Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KONSELING PERKAWINAN

DOSEN PEMBIMBING

Anselmus Agung Pramudito, M.A

Di susun Oleh :

Fransiska Indarti (2043032)

FAKULTAS HUMANIORA DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

PALEMBANG

2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Di berbagai belahan dunia dengan budaya dan sistem sosial, keluarga
merupakan unit sosial penting dalam bangunan masyarakat. Keluarga merupakan
warisan umat manusia yang terus dipertahankan keberadaannya dan tidak lekang oleh
perkembangan zaman. Berbagai perubahan oleh faktor perkembangan zaman tentu
saja memengaruhi corak dan karakteristik keluarga, namun subtansi keluarga tidak
terhapuskan.
Dari segi keberadaan anggota keluarga, maka keluarga dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga batih (extended family).
Keluarga inti adalah keluarga yang di dalamnya hanya terdapat tiga posisi soial, yaitu:
suami-ayah, istri-ibu, dan anak-sibling. Struktur keluarga demikian menjadikan
keluraga sebagai orientasi bagi anak, yaitu keluarga tempat ia dilahirkan. Dalam
keluarga inti hubungan antara suami-istri bersifat saling membutuhkan dan
mendukung layaknya persahabatan, sedangkan anak-anak tergantung pada orang
tuanya dalam hal pemenuhan kebutuhan afeksi dan sosialisasi. Keluarga inti pada
umumnya dibangun berdasarkan ikatan perkawinan.perkawinan menjadi pondasi bagi
keluarga, oleh karena itu ketika sepasang manusia menikah akan lahir keluarga yang
baru. Adapun keluarga batih dibangun berdasarkan hubungan antargenerasi, bukan
antarpasangan. Keluarga batih biasanya terdapat dalam masyarakat yang memandang
penting hubungan kekerabata. Hubungan perkawinan berada pada posisi sekunder
dibanding hubungan dengan orangtua.
Pada umumnya keluarga dimulai dengan perkawinan laki-laki dan perempuan
dewasa. Pada tahap ini relasi yang terjadi berupa relasi pasangan suami istri. Ketika
anak pertama lahir muncullah relasi yang baru, yaitu relasi orang tua-anak. Ketika
anak berikutn ya muncul lagi bentuk relasi yang lain, yaitu relasi sibling (saudara
sekandung). Ketiga macam relasi tersebut merupakan bentuk relasi yang pokok dalam
suatu keluarga inti. Dalam keluarga yang lebih luas anggotanya atau keluarga batih,
bentuk-bentuk relasi yang terjadi akan lebih banyak lagi, misalnya kakek/nenek-cucu,
mertua-menantu, saudara ipar, dan paman/bibi-keponakan. Setiap bentuk relasi yang
terjadi dalam keluarga biasanya memiliki karakteristik yang berbeda.
Aspek relosusi konflik berkaitan dengan sikap, perasaan, dan keyakinan
terhadap keberadaan dan penyelesaian konflik dalam relasi berpasangan. Hal ini
mencangkup keterbukaan pasangan untuk menggali dan menyelesaikan masalah,
strategi dan proses yang dilakukan untuk mengakhiri pertengahan. Terdapat suatu
pandangan umum yang salah kaprah yang menganggap konflik pasangan suatu
masalah sehingga harus dihindari. Kunci kebahagian pasangan bukanlah menghindari
konflik melainkan bagaimana cara yang ditempuh dalam menyelesaikan konflik.
Persoalan ekonomi sering menjadi salah satu pemicu utama perceraian. Walaupun
demikian, persoalan pokoknya bukanlah pada besaran pendapatan keluarga, karena
masih banyak pasangan yang mampu bertahan dengan pendapatan yang rendah.
Pengelolaan keuangan merupakan pokok dari persoalan ekonomi yang dapat berupa
perbedaan pasangan dalam hal pembelanjaan dan penghematan uang, dan kurangnya
perencanaan untuk menabung. Keseimbangan antara pendapatan dan belanja keluarga
harus menjadi tanggung jawab bersama.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Studi Kasus
Seorang suami di Jember Jawa Timur ditangkap polisi karena menganiaya
istrinya hingga luka memar di sejumlah bagian tubuhnya. Pelaku mengaku kesal
karena sering diomeli korban gara-gara usahanya merugi akibat pandemi.
Pelaku adalah Ahmad Syahrofi, warga Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah,
Kabupaten Jember. Pelaku nampak pasrah saat digelandang petugas Unit Reskrim
Kepolisian Sektor Jenggawah Kabupaten Jember. Ia ditangkap berdasarkan laporan
istrinya sendiri, yakni Muzayyidah, yang mengaku kerap dianiaya oleh sang suami.
Penganiayaan itu menyebabkan sejumlah luka memar di tubuhnya. Penganiayaan
yang terakhir terjadi pada Kamis siang kemarin (04/03). Korban didorong dan
ditendang di bagian wajahnya hingga harus mendapat perawatan medis. Kapolsek
Jenggawah, AKP Ma'ruf mengatakan kekerasan dalam rumah tangga ini dipicu oleh
kekesalan suami, yang diomelin istri, karena sering nongkrong bersama teman-
temannya. Padahal perekonomian keluarga sedang terpuruk.
Pelaku selama ini usaha jual beli motor bekas. Usahanya nyaris gulung tikar karena
terdampak pandemi covid- 19. Akibat perbuatannya, pelaku akan dijerat Undang-
undang nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara.

2. Analisis Kasus
Berdasarkan kasus di atas, maka dapat diterangkan bahwa terdapat konflik keluarga
yang terjadi pada Muzayyidah. Zastrow & Browker (dalam Wahab, 2010) mengatakan bahwa
terdapat 3 teori yang mampu menjelaskan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, yaitu
teori biologis, teori kontrol, dan teori frustasi-agresi.
 Teori Biologis
Teori biologis mamandang manusia sebagai makhluk yang sejak lahir memiliki
insting agresif. Pendiri psikodinamika, Sigmund Freud, menjelaskan bahwa manusia
mempunyai insting kematian yang dimanifestasikan dengan melukai dan membunuh
diri sendiri atau orang lain. Menurut Konrad Lorenz, kekerasan sangat bermanfaat
untuk dapat bertahan hidup. Tindakan ini membantu seseorang untuk memperoleh
dominasi dalam kelompok. Beberapa ahli biologi, berpendapat bahwa pria memiliki
lebih hormon yang menyebabkan berperilaku agresif daripada wanita. Teori ini
seperti memberikan penjelasan mengapa KDRT lebih banyak dilakukan oleh pria.
 Teori Kontrol
Teori kontrol menerangkan bahwa orang yang tidak terpuaskan dalam berelasi
dengan orang lain akan mudah untuk melakukan kekerasan. Dengan kata lain, orang
yang memiliki relasi yang baik dengan orang lain cenderung lebih mampu
mengontrol dan mengendalikan perilakunya yang agresif.
 Teori Frustasi-Agresi
Teori frustasi agresi memandang kekerasan merupakan cara seseorang mengurangi
ketegangan yang diakibatkan oleh situasi yang membuat frustasi. Orang yang frustasi
akan melakukan agresi (kekerasan) kepada sumber frustasi atau kepada orang lain
yang bisa menjadi pelampiasan. Misalnya, seorang suami yang kekurangan
penghasilan dan memiliki harga diri rendah, memanifestasikan rasa frustasinya
kepada istri dan anak-anaknya.

Jika ditinjau dari teori-teori diatas. Dalam kasus ini lebih mengarah ke Teori
Frustasai-Agresi. Suatu keadaan kesal yang dialami oleh Ahmad Syahrofi (suami)
karena selalu mengdapat omelan dari si istri karena usahanya yang hampir gulung
tikar, menyebabkan si suami frustasi sehingga melampiaskan kekesalannya kepada si
istri dengan melakukan kekerasan dan penyiksaan.
BAB IV
PENUTUP

1. Saran dan Rekomendasi Pemecahan Masalah


dalam kasus permasalahan diatas dapat ditemukan beberapa saran dalam pemecahan
masalah tersebut, diantaranya :
a. Keuangan
Keuangan dapat menimbulkan konflik kalau ada perbedaan pendapat antara
suami-istri tentang makna uang bagi mereka, kalau penghasilan tidak stabil, salah
satu atau keduanya tidak terbuka mengenai pemasukan dan pengeluaran, kalau
salah satu atau keduanya tidak bijaksana dalam membelanjakan uang. Agar
keuangan tidak menjadi penyebab konflik dalam keluarga maka harus
diuasahakan adanya ekonomi keluarga yang stabil.yaitu dilaksanakannya :
 Keluarga sebagai unit usaha
keluarga sebagai unit usaha bertugas untuk menjaga agar pemasukan lebih
besar dari pengeluaran. Kalau hal ini disebabkan karena faktor kurangnya
pendapatan keluarga maka perlu diusahakan penghasilan tambahan agar paling
tidak kebutuhan pokok terpenuhi. Namun kalau disebabkan karena kurangnya
perhitungan dalam membelanjakan uang, maka perlu diadakan pengaturan
keuangan keluarga yang lebih baik.
 Perencanaan anggaran keluarga
Anggaran keluarga perlu dibuat untuk menstabilkan keuangan. Perencanaan
ini mencoba memperhitungkan dengan matang penghasilan yang diterima dan
membagi-baginya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga ada jaminan
semua kebutuhan terpenuhi. Suami-istri harus membuat prioritas kebutuhan,
sehingga diketahui kebutuhan primer, skunder dan tertier. Semua pendapatan
dan pengeluaran perlu dicatat untuk memudahkan pengontrolan dan bisa
dijadikan bahan penyusunan anggaran berikutnya. Disiplin dalam menjalankan
anggaran akan meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menghindarkan
pemakaian anggaran yang tidak perlu.
 Keterbukaan dalam hal keuangan
Perencanaan anggaran keluarga dan pelaksanaanya, hanya mungkin terwujud
kalau ada keterbukaan diantara suami istri. Keterbukaan dalam hal keuangan
dapat menghindarkan salah faham dan kecurigaan antar anggota keluarga,
sehingga kehidupan keluarga menjadi lebih tenang.

b. Kehidupan sosial
Kehidupan sosial dapat menimbulkan konflik kalau suami istri mempunyai
temperamen sosial yang berbeda, kalau salah satu kurang mengerti kebutuhan
sosial pasangannya, kalau salah satu atau kedua belah fihak menggunakan
kegiatan sosial untuk menutupi ketidak puasannya terhadap situasi keluarga.
Untuk menghindarkan semua itu maka perlu kesadaran suami-istri akan
pengetahuan tentang hak dan kewajiaban masing-masing, dan kesediaan untuk
melaksanakannya, dan ada kehendak untuk membahagiakan pasangan, kesetiaan
dan penyerahan diri secara total.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dapat terjadi di kalangan keluarga mana saja, bisa
pada pada kalangan keluarga kaya atau keluarga miskin, keluarga beragama atau keluarga
tidak beragama, keluarga berpendidikan atau keluarga yang tidak berpendidikan,
keluarga yang hidupnya di kota atau juga keluarga yang hidupnya di pedesaan dan
lain sebagainya. Ada beberapa solusi alternatif yang kami tawarkan adalah suatu
metode atau pendekatan yang dapat diterapkan kepada mereka saat penyuluhan ini
dilakukan, untuk semua keluarga yang ada di desa ini khususnya para peserta pengabdian
masyarakat ini, misalnya pendekatan sosial. Melalui pendekatan ini para keluarga, senantiasa
ditanamkan ajaran agama yang mereka anut. Agama apa pun, tidak ada yang
menghendaki pemeluknya untuk merusak dirinya, masa depannya, serta
kehidupannya. Setiap agama mengajarkan pemeluknya untuk menegakkan kebaikan,
menghindari kerusakan, baik pada dirinya, keluarganya, maupun lingkungan sekitarnya.
Sedangkan bagi mereka yang sudah terjerat dalam KDRT, hendaknya diingatkan
kembali nilai-nilai yang terkandung di dalam ajaran agama yang mereka yakini.
Dengan jalan demikian, diharapkan ajaran agama yang pernah tertanam dalam benak
mereka mampu menggugah jiwa mereka untuk kembali ke jalan yang benar. Dalam
perseptif lain misalnya agar tidak terjadi kekerasan dalam rumah tangga perlu kita
mengetahui bagaimana cara pencegahannya supaya terhindar dari kekerasan (KDRT)
tersebut. Ada berbagai cara untuk menghindari agar tidak terjadi KDRT dalam rumah tangga
seperti:
 Peliharalah suasana harmonis dalam rumah tangga dengan saling memahami,
saling menghargai, dan saling mencintai
 Lakukan selalu komunikasi yang sehat
 Hargailah hak dan kerjakanlah kewajiban masing-masing anggota keluarga
sebagaimana mestinya
 Setiap masalah segera diselesaikan, jangan ditumpuk
 dan tidak lupa beribadah untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

https://stisnutangerang.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/FULL-Diktat-Matakuliah-
Psikologi-Keluarga-Mahfudh-Fauzi.pdf

https://ejournal.kemensos.go.id/index.php/Sosioinforma/article/view/2417

http://zulfaalfaruqy.blogspot.com/2015/02/psikologi-keluarga-kekerasan-dalam.html

https://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/bk/article/download/351/306

https://www.eprosiding.umnaw.ac.id/index.php/pengabdian/article/view/451

Lestari, Sri. 2016. Psikologi Keluarga penanman nilai & penanganan konflik dalam
keluarga. Jakarta: Jl. Tambra Raya No 23 Rawamangun.

Anda mungkin juga menyukai