman 1dari 13

RISYWAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Masailul Fikhiyah Jurusan


Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Darud Da’Wah Wal Irsyad Mangkoso
Angkatan Tahun 2020

Oleh Kelompok 8

Nur Rahmi Ma’rifah

Muh. Sabri Shadiq

Nurul Aulia Jafar

Iriyanto Syahril

Dosen Pengampu

H. Muzakkir, MA

JURUSAN TARBIYAH SEMESTER V

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUD DA’WAH WAL IRSYAD (DDI)

MANGKOSO KABUPATEN BARRU

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih bagi Maha

Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat–Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayat, dan inayah–Nya kepada penulis. Kami juga

mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Masailul

Fikhiyah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang memuat tentang Risywah

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan

informasi dari berbagai source baik di buku maupun di internet serta bantuan dari

teman-teman yang ikut membantu dalam penyusunan makalah sehingga makalah

ini dapat diselesaikan dengan sebagaimana mestinya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca

agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Risywah ini dapat

menambah pengetahuan dan memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap

pembaca.

Mangkoso, 12 November 2022

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A. Pengertian Risywah...................................................................................3
B. Hukum Risywah dalam Islam...................................................................4
C. Unsur-unsur dan Macam-macam Risywah...............................................6
BAB III PENUTUP.............................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................9
B. Saran..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bentuk-bentuk perilaku kotor yang kerap kali terjadi di tengah-tengah

masyarakat ini kian hari kian menimbulkan dampak yang semakin memburuk.

Salah satu dari dampak yang cukup penting untuk dijadikan bahan perenungan

adalah menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat (public trust) terhadap para

pelaku dan lembaga yang mengelola urusan umum, baik bersifat swasta ataupun

pemerintah.

Diantara bentuk muamalat yang mengandung kezaliman terhadap orang

banyak adalah sogok. Riswah (sogok atau suap) adalah sesuatu yang diberikan

(berupa uang, barang, hadiah ataupun jasa) kepada seorang hakim atau siapapun

juga, agar pejabat aparat yang lainnya berpihak kepada pemberi dengan

melakukan apa yang diinginkannya, baik keinginan tersebut sesuatu yang dilarang

ataupun tidak. Kasus suap ini tidak hanya menjadi masalah di tingkat pemegang

kebijakan saja, baik legislative, yudikatif dan eksekutif. Akan tetapi kasus suap ini

sudah menjadi budaya yang menjalar ke setiap segmen kehidupan bermasyarakat.

Riswah hari ini merupakan jarimatul ‘aamah atau kejahatan publik yang

telah membudaya dan biasa di negeri kita. Membudaya karena menjadi suatu hal

yang seolah melekat kuat disetiap lini kehidupan masyarakat dari kelas pejabat

sampai kelas rakyat. Dan menjadi biasa karena lumrah dilakukan dan diketahui

masyarakat

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Risywah?

2. Bagaimana Hukum Risywah dalam Islam?

1
2

3. Bagaimana Macam-Macam Risywah?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Risywah

2. Untuk Mengetahui Hukum Risywah dalam Islam

3. Untuk Mengetahui Macam-macam Risywah


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Risywah

Kata risywah berasal dari bahasa Arab. Secara literal, risywah merupakan

derivasi dari kata rasya-yarsyu yang berarti menjulurkan kepala. Asal kata

risywah adalah risya, yaitu sesuatu yang dijadikan alat untuk menimba air dari

dalam sumur. Orang yang memberikan risywah disebut al-rasyi, dan orang yang

menerima risywah disebut al-murtasyi, sementara orang yang menjadi perantara

antara orang yang memberi suap dengan orang yang menerima suap di sebut raisy.

Adapun secara terminologi, risywah adalah sesuatu (harta) yang diberikan

kepada seseorang dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang

memiliki kebijakan, baik dalam rangka memenangkan suatu kebatilan atau

menghalangi suatu yang benar.

Menurut Abdullah Ibn Abdul Muhsin risywah ialah sesuatu yang diberikan

kepada hakim atau orang yang mempunyai wewenang memutuskan sesuatu

supaya orang yang memberi mendapatkan kepastian hukum atau mendapatkan

keinginannya. Risywah juga dipahami oleh ulama sebagai pemberian sesuatu

yang menjadi alat bujukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Adapun menurut MUI : suap (risywah) adalah pemberian yang diberikan

oleh seorang kepada orang lain (pejabat) dengan maksud meluluskan suatu

perbuatan yang batil (tidak benar menurut syariah) atau membatilkan perbuatan

yang hak.

Jadi dari deinisi diatas dapat kita simpulkan tentang deinisi risywah secara

terminologis yaitu: Suatu pemberian baik berupa harta maupun benda lainnya

3
4

kepada pemilik jabatan atau pemegang kebijakan/kekuasaan guna menghalalkan

(atau melancarkan) yang batil dan membatilkan yang hak atau mendapatkan

manfaat dari jalan yang ilegal.

Secara bahasa asal kata riswah yang pertama adalah: Anak burung atau

ayam yang menjulurkan kepalanya pada paruh induknya seraya meminta agar

makanan yang berada dalam paruh induknya di keluarkan untuknya.

Gambaran nyata bagi orang yang menerima suap. Ia ibarat seekor anak

burung yang kecil dan lemah yang seolah tak mampu mencari sesuap makanan

sendiri kecuali harus di suapin oleh induknya. Seandainya orang yang melakukan

suap tahu bahwa apa yang dikeluarkan dari paruh tersebut ibarat muntahan

tentunya dia merasa jijik. Adakah yang lebih lemah jiwanya dari seseorang yang

menerima suap dari “muntahan” kantong saudaranya yang sebenarnya tidak halal

baginya?1

Adapun makna risywah yang berasal dari kata “Yaitu tali timba yang

digunakan untuk mengambil air dari dalam sumur yang dalam.” Hal tersebut

ibarat seorang yang menyuap untuk mencapai tujuannya. Ia rela menjulurkan

berbagai cara untuk mencapai tujuannya seperti seorang yang menjulurkan tali

timba untuk memperoleh air dalam sumur.

B. Hukum Risywah Dalam Islam

Dalam hukum positif ataupun hukum Islam, secara umum risywah adalah

suatu yang dilarang (haram). Dalam hukum positif, risywah dilarang karena akan

merugikan orang lain, misalnya dalam perkara di pengadilan, salah satu pihak

menyuap hakim dengan sejumlah uang yang cukusp besar untuk dimenangkan

kasusnya, maka ini menjadi haram karena hakim akan memberikan putusan yang

1
Wawan Trans Pujianto, “Risywah dalam Perspektif Hukum Islam”, ADZKIYA: Jurnal
Hukum dan Ekonomi Syariah, vol. 3. No. 2 (2015), h. 259
5

tidak berdasar pada berita acara persidangan (BAP) yang ada dan akan

menguntungkan pihak yang melakukan suap. Selain itu, tindakan risywah juga

merupakan dari tindak pidana korupsi, meskipun secara umum korupsi tidak

hanya sebatas pada masalah risywah saja, melainkan juga berkenaan dengan

penyalahgunaan wewenang (pengkhianatan) secara umum, termasuk di dalamnya

penyalahgunaan wewenang yang ada unsur suapnya atau tidak ada unsur

suapnya.2

Dalam Islam, tentunya hukum risywah tidak lepas dari dasar hukumnya,

yaitu Al-Quran dan Al-Hadits. Akan tetapi secara umum, hukum risywah menurut

Islam adalah haram, bahkan tidak hanya hartanya saja, akan tetapi juga perantara,

pemberi risywah, penerima risywah juga akan dilaknat oleh Rasulullah SAW,

berikut dalil-dalil yang menyatakan bahwa risywah adalah haram:

1. Al- Qur’an

Risywah adalah bentuk dari memakan harta yang batil. Orang yang

memakan harta orang lain dengan cara yang batil sama saja dengan ia memakan

hartanya sendiri dengan batil.

        

        


“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal
kamu mengetahui.” (Al- Baqarah: 188)
Risywah adalah kebiasaan buruk orang Yahudi

         

           

        

2
Masdar F Mas’udi, dkk. “Fiqh Korupsi Amaman Vs Kekuasaan”, (Mataram: Solidaritas
Masyarakat Transparansi, 2003), h. 277
6

“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong,


banyak memakan yang haram. jika mereka (orang Yahudi) datang
kepadamu (untuk meminta putusan), Maka putuskanlah (perkara itu)
diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka. Jika kamu berpaling dari
mereka Maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun.
dan jika kamu memutuskan perkara mereka, Maka putuskanlah (perkara
itu) diantara mereka dengan adil, Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang adil”. (Al- Ma’idah: 44)

        

         

          
‘Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi)
bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram.
Sesungguhnya Amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu (62).
Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak
melarang mereka mengucapkan Perkataan bohong dan memakan yang
haram? Sesungguhnya Amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu
(63)” (Al-Ma’idah: 62-63)

2. Al- Hadits
‫ الرَّا ِش َى َو ْال ُمرْ تَ ِش َى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو قَا َل لَ َعنَ َرسُو ُل هَّللا‬.
Dari tsauban berkata : Rasulullah saw melaknat orang yang menyuap,
yang disuap, dan perantara suapan, yakni orang yang memberikan jalan
atas keduanya”, (HR. Ahmad)

C. Unsur- Unsur dan Macam- macam Risywah

1. Unsur- unsur Risywah

Unsur atau dalam istilah yang lain disebut dengan rukun, adalah bagian

yang tidak bisa dilepaskan dari sebuah tindakan. Dikarenakan unsur merupakan

suatu tindakan yang tidak bisa lepas dan memberikan suatu kepastian hukum

tertentu. Secara garis besar, unsur dalam suap memiliki kesamaan dengan akad

hibah, karena suap adalah hibah yang didasarkan atas tujuan untuk suatu

tindakkan yang dilarang oleh syari’, seperti membatalkan yang hak atau untuk

membenarkan suatu yang batil. Selain itu, memakan harta risywah diidentikkan

dengan memakan harta yang diharamkan Allah. Adapun yang menjadi unsur-

unsur dalam risywah adalah:


7

a. Penerima suap (Al-murtasyi) yaitu orang yang menerima sesuatu dari orang

lain berupa harta atau uang maupun jasa supaya mereka melaksanakan

permintaan penyuap, padahal tidak dibenarkan oleh syara’, baik berupa

perbuatan atau justru tidak berbuat apa-apa.

b. Pemberi suap (Al-rasyi) yaitu orang yang menyerahkan harta atau uang atau

jasa untuk mencapai tujuannya. Pemberi suap ini pada umumnya adalah

mereka yang memiliki kepentingan terhadap penerima suap. Kepentingan-

kepentingan tersebut bisa karena masalah hukum, untuk pemenangan pemilu

dan lain-lain. Pemberi suap ini melakukan suap dikarenakan dia ingin menjadi

pihak yang menang, sehingga cenderung melakukan segala cara untuk dapat

menang.

c. Suapan atau harta yang diberikan. Harta yang dijadikan sebagai obyek suap

beraneka ragam, mulai dari uang, mobil, rumah, motor dan lain-lain.

2. Macam-macam bentuk risywah

Ibn Abidin dengan mengutip kitab al-Fath, mengemukakan empat macam

bentuk risywah, yaitu:3

a. Risywah yang haram atas orang yang mengambil dan yang memberikannya,

yaitu risywah untuk mendapatkan keuntungan dalam peradilan dan

pemerintahan.

b. Risywah terhadap hakim agar dia memutuskan perkara, sekalipun

keputusannya benar, karena dia mesti melakukan hal itu (haram bagi yang

memberi dan menerima).

c. Risywah untuk meluruskan suatu perkara dengan meminta penguasa menolak

kemudaratan dan mengambil manfaat. Risywah ini haram bagi yang

mengambilnya saja. Sebagai alasan risywah ini dapat dianggap upah bagi

3
Bahgia, “Risywah dalam Tinjauan Hukum Islam dan Undang-undang Tinda Pidana
Suap No 11 Tahun 1980”, Mizan: Jurnal Ilmu Syariah, vol. 1. No. 2,(2013), h. 161-162
8

orang yang berurusan dengan pemerintah. Pemberian tersebut digunakan

untuk urusan seseorang, lalu dibagibagikan. Hal ini halal dari dua sisi seperti

hadiah untuk menyenangkan orang. Akan tetapi dari satu sisi haram, karena

substansinya adalah kedzaliman. Oleh karena itu haram bagi yang mengambil

saja, yaitu sebagai hadiah untuk menahan kezaliman dan sebagai upah dalam

menyelesaikan perkara apabila disyaratkan. Kalau seseorang melaksanakan

tugasnya tanpa disyaratkan, dan tidak pula karena ketamakannya, maka

memberikan hadiah kepadanya adalah halal, namun makruh sebagaimana

yang diriwayatkan dari Ibnu Masud.

d. Risywah untuk menolak ancaman atas diri atau harta, boleh bagi yang

memberikan dan haram bagi orang yang mengambil. Hal ini boleh dilakukan

karena menolak kemudaratan dari orang muslim adalah wajib, namun tidak

boleh mengambil harta untuk melakukan yang wajib.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian Risywah adalah sesuatu yang diberikan kepada hakim atau

orang yang mempunyai wewenang memutuskan sesuatu supaya orang

yang memberi mendapatkan kepastian hukum atau mendapatkan

keinginannya.

2. Hukum Risywah baik dalam hukum positif maupun hukum Islam adalah

tidak boleh atau haram

3. Unsur-unsur risywah terdiri dari: penyuap (al-rasyi), penerima suap (al-

murtasyi), dan benda atau harta yang diberikan.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kesalahan

dan yang terdapat di dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

konstruktif akan senantiasa kami terima dalam upaya evaluasi diri. Kami hanya

bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan penyusunan

makalah ini, ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat bagi penulis

begitupun dengan pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA
Bahgia, “Risywah dalam Tinjauan Hukum Islam dan Undang-undang Tinda
Pidana Suap No 11 Tahun 1980”. Mizan: Jurnal Ilmu Syariah, vol. 1. No.
2. 2013.
Mas’udi, Masdar F, dkk. “Fiqh Korupsi Amaman Vs Kekuasaan”. Mataram:
Solidaritas Masyarakat Transparansi. 2003.
Pujianto, Wawan Trans. “Risywah dalam Perspektif Hukum Islam”. ADZKIYA:
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, vol. 3. No. 2. 2015.

Anda mungkin juga menyukai