Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH EKONOMI PENDIDIKAN

“KONSEP DASAR EKONOMI PENDIDIKAN”

Mata Kuliah : Ekonomi Pendidikan


Dosen Pengampu: Dr. Mieke Mamentu, M.Si

Disusun oleh:
Kelompok 1

➢ Juwita F Tumbel (20303045)


➢ Sinta A Siwu (20303086)
➢ Deslin Mandome ( 21303059 )
➢ Jeffryman Mendrofa (21303022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
TONDANO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirata Tuhan yang Maha Kuasa karena atas segala

rahmat dan kebaikan-Nya sehingga makalah yang berjudul “ Konsep Dasar Ekonomi

Pendidikan “ pada mata kuliah Ekonomi Pendidikan ini dapat tersusun hingga selesai.

Terimakasih kami ucapkan kepada enci Dr. Mieke Mamentu, M.Si selaku dosen pengampu

mata kuliah Ekonomi Pendidikan serta dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dengan

memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

para pembaca dan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi

makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, kami yakin masih

banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan bimbingan

enci serta saran dan kritik yang membangun dari enci demi kesempurnaan makalah ini.

Tondano, 23 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………...1
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………2

2.1 Sejarah Ekonomi Pendidikan………………………………………………………..2


2.2 Konsep Ekonomi Pendidikan………………………………………………………..5
2.2.1 Pengertian Ekonomi Pendidikan……………………………………………9
2.2.2 Pusat Perhatian Dari Ekonomi Pendidikan…………………………………12
2.2.3 Fungsi Ekonomi Pendidikan………………………………………………..13
2.2.4 Persoalan Ekonomi Pendidikan…………………………………………….15

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………..18

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..18
3.2 Saran………………………………………………………………………………18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Samuelson dan Nordhaus (2005), mendifisikan ekonomi (economics) sebagai suatu


bidang studi tentang bagaimana masyarakat menggunakan sumber-sumber daya yang
terbatas (scarcity) untuk memproduksi berbagai komoditi yang bernilai (valuable), dan
mendistribusikannya untuk konsumsi individu dan kelompok-kelompok masyarakat pada
saat kini dan mendatang. Kata kunci ekonomi adalah ‘sumber daya yang terbatas’ (scarce
resources)
Ekonomi mempelajari tentang efisiensi dalam penggunaan sumberdaya (produksi)
dan dalam aktivitas distribusi terhadap produk (hasil produksi) agar memenuhi dan
memuaskan kebutuhan-kebutuhan masyarakat secara efektif. Semakin terbatas sumber
daya yang tersedia, maka unsur efesiensi, efektivitas dan produktivitas menjadi persoalan
penting dalam ekonomi.
Dalam menghadapi masalah keterbatasan sumber daya (scarcity of resource), dan
persoalan “supply and demand”, maka para ahli ekonomi (economist) berupaya untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut. Pertama adalah meneliti berlangsungnya sistem-
sistem ekonomi (resource allocation, supply-demand, production system, delivery
system, dan lain-lain) baik dalam skala luas (makro: bangsa, masyarakat) dan juga dalam
skala mikro (organisasi atau perusahaan); Kedua, adalah menggunakan pendekatan-
pendekatan ilmiah (penggunaan teori-teori ekonomi, model-model teoritik, statistic,
econometrics, dan lain lain) untuk memahami dan memecahkan masalah- masalah
ekonomi di dalam kehidupan masyarakat dan bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah ekonomi pendidikan ?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep ekonomi pendidikan ?
3. Apa sajakah yang terdapat didalam ruang lingkup ekonomi pendidikan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan paham tentang sejarah ekonomi
pendidikan, fungsi dan isu yang terdapat dalam ekonomi pendidikan serta
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Ekonomi Pendidikan

Perkembangan ekonomi pendidikan bermula dari mazhab klasik yang dikembangkan

oleh beberapa praktisi ekonomi yaitu John Kay (1733) - Alat Tenun “Flying Skuttle”, James

Hargreaves (1764)-Alat Pintal ,Ark Wright (1770)-Alat Pintal Otomatis (tenaga

kuda/air),James Watt (1782) – Mesin Uap , Edward Cartwreight (1785) – Mesin Tenun, Pada

waktu revolusi industri (1760-1840) dengan ahli ekonomi yang paling diingat dan menjadi

bapak ekonomi dunia yaitu adam smith.

Dari pandangan-pandangan ahli ekonomi klasik inilah muncul pemahaman-pemahaman

baru tentang ekonomi, mulai dari pentingnya modal dan pembagian kerja, kemudian dari buah

pikiran adam smith muncul pemahaman-pemahaman baru yang berasal dari Thomas R.

Malthus (1798), dan John Maynard Keynes (1936). Dari perkembangan revolusi industri inilah

akhirnya muncul berbagai teknologi dan erat hubungannya perkembangan teknologi dengan

pendidikan, apalagi ditambah dengan adanya buah pikiran dari para ahli ekonomi klasik

mengenai pembagian kerja dengan menggunakan spesialisasi kerja, sehingga timbulah Human

Capital (SDM) dimana dari itu muncul pemikiran para ahli ekonomi mengenai pentingnya

ekonomi pendidikan.

Ekonomi Pendidikan adalah “studi tentang pemilihan alternatif penggunaan sumber daya

pendidikan yang terbatas untuk melaksan akan proses pendidikan yang dapat menghasilkan

manusia terdidik yang memiliki pengetahuan dan kecerdasan, keterampilan dan kecakapan,

serta sikap dan kepribadian yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan, dan mendistribusikannya

pada berbagai lapisan masyarakat” (Y. Achdiat, 2001)


Ekonomi pendidikan atau “education economics‟ atau “economics of education‟

tumbuh dan berkembang pesat dengan memusatkan kajiannya pada

investasi sumber daya manusia (human capital investment)

dan diyakini oleh setiap negara bahwa pembangunan sektor pendidikan merupakan prasyarat

kunci bagi pertumbuhan sektor-sektor pembangunan lainnya karena investasi sumber daya

manusia (human capital investment)dapat menunjang pertumbuhan ekonomi (economic

growth).Konsep human capital mengharuskan kajian ekonomi pendidikan seiring

dengan kajian-kajian yang dilakukan para ekonom terhadap analisi ketenagakerjaan,

faktor penentu pendapatandan distribusi pendapatan. Seperti yang diungkapkan oleh

Mark Blaug tidak seharusnya kita memandang pengeluaran pendidikan sebagai

kegiatan konsumsi, tetapi hampir mirip dengan penanaman modal.Teori human capital

menganggap bahwa tenaga kerja merupakan pemegang kapital (capital holder) yang

tercermin dalam keterampilan, pengetahuan, dan produktivitas kerjanya. Jika tenaga

kerja merupakan pemegang kapital, orang dapat melakukan investasi untuk

dirinyadalam rangka memilih profesi atau pekerjaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan

hidupnya.Investasi berarti menanamkan sesuatu dalam hal ini modal pada saat sekarang

dengan harapan untuk mendapatkan hasil yang baik di masa yang akan datang, dengan

melakukan investasi akan dapat dinikmati hasilnya pada masa yang akan datang. Dengan

demikian pendidikan memegang peranan penting dalam menghasilkan sumber daya manusia

yang berkualitas sehingga diharapkan mampumeningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

bagi dirinya maupun lingkungannya.Pemikiran ilmiah ini baru mengambil tonggal penting

pada tahun 1960-an ketika pidato Theodore Schultz pada tahun 1960 yang berjudul

“Investement in human capital” dihadapan The American Economic Association

merupakan peletak dasar teori human capital modern. Pesan utama yang dapat diambil

dari pidato tersebut adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui proses
pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata, akan tetapi juga

merupakan suatu investasi.

Pendidikan harus meliputi suatu spektrum yang luas dalam kehidupan masyarakat

sendiri.Teori human capital modern merupakan suatu aliran pemikiran yang menganggap

bahwa manusia merupakan suatu bentuk kapital sebagaimana bentuk kapital lainnya

seperti; tehnologi, uang, tanah dan mesin yang sangat menentukan terhadap

tingkat kemampuhasilan nasional. Melalui investasi diri seseorang dapat memperluas

alternatif untuk memilih profesi, pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang lain untuk

meningkatkan kesejahteraan hidupnya.Dengan pendapat di ataspada akhirnya para

ekonom sepakat tentang ilmu ekonomi pendidikan yang merupakan hasil pengembangan

teori human capital. Dalam pengertian yang demikian, teori human capital menganggap

tenaga kerja sebagai pemegang kapital yang tercermin dalam ketrampilan, pengetahuan

dan kemampuan hasil (produktivitas) kerjanya (Todaro,1994). Kalau tenaga kerja

sebagai pemegang kapital, maka mereka dapat menginvestasikan dirinya dan

bukanuntuk dimanfaatkan bagi keuntungan seseorang, kelompok, tuan tanah, majikan,

pemilik modal, dan sebagainya. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan

ekonomi bangsa. Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap

produktivitas, tetapi juga berpengaruh terhadap fertilitas (angka kelahiran)

masyarakat.Adam Smith dan Alfred Marshall dalam Knezvich, mengemukakan

keyakinannya bahwa “the most valuable of all capital is that invested in human

beings”(modal yang paling berharga dari semua yang diinvestasikan pada

manusia).Pendidikan dan ekonomi yang meyambungkannya menjadi SDM Jadi : biaya akan

bermakna apabila tercipta kualitas (Mutu)Pendidikan berharga dilihat dari sudut pandang

Ekonomi : bahwa semakin tinggi ilmu semakin tinggi pendapatan. Thomas H. jones

(1985), mengatakan bahwa “Ekonomi pendidikan berkaitan dengan hubungan antara


belanja pendidikan dan kesejahteraan masyarakat sebagai kelompok sosial yang utuh atau

pasti”. Ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu pada tatanan filosofis bahwa pendidikan

itu merupakan lembaga non profit, oleh karenaitu kegiatan ekonomi yang bersifat ekploitatif

dengan menempatkan kegiatan pendidikan sebagi lahan yang menghasilkan nilai dengan

uang adalah salah (Elchanan Cohn,1979).

2.2 Konsep Ekonomi Pendidikan

Undang-undang yang mengatur

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I

Ketentuan Umum pasal 1 ayat 23 yang menjelaskan bahwa Sumber daya pendidikan adalah

segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga

kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana. Dalam hal ini pembiayaan

pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi pendidikan di daerah. Lebih lanjut

dalam pasal 47 disebutkan tentang sumber pendanaan pendidikan yaitu; sumber pendanaan

pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan;

pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; ketentuan mengenai sumber pendanaan

pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah.

Pendidikan dan pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari masalah pembangunan.

Konsep pebangunan dalam bidang sosial ekonomi sangat beragam tergantung dari

penggunaannya. Ahli-ahli ekonomi mengembangkan teori pembangunan yang didasari

kepada kapasitas produksi tenaga manusia di dalam proses pembangunan yang kemudian

dikenal dengan istilah invesment inhuman capital. Dewasa ini berkembang teori modal
manusia (teory human capital) menjelaskan proses pendidikan yang memiliki proses positif

pada pertumbuhan ekonomi.

Sumbangan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi semakin kuat setelah

memperhitungkan efek interaksi antara pendidikan dengan bentuk investasi fisik lainnya.

Pendekatan di dalam analisis hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi

menggunakan beberapa model, baik yang langsung maupun tidak langsung menghubungkan

indicator pendidikan dan indicator ekonomi, seperti model fungsi produksi. Asumsi dasar

yang melandasi keharusan adanya hubungan pendidikan dengan penyiapan tenaga kerja

adalah bahwa pendidikan diselenggarakan untuk meningkatkan dan pengetahuan untuk

bekerja.tenaga kerja adalah bahwa pendidikan diselenggarakan untuk meningkatkan dan

pengetahuan untuk bekerja. Dunia pendidikan adalah lembaga yang berkewajiban

mengembangkan individu manusia, sudah tentu pendidikan itu tidak akan membawa peserta

didik kearah hidup yang membingungkan, menyusahkan dan sengsara walaupun bisa mencari

uang banyak. Ekonomi merupakan salah satu landasan yang memiliki peran utama dalam

menentukan keberhasilan proses pendidikan. Peran ekonomi dalam pendidikan dibagi

menjadai dua yaitu peran prinsipil dan peran material. Secara prinsipil peran tersebut meliputi

prinsip-prinsip ekonomi yang dapat diaplikasikan dalam implementasi pendidikan, sementara

itu secara material peran ekonom.

Dunia pendidikan adalah lembaga yang berkewajiban mengembangkan individu

manusia, sudah tentu pendidikan itu tidak akan membawa peserta didik kearah hidup yang

membingungkan, menyusahkan dan sengsara walaupun bisa mencari uang banyak. Ekonomi

merupakan salah satu landasan yang memiliki peran utama dalam menentukan keberhasilan

proses pendidikan. Peran ekonomi dalam pendidikan dibagi menjadai dua yaitu peran

prinsipil dan peran material. Secara prinsipil peran tersebut meliputi prinsip-prinsip ekonomi

yang dapat diaplikasikan dalam implementasi pendidikan, sementara itu secara material peran
ekonomi proses pendidikan. Sehingga pada akhirnya antara ekonomi dan pendidikan

memiliki hubungan yang erat.

Ekonomi mampu mendorong pendidikan berjalan secara efektif dan efisien sementara

hasil pendidikan akan menciptakan manusia yang memiliki kualitas sehingga mampu

menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber ekonomi, sehingga laju pertumbuhan

ekonomi menjadi lebih baik. Peran ekonomi dalam sekolah juga merupakan salah satu bagian

dari sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan kognisi, afeksi,

psikomotor untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakan lapangan kerja

sendiri, memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat.

▪ Konsep dasar ekonomi pendidikan pada tataran suprastruktur dan infrastruktur politik

Pendidikan

Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem sosial politik disetiap

Negara, Ada hubungan erat dan dinamis antara pendidikan dan politik. Hubungan tersebut

adalah realitas yang telah terjadi sejak awal perkembangan peradaban manusia. Hubungan

timbal balik antara politik dan pendidikan dapat terjadi melalui tiga aspek, yaitu

pembentukan sikap kelompok (group attitudes), masalah pengangguran (employment), dan

peranan politik kaum cendikia (the political role of the intelligentsia).

Era reformasi membentuk dan menetapkan beberapa hal seperti politik yang terus ada

hingga sekarang. Secara pengertian suprastruktur politik memiliki definisi lembaga

kenegaraan yang secara absah mengidentifikasikan segala masalah, menentukan dan

menjalankan segala keputusan yang mengikat seluruh masyarakat Indonesia untuk mencapai

tujuan nasional. Lembaga-lembaga tersebut terbagi menjadi tiga sesuai, yaitu:

a) Lembaga Legislatif; Legislatif diwakili oleh DPR dan untuk daerah ada DPD.

Sedangkan untuk majelisnya ada MPR. Ketiga lembaga ini mempunyai fungsi dan

tujuan berbeda. DPR mempunyai fungsi membentuk UU, membahas RAPBN


bersama presiden secara garis besar 3 fungsi utamanya yakni legislasi, anggaran dan

pengawasan. Sedangkan untuk DPD berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan UU

tertentu dan pengusul dari masalah yang ada di daerah. Dan terakhir MPR berfungsi

untuk menetapkan UUD serta melantik presiden dan wakil presiden.

b) Lembaga Eksekutif; Kekuasaannya berada di tangan presiden serta dibantu wakil

presiden beserta menteri dan bawahannya lainnya untuk berfungsi memegang

kekuasaan pemerintahan menurut UUD, serta bisa menetapkan peraturan

pemerintahan untuk kemaslahatan bersama.

c) Lembaga Yudikatif; Lembaga ini merupakan kehakiman yang berisikan Mahkamah

Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi Yudisial (KY), Insfektif. Mereka

berfungsi dan bertujuan sebagai penyelesaian masalah yang ada di masyarakat.

Biasanya masalah tersebut tidak dapat diselesaikan di pengadilan negeri.

Sedangkan Infrastruktur Politik adalah Infrastruktur yang berhubungan dengan

lembaga negara dan lembaga kemasyarakatan yang dalam kegiatannya secara langsung atau

tidak saling berpengaruh. Sehingga lembaga tersebut mempengaruhi kebijakan lembaga

negara. Sehingga tujuan dan fungsi infrastruktur politik sangat penting peranannya dalam

bernegara. Dalam bermasyarakat terutama dalam sistem politiknya pasti banyak berbagai

kepentingan. Hal ini harus ditengahi oleh negara agar menemukan titik yang dapat dijadikan

solusi. Maka insfrakstruktur politik dapat menjadi solusi dari masalah tersebut melalui

hadirnya partai politik sebagai penyambung lidah beragam kepentingan yang ada.

Adanya unsur sistem politik ini mampu melahirkan pemimpin yang sesuai kebutuhan.

Secara sistem politik demokrasi misal di partai politik akan melahirkan wakil rakyat yang

mampu menyuarakan kepentingan masyarakat secara umum. Dan lahirnya pemimpin melalui

unsur ini melewati seleksi yang sudah tersedia, sehingga kompetensinya tidak dapat

diragukan lagi. Beragamnya suara masyarakat butuh ruang untuk menyalurkan agar proses
demokratisasi terus berjalan. Maka unsur ini menjadi proses sosialisasi politik dan

komunikasi politik yang dapat menyalurkan hal tersebut. Dan bisa mengkomunikasikan

antara masyarakat, golongan, institusi, dan berbagai sektor kehidupan dengan pihak

pemerintah sebagai lembaga negara.

Politik pendidikan merupakan segala usaha, kebijakan dan siasat yang berkaitan

dengan masalah pendidikan. Politik pendidikan adalah penjelasan atau pemahaman umum

yang ditentukan oleh penguasa pendidikan tertinggi untuk mengarahkan pemikian dan

menentukan tindakan dengan perangkat pendidikan dalam berbagai kesamaan.

2.2.1 Pengertian Ekonomi Pendidikan

Ekonomi didefinisikan oleh P. Samuelson (1961) adalah “Suatu kegiatan tentang

bagaimana manusia dan masyarakat memilih, dengan atau tanpa menggunakan uang, untuk

memanfaatkan sumber daya produksi yang langka untuk menghasilkan barang dan

mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi, sekarang dan masa yang akan datang, oleh

sekelompok orang atau masyarakat.

Pendidikan, menurut Webster’s New World dictionary (1962), adalah “Suatu proses

pelatihan dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, pikiran, watak dan lain-lain,

khususnya melalui sekolah formal. Kegiatan pendidikan menyangkut produksi dan distribusi

pengetahuan baik di lembaga reguler maupun non reguler”. Karena mayoritas kegiatan

tersebut berlangsung di lembaga pengajaran seperti sekolah swasta dan negeri.

Berdasarkan definisi ekonomi dan pendidikan, maka ekonomi pendidikan adalah

“Suatu kegiatan mengenai bagiamana manusia dan masyarakat memilih, dengan atau tanpa

uang, untuk memanfaatkan sumber daya produktif yang langka untuk menciptakan berbagai

jenis pelatihan, pengembangan pengetahuan, keterampilan, pikiran, watak, dan lain-lain,

terutama melalui sekolah formal dalam suatu jangka waktu dan mendistribusikannya,
sekarang dan kelak, di kalangan masyarakat”. Intinya, ekonomi pendidikan berkaitan dengan

a) Proses pelaksanaan pendidikan

b) Distribusi pendidikan di kalangan individu dan kelompok yang memerlukan

c) Biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat atau individu untuk kegiatan

pendidikan, dan jenis kegiatan apa yang dibutuhkan.

Perhatian para ahli ekonomi pendidikan dipusatkan pada hal-hal yang berkaitan

dengan kegiatan pendidikan, yaitu:

➢ Pendidikan menghasilkan ‘outcomes’, yaitu sumber daya manusia (human

capital) yang dapat memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi,

peningkatan kesejahteraan dan penghasilan masyarakat, serta berdampak

positif bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat.

➢ Penyelenggaraan pendidikan formal (sekolah-sekolah) telah berorientasi dan

berupaya untuk memenuhi prinsip “Economies of Scale”, skala kegiatan usaha

yang memegang prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. Dalam

konteks ini, pemerintah (government) memegang peranan penting dalam

mencapai keberhasilan kegiatan pendidikan.

➢ Kebutuhan (demand) masyarakat yang sangat besar akan ketersediaan

pendidikan, distribusi pendidikan bagi individu dan kelompok-kelompok

masyarakat, serta besarnya biaya (cost and expenses) yang dikeluarkan

masyarakat untuk pendidikan. Pada sisi lain, kesempatan masyarakat untuk

menikmati pendidikan (supply) masih belum dapat direalisasikan sepenuhnya.

Cohn, 1979 (dalam Fatah, 2002) menyatakan ekonomi pendidikan adalah studi

tentang bagaimana manusia baik secara individu maupun kelompok masyarakat membuat

keputusan dalam rangka mendayagunakan sumber dayayang langka/terbatas agar dapat


menghasilkan berbagai bentuk pendidikan danlatihan, pengembangan ilmu pengetahuan dan

ketrampilan, pendapat, sikap, dannilai-nilai khususnya melalui pendidikan formal, serta

mendiskusikannya secara merata dan adil diantara berbagai kelompok masyarakat.

Ilmu ekonomi pendidikan berkembang menjadi perspektif investasi sumber daya

manusia. Investasi ini menganggap ada kaitan antara pendidikan, produktivitas kerja, dan

pertumbuhan ekonomi. Pusat perhatian mendasar dari konsep ekonomi adalah bagaimana

mengalokasikan sumber-sumber yang terbatas untuk mencapai tujuan yang beraneka ragam

mungkin tak terhingga jumlahnya. Pertimbangan ekonomis didasarkan pada kemampuan

anggaran, sedangkan pertimbangan politis didasarkan pada tujuan masyarakat secara

menyeluruh.

Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia skala prioritas tertinggi adalah

pertumbuhan ekonomi dan keadilan.Investasi sebagai suatu konsep umum dapat diartikan

sebagai upaya untukmeningkatkan nilai tambah barang atau jasa di kemudian hari dengan

mengorbankan nilai konsuksi sekarang (Cohn, 1979, dalam Fattah 2002) investasi dalam

SDM dapat diartikan sebagai suatu entitas yang nilainya bisa berkembang dikemudian hari

melalui suatu proses pengembangan nilai seperti peningkatan sikap.

Rich (1992) mengakui bahwa seseorang memiliki potensi keuangan yang

berhubungan dengan kualitas pengetahuan yang diperolehnya. Rich (1992) menyatakan

manfaat pendidikan juga dapat dilihat sebagai nilai tambah yangdiperoleh seseorang karena

mendapat pendidikan tertentu. Nilai tambah secara umum merupakan peningkatan derajat,

harkat, dan martabat seseorang. Secara khusus dipandang sebagai peningkatan kemampuan

berpikir, bersikap dan berperilaku, dan keterampilan.Sedangkan manfaat ekonomi dari

pendidikan merupakan nilai tambah secara ekonomi karena bertambahnya tingkat

pendidikan. Manfaat dibagai menjadi manfaat pribadi dan manfaat masyarakat. Manfaat bagi

pribadi adalah tambahan penghasilan bersih (setelah pajak) seumur hidup dari tenaga kerja
karena bertambahnya tingkat pendidikan tenaga kerja tersebut. Manfaat bagi masyarakat

adalah tambahan output yang dihasilkan oleh tenagakerja bagi masyarakat karena

meningkatnya pendidikan tenaga kerja tersebut(Sumarno, 2005).

Investasi Sumber Daya Manusia menurut Todaro (2000) menyatakan bahwa peran

pendidikan formal tidaklah terbatas memberikan pengetahuan dankeahlian kepada masing-

masing individu untuk dapat bekerja sebagai agen perubahan ekonomi yang baik bagi

masyarakatnya, tetapi juga menanamkan tata nilai luhur, norma-norma, cita-cita, tingkah

laku, dan aspirasi yang saling berkaitan baik langsung maupun tidak langsung. Pendidikan

juga diharapkan mendapatkan tenaga tenaga kerja terdidik dalam berbagai tingkatan dalam

rangka menyelenggarakan pembangunan bangsa.

2.2.2 Pusat Perhatian Dari Ekonomi Pendidikan

1. Ekonomi Pendidikan memandang bahwa pendidikan merupakan suatu industri. Hal mana

dapat dilihat dari:

• siswa yang mendaftar (enrollment) mencapai jumlah jutaan individu (pasar

yang besar),

• tenaga kerja (guru dan karyawan) yang bekerja pada sektor pendidikan sangat

besar (kesempatan kerja),

• pembiayaan pendidikan mencapai jumlah yang besar (di indonesia saat kini

mencapai sekitar 12% dari APBN), dan

• penerimaan (revenues) sektor pendidikan (dari masyarakat) mencapai nilai

yang sangat besar.

2. Ekonomi Pendidikan memusatkan perhatian pada kegiatan pendidikan yang menghasilkan

‘outcomes’ berupa Human Capital yang memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi,

yang menghasilkan peningkatan kesejahteraan atau penghasilan masyarakat yang berdampak


positif bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. “Human Capital adalah pengetahuan,

pengalaman dan keterampilan yang relevan, serta potensi dan kapasitas pembelajaran yang

dimiliki individu dalam organisasi yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif

organisasi.

3. Ekonomi Pendidikan memusatkan perhatian pada penyelenggaraan pendidikan yang

memenuhi prinsip “economies of scale” (efisiensi, produktivitas, kuantitas dan kualitas, dll).

Dalam hal ini dikenal konsep-konsep “Production Function” dan Cost Function”.

4. Ekonomi Pendidikan memusatkan perhatian pada kebutuhan dan distribusi pendidikan

bagi individu dan kelompok-kelompok masyarakat, serta biaya dan investasi yang

dikeluarkan pemerintah dan masyarakat untuk pendidikan.

2.2.3 Fungsi Ekonomi Pendidikan

Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran proses

pendidikan atau belajar mengajar. Bukan merupakan modal untuk dikembangkan ataupun

bukan untuk mendapatkan keuntungan. Disini peran ekonomi dalam sekolah juga merupakan

salah satu bagian dari sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan

kognisi, afeksi, psikomotor untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakan

lapangan kerja sendiri, memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat. Selain sebagai penunjang

proses penunjang proses pendidikan ekonomi pendidikan juga berfungsi sebagai materi

pelajaran dalam masalah ekonomi dalam kehidupan manusia. Dengan demikian kegunaan

ekonomi dalam pendidikan terbatas dalam hal-hal berikut (Pidarta, 2013):

❖ Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau

bersama para siswa, orang tua, masyarakat, atau yang tidak bisa dipinjam dan

ditemukan di lapangan, seperti prasarana, sarana, media, alat belajar/peraga,

barang habis pakai, materi pelajaran.


❖ Membiayai segala perlengkapan gedung seperti air, listrik, telepon, televisi

dan radio

❖ Membayar jasa segala kegiatan pendidikan seperti pertemuan-pertemuan,

perayaan-perayaan, panitia-panitia, darmawisata, pertemuan ilmiah dan

sebagainya.

❖ Untuk materi pelajaran pendidikan ekonomi sederhana, agar bisa

mengembangkan individu yang berperilaku ekonomi, seperti hidup hemat,

bersikap efisien, memiliki keterampilan produktif, memiliki etos kerja,

mengerti prinsip-prinsip ekonomi.

❖ Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia pendidikan.

❖ Meningkatkan motivasi kerja.

❖ Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja.

2.2.4 Persoalan Ekonomi Pendidikan

1. Identifikasi dan pengukuran nilai-nilai ekonomis pendidikan: berapa besar

kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Berapa besar investasi (sarana dan

prasarana pendidikan) dan biaya-biaya (gaji guru dan biaya operasional

pendidikan) yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan (formal)

2. Alokasi sumber-sumber daya dalam pendidikan: berapa besar sumber-sumber

daya yang digunakan dalam elemen-elemen sistem Input-Process-Output pada

penyelenggaraan pendidikan. Pada sisi Input antara lain adalah banyaknya calon

peserta didik, kemampuan orangtua, potensi anak, sumber daya manusia (guru),

sarana dan prasarana pendidikan, dan lain-lain; Pada sisi Process antara lain

adalah manajemen pendidikan, kurikulum, proses belajar mengajar, evaluasi

pendidikan dan lain-lain; Pada sisi Output antara lain adalah jumlah lulusan,
kualitas lulusan, bekal pendidikan lanjutan, pemenuhan kebutuhan tenaga kerja,

dan lain-lain.

3. Gaji guru merupakan faktor kritis dalam pembiayaan pendidikan, baik karena

menyangkut jumlah biaya yang besar (gaji, tunjangan, transport, jaminan

kesehatan, dan lain-lain), serta dampaknya bagi proses pendidikan (kompetensi,

motivasi kerja, komitmen profesional, dan lain-lain pada guru).

4. Perencanaan penyelenggaraan pendidikan wajib memperhitungkan dampak

pada penggunaan sumber-sumber daya yang terbatas (tanah/lahan, sarana dan

prasarana transportasi public, sumber daya listrik dan air, dan lain-lain).

5. Alternatif penggunaan sumber daya (Tingkat efektivitas & efisiensi , Besarnya

investasi dan biaya, Komposisi dan alokasi, Pemilihan investasi )

6. Distribusi output Kebutuhan tenaga kerja terdidik, Nilai ekonomis dari

Pendidikan, Kesesuaian Pendidikan dan income, Proyeksi dunia kerja/industri,

Kontribusi Pendidikan terhadap pembangunan)

7. Produktivitas Pendidikan (Pengukuran besarnya output Pendidikan, Pemilihan

kombinasi bahan dan metode yang paling efektif, keseimbangan Pendidikan

akademik dan professional, serta keseimbangan Pendidikan umum dan

kejuruan).

2.3 Ruang Lingkup Pendidikan

Ruang lingkup ilmu pendidikan adalah ilmu yang membicarakan bagaimana cara atau

tehnik menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar tercapai suatu tujuan yang telah

ditetapkan secara efektif dan efesien.

Ruang lingkup pendidikan sangat luas sekali karena didalamnya banyak pihak – pihak

yang ikut terlibat, baik langsung maupun tidak langsung. Pendidikan sebagai upaya sadar
untuk membantu seseorang (peserta didik) dalam mengaktualisasikan diri sepenuh dan

selengkapnya tidak terlepas dari keterbatasan. Keterbatasan tersebut terdapat pada peserta

didik, pendidik, interaksi pendidikan, lingkungan dan sarana pendidikan yang tersedia.

Batasan pendidikan yang ditetapkan oleh para ahli beranekaragam, dan kandungannya

berbeda pula antara yang satu dari yang lainnya. Perbedaan tersebut mungkin karena

orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah

yang melandasinya.

Adapun pihak – pihak yang terlibat sekaligus sebagai ruang lingkup pendidikan yaitu

sebagai berikut :

1. 1.Perbuatan Mendidik.Perbuatan mendidik merupakan seluruh kegiatan, tindakan atau

perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi atau

mengasuh anak didik. Atau bisa juga diartikan : sikap atau tindakan menuntun,

membimbing, memberikan pertolongan dari seorang pendidik kepada anak didik

menuju kedewasaan.

2. Anak Didik. Anak didik merupakan obyek terpenting dalam pendidikan, hal ini

disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu dilakukan hanyalah untuk

membawah anak didik kepada tujuan pendidikan yang dicita – citakan.

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan. Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber

darii segala kegiatan pendidikan islam ini dilakukan. Maksudnya, pelaksanaan

pendidikan Islam harus berlandaskan atau bersumber dari dasar tersebut. Dalam hal

ini dasar atau sumber pendidikan yaitu arah kemana anak didik ini akan dibawa.

Secara ringkas tujuan pendidikan yaitu ingin membentuk anak didik menjadi manusia

nasionalis yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


4. Pendidik. Pendidik merupakan subyek yang melaksanakan pendidikan. Pendidik

memiliki peran penting untuk keberlangsungnya pendidikan. Baik atau tidaknya

pendidik berpengaruh besar terhadap pendidikan.

5. Materi Pendidikan.Yaitu bahan – bahan atau pengalaman belajar ilmu agama Islam

yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim tetapi logis) untuk

disampaikan kepada anak didik.

6. Metode Pendidikan.Metode pendidikan merupakan cara yang paling tepat dilakukan

oleh pendidik untuk menyampaikan bahan atau materi kepada anak didik.Metode

disini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi

pendidikan agar materi pendidikan tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki

oleh pesertadidik.

7. Evaluasi. Yaitu memuat cara – cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian

terhadap hasil belajar pesertadidik. Tujuan pendidikan umumnya tidak dapat dicapai

sekaligus, melainkan melalui proses atau tahap tertentu. Apabila tujuan pada tahap

atau fase ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada tahap

berikutnya dan berakhir dengan terbentuknya kepribadian yang Pancasilais.

8. Alat- Alat Pendidikan.Yaitu alat yang dapat digunakan selama melaksanakan

pendidikan agar tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai.

9. Lingkungan Sekitar. Yaitu keadaan – keadaan yang ikut berpengaruh dalam

pelaksanaan serta hasil pendidikan itu sendiri.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam peningkatan sumber daya manusia.

Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi bangsa. Dengan pendidikan

menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam meghadapi

perubahan-perubahan dalam kehidupan.

Ekonomi pendidikan adalah suatu studi tentang bagaimana manusia, baik secara

perorangan maupun didalam kelompokmasyarakatnya membuat keputusan dalam rangka

mendayagunakan sumber-sumber daya yang terbatas agar dapat menghasilkan berbagai

bentuk pendidikan dan pelatihan, pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan,

pendapat,sikap khususnya melalui pendidikan formal, serta bagaimana mendistribusikannya

secara merata dan adil diantara berbagai kelompok masyarakat.


3.2 Saran

Ekonomi sangatlah penting bagi kehidupan manusia, untuk itu ekonomi harus selalu

berkembang melalui dunia pendidikan, dan besar harapan bahwa instansi terkait dapat

memberikan peran yang lebih dalam dunia pendidikan dengan melihat konsep-konsep

ekonomi pendidikan. Yang amat begitu relevan dengan dunia pendidikan saat ini.

Semoga dengan dibuatnya makalah ini kita dapat mempelajari dan meningkatkan

banyak tentang anggaran perusahaan. Kami berharap semoga semua sekolah dan orang tua

murid dapat diberikan sosialisasi mengenai ekonomi pendidikan. Akhir kata kami ucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pembaca, semoga makalah ini bermanfaat

bagi kita.

DAFTAR PUSTAKA

2220https://docplayer.info/245434-Bab-x-investasi-sdm-melalui-pendidikan.html23
Desember201921Knezvich J, Stephen, (1975). Administration of Public Education,
Harper & Row Publisher, New York.),
hal.53922http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/19710609
2005011-DEDY_ACHMAD_KURNIADY/Pembiayaan_pend/Pembiayaan_Pendidikan.pdf,
diakses, 23 Desember2019
Albernethy, David dan Coombe, Trevor. Education and Politics in Developing Countries.
Havard Educational Review. Vol. 35. No.3. 1965 Borah, R.R.. Impact of Politics and
Concerns with the Indian Education System. International Journal of Educational Planning &
Administration.Volume 2. Number 2 2012
Imam Barnadib. Filsafat Pendidikan; Tinjauan Beberapa Aspek dan Proses
Pendidikan. Yogyakarta: Studying, 1982
Nir, A.E. dan Kafle, B.S. The effect of political stability on public education
Quality. International Journal of Educational Management. Vol. 27 No. 2,2013
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2006 Sukasni, A. Dan Efendy, H.
The Problematic of Education System in Indonesia and Reform Agenda. International Journal
of Education. Vol. 9. No. 3.2017
Wales, J., Magee, A., Nicolai, S. How does political context shape education reforms and
their success. Development Progress Dimension Paper. Vol. 06. August 2016

Anda mungkin juga menyukai