Makalh 8 RISYWAH
Makalh 8 RISYWAH
Oleh Kelompok 8
Iriyanto Syahril
Dosen Pengampu
H. Muzakkir, MA
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih bagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat–Nya, yang telah
Fikhiyah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang memuat tentang Risywah
informasi dari berbagai source baik di buku maupun di internet serta bantuan dari
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Risywah ini dapat
pembaca.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A. Pengertian Risywah...................................................................................3
B. Hukum Risywah dalam Islam...................................................................4
C. Unsur-unsur dan Macam-macam Risywah...............................................6
BAB III PENUTUP.............................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................9
B. Saran..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masyarakat ini kian hari kian menimbulkan dampak yang semakin memburuk.
Salah satu dari dampak yang cukup penting untuk dijadikan bahan perenungan
pelaku dan lembaga yang mengelola urusan umum, baik bersifat swasta ataupun
pemerintah.
banyak adalah sogok. Riswah (sogok atau suap) adalah sesuatu yang diberikan
(berupa uang, barang, hadiah ataupun jasa) kepada seorang hakim atau siapapun
juga, agar pejabat aparat yang lainnya berpihak kepada pemberi dengan
melakukan apa yang diinginkannya, baik keinginan tersebut sesuatu yang dilarang
ataupun tidak. Kasus suap ini tidak hanya menjadi masalah di tingkat pemegang
kebijakan saja, baik legislative, yudikatif dan eksekutif. Akan tetapi kasus suap ini
Riswah hari ini merupakan jarimatul ‘aamah atau kejahatan publik yang
telah membudaya dan biasa di negeri kita. Membudaya karena menjadi suatu hal
yang seolah melekat kuat disetiap lini kehidupan masyarakat dari kelas pejabat
sampai kelas rakyat. Dan menjadi biasa karena lumrah dilakukan dan diketahui
masyarakat
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Risywah
Kata risywah berasal dari bahasa Arab. Secara literal, risywah merupakan
derivasi dari kata rasya-yarsyu yang berarti menjulurkan kepala. Asal kata
risywah adalah risya, yaitu sesuatu yang dijadikan alat untuk menimba air dari
dalam sumur. Orang yang memberikan risywah disebut al-rasyi, dan orang yang
antara orang yang memberi suap dengan orang yang menerima suap di sebut raisy.
Dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang
Menurut Abdullah Ibn Abdul Muhsin risywah ialah sesuatu yang diberikan
oleh seorang kepada orang lain (pejabat) dengan maksud meluluskan suatu
perbuatan yang batil (tidak benar menurut syariah) atau membatilkan perbuatan
yang hak.
Jadi dari deinisi diatas dapat kita simpulkan tentang deinisi risywah secara
terminologis yaitu: Suatu pemberian baik berupa harta maupun benda lainnya
3
4
(atau melancarkan) yang batil dan membatilkan yang hak atau mendapatkan
Secara bahasa asal kata riswah yang pertama adalah: Anak burung atau
ayam yang menjulurkan kepalanya pada paruh induknya seraya meminta agar
Gambaran nyata bagi orang yang menerima suap. Ia ibarat seekor anak
burung yang kecil dan lemah yang seolah tak mampu mencari sesuap makanan
sendiri kecuali harus di suapin oleh induknya. Seandainya orang yang melakukan
suap tahu bahwa apa yang dikeluarkan dari paruh tersebut ibarat muntahan
tentunya dia merasa jijik. Adakah yang lebih lemah jiwanya dari seseorang yang
menerima suap dari “muntahan” kantong saudaranya yang sebenarnya tidak halal
baginya?1
Adapun makna risywah yang berasal dari kata “Yaitu tali timba yang
digunakan untuk mengambil air dari dalam sumur yang dalam.” Hal tersebut
berbagai cara untuk mencapai tujuannya seperti seorang yang menjulurkan tali
Dalam hukum positif ataupun hukum Islam, secara umum risywah adalah
suatu yang dilarang (haram). Dalam hukum positif, risywah dilarang karena akan
merugikan orang lain, misalnya dalam perkara di pengadilan, salah satu pihak
menyuap hakim dengan sejumlah uang yang cukusp besar untuk dimenangkan
kasusnya, maka ini menjadi haram karena hakim akan memberikan putusan yang
1
Wawan Trans Pujianto, “Risywah dalam Perspektif Hukum Islam”, ADZKIYA: Jurnal
Hukum dan Ekonomi Syariah, vol. 3. No. 2 (2015), h. 259
5
tidak berdasar pada berita acara persidangan (BAP) yang ada dan akan
menguntungkan pihak yang melakukan suap. Selain itu, tindakan risywah juga
merupakan dari tindak pidana korupsi, meskipun secara umum korupsi tidak
hanya sebatas pada masalah risywah saja, melainkan juga berkenaan dengan
penyalahgunaan wewenang yang ada unsur suapnya atau tidak ada unsur
suapnya.2
Dalam Islam, tentunya hukum risywah tidak lepas dari dasar hukumnya,
yaitu Al-Quran dan Al-Hadits. Akan tetapi secara umum, hukum risywah menurut
Islam adalah haram, bahkan tidak hanya hartanya saja, akan tetapi juga perantara,
pemberi risywah, penerima risywah juga akan dilaknat oleh Rasulullah SAW,
1. Al- Qur’an
Risywah adalah bentuk dari memakan harta yang batil. Orang yang
memakan harta orang lain dengan cara yang batil sama saja dengan ia memakan
2
Masdar F Mas’udi, dkk. “Fiqh Korupsi Amaman Vs Kekuasaan”, (Mataram: Solidaritas
Masyarakat Transparansi, 2003), h. 277
6
‘Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi)
bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram.
Sesungguhnya Amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu (62).
Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak
melarang mereka mengucapkan Perkataan bohong dan memakan yang
haram? Sesungguhnya Amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu
(63)” (Al-Ma’idah: 62-63)
2. Al- Hadits
الرَّا ِش َى َو ْال ُمرْ تَ ِش َى-صلى هللا عليه وسلم- ِ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو قَا َل لَ َعنَ َرسُو ُل هَّللا.
Dari tsauban berkata : Rasulullah saw melaknat orang yang menyuap,
yang disuap, dan perantara suapan, yakni orang yang memberikan jalan
atas keduanya”, (HR. Ahmad)
Unsur atau dalam istilah yang lain disebut dengan rukun, adalah bagian
yang tidak bisa dilepaskan dari sebuah tindakan. Dikarenakan unsur merupakan
suatu tindakan yang tidak bisa lepas dan memberikan suatu kepastian hukum
tertentu. Secara garis besar, unsur dalam suap memiliki kesamaan dengan akad
hibah, karena suap adalah hibah yang didasarkan atas tujuan untuk suatu
tindakkan yang dilarang oleh syari’, seperti membatalkan yang hak atau untuk
membenarkan suatu yang batil. Selain itu, memakan harta risywah diidentikkan
dengan memakan harta yang diharamkan Allah. Adapun yang menjadi unsur-
a. Penerima suap (Al-murtasyi) yaitu orang yang menerima sesuatu dari orang
lain berupa harta atau uang maupun jasa supaya mereka melaksanakan
b. Pemberi suap (Al-rasyi) yaitu orang yang menyerahkan harta atau uang atau
jasa untuk mencapai tujuannya. Pemberi suap ini pada umumnya adalah
dan lain-lain. Pemberi suap ini melakukan suap dikarenakan dia ingin menjadi
pihak yang menang, sehingga cenderung melakukan segala cara untuk dapat
menang.
c. Suapan atau harta yang diberikan. Harta yang dijadikan sebagai obyek suap
beraneka ragam, mulai dari uang, mobil, rumah, motor dan lain-lain.
a. Risywah yang haram atas orang yang mengambil dan yang memberikannya,
pemerintahan.
keputusannya benar, karena dia mesti melakukan hal itu (haram bagi yang
mengambilnya saja. Sebagai alasan risywah ini dapat dianggap upah bagi
3
Bahgia, “Risywah dalam Tinjauan Hukum Islam dan Undang-undang Tinda Pidana
Suap No 11 Tahun 1980”, Mizan: Jurnal Ilmu Syariah, vol. 1. No. 2,(2013), h. 161-162
8
untuk urusan seseorang, lalu dibagibagikan. Hal ini halal dari dua sisi seperti
hadiah untuk menyenangkan orang. Akan tetapi dari satu sisi haram, karena
substansinya adalah kedzaliman. Oleh karena itu haram bagi yang mengambil
saja, yaitu sebagai hadiah untuk menahan kezaliman dan sebagai upah dalam
d. Risywah untuk menolak ancaman atas diri atau harta, boleh bagi yang
memberikan dan haram bagi orang yang mengambil. Hal ini boleh dilakukan
karena menolak kemudaratan dari orang muslim adalah wajib, namun tidak
PENUTUP
A. Kesimpulan
keinginannya.
2. Hukum Risywah baik dalam hukum positif maupun hukum Islam adalah
B. Saran
dan yang terdapat di dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif akan senantiasa kami terima dalam upaya evaluasi diri. Kami hanya
makalah ini, ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat bagi penulis
9
DAFTAR PUSTAKA
Bahgia, “Risywah dalam Tinjauan Hukum Islam dan Undang-undang Tinda
Pidana Suap No 11 Tahun 1980”. Mizan: Jurnal Ilmu Syariah, vol. 1. No.
2. 2013.
Mas’udi, Masdar F, dkk. “Fiqh Korupsi Amaman Vs Kekuasaan”. Mataram:
Solidaritas Masyarakat Transparansi. 2003.
Pujianto, Wawan Trans. “Risywah dalam Perspektif Hukum Islam”. ADZKIYA:
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, vol. 3. No. 2. 2015.